OD NEURITIS RETROBULBAR
OLEH :
Zulkifli Salim
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Neuritis retrobulbaris biasanya berjalan akut yang mengenai satu atau kedua
mata. Ia dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf, anemia
pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi5. Studi dari Swedia dan Denmark telah
melaporkan kejadian dari neuritis optikus sekitar 4-5 per 100.000 kasus per tahun.
Pasien yang tinggal di daerah beriklim sedang lebih cenderung untuk menghidap
neuritis optikus6.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
2.3.2 Pemeriksaan Tanda Vital
Nadi : 87 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5 0C
4 Lapang pandang
+ -
+ + + +
+ +
3
Pseudoptosis (-) (-)
4
Permukaan Licin Licin
5
Foto Mata Pasien
6
2.5 Hasil pemeriksaan amsler grid test
Intepretasi:
OS terkesan Skotoma
Sentral
7
2.7 Hasil pemeriksaan foto fundus OS
Intepretasi:
Rasio CD: 0,3 batas tegas
Rasio Arteri/vena: 2/3
Makula refleks (+)
Kesan dalam batas normal
8
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
9
neuropati akut, ablasi retina, Neuropati optik kompresif.5,7 Hitam pada tengah
pengelihatan mengarahkan pasien memiliki gangguan lapang pandang sentral, atau
skotoma sentral yang dimana terjadi akibat kelainan pada visus sentral, hal ini
menunjukan kemungkinan lesi yang terjadi pada makula atau nervus optikus, hal ini
diperkuat dengan pemeriksaan konfrontasi, amsler grid test dan perimetri. sehingga DD
ablasi retina kemungkinannya lebih rendah karena biasanya lapang pandang yang
terganggu bersifat perifer. Nyeri saat bola mata digerakan merupakan salah satu trias
klasik dari optik neuritis sehingga lebih mengekerucutkan kemungkinan terjadinya
neuritis optik, keluhan nyeri jarang terjadi pada kasus iskemia optik neuropati akut dan
neuropati optik kompresi.7,8 umur pasien dan tidak adanya riwayat penyakit dahulu
pasien seperti DM hipertensi atau penyakit jantung menyebabkan kemungkinan
terjadinya iskemia optik neuropati akut rendah.5,7,8
Pada pemeriksaan visus didapatkan visus OS pasien 4/60 dan pada pemeriksaan
pin hole tidak maju, ini menunjukan pada pasien tidak didapatkan kelaianan refraksi,
namun kemungkinan kelainan pada media refraksi. Padap pemeriksaan pupil,
didapatkan pupil OS lebih midiriasis dariapda pupil OD, dan pada refleks cahaya
didapatakan refleks cahaya langsung OS menurun dan Refleks cahaya tidak langsung
OD menurun hal ini menunjukan pasien RAPD (+), rellative afferent Pupilary defect
dimana terdapat kelainan unilateral nervus optikus dan pada pasien ini kelainan pada
nervus optikus sinistra, hal ini mengekerucutkan DD ke neuritis optikus.9
Pada pemeriksaan funduskopi dan foto fundus didapatkan pemeriksaan dengan
hasil masih dalam batas normal hal ini memperkuat dugaan terjadi neuritis optik tipe
retrobulbar, dikarenakan pada nerutisi retrobulbar tidak didapatkan adanya kelaianan
yang terlihat pada retina dan papil nervus optik, dikarenakan kelaianan terletak pada
nervus optikum extraokular sampai sebelum kiasma, dan merule- out DD iskemia optik
meuropati akut dan nerupati optik kompresif, dikarenakan pada kedua DD ni akan
terlihat papil yang pucat karena iskemia.8,9
10
3.3 Assessment
Dari keluhan utama tersebut dipikirkan beberapa diagnosis banding dengan
gejala mata tenang visus pengeliahtan turun mendadak. Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat pada pasien mengarahkan pada
diagnosis Neuritis optic Retrobulbar. Pada pasien ini memiliki gejala dan tanda
tipikal dari Neuritis optic, dimulai dari onset akut sampai sub akut (antara 6 jam sampai
2 minggu), sering terlihat pada dewasa muda dengan puncak amnifestasi antara umur
15-50 tahun, dimana wanita lebih sering terkena daripada laki-laki, adanya nyeri
periokular terutama dengan gerakan bola mata, penurunan visus unilateral, RAPD (+)
ipsilateral, adanya gangguan lapang pandang bersifat sentral.8
Diagnosis Kerja:
- Neuritis Optic retrobulbar
3.4 Planning
3.4.1 Usulan Pemeriksaan Lanjutan6,10
- Pemeriksaan Slit Lamp
Pemeriksaan slit lamp dilakukan untuk menilai lebih jelas segmen anterior mata, dapat
merule-out banyak DD lain.
Visually evoked potentials test adalah suatu test yang merekam sistem visual,
auditorius dan sensoris yang dapat mengidentifikasi lesi subklinis. Visually evoked
potentials test menstimulasi retina dengan pola papan catur, dapat mendeteksi
konduksi sinyal elektrik yang lambat sebagai hasil dari kerusakan daerah nervus.
11
3.4.2 Tatalaksana5,7,8,10
Jika visus visus 6/12 maka tatalaksana difokuskan pada observasi visus
pasien, jika visus pasien menurun atau datang dengan visus 6/18 maka pasien
diobeservasi dan dilakukan ONTT (Optic neuritis Treatment trial) yaitu pasien
diberikan Methyl prednisolon 250 mg iv tiap 6 jam selama 3 hari dilanjutkan
methylprednisolon oral 30mg/kgBB/hari selama 11 hari setelah itu dilakukan
tappering off. Pada hari kedua-belas dilakukan evaluasi pada visus kembali.
Pada kasus ini pasien menolak untuk dirawat inap sehingga pasien ONTT
langsung dengan menggunakan oral, dengan dosis 32 mg perhari terbagi menjadi dua
dosis, 16 mg untuk pagi hari dan 16 mg untuk siang hari, pasien diresepkan untuk 5
hari namun, pasien tidak kembali setelah itu.
3.5 KIE
- Pasien diberikan informasi mengenai kemungkinan penyakit yang dialami
oleh pasien mengenai penyebab dan komplikasinya yang dapat terjadi.
- Pasien diberikan informasi mengenai rencana pemeriksaan penunjang yang
akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis, sehingga nanti dapat
dilakukan terapi sesuai dengan keadaan pasien.
- Pasien diberikan informasi mengenai tindakan-tindakan terapi yang
mungkin selanjutnya dilakukan pada pasien setelah diagnosis ditegakkan.
- Pasien diberikan informasi mengenai proses kemungkinan adanya proses
tindak lanjut berupa pemeriksaan secara berkala pasca terapi untuk
memantau keberhasian terapi.
3.6 Prognosis10
Prognosis pengelihatan adalah baik. Sebagian besar pasien sembuh sempurna
atau mendekati sempurna setelah 6-12 minggu, sekitar > 90% visus pasien
mencapai 6/9 pada mata yang terkena. Namun, bahkan jika RAPD sembuh dan
visus pulih menjadi> 6/6, kelainan persepsi warna, sensitivitas kontras, stereopsis,
12
atau lapang pandang dapat menetap. Derajat keparahan kehilangan penglihatan
awal menjadi penentu terhadap prognosis penglihatan. Sekitar sepertiga kasus
memiliki episode lebih lanjut (baik mata) dalam 5 tahun kedepan.
Pada MRI, prognosis visual yang buruk dikaitkan dengan lamanya keterlibatan
saraf optik dan keterlibatan segmen intracanalikular.
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
Prognosis pengelihatan pasien OS bonam
- Prognosis nyawa (ad vitam)
Prognosis nyawa pasien dubia ad Bonam
13
BAB V
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
1. James B., Chew C., Bron A., (2012) Neuritis Optik, Lecture Notes Oftalmologi
edisi 9, Penerbit Erlangga, 151-152
2. Kaiser P.K., Pineda II R., (2014) Optic Neuritis, The Massachusetts Eye and
Ear Infirmary Illustrated Manual of Ophthalmology 4th Edition, Sauders
Elsevier, 486-487
3. Vaughan D.G., Asbury T., Riordan-Eva P., (2016) Neuro-Oftalmologi,
Oftalmologi Umum edisi 19, widya Medika, 272-283
4. Kanski J.J., et al. (2016) Optic Neuritis, Clinical Ophthalmology 8th Edition,
Elsevier, 788-792
5. Ilyas S., et al. (2014) Penglihatan Turun mendadak tanpa Mata Merah, Ilmu
Penyakit Mata edisi 5, Fakultas Kedokteran universitas Indonesia, 178-183
6. Erhan Ergene, MD. Adult Optic Neuritis. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1217083 diakses pada tanggal 15
Oktober 2017.
7. Budiono S., et al. (2013) Neuritis Optik, Buku Ajar Ilmu Kesehatan mata, edisi
1, Fakultas Kedokteran Airlangga, 179-180
8. Hoorbakht H., dan Bagherkashi F. (2012) Optic Neuritis, its Differential
Diagnosis and Management, The open Ophthalmology journal,6:65-72.
9. Broadway D.C., (2012) How to Test RAPD,Touro University, 25: 58-59.
10. Denniston A., dan Murray P. (2014) Typical Optic Neuritis, Handbook of
Ophthalmology 3rd Edition, Oxford University Press, 665-666
15