Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS II

OD NEURITIS RETROBULBAR

OLEH :

Zulkifli Salim

H1A 212 065

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2017
BAB I
PENDAHULUAN

Neuritis optikus adalah merujuk kepada peradangan atau dimeilinisasi saraf


optik1,2. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab umum kehilangan penglihatan3.
Berdasarkan kategori klinik dan pemeriksaan opthalmoskopis terbagi menjadi papilitis
dan neuritis retrobulbaris4. Papilitis merupakan peradangan papil saraf optik yang
dapat terlihat dengan pemeriksaan fundoskopi sedangkan pada neuritis retrobulbaris
merupakan radang saraf optik yang terletak di belakang bola mata dan tidak
menunjukkan kelainan pada pemeriksaan fundoskopi1,5.

Neuritis retrobulbaris biasanya berjalan akut yang mengenai satu atau kedua
mata. Ia dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf, anemia
pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi5. Studi dari Swedia dan Denmark telah
melaporkan kejadian dari neuritis optikus sekitar 4-5 per 100.000 kasus per tahun.
Pasien yang tinggal di daerah beriklim sedang lebih cenderung untuk menghidap
neuritis optikus6.

Gejala yang ditimbulkan dari penyakit neuritis retrobulbaris sama seperti


neuritis optikus yaitu akan terdapat kehilangan penglihatan dalam beberapa jam sampai
hari yang mengenai satu atau kedua mata, dengan usia yang khusus 18-45 tahun, sakit
pada rongga orbita terutama pada pergerakkan mata, penglihatan warna terganggu,
tanda Uhthoff (penglihatan turun setelah olah raga atau suhu tubuh naik), dan gangguan
lapangan pandang sentral atau sekosentral, akan tetapi pada neuritis retrobulbaris
gambaran fundus sama sekali normal5.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Seorang wanita dengan inisial KA berusia 20 tahun, agama Islam, alamat
tinggal di Ampenan, Mataram, diperiksa di Poli Mata RSUP NTB pada tanggal 06
Oktober 2017.
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama:
Pandangan kiri kabur mendadak
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengakui pandangan kirinya tiba-tiba mendadak kabur saat bangun
tidur 4 hari yang lalu, diakui tiba-tiba pandangan terlihat hitam pada bagian tengah,
diakui mata tidak terasa nyeri sekarang, namun diakui terasa nyeri saat melirik 4 hari
yang lalu saat awal muncul, pasien mengakui kepala terasa nyeri sampai sekarang,
mata semakin kabur saat setelah berolahraga disangkal, riwayat demam disangkal,
riwayat mata kemerahan disangkal, riwayat trauma disangkal oleh pasien, dan riwayat
kelainan mata lain sebelumnya juga disangkal oleh pasien.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat gigi berlubang sebelumnya, riwayat DM dan hipertensi
disangkal, riwayat penyakit sistemik lainnya disangkal dalam waktu dekat.
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluhan serupa dalam keluarga pasien.
2.2.4 Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat maupun makanan
2.2.5 Riwayat Pengobatan
Pasien tidak rutin mengkonsumsi obat apapun, pasien menyangkal mengobati
matanya sebelum ke RSUP.

2
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
2.3.2 Pemeriksaan Tanda Vital
Nadi : 87 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5 0C

2.3.4 Status Lokalis


No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri

1. Visus 6/6 4/60


Pin hole tidak
maju

2. Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia

3. Pergerakan Bola Mata Baik ke segala Baik ke segala


arah arah

4 Lapang pandang
+ -
+ + + +
+ +

5. Palpebra Edema (-) (-)


Superior
Hiperemi (-) (-)

3
Pseudoptosis (-) (-)

Entropion (-) (-)

Ektropion (-) (-)

Spasme (-) (-)

6. Palpebra Edema (-) (-)


Inferior
Hiperemi (-) (-)

Entropion (-) (-)

Ektropion (-) (-)

7. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)


Palpebra
Cobble stone (-) (-)
Superior
Sikatrik (-) (-)

Benda Asing (-) (-)

8. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)


Palbebra
Cobble stone (-) (-)
Inferior
Sikatrik (-) (-)

Benda Asing (-) (-)

9. Konjungtiva Injeksi (-) (-)


Bulbi Konjungtiva

Pendarahan (-) (-)

Massa (-) (-)

Edema (-) (-)

10. Kornea Bentuk Cembung Cembung

Kejernihan Jernih Jernih

4
Permukaan Licin Licin

Sikatrik (-) (-)

Benda Asing (-) (-)

Massa (-) (-)

11. Bilik Mata Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam


Depan
Hifema (-) (-)

Hipopion (-) (-)

12. Iris Warna Coklat Coklat

Bentuk Bulat dan Bulat dan


regular regular

13. Pupil Bentuk Bulat, ukuran 3 Bulat, midriasis


RAPD(+) mm ukuran 5 mm
(rellative
Leukokoria (-) (-)
afferent
RCL (+) ()
Pupilary
defect) RCTL () (+)

14. Lensa Kejernihan jernih jernih

15. TIO Palpasi Kesan normal Kesan normal

16. Funduskopi Refleks Red refleks Red refleks


fundus positif. Kesan positif. Kesan
normal normal

17. Pengelihatan Ishihara Dalam batas Tidak dapat


Warna normal dievaluasi

5
Foto Mata Pasien

Gambar 1. Kedua mata tampak depan

Gambar 2. Mata Kanan

Gambar 3. Mata kiri. Tampak leukokoria (+)

6
2.5 Hasil pemeriksaan amsler grid test
Intepretasi:
OS terkesan Skotoma
Sentral

2.6 Hasil Pemeriksaan perimetri


Intepretasi:
OS skotoma
sentral

7
2.7 Hasil pemeriksaan foto fundus OS

Intepretasi:
Rasio CD: 0,3 batas tegas
Rasio Arteri/vena: 2/3
Makula refleks (+)
Kesan dalam batas normal

8
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

3.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah :
3.1.1 Subjective
Mata kiri tiba-tiba mendadak kabur tanpa disertai mata merah
Hitam pada tengah pengelihatan
Nyeri saat bola mata melirik
Nyeri kepala
Riwayat sakit gigi
3.1.2 Objective
Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan dan kiri didapatkan :
Visus OS 4/60, pemeriksaan pin hole tidak maju
Lapang pandang OS bagian sentral dan superior menurun
Pupil OS midriasis ukuran 5mm
Refleks cahaya langsung OS menurun
Refleks cahaya tidak langsung OD menurun
RAPD (+)
Pemeriksaan pengelihatan warna OS tidak dapat dievaluasi
Pemeriksaan Amsler Grid Test dan Perimetri test menunjukan OS
skotoma sentral
Pemeriksaan funduskopi dan foto fundus dalam batas normal
3.2 Analisa Kasus
Keluhan utama pasien mata kiri kabur mendadak tanpa disertai mata merah,
mengerucutkan kemungkinan diferential diagnose menjadi kelainan mata tenang
dengan pengelihatan turun mendadak, sehingga pada pasien ini kita memiliki DD,
Neuritis optik baik neuritis intraokular (papilitis) dan retrobulbar, iskemia optik

9
neuropati akut, ablasi retina, Neuropati optik kompresif.5,7 Hitam pada tengah
pengelihatan mengarahkan pasien memiliki gangguan lapang pandang sentral, atau
skotoma sentral yang dimana terjadi akibat kelainan pada visus sentral, hal ini
menunjukan kemungkinan lesi yang terjadi pada makula atau nervus optikus, hal ini
diperkuat dengan pemeriksaan konfrontasi, amsler grid test dan perimetri. sehingga DD
ablasi retina kemungkinannya lebih rendah karena biasanya lapang pandang yang
terganggu bersifat perifer. Nyeri saat bola mata digerakan merupakan salah satu trias
klasik dari optik neuritis sehingga lebih mengekerucutkan kemungkinan terjadinya
neuritis optik, keluhan nyeri jarang terjadi pada kasus iskemia optik neuropati akut dan
neuropati optik kompresi.7,8 umur pasien dan tidak adanya riwayat penyakit dahulu
pasien seperti DM hipertensi atau penyakit jantung menyebabkan kemungkinan
terjadinya iskemia optik neuropati akut rendah.5,7,8
Pada pemeriksaan visus didapatkan visus OS pasien 4/60 dan pada pemeriksaan
pin hole tidak maju, ini menunjukan pada pasien tidak didapatkan kelaianan refraksi,
namun kemungkinan kelainan pada media refraksi. Padap pemeriksaan pupil,
didapatkan pupil OS lebih midiriasis dariapda pupil OD, dan pada refleks cahaya
didapatakan refleks cahaya langsung OS menurun dan Refleks cahaya tidak langsung
OD menurun hal ini menunjukan pasien RAPD (+), rellative afferent Pupilary defect
dimana terdapat kelainan unilateral nervus optikus dan pada pasien ini kelainan pada
nervus optikus sinistra, hal ini mengekerucutkan DD ke neuritis optikus.9
Pada pemeriksaan funduskopi dan foto fundus didapatkan pemeriksaan dengan
hasil masih dalam batas normal hal ini memperkuat dugaan terjadi neuritis optik tipe
retrobulbar, dikarenakan pada nerutisi retrobulbar tidak didapatkan adanya kelaianan
yang terlihat pada retina dan papil nervus optik, dikarenakan kelaianan terletak pada
nervus optikum extraokular sampai sebelum kiasma, dan merule- out DD iskemia optik
meuropati akut dan nerupati optik kompresif, dikarenakan pada kedua DD ni akan
terlihat papil yang pucat karena iskemia.8,9

10
3.3 Assessment
Dari keluhan utama tersebut dipikirkan beberapa diagnosis banding dengan
gejala mata tenang visus pengeliahtan turun mendadak. Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat pada pasien mengarahkan pada
diagnosis Neuritis optic Retrobulbar. Pada pasien ini memiliki gejala dan tanda
tipikal dari Neuritis optic, dimulai dari onset akut sampai sub akut (antara 6 jam sampai
2 minggu), sering terlihat pada dewasa muda dengan puncak amnifestasi antara umur
15-50 tahun, dimana wanita lebih sering terkena daripada laki-laki, adanya nyeri
periokular terutama dengan gerakan bola mata, penurunan visus unilateral, RAPD (+)
ipsilateral, adanya gangguan lapang pandang bersifat sentral.8
Diagnosis Kerja:
- Neuritis Optic retrobulbar
3.4 Planning
3.4.1 Usulan Pemeriksaan Lanjutan6,10
- Pemeriksaan Slit Lamp
Pemeriksaan slit lamp dilakukan untuk menilai lebih jelas segmen anterior mata, dapat
merule-out banyak DD lain.

- Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Magnetic Resonance Imaging (MRI) sangat sensitif dan spesifik dalam menilai
perubahan inflamasi pada saraf optik dan membantu menyingkirkan lesi struktural.
Selain itu.

- Visually Evoked Potentials Test

Visually evoked potentials test adalah suatu test yang merekam sistem visual,
auditorius dan sensoris yang dapat mengidentifikasi lesi subklinis. Visually evoked
potentials test menstimulasi retina dengan pola papan catur, dapat mendeteksi
konduksi sinyal elektrik yang lambat sebagai hasil dari kerusakan daerah nervus.

11
3.4.2 Tatalaksana5,7,8,10

Jika visus visus 6/12 maka tatalaksana difokuskan pada observasi visus
pasien, jika visus pasien menurun atau datang dengan visus 6/18 maka pasien
diobeservasi dan dilakukan ONTT (Optic neuritis Treatment trial) yaitu pasien
diberikan Methyl prednisolon 250 mg iv tiap 6 jam selama 3 hari dilanjutkan
methylprednisolon oral 30mg/kgBB/hari selama 11 hari setelah itu dilakukan
tappering off. Pada hari kedua-belas dilakukan evaluasi pada visus kembali.

Pada kasus ini pasien menolak untuk dirawat inap sehingga pasien ONTT
langsung dengan menggunakan oral, dengan dosis 32 mg perhari terbagi menjadi dua
dosis, 16 mg untuk pagi hari dan 16 mg untuk siang hari, pasien diresepkan untuk 5
hari namun, pasien tidak kembali setelah itu.

3.5 KIE
- Pasien diberikan informasi mengenai kemungkinan penyakit yang dialami
oleh pasien mengenai penyebab dan komplikasinya yang dapat terjadi.
- Pasien diberikan informasi mengenai rencana pemeriksaan penunjang yang
akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis, sehingga nanti dapat
dilakukan terapi sesuai dengan keadaan pasien.
- Pasien diberikan informasi mengenai tindakan-tindakan terapi yang
mungkin selanjutnya dilakukan pada pasien setelah diagnosis ditegakkan.
- Pasien diberikan informasi mengenai proses kemungkinan adanya proses
tindak lanjut berupa pemeriksaan secara berkala pasca terapi untuk
memantau keberhasian terapi.
3.6 Prognosis10
Prognosis pengelihatan adalah baik. Sebagian besar pasien sembuh sempurna
atau mendekati sempurna setelah 6-12 minggu, sekitar > 90% visus pasien
mencapai 6/9 pada mata yang terkena. Namun, bahkan jika RAPD sembuh dan
visus pulih menjadi> 6/6, kelainan persepsi warna, sensitivitas kontras, stereopsis,

12
atau lapang pandang dapat menetap. Derajat keparahan kehilangan penglihatan
awal menjadi penentu terhadap prognosis penglihatan. Sekitar sepertiga kasus
memiliki episode lebih lanjut (baik mata) dalam 5 tahun kedepan.
Pada MRI, prognosis visual yang buruk dikaitkan dengan lamanya keterlibatan
saraf optik dan keterlibatan segmen intracanalikular.
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
Prognosis pengelihatan pasien OS bonam
- Prognosis nyawa (ad vitam)
Prognosis nyawa pasien dubia ad Bonam

13
BAB V
KESIMPULAN

Seorang wanita dengan inisial KA berusia 20 tahun, agama Islam, alamat


tinggal di Ampenan, Mataram, diperiksa di Poli Mata RSUP NTB pada tanggal 06
Oktober 2017. Pasien mengakui pandangan kirinya tiba-tiba mendadak kabur saat
bangun tidur 4 hari yang lalu, diakui tiba-tiba pandangan terlihat hitam pada bagian
tengah, diakui mata tidak terasa nyeri sekarang, namun diakui terasa nyeri saat melirik
4 hari yang lalu saat awal muncul, pasien mengakui kepala terasa nyeri sampai
sekarang. Visus OS 4/60 dan saat dilakukan pemeriksaan pin hole tidak maju, terdapat
gangguan lapang pandang dengan skotoma sentral, pada Pupil didapatkan RAPD (+)
(rellative afferent Pupilary defect), pada pemeriksaan funduskopi red refleks positif
dan terkesan normal. Pasien didiagnosis dengan neuritis optikum retrobulbar dan
diberikan terapi Methyl prednisolon 250 mg iv tiap 6 jam selama 3 hari dilanjutkan
methylprednisolon oral 30mg/kgBB/hari selama 11 hari, tappering off.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. James B., Chew C., Bron A., (2012) Neuritis Optik, Lecture Notes Oftalmologi
edisi 9, Penerbit Erlangga, 151-152
2. Kaiser P.K., Pineda II R., (2014) Optic Neuritis, The Massachusetts Eye and
Ear Infirmary Illustrated Manual of Ophthalmology 4th Edition, Sauders
Elsevier, 486-487
3. Vaughan D.G., Asbury T., Riordan-Eva P., (2016) Neuro-Oftalmologi,
Oftalmologi Umum edisi 19, widya Medika, 272-283
4. Kanski J.J., et al. (2016) Optic Neuritis, Clinical Ophthalmology 8th Edition,
Elsevier, 788-792
5. Ilyas S., et al. (2014) Penglihatan Turun mendadak tanpa Mata Merah, Ilmu
Penyakit Mata edisi 5, Fakultas Kedokteran universitas Indonesia, 178-183
6. Erhan Ergene, MD. Adult Optic Neuritis. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1217083 diakses pada tanggal 15
Oktober 2017.
7. Budiono S., et al. (2013) Neuritis Optik, Buku Ajar Ilmu Kesehatan mata, edisi
1, Fakultas Kedokteran Airlangga, 179-180
8. Hoorbakht H., dan Bagherkashi F. (2012) Optic Neuritis, its Differential
Diagnosis and Management, The open Ophthalmology journal,6:65-72.
9. Broadway D.C., (2012) How to Test RAPD,Touro University, 25: 58-59.
10. Denniston A., dan Murray P. (2014) Typical Optic Neuritis, Handbook of
Ophthalmology 3rd Edition, Oxford University Press, 665-666

15

Anda mungkin juga menyukai