Anda di halaman 1dari 21

Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

PERBANDING PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS


BERDASARKAN INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD 41
DENGAN PSAK 69 PADA PTPN XII UUS GUNUNG GUMITIR

Sugik Darmanto
NIM. 12.1042.1044

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

ABSTRAK

Aset biologis merupakan tanaman dan hewan yang mengalami transformasi


biologi. Transformasi biologis terdiri dari proses pertumbuhan, degenerasi,
produksi dan prokreasi yang menyebabkan perubahan secara kualitatif dan
kuantitatif dalam kehidupan hewan dan tumbuhan, dapat menghasilkan aset baru
yang terwujud dalam produk agrikultur atau berupa tambahan aset biologis dalam
kelas yang sama. Karena mengalami transformasi biologis itu maka diperlukan
pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai
dengan kontribusinya dalam menghasilkan aliran keuntungan ekonomis bagi
perusahaan. International Accounting Standard Committee (IASC) telah
mempublikasikan dalam International Financial Reporting Standards (IFRS),
perlakuan akuntansi bagi aset biologis yang diatur dalam International
Accounting Standard 41 (IAS 41) yang melingkupi tentang akuntansi bagi sektor
usaha agrikultur. IAS 41 mengatur mengenai perlakuan akuntansi, penyajian
laporan keuangan, dan pengungkapan. Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAKIAI) dipenghujung tahun 2015, tepatnya pada
tanggal 16 Desember 2015, DSAKIAI telah mengesahkan Exposure Draft (ED)
PSAK 69: Agrikultur menjadi PSAK 69. PSAK 69: Agrikultur memberikan
pengaturan akuntansi yang meliputi pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan
aktivitas agrikultur. Penelitian ini dilakukan pada PTPN XII UUS Gunung
Gumitir yang bergerak dalam bidang perkebunan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi aset biologis serta
perbandingan perlakuan akuntansi aset biologis yang diterapkan PTPN XII UUS
Gunung Gumitir dengan perlakuan akuntasi aset biologis berdasarkan IAS 41
dengan PSAK 69. Dalam melakukan penelitian ini, penulis mendasarkan analisis
yang dibuat berdasarkan literatur yang relevan dengan topik penelitian serta data
yang diperoleh dari tempat penelitian.

Kata Kunci : Perlakuan Akuntansi, Aset Biologis, IAS 41 dan PSAK 69

1
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

ABSTRACT

Biological assets are plants and animals that undergo biological


transformations. Biological transformation consists of a process of growth,
degeneration, production and procreation that cause qualitative and quantitative
changes in the lives of animals and plants, can produce new assets embodied in
the form of agricultural products or additional biological assets in the same class.
Due to biological transformation that then takes measurements to demonstrate the
value of these assets fairly in accordance with their contribution in generating the
flow of economic benefits for the company. International Accounting Standards
Committee (IASC) has published the International Financial Reporting Standards
(IFRS), the accounting treatment for biological assets set out in International
Accounting Standard 41 (IAS 41) surrounding the accounting for the business
sector of agriculture. IAS 41 governs the accounting treatment, financial
statement presentation and disclosure. Financial Accounting Standards Board
Accounting Association of Indonesia (DSAKIAI) dipenghujung 2015, precisely on
December 16, 2015, has adopted DSAKIAI Exposure Draft (ED) IAS 69:
Agriculture into IAS 69. IAS 69: Agriculture provides accounting settings that
include the recognition, measurement, as well as the disclosure of agricultural
activity. This research was conducted in PTPN XII UUS Mount gumitir engaged
in the plantation sector. The purpose of this study was to determine how the
accounting treatment for biological assets and the accounting treatment for
biological assets ratio applied PTPN XII UUS Mount gumitir the accounting
treatment of biological assets by IAS 41 to IAS 69. In conducting this study, the
authors based on the analysis made by literature relevant to the topic of research
as well as data obtained from the study.

Keywords: Accounting Treatment, Biological Assets, IAS 41 and IAS 69

2
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

1. PENDAHULUAN informasi yang berguna bagi


1.1 Latar Belakang pemakainya adalah informasi yang
Pada saat sekarang ini, memiliki empat karakteristik pokok,
perusahaan agrikultur merupakan yaitu: dapat dipahami, relevan, andal,
bagian penting dalam perekonomian dan dapat dibandingkan. Agar
Indonesia, sebab pemanfaatan lahan informasi yang diperoleh dari
setiap tahunnya mengalami laporan keuangan dapat diandalkan,
peningkatan. Aset yang dimiliki oleh maka laporan tersebut harus cukup
perusahaan agrikultur mempunyai terbebas dari kesalahan dan
perbedaan dengan perusahaan yang penyimpangan, baik yang
bergerak dibidang lain karena berhubungan dengan pengakuan,
mengalami transformasi biologis pengukuran, penyajian, maupun
serta pengelolaan atas tanaman untuk pengungkapanya.
menghasilkan suatu produk yang Aset biologis adalah aset yang
dapat dikonsumsi atau diproses lebih unik, karena mengalami transformasi
lanjut. Dari sisi kesejahteraan pertumbuhan bahkan setelah aset
masyarakat, peningkatan pada sektor biologis menghasilkan output.
ini dapat ditunjukkan dengan Transformasi biologis terdiri atas
semakin banyakknya penyerapan proses pertubuhan, degenerasi,
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk produksi, dan prokreasi yang
mendukung perindustrian ini. Karena menyebabkan perubahan secara
karakteristiknya yang unik, kualitatif dan kuantitatif dalam
perusahaan yang bergerak dalam kehidupan hewan dan tumbuhan
bidang agrikultur mempunyai tersebut. Aset biologis dapat
kemungkinan yang cukup besar menghasilkan aset baru yang
untuk menyampaikan informasi pada terwujud dalam agriculture produce
laporan keuangan yang lebih bisa atau berupa tambahan aset biologis
dibandingkan dengan perusahaan dalam kelas yang sama. Karena
yang bergerak dibidang lain terutama mengalami transformasi biologis itu
dalam hal pengakuan, pengukuran, maka diperlukan pengukuran yang
penyajian, serta pengungkapan dapat menunjukkan nilai dari aset
mengenai aset tetapnya. Salah satu tersebut secara wajar sesuai dengan
bentuk informasi dalam bidang kontribusinya dalam menghasilkan
ekonomi adalah laporan keuangan. aliran keuntungan ekonomis bagi
Laporan keuangan memberikan perusahaan.
informasi tentang posisi keuangan, Perusahan Perseroan (persero)
kinerja keuangan, dan perubahan PT. Perkebunan Nusantara XII
posisi keuangan. Adanya laporan adalah salah satu Badan Usaha Milik
keuangan adalah untuk memberikan Negara (BUMN) sektor perkebunan
informasi tentang keuangan dari Indonesia. PT. Perkebunan
sebuah entitas kepada pihak-pihak Nusantara XII merupakan hasil
yang berkepentingan dalam hal penggabungan tiga buah PT.
untuk pengambilan keputusan bisnis. Perkebunan (PTP) yang ada di Jawa
Berdasarkan kerangka Timur, yaitu: PT. Perkebunan XXIII,
konseptual Standar Akuntansi PT. Perkebunan XXVI, dan PT.
Keuangan (SAK) No 1 (2007:7), Perkebunan XXIX menjadi PT.

3
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

Perkebunan Nusantara XII 69. PSAK 69: Agrikultur


(PERSERO) berdasarkan peraturan memberikan pengaturan akuntansi
pemerintah no. 17 tahun1996, yang meliputi pengakuan,
tanggal 11 maret 1996. Saat ini, 90% pengukuran, serta pengungkapan
saham pemerintah Indonesia di PT. aktivitas agrikultur. Secara umum
Perkebunan Nusantara XII dialihkan PSAK 69 mengatur bahwa aset
ke PT. Perkebunan Nusantara III dan biologis atau produk agrikultur
hal ini menjadikan PT. Perkebunan diakui saat memenuhi beberapa
Nusantara III sebagai holding Badan kriteria yang sama dengan kriteria
Usaha Milik Negara (BUMN) pengakuan aset. Aset tersebut diukur
perkebunan di Indonesia. (PTPN pada saat pengakuan awal dan pada
XII). setiap akhir periode pelaporan
International Accounting keuangan pada nilai wajar dikurangi
Standard Committee (IASC) telah biaya untuk menjual. PSAK 69
mempublikasikan dalam mengatur mengenai perlakuan
International Financial Reporting akuntansi dan pengungkapan yang
Standards (IFRS), perlakuan terkait dengan aktivitas agrikultur
akuntansi bagi aset biologis yang yang merupakan hasil panen dari aset
diatur dalam International biologis milik entitas, pada titik
Accounting Standard 41 (IAS 41) panen. Aktivitas agrikultur
yang melingkupi tentang akuntansi (agricultural activity) adalah
bagi sektor usaha agrikultur. IAS 41 manajemen transformasi biologis dan
mengatur mengenai perlakuan panen aset biologis oleh entitas untuk
akuntansi, penyajian laporan dijual atau untuk dikonversi menjadi
keuangan, dan pengungkapan terkait produk agrikultur atau menjadi aset
dengan kegiatan pertanian yang tidak biologis tambahan. Selain itu, PSAK
tercakup dalam standar lainnya. 69 mengatur mengenai transformasi
Kegiatan pertanian adalah biologis (biological transformation)
manajemen oleh entitas transformasi terdiri dari proses pertumbuhan,
biologis hewan atau tanaman (aset degenerasi, produksi, dan prokreasi
biologis) hidup untuk dijual, menjadi yang mengakibatkan perubahan
hasil pertanian, atau ke aset biologis kualitatif atau kuantitatif aset
tambahan. Selain itu, IAS 41 biologis. Dengan demikian,
mengatur, antara lain, perlakuan penerapan International Accounting
akuntansi untuk aset biologis selama Standard 41 (IAS 41) dan PSAK 69
periode pertumbuhan, degenerasi, pada perusahaan seharusnya sangat
produksi, dan prokreasi, serta untuk diperlukan untuk menyajikan
pengukuran awal hasil pertanian informasi yang lebih relevan dan
pada titik panen. informatif. Penelitian ini
Dewan Standar Akuntansi dimaksudkan untuk mengidentifikasi
Keuangan Ikatan Akuntansi perlakuan akuntansi pada salah satu
Indonesia (DSAKIAI) dipenghujung perusahaan agrikultur di Indonesia
tahun 2015, tepatnya pada tanggal 16 yaitu: PTPN XII UUS Gunung
Desember 2015, DSAKIAI telah Gumitir, serta membandingkan
mengesahkan Exposure Draft (ED) perlakuan akuntansi perusahaan
PSAK 69: Agrikultur menjadi PSAK tersebut dengan standard akuntansi

4
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

yang mengatur tentang aset biologis dilaporkan dalam laporan keuangan


yaitu IAS 41 dan PSAK 69. perusahaan pada periode terjadinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka IAS 41 dapat diaplikasikan untuk
dalam penelitian ini di ambil judul: akun-akun berikut yang berkaitan
Perbandingan Perlakuan dengan aktivitas agrikultur:
Akuntansi Aset Biologis a. Aset biologis
Berdasarkan International b. Hasil produksi pertanian pada saat
Accounting Standard 41 (IAS 41) panen
Dengan PSAK 69 Pada PTPN XII c. Hibah pemerintah
UUS Gunung Gumitir. Akan tetapi IAS 41 tidak dapat
diaplikasikan untuk:
1.2 Rumusan Masalah a. Tanah atau lahan yang terkait
Berdasarkan latar belakang dengan aktivitas agrikultur
masalah yang telah disampaikan b. Aset tak berwujud yang terkait
diatas, maka rumusan masalah dalam dengan aktivitas agrikultur
penelitian ini adalah: IAS 41 ini juga dapat
1. Bagaimana perlakuan akuntansi diaplikasikan untuk hasil produksi
aset biologis PTPN XII UUS agrikultur, yang merupakan hasil
Gunung Gumitir, terutama dalam panen dari aset biologis entitas,
hal pengakuan, pengukuran, hanya pada saat masa panen
penyajian, dan pengungkapan? berlangsung. IAS 41 tidak berlaku
2. Bagaimana perbandingan antara untuk produser akuntansi atas
perlakuan akuntansi aset biologis pemrosesan hasil produksi setelah
PTPN XII UUS Gunung Gumitir panen.
dengan perlakuan akuntansi aset
biologis berdasarkan IAS 41 dan 2.1.1 Pengakuan Aset Biologis
PSAK 69? Aset biologis dalam laporan
keuangan dapat diakui sebagai aset
2. KAJIAN PUSTAKA lancar maupun aset tidak lancar
2.1 International Accounting sesuai dengan jangka waktu
Standard 41 (IAS 41) transformasi biologis dari aset
IAS 41 merupakan standart biologis yang bersangkutan. Aset
yang bertujuan untuk menentukan biologis diakui ke dalam aset lancar
perlakuan akuntansi dan ketika masa manfaat/masa
pengungkapan terkait hasil pertanian tansformasi biologisnya kurang dari
dan aset biologis yang mensyaratkan atau sampai dengan 1 (satu) tahun
bahwa setiap aset biologis, dalam dan diakui sebagai aset tidak lancar
laporan keuangan harus dinilai jika masa manfaat/masa transformasi
dengan nilai wajar (fair value) pada biologisnya lebih dari 1 (satu) tahun.
setiap akhir periode pelaporan. Hal Dalam IAS 41, perusahaan
tersebut, dapat mengakibatkan dapat mengakui aset biologis jika,
timbulnya rugi atau laba yang dan hanya jika:
disebabkan oleh penurunan atau a. Perusahaan mengontrol aset
kenaikan nilai aset. Laba atau rugi tersebut sebagai hasil dari
yang terjadi karena penurunan atau transaksi masa lalu.
kenaikan nilai aset tersebut, harus

5
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

b. Memungkinkan diperolehnya diakui sebagai laba (gain) atau rugi


manfaat ekonomi pada masa (losses) atas penilaian kembali.
depan yang akan mengalir ke Pengakuan (recognition) dan
dalam perusahaan. pengukuran aset biologis
c. Mempunyai nilai wajar atau biaya berdasarkan IAS 41 : Agrikultur
dari aset dapat diukur secara mampu memberikan informasi yang
andal. relevan tentang aset biologis karena
Aset biologis dalam laporan aset biologis telah diukur
keuangan dapat diakui sebagai aset berdasarkan nilai wajarnya, akan
lancar maupun aset tidak lancar tetapi dasar dari pengukuran nilai
sesuai dengan jangka waktu wajar lebih banyak menggunakan
transformasi biologis dari aset estimasi atau perkiraan yang sulit
biologis yang bersangkutan. Aset untuk diukur keandalannya. Hal ini
biologis diakui ke dalam aset lancar merupakan kelemahan dari
ketika masa manfaat atau masa pengukuran aset berdasarkan nilai
transformasi biologisnya kurang dari wajar, oleh karena itu untuk
atau sampai dengan 1 (satu) tahun mendapatkan keandalan dari
dan diakui sebagai aset tidak lancar informasi nilai wajar, para pengguna
jika masa manfaat atau masa laporan keuangan menggunakan jasa
transformasi biologisnya lebih dari 1 penilai aset untuk mendapatkan
(satu) tahun. keyakian akan keandalan atas
informasi yag dihasilkan.
2.1.2 Pengukuran Aset Biologis
Karena karakteristiknya yang 2.1.3 Pengungkapan Aset Biologis
berbeda dengan karakteristik aset Menurut IASCS (2009), entitas
yang lain, maka dalam pengukuranya akan mengungkapkan untung atau
aset biologis memiliki beberapa rugi (gain or loss) yang terjadi
pendekatan metode pengukuran. selama periode berjalan pada
Transformasi biologis yang dialami pengakuan awal dari aset biologis
oleh aset biologis membuat nilai aset dan produk agrikultural dan yang
biologis dapat berubah sesuai dengan berasal dari perubahan dari nilai
nilai transformasi biologis yang wajar dikurangi biaya penjualan dari
dialami oleh aset biologis tersebut. aset biologis.
Dalam IAS 41 : Agrikultur, Selain itu sebuah entitas harus
pengukuran atas nilai dari aset menyediakan sebuah deskripsi dari
biologis dilakukan pada saat masing-masing kelompok aset
pengakuan awal dan pada saat biologis. Dengan adanya masing-
tanggal neraca. Pengukuran kembali masing kelompok dari aset biologis,
yang dilakukan tanggal neraca dibedakan antara tanaman yang
mengharuskan diadakannya revaluasi dewasa (tanaman menghasilkan) dan
atas nilai dari aset biologis jika tanaman belum menghasilkan.
ditemukan perbedaan antara nilai Sebagai contohnya, sebuah
wajar yang telah tercatat dengan nilai entitas dapat mengungkapkan harga
wajar pada tanggal neraca. Selisih perolehan (carrying amounts) dari
antara nilai wajar pada tanggal aset biologis yang dikonsumsi dan
neraca dengan nilai wajar tercatat bearer dari aset biologis. Perbedaan

6
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

tersebut dapat memberikan informasi e. Adanya peningkatan aset biologis


dalam penilaian dari penentuan karena penggabungan usaha.
waktu untuk arus kas masa depan. f. Perbedaan yang timbul karena
Aset biologis yang dapat penjabaran laporan keuangan ke
dikonsumsi adalah tanaman yang dalam mata uang pelaporan yang
sudah bisa dipanen sebagai produk berbeda, serta perubahan lainnya.
agrikultur atau dijual sebagai aset Harga nilai wajar dikurangi
biologis. Contohnya adalah hewan biaya penjualan dari aset biologis
yang diambil dagingnya, peternakan dapat berubah dari fisik maupun
ikan, tanaman seperti gandum, dll. perubahan harga dipasar. Oleh
Bearer aset biologis adalah aset karena itu, dibuat pengungkapan
biologis selain yang dikonsumsi, yang dipisah dari perubahan fisik dan
biasanya merupakan aset yang self- harga untuk menunjukkan kinerja
regenerating. Contohnya adalah periode berjalan dan prospek masa
pohon buah, perkebunan anggur, dll. depan, apabila siklus produksinya
Entitas harus mengungkapkan lebih dari 1 (satu tahun).
metode dan asumsi yang dipakai Transformasi biologis yang
dalam menentukan nilai wajar dari berdampak pada perubahan fisik
setiap kelompok produk agrikultural seperti pertumbuhan, degenerasi, dan
pada saat panen dan setiap kelompok prokreasi, masing-masing bisa
dari aset biologis. Entitas juga harus diobservasi dan diukur. Masing-
mengungkapkan nilai wajar masing dari perubahan fisik tersebut
dikurangi oleh biaya penjualan dari mempunyai hubungan langsung
produk agrikultural yang panen pada terhadap keuntungan ekonomi masa
periode tersebut, pada saat panen. depan.
Entitas menampilkan
rekonsiliasi dari perubahan dalam 2.2 Pernyataan Standart
harga bawaan (carrying amounts) Akuntansi Keuangan (PSAK
dari aset biologis diantara awal dan 69)
akhir dari periode berjalan. Menurut Secara umum PSAK 69
IASCF (2009) dalam widyastuti mengatur bahwa aset biologis atau
(2012), rekonsiliasi tersebut produk agrikultur diakui saat
termasuk: memenuhi beberapa kriteria yang
a. keuntungan atau kerugian yang sama dengan kriteria pengakuan aset.
timbul dari perubahan nilai wajar Aset tersebut diukur pada saat
dikurangi estimasi biaya pengakuan awal dan pada setiap
penjualan. akhir periode pelaporan keuangan
b. Peningkatan aset biologis karena pada nilai wajar dikurangi biaya
pembelian. untuk menjual. PSAK 69 mengatur
c. Penurunan aset biologis yang mengenai perlakuan akuntansi dan
disebabkan oleh penjualan dan pengungkapan yang terkait dengan
aset biologis tersebut aktivitas agrikultur yang merupakan
dikategorikan sebagai aset yang hasil panen dari aset biologis milik
dimiliki untuk dijual. entitas, pada titik panen. Aktivitas
d. Adanya penurunan aset biologis agrikultur (agricultural activity)
karena panen. adalah manajemen transformasi

7
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

biologis dan panen aset biologis oleh Menurut PSAK 69, entitas
entitas untuk dijual atau untuk mengakuai aset biologis atau produk
dikonversi menjadi produk agrikultur agrikultur ketika, dan hanya ketika:
atau menjadi aset biologis tambahan. a. Entitas mengendalikan aset
Selain itu, PSAK 69 mengatur biologis sebagai akibat dari
mengenai transformasi biologis peristiwa masa lalu
(biological transformation) terdiri b. Besar kemungkinan manfaat
dari proses pertumbuhan, degenerasi, ekonomik masa depan yang
produksi, dan prokreasi yang terkait dengan aset biologis
mengakibatkan perubahan kualitatif tersebut akan mengalir ke entitas
atau kuantitatif aset biologis. PSAK c. Nilai wajar atau biaya perolehan
69 dapat diaplikasikan untuk akun- aset biologis dapat diukur secara
akun berikut yang berkaitan dengan andal
aktivitas agrikultur: Dalam aktivitas agrikultur,
pengendalian dapat dibuktikan
a. Aset biologis, kecuali tanaman dengan, sebagai contoh, kepemilikan
produktif hukum atas ternak dan merek atau
b. Produk agrikultur pada titik panen penandaan atas ternak pada saat
c. Hibah pemerintah yang termasuk pengakuisisian, kelahiran, atau
dalam paragraf 34 dan 35 penyapihan. Manfaat masa depan
Akan tetapi PSAK 69 tidak dapat umumnya dinilai melalui pengukuran
diaplikasikan untuk: atribut fisik yang signifikan.
a. Tanah yang terkait dengan
aktivitas agrikultur 2.2.2 Pengukuran Aset Biologis
b. Tanaman produktif yang terkait Aset biologis diukur pada saat
dengan aktivitas agrikultur pengakuan awal dan pada setiap
c. Hibah pemerintah yang terkait akhir periode pelaporan pada nilai
dengan tanaman produktif wajar dikurangi biaya untuk menjual,
d. Aset tak berwujud yang terkait kecuali untuk kasus yang
dengan aktivitas agrikultur dideskripsikan dalam paragraf 30
dimana nilai wajar tidak dapat diukur
2.2.1 Pengakuan Aset Biologis secara andal.
Aset biologis dalam laporan Produk agrikultur yang
keuangan dapat diakui sebagai aset dipanen dari aset biologis milik
lancar maupun aset tidak lancar entitas diukur pada nilai wajar
sesuai dengan jangka waktu dikurangi biaya untuk menjual pada
transformasi biologis dari aset titik panen. Pengukuran seperti ini
biologis yang bersangkutan. Aset merupakan biaya pada tanggal
biologis diakui ke dalam aset lancar tersebut ketika menerapkan standart
ketika masa manfaat/masa lain yang berlaku.
tansformasi biologisnya kurang dari Pengukuran nilai wajar aset
atau sampai dengan 1 (satu) tahun biologis atau produk agrikultur dapat
dan diakui sebagai aset tidak lancar didukung dengan mengelompokkan
jika masa manfaat/masa transformasi aset biologis atau produk agrikultur
biologisnya lebih dari 1 (satu) tahun. sesuai dengan atribut yang
signifikan; sebagai contoh

8
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

berdasarkan usia atau kualitas. gandum, produk tanaman produktif


Entitas memilih atribut yang sesuai dan pohon yang ditanam untuk
dengan atribut yang digunakan di menghasilkan potongan kayu. Aset
pasar sebagai dasar penentuan harga. biologis produktif adalah aset selain
aset biologis yang dapat dikonsumsi;
2.2.3 Pengungkapan Aset Biologis sebagai contoh, ternak yang
Menurut PSAK 69, entitas dimaksudkan untuk memproduksi
harus mengungkapkan keuntungan susu, dan pohon buah yang
atau kerugian gabungan yang timbul menghasilkan buah untuk dipanen.
selama periode berjalan pada saat Aset biologis produktif bukan
pengakuan awal aset biologis dan merupakan produk agrikultur, tetapi
produk agrikultur, dan dari dimiliki untuk menghasilakan produk
perubahan nilai wajar dikurangi agrikultur.
biaya untuk menjual aset biologis. Entitas menyajikan rekonsiliasi
Selan itu entitas harus perubahan jumlah tercatat aset
menyediakan sebuah deskripsi dari biologis antara awal dan akhir
masing-masing aset biologis. Dengan periode berjalan. Rekonsiliasi
adanya masing-masing kelompok tersebut mencakup:
dari aset biologis, dibedakan antara a. Keuntungan atau kerugian yang
aset biologis menghasilkan (mature) timbul dari perubahan nilai wajar
dan aset biologis yang belum dikurangi biaya menjual
menghasilkan (immature) sesuai b. Kenaikan karena pembelian
keadaan aset biologis tersebut. c. Penurunan yang diatribusikan
Sebagai contoh, entitas dapat pada penjualan dan aset biologis
mengungkapkan jumlah tercatat aset yang diklasifikasikan sebagai
biologis yang dapat dikonsumsi dan dimiliki untuk dijual
aset biologis produktif berdasarkan d. Penurunan karena panen
kelompok. Entitas selanjutnya dapat e. Kenaikan yang dihasilkan dari
membagi jumlah tercatat tersebut kombinasi bisnis
antara aset yang telah menghasikan f. Selisih kusr neto yang timbul dari
dan belum menghasilkan. Perbedaan penjabaran laporan keuangan ke
ini memberikan informasi yang mata uang penyajian yang
mungkin berguna dalam menilai berbeda, dan penjabaran dari
waktu arus kas masa depan. Entitas kegiatan usaha luar negeri ke
mengungkapkan dasar dalam mata uang penyajian entitas
membuat perbedaan tersebut. pelapor
Aset biologis yang dapat g. Perubahan lain
dikonsumsi adalah aset biologis yang
akan dipanen sebagai produk 3. METODE PENELITIAN
agrikultur atau dijual sebagai aset 3.1 Lokasi Penelitian
biologis. Contoh aset biologis yang Lokasi penelitian dalam
dapat dikonsumsi adalah ternak yang penulisan ini adalah perusahaan
dimaksudkan untuk memproduksi milik negara yang bergerak dibidang
daging, ternak yang dimiliki untuk agrikultur yaitu PTPN XII UUS
dijual, ikan yang dibudidayakan, Gunung Gumitir.
tanaman panen seperti jagung dan

9
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

3.2 Jenis dan Sumber Data memperoleh data mengenai


a. Jenis Data perlakuan akuntansi aset
Jenis data yang digunakan biologis yang diterapkan oleh
dalam penelitian ini adalah perusahaan.
sebagai berikut: 2. Data sekunder, yaitu sumber
1. Data kualitatif, yaitu data yang data penelitian yang diperoleh
berbentuk kata, kalimat, skema peneliti secara tidak langsung
dan gambar (Sugiyono, melalui media perantara yang
2004:13). Sumber data dari diperoleh dan dicatat oleh
penelitian ini yaitu data dari pihak lain (Sumadi
perusahaan dalam bentuk Suryabrata,1983:18). Data
informasi baik lisan maupun sekunder umumnya berupa
tulisan seperti sejarah bukti, catatan, laporan historis
berdirinya perusahaan, struktur yang telah tersusun dalam arsip
organisasi yang disertai uraian (data dokumenter) yang
tugasnya, serta data-data lain dipublikasikan dan yang tidak
yang bersifat kualitatif yang dipublikasikan atau literature
dibutuhkan dalam rangka yang diperlukan dalam
penulisan. penelitian ini. Data sekunder
2. Data kuantitatif, yaitu data dalam penelitian ini adalah
yang berbentuk angka atau data dokumen-dokumen atau arsi-
kualitatif yang diangkakan arsip perusahaan yang
(Sugiyono, 2007:13). Data berkaitan dengan penelitian
kuantitatif dalam penelitian ini berupa laporan keuangan serta
seperti besarnya nilai aset catatan-catatan mengenai
biologis yang diakui oleh pengakuan dan pengukuran
perusahaan dalam laporan aset biologis.
keuangan, serta data-data lain
yang dibutuhkan dalam rangka 3.3 Metode Pengumpulan Data
penulisan. Untuk mendapatkan data-data
sehubungan dengan penelitian ini,
b. Sumber Data maka peneliti menggunakan metode
adapun sumber data yang sebagai berikut:
digunakan peneliti, yaitu: 1. Studi Lapangan (field study)
1. Data primer, yaitu sumber data Teknik ini dilakukan dengan
yang diperoleh secara langsung mengumpulkan data secara
dari sumber asli dan tidak langsung dari obyek yang akan
melalui media perantara diteliti guna memperoleh data-
(Sumadi Suryabrata,1983:17). data yang dibutuhkan dan
Data primer dalam penelitian gambaran permasalahan yang
ini diperoleh dengan sesungguhnya terjadi pada
melakukan wawancara PTPN XII UUS Gunung
langsung mengenai data Gumitir. Terdapat dua teknik
dengan unit akuntansi yang pengumpulan data dalam
berkaitan dengan perlakuan penelitian ini yang terdiri dari:
akuntansi aset biologis guna a. Wawancara (interview)

10
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

Metode wawancara yaitu tehnik 3.4 Metode Analisis


pengumpulan data dalam metode Penelitian ini bersifat deskriptif
survey yang menggunakan kualitatif dengan tujuan untuk
pertanyaan secara lisan yang memberikan gambaran awal
dilakukan oleh pewawancara mengenai pengukuran, pengakuan,
untuk memperoleh informasi dari dan pengungkapan aset biologis
terwawancara (Suharsimi berdasarkan standar yang berlaku di
Arikunto, 2002:132). Metode PTPN XII UUS Gunung Gumitir.
wawancara yang dilakukan oleh Untuk menjawab rumusan masalah,
peniliti digunakan untuk maka metode analisis yang
mengeksplorasi implementasi dan digunakan adalah metode analisis
perlakuan akuntansi aset biologis deskriptif kualitatif. Dengan metode
pada PTPN XII UUS Gunung analisis deskriptif kualitatif, data
Gumitir. Wawancara yang yang diperoleh diidentifikasi secara
dilakukan bersifat terstruktur dan kualitatif, yaitu dengan mengkaji,
tidak terstruktur pada bagian memaparkan, menelaah, dan
laporan keuangan, catatan-catatan menjelaskan data-data yang
mengenai pengakuan dan diperoleh pada PTPN XII UUS
pengukuran aset biologis. Gunung Gumitir untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan menyeluruh
b. Dokumentasi tentang proses pengakuan,
Metode dokumentasi yaitu cara pengukuran, serta pengungkapan aset
pengumpulan data melalui biologis berupa tanaman perkebunan
peninggalan tertulis, seperti pada PTPN XII UUS Gunung
arsip-arsip dan termasuk juga Gumitir hingga tersaji dalam laporan
buku-buku tentang perlakuan keuangan.
akuntansi, teori dalil atau hukum- Setelah mendapatkan
hukum, dan lain-lain yang gambaran penuh tentang proses
berhubungan dengan masalah pengakuan, pengukuran, serta
penelitian. (Margono , 2009 : pengungkapan aset biologis berupa
181). Metode dokumentasi yang tanaman perkebunan pada PTPN XII
dilakukan oleh peneliti berupa UUS Gunung Gumitir, langkah
mengumpulkan data dokumen berikutnya adalah mengidentifikasi
PTPN XII UUS Gunung Gumitir proses pengakuan, pengukuran, serta
baik yang bersifat umum maupun pengungkapan aset biologis berupa
bersifat spesifik yang berkaitan tanaman pada PTPN XII UUS
dengan objek penelitian terkait Gunung Gumitir yang disajikan
pengidentifikasian, pengakuan, dalam laporan keuangan.
pengukuran, penyajian dan Proses pengakuan, pengukuran,
pengungkapan. Tujuan dari serta pengungkapan aset biologis
metode ini untuk mendapatkan berupa tanaman perkebunan pada
data dari PTPN XII UUS Gunung PTPN XII UUS Gunung Gumitir
Gumitir yang akan digunakan yang disajikan dalam laporan
dalam proses analisis data. keuangan juga dapat dilihat dengan
proses pengakuan, pengukuran, serta
pengungkapan aset biologis

11
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

berdasarkan standart internasional menghasilkan dan tanaman telah


yaitu International Accounting menghasilkan. Sedangkan, tanaman
Standard 41 (IAS 41) yang yang langsung memberikan hasil
menyebutkan bahwa aset biologis dalam satu musim tanam
dalam laporan keuangan harus dinilai diklasifikasikan sebagai persediaan.
dengan nilai wajar (fair value) pada Aset biologis berupa tanaman
setiap akhir periode pelaporan dan belum menghasilkan pada PTPN XII
berdasarkan pendekatan yang UUS Gunung Gumitir diukur
mengacu pada standart internasional berdasarkan harga perolehannya.
yaitu PSAK 69 yang menyebutkan Harga perolehan dari tanaman belum
bahwa aset biologis diukur pada saat menghasilkan terdiri atas biaya
pengakuan awal dan pada setiap langsung seperti biaya-biaya
akhir periode pelaporan keuangan pembibitan, persiapan lahan,
pada nilai wajar dikurangi biaya penanaman, pemupukan, dan
untuk menjual. Langkah selanjutnya pemeliharaan termasuk biaya tenaga
adalah membandingkan antara proses kerja yang berkaitan dengan kegiatan
pengakuan, pengukuran, serta tersebut.
pengungkapan aset biologis berupa Tanaman belum menghasilkan
tanaman perkebunan pada PTPN XII PTPN XII UUS Gunung Gumitir
UUS Gunung Gumitir yang disajikan dalam Neraca diklasfikasikan
dalam laporan keuangan dengan sebagai aset tidak lancar. Tanaman
proses pengakuan, pengukuran, serta belum menghasilkan direklasifikasi
pengungkapan aset biologis yang menjadi tanaman telah menghasilkan
mengacu pada standart internasional pada saat tanaman kopi dianggap
yaitu International Accounting sudah dapat menghasilkan produk
Standard 41 (IAS 41) dan PSAK 69. agrikultur berupa buah kopi. Jangka
waktu tanaman kopi dapat
menghasilkan ditentukan oleh
4. HASIL DAN pertumbuhan vegetatif tanaman serta
PEMBAHASAN berdasarkan taksiran manajemen
4.1 Perlakuan Akuntansi Aset dengan ketentuan yang telah
Biologis Berupa Tanaman ditetapkan oleh manajemen
Kopi Pada PTPN XII UUS perusahaan. Ketentuan tersebut
Gunung Gumitir adalah sebagai berikut: PTPN XII
Proses pengolahan buah kopi UUS Gunung Gumitir menyatakan
pada PTPN XII UUS Gunung tanaman kopi sebagai tanaman
Gumitir dilakukan dengan dua cara, menghasilkan apabila tanaman telah
yaitu pengolahan basah (Wet Proses) berumur 48 bulan (4 Tahun) dan
dan pengolahan kering (Dry Proses). minimum 60% dari jumlah seluruh
Dalam laporan keuangan PTPN XII pohon per blok telah berbuah.
UUS Gunung Gumitir pengakuan Sedangkan tanaman yang belum
aset biologis berupa tanaman kopi berumur 48 bulan (4 Tahun) diakui
dikelompokkan menjadi 2 (dua) sebagai tanaman tahun akan datang
kelompok, yaitu tanaman produksi atau tanaman tahun ini.
dan persediaan. Tanaman produksi Tanaman telah menghasilkan
dibedakan menjadi tanaman belum pada PTPN XII UUS Gunung

12
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

Gumitir diukur berdasarkan nilai kedalam Neraca Percobaan. Jurnal


yang telah direklasifikasi dari dari kejadian tersebut adalah:
tanaman belum menghasilkan.
Kapitalisasi biaya langsung dan Saldo/Tanaman Tahun Akan
biaya tidak langsung yang Datang (D) Rp. 20.377.070.758,-
berhubungan dengan tanaman kopi Tanaman
tidak lagi dilakukan untuk mengukur Belum Menghasilkan (K) Rp.
tanaman telah menghasilkan seperti 20.377.070.758,-
yang dilakukan pada tanaman belum
menghasilkan karena biaya-biaya B. Pencatatan Pengukuran Tanaman
tersebut dianggap tidak lagi Belum Menghasilkan.
memberikan kontribusi bagi PTPN XII UUS Gunung
perkembangan tanaman telah Gumitir mengukur tanaman belum
menghasilkan. menghasilkan sebesar harga
perolehannya yang didapatkan dari
4.2 Pencatatan Transaksi Aset kapitalisasi biaya langsung dan biaya
Biologis Tanaman Kopi pada tidak langsung yang berkaitan
PTPN XII UUS Gunung dengan perkembangan tanaman
Gumitir ke dalam Jurnal belum menghasilkan. Biaya yang
A. Pencatatan Pengakuan Tanaman dikategorikan sebagai biaya langsung
Belum Menghasilkan adalah semua biaya yang manfaatnya
PTPN XII UUS Gunung berhubungan langsung dengan aset
Gumitir mengakui aset biologis biologis, contohnya adalah harga
berupa tanaman kopi yang perolehan bibit tanaman, biaya
dikelompokkan menjadi 2 (dua) pembibitan, biaya persiapan lahan,
kelompok, yaitu tanaman produksi biaya pemupukan dan biaya
dan persediaan. Tanaman produksi pemeliharaan. Biaya yang
dibedakan menjadi tanaman belum dikategorikan sebagai biaya tidak
menghasilkan dan tanaman telah langsung adalah biaya yang tidak
menghasilkan. Sedangkan, tanaman terkait langsung dengan aset biologis
yang langsung memberikan hasil contohnya adalah alokasi biaya
dalam satu musim tanam administrasi umum dan administrasi.
diklasifikasikan sebagai persediaan. PTPN XII UUS Gunung Gumitir
PTPN XII UUS Gunung Gumitir melakukan pencatatan transaksi aset
mengakui aset biologis berupa biologis berupa tanaman kopi dengan
tanaman belum menghasilkan memasukkan jumlah/kejadiaan yang
menjadi tanaman menghasilkan timbul selama periode berjalan
ketika aset biologis tersebut sudah kedalam Neraca Percobaan. PTPN
bisa memberikan manfaat pada XII UUS Gunung Gumitir membeli
perusahaan berupa produk agrikultur. bibit tanaman kopi untuk tahun ini
PTPN XII UUS Gunung Gumitir sebanyak 215.545 batang untuk
melakukan pencatatan transaksi aset membuat 215,545 Hektar tanaman
biologis berupa tanaman kopi dengan kopi dengan harga satuan Rp. 5.000,-
memasukkan jumlah/kejadiaan yang , maka jurnal dari transaksi tersebut
timbul selama periode berjalan adalah:

13
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

Tanaman belum belum menghasilkan pada blok A


menghasilkan (D) Rp. dapat dikategorikan sebagai tanaman
107.772.5000,- menghasilkan, maka semua nilai dari
Kas/Utang tanamaman kopi pada blok A harus
Usaha (K) direklasifikasi menjadi tanaman telah
Rp107.772.5000,- menghasilkan, jurnal reklasifikasi
dari kejadian tersebut adalah:
Nilai yang dimasukkan dalam
jurnal di atas adalah nilai dari biaya Tanaman telah
yang dibayarkan oleh perusahan menghasilkan (D) Rp.
yang dikapitalisasi ke dalam akun 20.377.070.758,-
tanaman belum menghasilkan. Tanaman
Penjurnalan ini dilakukan setiap kali belum menghasilkan (K)
terjadi transaksi kas yang dibayarkan Rp. 20.377.070.758,-
untuk biaya yang dikapitalisasi ke
dalam tanaman belum menghasilkan Tanaman telah menghasilkan
sampai dengan tanaman belum dinilai berdasarkan nilai tanaman
menghasilkan tersebut telah belum menghasilkan yang
memenuhi kriteria untuk berubah direklasifikasi ke dalam tanaman
menjadi tanaman telah telah menghasilkan. Proses
menghasilkan. kapitalisasi biaya-biaya yang
berhubungan langsung maupun tidak
C. Pencatatan Reklasifikasi Tanaman langsung dengan tanaman
Belum Menghasilkan Menjadi perkebunan tidak lagi dilakukan
Tanaman Telah Menghasilkan. seperti pada tanaman belum
PTPN XII UUS Gunung menghasilkan, maka nilai tanaman
Gumitir melakukan pencatatan belum menghasilkan tidak akan
transaksi aset biologis berupa berubah kecuali jika ada kondisi lain
tanaman kopi dengan memasukkan yang mengharuskan diadakannya
jumlah/kejadiaan yang timbul selama perubahan nilai tersebut, misalnya
periode berjalan kedalam Neraca terjadi penghapusan tanaman telah
Percobaan. Setelah tanaman belum menghasilkan karena alasan yang
menghasilkan telah memenuhi dapat diterima.
kriteria untuk diakui menjadi
tanaman telah menghasilkan D. Pencatatan Penyusutan pada
berdasarkan tingkat pertumbuhan Tanaman Telah Menghasilkan.
vegetatif dan ketentuan yang telah PTPN XII UUS Gunung
ditetapkan oleh PTPN XII UUS Gumitir melakukan pencatatan
Gunung Gumitir, maka tanaman transaksi aset biologis berupa
belum menghasilkan harus segera tanaman kopi dengan memasukkan
direklasifikasi ke dalam tanaman jumlah/kejadiaan yang timbul selama
telah menghasilkan. Setelah periode berjalan kedalam Neraca
dilakukan pengecekan oleh pekerja Percobaan. Tanaman telah
lapangan pada PTPN XII UUS menghasilkan pada PTPN XII UUS
Gunung Gumitir diperoleh informasi Gunung Gumitir karena telah mampu
bahwa lebih dari 60% tanaman kopi memberikan kontribusi manfaat ke
dalam perusahaan berupa

14
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

kemampuan untuk menghasilkan menghasilkan diperoleh dari estimasi


produk agrikultur, maka diadakan pihak manajemen dengan
pengakuan terhadap pemakaian mempertimbangkan proses
manfaat tersebut ke dalam setiap pertumbuhan vegetatif dari tanaman
periode dimana manfaat tersebut telah menghasilkan.
dipakai. Cara untuk mengakui
pemakaian manfaat dari tanaman E. Pencatatan Pengakuan Produk
telah menghasilkan adalah dengan Agrikultur ke dalam Akun
mengadakan penyusutan terhadap Persediaan.
nilai tanaman telah menghasilkan PTPN XII UUS Gunung Gumitir
yang dimanfaatkan ke dalam setiap melakukan pencatatan transaksi aset
periodenya. PTPN XII UUS Gunung biologis berupa tanaman kopi dengan
Gumitir melakukan penyusutan memasukkan jumlah/kejadiaan yang
terhadap tanaman telah timbul selama periode berjalan
menghasilkan menggunakan metode kedalam Neraca Percobaan. Produk
garis lurus. Tanaman kopi telah agrikultur sebagai hasil dari tanaman
menghasilkan dengan nilai total Rp. telah menghasilkan PTPN XII UUS
10.556.871.544,- dengan umur Gunung Gumitir langsung diakui
ekonomis 25 tahun akan disusutkan sebagai persediaan dan dinilai
dengan menggunakan metode garis berdasarkan nilai yang lebih rendah
lurus, maka akan didapatkan antara harga perolehan dan nilai
penyusutan per tahun sebesar Rp. realisasi bersih (net realizable value).
42.223.486.199,-. Jurnal untuk Harga perolehan dari produk
mencatat transaksi tersebut adalah: agrikultur meliputi biaya-biaya yang
terjadi untuk memperoleh produk
Biaya Penyst. (D) Rp. agrikultur pada saat dipanen serta
42.223.486.199,- biaya untuk membawanya ke lokasi
Akum. Penyst. sampai dengan produk agrikultur
(K) Rp 42.223.486.199,- siap untuk dijual atau dipakai dalam
proses produksi lebih lanjut.
Nilai dari pembebanan Pengakuan awal persediaan berupa
penyusutan tanaman telah produk agrikultur diukur berdasarkan
menghasilkan pada setiap periodenya harga perolehannya. Pada saat panen
didasarkan pada estimasi manfaat diperoleh hasil berupa buah kopi
yang dipakai pada setiap periodenya, sebesar 49 ton per blok, dalam
dalam hal ini PTPN XII UUS rangka panen tersebut dikeluarkan
Gunung Gumitir mengakui biaya tenaga kerja sebesar Rp.
penyusutan tanaman telah 63.682.200,- kemudian biaya angkut
menghasilkan dengan menggunakan hasil panen ke gudang sebesar Rp.
metode garis lurus, yaitu dengan 1.236.500,-. Maka jurnal atas
membagi manfaat ekonomis dari transaksi tersebut adalah:
tanaman telah menghasilkan sama
besar setiap periodenya sampai Persediaan (D) Rp.
dengan masa manfaat dari tanaman 64.918.700,-
telah menghasilkan dapat digunakan. Kas/Utang (K)
Masa manfaat dari tanaman telah Rp. 64.918.700,-

15
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

menjadi persediaan barang jadi tidak


4.3 Perbandingan Perlakuan diatur di dalam IAS 41 dan PSAK 69
Akuntansi Aset Biologis tetapi diatur sendiri di dalam IAS 2
PTPN XII UUS Gunung tentang inventory (IAS 41 paragraf
Gumitir dengan Perlakuan 3) atau jika di Indonesia
Akuntansi Aset Biologis menggunakan PSAK 14 tentang
Berdasarkan IAS 41 dan persediaan.
PSAK 69 Sementara itu terkait
A. Perbandingan pengakuan tanaman penyusutan, menurut IAS 41 dan
perkebunan PTPN XII UUS Gunung PSAK 69 bagi perusahaan yang
Gumitir di atas dibandingkan dengan melakukan penilaian terhadap aset
ketentuan menurut IAS 41 dan PSAK biologis menggunakan nilai wajar,
69, maka pengakuan atas tanaman seharusnya tidak mengakui adanya
kopi menurut PTPN XII UUS akumulasi penyusutan, kecuali ketika
Gunung Gumitir dan IAS 41 serta nilai wajar tidak dapat ditentukan
PSAK 69 secara umum sama, maka perusahaan menilai aset
perbedaannya hanya terletak pada biologis dengan biaya perolehan
istilah aset biologis, namun sehingga penyusutan tetap diakui dan
ketiganya sama-sama metode serta tarif penyusutannya
mengklasifikasikan aset tersebut sesuai dengan kebijakan perusahaan.
mengikuti transformasi atau Sedangkan PTPN XII UUS Gunung
pertumbuhan aset. Aset biologis Gumitir mengakui adanya
belum dewasa menurut IAS 41 dan penyusutan secara berkala
PSAK 69 sama halnya Tanaman berdasarkan taksiran masa manfaat
Belum Menghasilkan (TBM) di ekonomis aset tanaman dengan
PTPN XII UUS Gunung Gumitir, menggunakan metode garis lurus.
sementara aset biologis dewasa Adanya pengakuan penyusutan aset
merupakan Tanaman Menghasilkan biologis pada perusahaan tentu
(TM) di PTPN XII UUS Gunung berdampak pada penurunan laba rugi
Gumitir, dimana aset biologis belum pada tahun berjalan.
dewasa yang sudah memenuhi syarat
diakui sebagai aset biologis dewasa B. Perbandingan pengukuran aset
direklasifikasi menjadi aset biologis biologis menurut PTPN XII UUS
dewasa. Selanjutnya produk Gunung Gumitir di atas
agrikultur pada titik panen diakui dibandingkan dengan IAS 41 dan
sebagai persediaan, dimana PTPN PSAK 69, aset biologis menurut
XII UUS Gunung Gumitir mengakui lingkup IAS 41 dan PSAK 69 harus
persediaan dari titik panen sampai diukur pada pengakuan awal dan
menjadi barang jadi, sedangkan IAS pada tanggal pelaporan berikutnya
41 dan PSAK 69 hanya mengatur pada nilai wajar berbasis harga pasar
standar aset biologis sampai aktif setelah dikurangi dengan
persediaan pada titik panen saja. IAS taksiran biaya untuk menjual, kecuali
41 dan PSAK 69 diterapkan pada nilai wajar tidak dapat diukur secara
produk agrikultur berupa hasil andal. Harga pasar aktif menurut IAS
pertanian pada titik panen namun 41 dan PSAK 69 sulit diketahui.
untuk pengolahan produk agrikultur Ketika nilai wajar tidak dapat

16
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

ditentukan maka perusahaan biaya pembibitan atau biaya untuk


dianjurkan menggunakan biaya membeli bibit.
perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi C. Perbandingan Pengungkapan aset
penurunan nilai, tetapi apabila di biologis menurut PTPN XII UUS
kemudian hari nilai wajar dapat Gunung Gumitir dengan IAS 41 dan
ditentukan maka tanaman PSAK 69 memiliki persamaan serta
perkebunan yang telah dinilai perbedaan dalam beberapa hal.
menggunakan biaya perolehan Perbandingan pengungkapan aset
dikurangi akumulasi penyusutan dan biologis menurut PTPN XII UUS
akumulasi penurunan nilai tersebut Gunung Gumitir dengan IAS 41 dan
harus dinilai kembali menggunakan PSAK 69 mempunyai kesamaan
nilai wajar dikurangi taksiran biaya dalam hal pengungkapan jumlah dan
untuk menjual (IAS 41 paragraf 30). jenis aset serta sama-sama
Begitu juga dengan pengukuran mengungkapkan dasar pengukuran
persediaan yang merupakan hasil yang digunakan dalam menentukan
pertanian menurut IAS 41 dan PSAK jumlah tercatat aset biologis.
69 diukur pada nilai wajar dikurangi Sedangkan perbedaannya yaitu IAS
biaya untuk menjual pada titik 41 dan PSAK 69 hanya mengatur
panen. Menurut PTPN XII UUS dan mengungkapkan aset biologis
Gunung Gumitir pada saat TBM sampai pada titik panen saja,
direklasifikasi ke TM yang diukur sedangkan PTPN XII UUS Gunung
dengan akumulasi biaya perolehan Gumitir mengungkapkan aset
sebelumnya PTPN XII UUS Gunung biologis berupa pengolahan produk
Gumitir tidak mengakui adanya agrikultur pada titik panen menjadi
keuntungan maupun kerugian. produk jadi. Selain itu, IAS 41 dan
Namun menurut IAS 41 dan PSAK PSAK 69 tidak mengungkapkan
69 apabila pada saat dilakukan adanya penyusutan aset biologis,
pengukuran pada suatu periode maka pada laporan laba/rugi tidak
terdapat kenaikan atau penurunan ada beban depresiasi yang berakibat
pada nilai wajar maka harus diakui adanya kenaikan pada laporan
sebagai keuntungan atau kerugian laba/rugi sedangkan PTPN XII UUS
dan dimasukkan kedalam laporan Gunung Gumitir mengungkapkan
laba rugi. Pada PTPN XII UUS adanya depresiasi yang berdampak
Gunung Gumitir harga perolehan pada penurunan laba rugi pada
dari aset biologis diperoleh dari tahun berjalan sehingga PTPN XII
biaya-biaya yang dikapitalisasi ke UUS Gunung Gumitir
dalam aset biologis, tetapi menurut mengungkapkan metode penyusutan
IAS 41 dan PSAK 69 semua biaya yang digunakan, umur, manfaat
yang berkaitan dengan aset biologis ekonomi, dan tarif penyusutan yang
yang diukur pada nilai wajar digunakan.
contohnya biaya pemupukan dan
pemeliharaan diakui sebagai beban
pada saat terjadinya, selain biaya
untuk membeli aset biologis yaitu

17
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

5. KESIMPULAN DAN IAS 41 dan PSAK 69 diukur


SARAN sebesar nilai wajar dikurangi
taksiran biaya untuk menjual. Hal
5.1 Kesimpulan ini jugalah yang membuat
Berdasarkan penelitian yang perbedaan dalam penyajian dan
telah dilakukan pada PTPN XII UUS pengungkapan di dalam laporan
Gunung Gumitir, diperoleh keungan.
kesimpulan sebagai berikut: 4. Perlakuan akuntansi aset biologis
1. PTPN XII UUS Gunung Gumitir PTPN XII UUS Gunung Gumitir
dalam melakukan perlakuan telah didasarkan pada PSAK 14
akuntansi aset biologisnya telah tentang persediaan dan PSAK 16
menggunakan standar akuntansi tentang aset tetap. Untuk itu, IAS
yang berlaku di Indonesia yaitu 41 dan PSAK 69 kurang cocok
prinsip akuntansi yang didasarkan diterapkan karena di Indonesia
pada Standar Akuntansi nilai wajar masih sulit ditentukan.
Keuangan (SAK) yang mencakup Ketika nilai wajar tidak bisa
PSAK 14 tentang persediaan dan diukur maka IAS 41 dan PSAK 69
PSAK 16 tentang aset tetap serta memberi opsi menggunakan biaya
peraturan pemerintah yang lain perolehan sebagai dasar
yang berlaku dalam penyajian pengukurannya, hal tersebut sama
laporan keuangan perusahaan. saja kembali ke dasar pengukuran
2. Terkait pengakuan terdapat menurut PSAK 16. Selain itu
perbedaan dalam hal istilah atau apabila menggunakan nilai wajar
nama akun untuk aset biologis, menurut IAS 41, maka laporan
PTPN XII UUS Gunung Gumitir keuangan akan mengakui
mengakui aset biologis sebagai keuntungan dan kerugian yang
tanaman menghasilkan, tanaman timbul dari perubahan nilai wajar
belum menghasilkan dan selama satu periode tetapi
persediaan hasil panen. keuntungan dan kerugian tersebut
Sedangkan menurut IAS 41 dan belum direalisasi karena tidak ada
PSAK 69 mengakui aset biologis transaksi penjualan atau
sebagai aset biologis dewasa, aset penyerahan barang sehingga tidak
biologis belum dewasa dan terdapat arus kas masuk. Dalam
persediaan. Namun secara konsep situasi seperti ini apabila otoritas
tidak berbeda karena sama-sama pajak memiliki penafsiran yang
mengikuti transformasi aset berbeda, maka akan timbul pajak
biologis. terhutang dari keuntungan
3. Perbedaan perlakukan akuntansi perubahan nilai wajar yang
aset biologis antara PTPN XII sebenarnya belum terealisasi, hal
UUS Gunung Gumitir dengan IAS tersebut tentu saja merugikan
41 dan PSAK 69 lebih kepada perusahaan.
aspek pengukurannya, dimana
PTPN XII UUS Gunung Gumitir 5.2 Keterbatasan Penelitian
lebih didasarkan pada harga Penelitian ini mempunyai
perolehan sehingga mengenal keterbatasan yang dapat dijadikan
adanya penyusutan, sedangkan pertimbangan bagi peneliti lainnya

18
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, Juli 2016

yang ingin mengangkat tema yang selanjutnya untuk dapat


sama dengan penelitian ini, agar memberikan gambaran tentang
mendapatkan hasil yang lebih baik pangakuan dan pengukuran aset
lagi. biologis berupa hewan ternak,
Keterbatasan yang ada pada sehingga mampu melengkapi
penelitian ini, yaitu: kekurangan yang ada pada
1. Kurangnya referensi tentang penelitian ini.
bahasan penelitian khususnya b. Bagi peneliti selanjutnya
tentang aset biologis yang disarankan untuk tidak
diterapkan di Indonesia. menggunakan IAS 41 karena
2. Keterbatasan data yang dapat secara keseluruhan IAS 41 sama
dipublikasikan karena perusahaan dengan PSAK 69.
tempat diadakannya penelitian
sangat melindungi data-data
mereka.
3. Penelitian ini hanya berfokus pada
aset biologis berupa tanaman
kopi.

5.3 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan serta beberapa
kesimpulan dan keterbatasan pada
penelitian ini, saran-saran yang dapat
diberikan melalui hasil penelitian ini
agar mendapatkan hasil yang lebih
baik, yaitu:

1. Bagi perusahaan
Kelemahan yang berkaitan
dengan kesulitan untuk
mengidentifikasi biaya-biaya
terkait dengan aset bioloigis
berupa tanaman perkebunan harus
segera diatasi agar informasi yang
dihasilkan tidak mengalami salah
saji.

2. Bagi peneliti selanjutnya


a. Salah satu keterbatasan pada
penelitian ini yaitu penelitian ini
hanya mampu memberikan
gambaran tentang pengakuan dan
pengukuran aset biologis hanya
pada tanaman kopi saja, maka
sebaiknya bagi peneliti

19
DAFTAR PUSTAKA

Akhmadan, Widyastuti. (2012). Teori Belajar Bruner dan Dienes [Online].

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodelogi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta.


Jakarta.

Belkaoui, Ahmad, dkk, 1993. Teori Akuntansi, Edisi Kedua, Erlangga.

Damba Satria, Dandy. 2008. Perlakuan Akuntansi Atas Aktiva Biologis dan
Penyajiannya dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Surabaya:
Universitas Airlangga.

Dame Simaanjorang, Rani. 2014. Praktek Perlakuan Akuntansi Aset Biologis


pada Perusahaan Perkebunan (Persero) di Indonesia. Fakultas Ekonomika
dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAKIAI).


2015. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.69,
Agricultre.

E. Keiso, Jerry J, Weygandt and Teery D. Warfield, 2007. Accounting Principles,


Edisi 12 by: Salemba Empat.

Ernst dan Young. 2009. Detecting Financial Statement Fraud. Diakses:


http://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/FIDSFIDetectingFinancialStat
ementFraud.pdf/$FILE/FIDS-FI_DetectingFinancialStatementFraud.pdf.

Farida, Ike. 2011. Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berdasarkan


International Accounting Standard 41 pada PTPN VII (Persero). Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.

Financial Accountig Standards Boards 1984. Statement of Financial Accounting


Concepts No.3. Stamford. Connecticut

Http://www.iasplus.com. (Websites International Aaccounting Standards


Committee).

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba


Empat.

International Accounting Standard Committee (IASC). 2000. International


Accounting Standard No.41, Agriculture.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 1998. Intermediate
Accounting. 9th Ed. New York: John Willey & Sons, Inc.

20
Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen. MKDK.
Jakarta: Rineka Cipta.

Munawir, S, 2002. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, YPKN,


Yogyakarta.

Peraturan Menteri Keuangan No.249/PMK.03/2008 tentang Penyusutan Atas


Pengeluaran untuk Memperoleh Harta Berwujud yang Dimilki dan
Digunakan dalam Bidang Usaha Tertentu.

Ridwan ABD, Achmad. 2011. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PTPN. XIV
Makasar (Persero). Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin Makasar.

Siegel, J. G. & Shim, J. K. 1994. Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta: PT. Elex
Media Computindo, Kelompok Gramedia.

Sugiama, A. Gima 2013. Menejemen Aset Pariwisata: Guardaya Intimarta,


Bandung.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis:Penerbit CV. Alfa beta:Bandung.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Supriyanto, S dan Ernawaty. 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan.


Yogyakarta: C.V Andi.

Supriyono, Rahmat. 2010. Desain Kominukasi Visual Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: ANDI.

Suryabrata, Sumadi. 1993. Metodelogi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali.

Suwardjono. 2013. Teori Akuntansi: Perekayasaan Laporan Keuangan. Edisi


ketiga. Cetakan VII. Yogjakarta: BPFE

21

Anda mungkin juga menyukai