Anda di halaman 1dari 2

TANGGAPAN ATAS:

PAJAK LINGKUNGAN

1. Pajak lingkungan rencananya akan dimasukkan dalam RUU PDRD.


2. Pajak lingkungan dianggap tidak layak diterapkan meskipun berpotensi menambah
penerimaan daerah Rp 4 triliun, karena melegalisasi perusakan lingkungan karena prinsip
yang dianut dalam penerapan pajak lingkungan nanti adalah mengambil pungutan pada
perusahaan yang menghasilkan polutan. Artinya, dunia usaha diperbolehkan menyebabkan
polusi asal membayar pajak.
3. Konsep yang ditawarkan pemerintah adalah setiap perusahaan yang dilaporkan
menghasilkan polutan dan mencatat biaya produksi di atas Rp 300 juta per tahun wajib
membayar pajak lingkungan sebesar 0,5 persen atas biaya produksi tersebut.
4. Salah satu industri yang disebut-sebut akan dikenai pajak lingkungan adalah industri
semen.
(Sumber: http://entertainment.kompas.com/read/2008/09/09/00481256, Selasa, 9 September
2008 | 00:48 WIB)

1. Pajak lingkungan (green/environmental taxes) diartikan sebagai an expression in policy


of the polluter-pays principle; whoever causes pollution should pay for it.
2. Rancangan pajak lingkungan juga harus memperhatikan subyek, tarif dan budget
earmarking-nya. Sistem earmarking = ditentukan penggunaan hasil pajak untuk tujuan
tertentu.
(Sumber: mimbar.hukum.ugm.ac.id/index.php/jmh/article/viewFile/253/108)

Pajak Air Permukaan sebagai Pajak Lingkungan Hidup (Environmental Tax)


Pajak yang disepakati sebagai jatah Provinsi:
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Jalan
Pajak yang disepakati sebagai jatah Kabupaten/Kota:
1. Pajak Hotel dan Kos-kosan
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Bawah Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bangunan untuk perkotaan dan pedesaan
(Sumber: http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=4401&q=&hlm=906)
TANGGAPAN ATAS
PAJAK KUBURAN MEWAH

1. Kuburan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, dikenai pajak tahunan. Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2006, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sudah
mengutip Pajak Kuburan Rp 2,8 juta per tahun untuk kuburan berukuran 4 meter x 16
meter.
2. Kuburan itu berdiri di atas tanah milik sendiri yang setiap tahun dibayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)-nya. "Kami membeli tanah kepada yayasan dan yayasan pula yang
membayar PBB dan pajak kemewahan kuburan itu," ujar Karya Elly, Pejabat Sementara
Ketua Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia (PSMTI) Medan.
(Sumber: http://www.pajak2000.com/news_print.php?id=1503)

Pengertian
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau
bangunan berdasarkan UndangUndang nomor 12 Tahun 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh
keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar)
tidak ikut menentukan besarnya pajak.
Objek PBB
Objek PBB adalah Bumi dan atau Bangunan:
1. Bumi: Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta
laut wilayah Indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan, tambang.
2. Bangunan: Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan
atau perairan. Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat,
pusat perbelanjaan, emplasemen, pagar mewah, dermaga, taman mewah, fasilitas lain yang
memberi manfaat, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai.
Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan PBB
Objek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah objek yang :
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti
asuhan, candi.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
5. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan.
Subjek Pajak dan Wajib Pajak
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata:
mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;
memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;
memiliki bangunan, dan atau;
menguasai bangunan, dan atau;
memperoleh manfaat atas bangunan.

Anda mungkin juga menyukai