Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak


Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh. Otak dipersarafi dari saraf sentral yang
terdapat di dalam rongga tengkorak (Cranium) yang dibungkus oleh suatu
lapisan yang kuat. Otak terdiri dari otak besar (Cerebrum), batang otak
(Trunchus Enchepali) dan otak kecil (Cerebellum). (Syafudin, 1997)
Otak berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga
gejala pembesaran, otak awal yang disebut juga otak depan, otak tengah dan
otak belakang. (Price, 2010)
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3pon),
menerima 20% curah jantung dan memerlukan 2010 pemakaian oksigen tubuh
dan sekitar kilo kaleri energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang
paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama
berasal dari proses metabolism oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentang
terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran berhenti 10 detik saja
sudah dapat menghilangkan kesaradan manusia. Berhenti dalam beberapa
menit dapat merusak jaringan otak. (Wilson, Price, 2006)

2.1.1 Otak Besar (Cerebrum)


Otak besar merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak yang
terletak di bagian depan rongga tengkorak dan berbentuk seperti telur. Otak
mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan atas dan permukaan bawah.
Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada
bagian korteks cerebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang
mengandung serabut saraf (Syaifudin, 2009).
Cerebrum mempunyai 2 bagian, yaitu hemisfer cerebral kanan dan
hemisfer cerebral kiri. Pada umumnya hemisfer kanan mengontrol tubuh

5
bagian kiri dan hemisfer kiri mengontrol tubuh bagian kanan. Bagian
kanan berkaitan dengan kemampuan artistic dan kreativitas. Sedangkan
bagian kiri berkaitan dengan logika dan pemikiran rasional. Hemisfer
cerebrum terbagi menjadi beberapa lobus, dimana masing-masing lobus
bertanggung jawab pada suatu fungsi tubuh tertentu, antara lain:

Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan


dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan
membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan,
penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol
perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara
umum.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor
perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan
dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata.

Gambar 1. Otak Besar (Cerebrum)

6
2.1.2 Batang Otak (Truncus Cerebri)
Batang otak terletak di depan cerebellum. Batang otak seperti
berfungsi sebagai pengontrol yang menghubungkan pesan antara otak dan
anggota tubuh. Cerebrum, cerebellum dan spinal cord terhubung dengan
batang otak. Batang otak mempunyai tiga bagian utama yaitu otak tengah
(midbrain) pons dan medulla oblongata.
Menurut Syaifudin, 2009, batang otak terdiri dari :

Dienchepalon, bagian batang otak paling atas yang terdapat


diantara cerebellum dengan mesenchepalon. Fungsi
dienchepalon yaitu sebagai vase konstruktor, respiratori,
mengontrol kegiatan reflex dan membantu pekerjaan jantung.
Mesenchepalon, atap dari mesenchepalon terdiri dari empat
bagian yang menonjol keatas. Dua disebelah atas disebut
corpus kuadrigeminus superior dan dua disebelah bawah
disebut corpus kuadrigeminus inferior. Fungsi dari
mesenchepalon yaitu membantu pergerakan mata dan
mengangkat kelopak mata dan memutar mata dan pusat
pergerakan mata.
Pons Varoli, brakium pontis yang menghubungkan
mesenchepalon dengan pons varoli dan cerebellum terletak di
depan cerebellum diantara otak tengah dan medulla oblongata.
Disini terdapat premotoksid yang mengatur gerakan pernafasan
dan refleks. Fungsi pons varoli yaitu penghubung antara kedua
bagian cerebellum
Medulla Oblongata, bagian batang otak paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis.Fungsi
medulla oblongata yaitu mengontrol pekerjaan jantung, pusat
pernafasan dan vase konstruktor.

7
Gambar 2. Batang Otak (Truncus Cerebri)

2.1.3 Otak Kecil (Cerebellum)


Cerebellum terletak di belakang cerebrum. Cerebellum mengandung
sel saraf yang lebih banyak daripada kombinasi kedua hemisfer. Tidak
seperti cerebrum, cerebellum bagian kiri mengontrol tubuh bagian kiri
sedangkan cerebellum bagian kanan mengontrol tubuh bagian kanan. Pada
dasarnya cerebellum merupakan pusat kontrol pergerakan. Adapun fungsi
cerebellum antara lain:

Arkhiocerebellum (Vestibulocerebellum), untuk keseimbangan


dan rangsangan pendengaran ke otak.
Paleacerebellum (Spinocerebellum), sebagai pusat penerima
impuls dan nervusvagus kelopak mata, rahang atas, rahang
bawah, dan otot pengunyah.
Neocerebellum (Ponto Cerebellum), korteks cerebellum
menerima informasi tentang gerakan yang sedang dan yang
akan dikerjakan. (www.princetonbrainandspine.com)

Gambar 3. Otak Kecil (Cerebellum)

8
2.1.4 Lapisan Pelindung Otak

Jaringan susunan saraf pusat yang halus, lembut dan lunak perlu
perlindungan yang sempurna. Kulit kepala dan tulang tengkorak
melindungi otak dari berbagai bahaya mekanik apapun dari luar. Di dalam
tengkorak terdapat lagi suatu sistem perlindungan yang dibentuk oleh
selaput khas yang dalam keseluruhannya dikenal sebagai meninges.
Meninges terdiri atas tiga selaput, yang dari luar ke dalam secara berturut-
turut dinamakan duramater, arachnoid mater dan piamater.

Duramater
Terdiri atas jaringan ikat kolagen padat, tebal dan keras. Lapisan
yang paling luar berpadu dengan tengkorak dan merupakan
peristeum. Lapisan dalam merupakan selaput yang melapisi otak
dan sumsum tulang belakang. Pada otak lapisan ini bersatu dengan
lapisan luar sehingga tidak terdapat ruang epidural yang sejati.

Arachnoid mater
Merupakan selaput halus berbentuk seperti laba-laba yang
tersusun atas sel mesotel. Antara arachnoid dan piamater terdapat
ruang sub arakhnoid, terdiri atas berbagai serabut (terutama serabut
kolagen dengan sedikit serabut elastin dan retikulin) yang terjalin
seperti sarang laba-laba.

Piamater
Piamater terdiri atas selapis sel mesotel yang berhubungan erat
dengan otak. Juga membentuk sebagian sel choriodea, atap ventrikel
keempat dan secara tidak langsung juga plexus choroideus. Pada
bagian kaudal, piamater berakhir pada vertebrae lumbal kedua dan
kemudian membentuk filumterminale. Pembuluh darah
leptomeninges yang masuk ke dalam parenkim otak disertai oleh
piamater dan sekitar pembuluh darah terdapat ruang perivaskuler.

9
Gambar 4. Lapisan Pelindung Otak

2.1.5 Bagian Lain Pada Otak


Ventrikel Otak
Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang
saling berhubungan dan dibatasi oleh ependima (semacam sel epitel
yang membatasi semua rongga otak dan medula spinalis) dan
mengandung CSF (cerebrospinal fluid).Ventrikel otak terdiri dari
ventrikel leteral, ketiga dan keempat. (Price Sylvia, 1995)
Cairan Cerebrospinalis

Cairan cerebrospinalis terdapat pada ruang sub arachnoid di sekitar


otak, pada medulla spinalis dan terdapat juga di dalam ventrikel otak.
Cairan ini menyerupai plasma darah dan cairan interestial, namun
tidak mengandung protein. Cairan ini berfungsi sebagai bantalan
untuk jaringan lunak otak dan medla spinalis. (Sloane, 2005)

Gambar 5. Ventrikel Otak

10
2.2 Patologi Cidera Otak
Cidera otak adalah proses patologis pada jaringan otak yang bukan bersifat
degeneratif ataupun kongenital, melainkan akibat kekuatan mekanis dari luar
yang menyebabkan gangguan fisik, fungsi kongenital dan psikososial yang
sifatnya menetap atau sementara dan disertai dengan hilangnya atau
beurbahnya tingkat kesadaran (Selladurai et, al, 2007)
Cidera dibagi atas beberapa kategori antara lain :
A. Cidera Otak Ringan (COR)
Cidera Otak Ringan (COR) adalah cidera yang ditandai dengan tidak
adanya kehilangan kesadaran, pasien dapat mengeluh nyeri kepala
dan pusing. Kemudia pasien dapat menderita laserasi dan hematoma
kulit kepala. Nilai GCS: 14 - 15
B. Cidera Otak Sedang (COS)
Cidera Otak Sedang (COS) adalah cidera otak yang ditandai dengan
pasien sempat kehilangan kesadarannya atau muntah.
Nilai GCS : 9-13
C. Cidera Otak Berat (COB)
Cidera Otak Berat (COB) cidera otak yang ditandai dengan pasien
kehilangan kesadaran dalam waktu yang lama, mengalami
penurunan tingkat kesadaran secara progresif. Nilai GCS: 3-8
(Mansjoer, Arif, 2000)

2.2.1 Epidural Hematom (EDH)


Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di
ruang potensial antara tabula interna dan duramater. Paling sering terletak
diregio temporal atau temporal-parietal dan sering akibat robeknya
pembuluh meningeal media. Pada gambaran CT scan kepala, didapatkan
lesi hiperdens (gambaran darah intrakranial) umumnya di daerah temporal
berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung. Gejala klinisnya
adalah lucid interval, yaitu selang waktu antara pasien masih sadar setelah
kejadian trauma kranioserebral dengan penurunan kesadaran yang terjadi

11
kemudian. Biasanya waktu perubahan kesadaran ini kurang dari 24 jam.
Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran
yang semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi akibat
herniasi unkal dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral dengan
refleks patologis Babinski positif yang terjadi terlambat. Kadang-kadang,
hematoma epidural mungkin akibat robeknya sinus vena, terutama
diregio parietal-oksipital atau fossa posterior. Perdarahan epidural di
daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain
penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang membaik setelah
beberapa hari (Greenberg,2001).

Gambar 6. Epidural Hematoma (EDH)

2.2.2 Subdural Hematoma (SDH)


Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan
epidural. Terjadi akibat robeknya vena-vena jembatan, sinus venosus dura
mater atau robeknya araknoidea. Perdarahan terletak di antara duramater
dan araknoidea. SDH ada yang akut dan kronik. Gejala klinis berupa nyeri
kepala yang makin berat dan muntah proyektil. Jika SDH makin besar,
bisa menekan jaringan otak, mengganggu ARAS, dan terjadi penurunan
kesadaran. Gambaran CT scan kepala berupa lesi hiperdens berbentuk

12
bulan sabit. Bila darah lisis menjadi cairan, disebut higroma (hidroma)
subdural.

Gambar 7. Subdural Hematoma (SDH)

2.2.3 Intracerebral Hematoma (ICH)


Intracerebral Hematoma adalah perdarahan yang terjadi pada
jaringna otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam
jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran
yang kadang-kadang disertai lateralisasi. Pada pemeriksaan CT-scan
didapatkan adanya area hiperdens yang merupakan indikasi dilakukan
operasi. Adanya pergeseran garis tengah dan secara klinis hematom
tersebut dapat menyebabkan gangguan neurologis atau lateralisasi.
Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom disertai
dekompresi dari tulang kepala. (Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Persyarafan)

13
Gambar 8. Intracerebral Hematoma (ICH)

2.2.4 Subarachnoid Hemorrhage (SAH)


Perdarahan subaraknoid traumatik terjadi pada lebih kurang 40%
kasus cedera kranioserebral, sebagian besar terjadi di daerah permukaan
oksipital dan parietal sehingga sering tidak dijumpai tanda-tanda rangsang
meningeal. Adanya darah di dalam cairan otak akan mengakibatkan
penguncupan arteri-arteri di dalam rongga subaraknoidea. Bila
vasokonstriksi yang terjadi hebat disertai vasospasme akan timbul
gangguan aliran darah di dalam jaringan otak.Pada CT scan otak, tampak
perdarahan di ruang subaraknoid. Berbeda dengan SAH non-traumatik
yang umumnya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah.

Gambar 9. Subarachnoid Hemorrhage (SAH)

2.2.5 Intraventricular Hemorrhage (IVH)


Perdarahan intraventrikuler dibagi menjadi dua, perdarahan primer
intraventrikel dan perdarahan sekunder intraventrikel. Perdarahan primer

14
intraventrikel yaitu darah hanya dalam sistem ventrikuler tanpa adanya
rupture atau laserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH
merupakan perdarahan intrecerebral nontraumatik yang terbatas pada
sistem ventrikel. Sedangkan perdarahan sekunder intreventrikuler muncul
akibat pecahnya pembuluh darah intracerebral dalam dan jauh dari
periventricular yang meluas ke sistem ventrikel. Primary menandakan
tampilan patologik dan bukan menandakan etiologi yang tidak diketahui.
(Sanders, 1881).

Gambar 10. Intraventriculer Hemorrhage (IVH)

2.2.6 Fraktur Temporal

Fraktur tulang temporal merupakan konsultasi kegawatdaruratan


yang sering dihadapi oleh spesialis otolaringologi Pengetahuan anatomi
dari struktur vital dalam tulang temporal sangat penting untuk diagnosis
yang tepat dan manajemen cedera tersebut. Evaluasi yang tepat dapat
memperhitungkan spektrum keparahan dan gejala-gejala yang terjadi.
(Ho dan Makishima, 2010). Fraktur tulang temporal dibagi menjadi 4
berdasarkan orientasi relatif terhadap sumbu panjang tulang petrosa, yaitu
(Swartz dan Curtin, 2003):
Fraktur Longitudinal
Fraktur Tranversal
Fraktur Oblique
Fraktur Campuran

15
Gambar 11. Fraktur Temporal

2.3 Dasar-dasar MSCT


MSCT (Multislice Computed Tomography) adalah salah satu alat
pemeriksaan yang memanfaatkan komputer untuk melakukan rekonstruksi
data yang diperoleh dari sejumlah baris detektor yang menerima berkas
sinar-X yang mengalami penyerapan sejumlah energy (Attenuasi) dari obyek
atau organ yang dilewatinya (Bontrager, 2001).
Pada MSCT prinsip kerjanya hanya dapat men-scanning tubuh dengan
irisan melintang (Potongan Axial). Namun dengan memanfaatkan teknologi
komputer maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat direformat
kembali, sehingga diperoleh gambaran axial, sagittal, oblique, diagonal
bahkan dalam bentuk 3 dimensi. Menurut (Bontrager, 2001) ada 3 kelebihan
dari MSCT dibandingkan dengan konvensional radiografi, antara lain :
1) MSCT dapat menampilkan gambaran slice 3 dimensi dari struktur
internal tubuh
2) Sistem yang digunakan lebih sensitive pada diferensi jenis jaringan
yang berbeda dibandingkan dengan radiograf konvensional sehingga
perbedaan tipe jaringan bias dievaluasi dengan lebih mudah.
3) MSCT memungkinkan kita untuk melakukan menipulasi data dan
penambahan gambar setelah scanning selesai dilaksanakan dimana
hal ini dilakukan paa semua teknologi digital.

16
2.3.1 Dasar-dasar MSCT (Bontrager, 2002)
A. Gantry
Gantry merupakan struktur penyokong yang mempunyai lubang
dibagian tengah disebut Gantry Apperture. Gantry terdiri dari tabung
sinar- X, Kolimator dan Detektor.

B. Tabung sinar- X
Berdasarkan strukturnya tabung sinar- X sangat mirip dengan
tabung sinar- X konvensional. Namun perbedaannya terletak pada
kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi.

C. Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur dan
membatasi jumlah sinar-X yang sampai ke tubuh pasien serta untuk
meningkatkan kualitas gambar.

D. Detektor
Selama eksposi, berkasi sinar-X (foton) menembus pasien dan
mengalami pelemahan (attenuasi). Sinar-X yang talah menembus
pasien ter-attenuasi ini kemudian ditangkap oleh detektor untuk
selanjutnya diubah menjadi sinyal listrik yang kemudian akan diubah
lagi oleh DAS (Data Acquistion System) menjadi data digital agar
bias diolah oleh sistem komputer.

E. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien.
Meja ini biasanya terbuat dari carbon graphite fiber yang memiliki
daya attenuasi yang rendah serta mampu menopang beban hingga
lebih dari 200 kg.

17
F. Operator Control Console
Komponen dari operator console diantaranya yaitu keyboard,
mouse, single atau dual monitor tergantung dari sistemnya. Operator
console menyediakan teknologi untuk mengontrol parameter-
parameter dari suatu pemeriksaan yang disebut dengan protocol.
Selain itu juga dapat melihat dan memanipulasi gambar. Protocol
ditentukan sebelum dilakukannya prosedur lainnya. Protocol
meliputi parameter-parameter scanning seperti kV, mA, slice
thickness, pitch, field of view dan lain-lain. Parameter tersebut dapat
dimodifikasi apabila dibutuhkan berdasarkan diagnosa atau clinical
history pasien.

2.3.2 Parameter MSCT (Ballinger, 2003)


A. Slice Thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek
yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1-10 mm sesuai dengan
keperluan klinis. Pada umumnya ukuran yang tebal akan
menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah, sebaliknya yang
tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail yang tinggi.

B. Range
Range atau rentang adalah perpaduan atau kombinasi dari
beberapa slice thickness. Pemanfaatan dari range adalah untuk
mendapatkan ketebalan irisan yang sama pada satu lapangan
pemeriksaan.

C. Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor yang meliputi tegangan tabung (kV),
arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan tabung
dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan. Namun
kadang-kadang pengaturan tegangan tabung diatur ulang untuk
menyesuaikan ketebalan objek yang akan diperiksa (rentangnya

18
antara 80-140 kV). Tujuannya adalah untuk mendapatkan resolusi
gambar yang tinggi sehubungan dengan letak dan struktur
penyusunnya.

D. Field of View (FoV)


Field of View adalah maksimal dari gambaran yang akan
direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada
rentang 12-50 cm. FoV yang kecil maka akan mereduksi ukuran pixel
(picture element), sehingga dalam proses rekonstruksi matriks
gambarannya akan menjadi lebih teliti. Namun, jika ukuran FoV
terlalu kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan
klinis menjadi sulit untuk dideteksi.

E. Gantry tilt
Gantry tilting adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal
dengan gantry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan
250 sampai + 250. Penyudutan dari gantry bertujuan untuk keperluan
diagnosa dan bertujuan untuk mereduksi dosis radiasi terhadap
organ-organ yang sensitif seperti mata.

F. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom pada
picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Pada
umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 (5122) yaitu
512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks ini berpengaruh
terhadap resolusi gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi
matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusi yang akan
dihasilkan.

G. Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis (algorithma)
yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Hasil dan
karakteristik dari CT-Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang

19
dipilih. Sebagian besar CT-Scan sudah memiliki standar algorithma
tertentu untuk pemeriksaan kepala, abdomen, dan lain-lain. Semakin
tinggi resolusi algorithma yang dipilih, maka semakin tinggi pula
resolusi gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini
maka gambaran seperti tulang, soft tissue dan jaringan-jaringan lain
dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

H. Window Width
Window Width adalah rentang nilai computed tomography yang
akan dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV
monitor.Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar
melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan
dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai
computedtomography. Nilai ini mempunyai satuan HU (Hounsfield
Unit) yang diambil dari nama penemu CT-Scan kepala pertama kali
yaitu Godfrey Hounsfield.

Berikut ini tabel nilai CT pada jaringan yang berbeda penampakannya


pada layar monitor (Bontrager, 2010).

Tipe jaringan Nilai CT (HU) Penampakan


Tulang +1000 Putih
Otot +50 Abu-abu
Materi putih +45 Abu-abu menyala
Materi abu-abu +40 Abu-abu
Darah +20 Abu-abu
CSF +15 Abu-abu
Air 0
Lemak -100 Abu-abu gelap ke hitam
Paru -200 Abu-abu gelap ke hitam
Udara -1000 Hitam

20
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU. Untuk tulang
mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan
untuk kondisi udara nilai ini adalah1000 HU. Diantara rentang
tersebut merupakan jaringan atau substansi lain dengan nilai
berbeda-beda pula tergantung pada tingkat pelemahannya. Dengan
demikian penampakan tulang dalam monitor menjadi putih dan
penampakan udara hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi
menjadi warna abu-abu yang bertingkat yang disebut Gray Scale.
Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-
abu dapat menjadi putih jika diberi media kontras Iodine.

I. Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan
untuk penampakan gambar. Nilainya dapat dipilih tergantung pada
karakteristik pelemahan dari struktur objek yang diperiksa. Window
level ini menentukan densitas gambar yang akan dihasilkan.

J. Pitch
Pitch adalah pergerakan meja perotasi dibagi slice thickness. Pitch
berpengaruh pada kualitas gambaran dan volume gambaran. Pitch yang
tinggi akan meningkatkan volume gambaran karena berpengaruh pada
resolusi sepanjang Z-axis.

2.3.3 Prosedur Pemeriksaan MSCT


2.3.3.1 Pengertian
Prosedur adalah urutan dari rangkaian yang harus diikuti. Prosedur
pemeriksaan MSCT Kepala adalah teknik pemeriksaan secara
radiologi untuk mendapatkan informasi anatomi irisan atau
penampang melintang kepala (Seeram, 2001).
2.3.3.2 Indikasi Pemeriksaan
A. Tumor
B. Kelainan Kongiental
C. Masalah Vaskularisasi

21
D. Inflamasi
E. Kelainan pada sum-sum tulang belakang (Sistem Saraf)
2.3.3.3 Persiapan Pemeriksaan
1) Persiapan Pasien
Petugas memberikan instruksi yang menyangkut prosedur
pemeriksaan yang harus diketahui oleh pasien. Benda /
aksesoris seperti gigi palsu, anting-anting, penjepit rambut dan
alat bantu pendengaran harus dilepas terlebih dahulu sebelum
dilakukan pemeriksaan, karena akan menyebabkan artefak.
Untuk kenyamanan pasien sebaiknya tubuh pasien diberi
selimut. (Bontrager, 2001)
2) Persiapan Alat dan Bahan (Seeram, 2001)
A. Pesawat MSCT-Scan
B. Alat-alat fiksasi kepala
C. Apron
D. Automatic Scanning
E. Selimut tebal
F. Tabung Oksigen
G. Printer dan Film
3) Teknik Pemeriksaan
A. Posisi pasien :
Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi
kepala dekat gantry
B. Posisi Obyek :
Kepala hyperfleksi dan diletakkan pada head holder.
Samping kiri dan kanan diberikan fiksasi kepala agar pasien
tidak bergerak. Agar gambaran simetris, kepala diposisikan.
Sehingga Mid Sagital Plane sejajar dengan lampu indikator
horizontal. Kedua tangan pasien diletakkan disamping
tubuh. Gantry disudutkan 20 terhadap canthomeatal line
untuk mengurangi penyinaran kearah mata (Seeram, 2001).

22
4) Scan Parameter (Seeram, 2001)
Scanogram : Kepala lateral
Range : Foramen Magnum Vertex
Slice Thickness : 5 10 mm
Scan Time : 19 s
kV, mA : 120, 250
Window width : 0-9 HU (Otak Supratentorial)
110-160 HU (Otak pada Fossa Posterior)
2000-3000 HU (Tulang)
Window level : 40-45 HU (Otak Supratentorial)
40 HU (Otak pada Fossa Posterior)
200-400 HU (Tulang)

5) Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan MSCT Kepala


pada umumnya :
A. Potongan Axial I
Merupakan bagian paling superior dari otak yang
disebut Hemisphere. Kriteria gambarnya adalah
tampak :
Bagian anterior sinus superior sagittal
Centrum semi ovale (berisi materi cerebrum)
Fissura Longitudinal (bagian dari falks cerebri)
Sulcus
Gyrus
Bagian posterior sinus superior sagittal

23
Gambar 12. Potongan Axial I (Bontrager, 2001)

B. Potongan Axial IV
Merupakan irisan axial yang disebut tingkat medial
ventrikel. Kriteria gambarnya tampak :
Anterior Corpus Collosum
Anterior Horn dari Ventrikel lateral kiri
Nucleus Caudate
Thalamus
Ventrikel tiga
Kelenjar Pineal

Gambar 13. Potongan Axial IV (Bontrager, 2001)

C. Potongan Axial V
Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel
medial tiga. Kriteria gambar yang tampak :
Anterior Corpus Collosum
Anterior Horn Ventrikel lateral kiri

24
Ventrikel tiga
Kelenjar Pineal
Protuberantia Occipital Interna

Gambar 14. Potongan Axial V (Bontrager, 2001)

6) Proteksi Radiasi
Proteksi menurut (Seeram, 2001) pada pemeriksaan MSCT
Kepala adalah sebagai berikut :
Konsultasi kepada Radiolog apakah pemeriksaan MSCT
benar-benar akan dilakukan
Bagian yang tidak diperiksa dilindungi dengan Apron
Menggunakan teknik dosis radiasi rendah

25

Anda mungkin juga menyukai