Anda di halaman 1dari 22

I.

KONSEP TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, vaskuler (arteri, vena,

kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem kardiovaskuler adalah

menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh dan memompakan

darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi

(Tarwoto, 2009).

a. Jantung

Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler, berotot

dan berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua

paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah

disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagiuan tepinya

pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea

medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak

kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum. Ukuran

jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6 cm. beratnya

sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada

perempuan sekitar 225 gram.

b. Lapisan otot jantung

Ada tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar disebut

epikardium, lapisan bagian tengah disebut miokardium, lapisan ini lebih

tebal, tersusun atas otot lurik dan mampu berkontraksi dengan kuat.

Sedangkan lapisan bagian dalam disebut endokardium, lapisan ini terdiri


dari jaringan endothelia yang juga melapisi ruang jantung katup-katup

jantung.

c. Selaput jantung

Jantung dilapisi oleh dua membran untuk mencegah terjadinya

trauma juga infeksi yaitu pericardium parietal dengan pericardium

visceral. Pericardium parietal merupakan membran lapisan jantung paling

luar tersusun dari jaringan fibrosa. Membran ini sangat efektif dalam

melindungi jantung dari infeksi.

d. Ruang jantung

Jantung terbagi atas dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan

kiri, kedua belahan tersebut dipisahkan oleh otot pemisah disebut

septum,dengan demikian jantung memiliki empat ruangan yaitu atrium

kanan, ventrikel kanan, atrium kiri ventrikel kiri.

e. Katup jantung

Jantung memiliki dua tipe yaitu katup atrioventrikuler katup

semilunar. Katup jantung tersusun oleh endothelium yang dilapisi oleh

jaringan fibrosa, sehingga katup dapat menutup dan membuka karena

sifatnya yang fleksibel.

f. Suplai darah otot jantung

Otot jantung membutuhkan aliran darah untuk memenuhi

kebutuhan oksigen, nutrient yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme.

Otot jantung diperdarahi oleh arteri koronaria yang merupakan cabang dari

aorta, arteri koroner bercabang menjadi dua yaitu : arteri koronari kanan

atau right coronary artery (RCA) arteri koronari kiri atau left coronary

artery (LCA). Arteri koronari kanan memperdarahi bagian atrium kanan,


ventrikel kanan, inferior ventrikel kiri bagian posterior dinding septal,

sinoatrial Node (SA Node) Atrioventrikel Node (AV Node).

g. Siklus jantung

Siklus jantung merupakan periode dimana jantung berkontraksi

relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode systole (saat

ventrikel berkontrasi) satu periode diastole (saat ventrikel relaksasi).

Normalnya siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan dari sel

pacemaker dari SA Node berakhir dengan keadaan rekaksasi ventrikel.

h. Bunyi jantung

Bunyi jantung terdiri dari bunyi jantung murni bunyi jantung

tambahan. Bunyi jantung murni terdiri atas bunyi jantung 1 (S1), terjadi

akibat penutupan katup atrioventrikular pada saat systole ventrikel bunyi

jantung ll (S2), terjadi akibat penutupan katup semilunar pada saat terjadi

diastole ventrikel. Sedangkan bunyi tambahan misalnya bunyi lll (S3)

bunyi jantung lV (S4) terjadi akibat vibrasi pada dinding jantung pada saat

darah mengalir dengan cepat dalam ventrikel.

i. Frekuensi jantung

Jantung berdeyut dalam satu menit sekitar 60-100 kali atau rata-

rata 75 kali permenit. Jika jantung berdeyut lebih dari 100 kali disebut

takhikardia jika kurang dari 60 kali disebut bradikrdia. Frekuensi denyut

jantung dipengaruhi oleh keadaan aktivitas, umur, jenis kelamin, endokrin,

suhu, tekanan darah, kecemasan, stress dan nyeri.

2. Fisiologi

Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai sistim regulasi melakukan

mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh. Salah


satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas

jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak

dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung otak untuk memelihara sistim

sirkulasi organ tersebut (Muttaqin, 2014).

a. Darah

Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim

kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi

pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat

badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar 55% merupakan

plasma, volume komponen darah harus memiliki jumlah yang sesuai

dengan rentang yang normal agar system kardiovaskuler dapat berfungsi

sebagaimana mestinya.

b. Curah jantung

Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang

digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan yaitu

dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output) pengaturan

curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut jantung (heart rate)

dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah jantung orang dewasa

adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan curah jantung terjadi

karena adanya peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup.

c. Denyut jantung

Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung

ini dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA dan

system purkinje. Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung

dipengaruhi oleh saraf simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf


otonom. Empat reflek utama yang menjadi media system saraf otonom

dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks

kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan.

d. Tekanan vena

Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient,

ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg

pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan

menurun bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri,

kapiler, venula. Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat

besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya

kapasitansi dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah tekanan

vena dalam mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena yang

disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitani dan

meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan aliran balik ke

jantung.

e. Ruang jantung

Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai

tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi

sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru . darah yang

berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena

cava superior, inferior dan sinus koronarius.

Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang

berguna untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup

untuk mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi pulmunar

merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah, dengan resitensi yang


jauh lebih kecil terhadap aliran darah yang berasal dari ventrikel kanan.

Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan dari

pada ventrikel kiri.

Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru

melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena

pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan mengalir kembali

ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan dalam atrium kiri

(retrograde).

Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk

mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah ke

jaringan-jaringan perifer.

Katup antrioventrikuler karena terletak antara atrium dan ventrikel.

Katup yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan ini

mempunyai tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis.

Sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri

mempunyai dua buah daun katup yang disebut katup mitral.

Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary dan

katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak pada arteri

pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel kanan.katup

semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

B. Definisi

Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang interminten atau terus-

menerus diatas 140/90 mmHg karena fluktuasi tekanan darah terjadi antar

individu dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan ansietas (Marrelli, 2008).
C. Etiologi

Penyebab yang mendasari hipertensi tidak diketahui pada sebagian besar

pasien (lebih dari 95%) dan disebut hipertensi esensial. Etiologi hipertensi terdiri

atas multifaktorfaktor yang berkaitan dengan hipertensi meliputi obesitas,

diabetes, asupan garam (natrium) tinggi, penyalahan alkohol dan merokok. Faktor

genetik juga memegang peranan. Kelompok ras tertentu memiliki prevalensi

hipertensi lebih tinggi, seperti Afrika, Amerika dan Jepang (Brooker, 2009).

Tekanan darah meningkat seiring usia dan hipertensi jarang terjadi pada

kelompok usia dibawah 25 tahun, kecuali mereka mengalami penyakit primer,

seperti gagal ginjal (Brooker, 2009).

D. Tanda dan Gejala

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim

yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu: mengeluh

sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah,

epistaksis, kesadaran menurun.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:

1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.

2. Sakit kepala

3. Pusing / migraine

4. Rasa berat ditengkuk

5. Penyempitan pembuluh darah

6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah

8. Nokturia

9. Azotemia

10. Sulit bernafas saat beraktivitas

E. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan

dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa

terjadi. Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I


yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi (Price, 2005)


F. Penatalaksanaan

1. Non-Medis

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat ditempuh dengan cara

sebagai berikut.

a. Pengendalian Faktor Risiko

Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling

berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor

risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut : Mengatasi

obesitas/menurunkan kelebihan berat badan. Obesitas bukanlah penyebab

hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar.

Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal.

Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki

berat badan lebih (overweight). Dengan demikian obesitas harus

dikendalikan dengan menurunkan berat badan.

b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan

penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit

dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram ( 1 sendok teh )

per hari pada saat memasak.

c. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.


d. Melakukan olah raga teratur

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit

sebanyak 34 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran

dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat mengontrol

tekanan darah.

e. Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat

memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon

monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah

dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan

proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,

dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya

artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke

otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin

meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada cara

yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan merokok

2. Medis

Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut :

a. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab

hipertensi.

b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah

dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya

komplikasi.
c. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti

hipertensi.

d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan

pengobatan seumur hidup.

Jenis obat anti-hipertensi :

a. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh

(lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan

daya pompa jantung menjadi ringan dan berefek turunnya tekanan darah.

Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya

penyakit lainnya.

b. Penghambat Simpatis

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas syaraf

simpatis (syaraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obat

yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik adalah : metildopa,

klonodin dan reserpin. Efek samping yang dijumpai adalah: anemia

hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya sel darah merah),

gangguan fungsi ahati dan kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit

hati kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan.

c. Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya

pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah

diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkhial. Contoh

obat golongan betabloker adalah metoprolol, propanolol, atenolol dan

bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus hati-hati, karena


dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun

menjadi sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). Pada

orang dengan penderita bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)

sehingga pemberian obat harus hati-hati.

d. Vasodilatator

Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot

polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah

prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada pemberian

obat ini adalah pusing dan sakit kepala.

e. Penghambat enzim konversi angiotensin

Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat

angiotensin II (zat yang dapat meningkatakan tekanan darah). Contoh obat

yang termasuk golongan ini adalah kaptopril. Efek samping yang sering

timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

f. Antagonis kalsium

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan

menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang termasuk

golongan obat ini adalah: nifedipin, diltizem dan verapamil. Efek samping

yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

g. Penghambat reseptor angiotensin II

Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat

angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya

pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk .golongan ini adalah valsartan.

Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan

mual.
Pemeriksaan penunjang :

a. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi

bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau

mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer

lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa,

kolesterol total, HDL, LDL

b. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP

(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan

pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan

ekordiografi.

c. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose

(DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang

meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi:

kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid

(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan

disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi).

d. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas dan Istirahat

Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea


2. Sirkulasi

Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan

penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.

Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah

diperlukan untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin

berhubungna dengan regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis,

jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai

kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis

posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia

berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini);

S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis

valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi

perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)

3. Integritas ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau

marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress

multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan

yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata),

gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau

riwayat penyakit ginjal dimasa lalu).

5. Makanan dan Cairan


Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,

tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur);

kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini

(meningkat/menurun).

Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum

atau tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi

adalah diabetik)

6. Neurosensori

Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi

saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode

kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia,

penglihatan kabur).

Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek,

proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan

genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan

retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan

perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi

tergantung pada berat/lamanya hipertensi.

7. Nyeri dan ketidaknyamanan

Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang

timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas

bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)


8. Pernafasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea,

dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,

riwayat merokok.

Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas

tambahan (krekles/mengi). Sianosis.

9. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral

transien. Hipotensi posturnal.

10. Pembelajaran dan Penyuluhan

Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular

serebral.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

3. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.

4. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload dan vasokontriksi.


e. Intervensi dan Rasional

Diagnosa Intervensi Rasional

Nyeri atau a. Mempertahankan tirah a. Meminimalkan


sakit kepala baring selama fase akut. stimulasi/meningkatkan relaksasi.
berhubungan b. Berikan tindakan b. Tindakan yang menurunkan
dengan nonfarmakologi untuk tekanan vaskuler serebral dan yang
peningkatan menghilangkan sakit memperlambat.
tekanan kepala (kompres dingin
vascular dan tehnik relaksasi
serebral c. Minimalkan aktivitas c. Aktivitas yang meningkatkan
vasokontriksi yang vasokontriksi menyebabkan sakit
dapat meningkatkan kepala.
sakit kepala (mengejan
saat BAB, batuk dan
membungkuk).
d. Kolaborasi dengan tim d. Menurunkan atau mengontrol nyeri
dokter pemberian dan menurunkan rangsang sistem
analgesik. saraf simpatis.

Intoleransi a. kaji respon pasien a. Menyebutkan parameter


aktivitas terhadap aktivitas. membantu dalam mengkaji respon
berhubungan fisiologi terhadap stress aktivitas
dengan dan bila ada merupakan indicator
kelemahan dari kelebihan kerja yang
fisik berkaitan dengan tingkat aktivitas.
b. Instruksikan pasien b. Tehnik menghemat energy
tentang tekhnik mengurangi penggunaan energy,
penghematan energi juga membatu keseimbangan
(duduk saat gosok gigi, antara suplai dan kebutuhan
atau menyisir rambu) oksigen.
dan melakukan aktivitas
dengan perlahan.
Diagnosa Intervensi Rasional

c. Dorongan untuk c. Kemajuan aktivitas bertahap


melakukan aktivitas atau mencegah penningkatan kerja
perawatan diri bertahap, jantung tiba-tiba. Memberikan
berikan bantuan sesuai bantuan hanya kebutuhan akan
kebutuhan. mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas

Gangguan a. Kaji pemahaman pasien a. Kegemukan adalah resiko


perubahan tentang hubungan antara tambahan pada tekana darah
pola nutrisi hipertensi dan tinggikarena disproporsi antara
lebih dari kegemukan. kapasitas aorta dan peningkatan
kebutuhan massa tubuh.
tubuh b. Bicarakan tentang b. Kesalahan kebiasaan makan
berhubungan pentingnya menurnkan menunjang terjadinya atero
dengan masukan kalori dan sklerosis dan kegemukan, yang
masukan batasi lemak, garam, merupakan predisposisi untuk
berlebihan gula sesuai indikasi. hipertensi dan komplikasinya.
kebutuhan c. Tetapkan keinginan c. Motivasi untuk penurunan berat
metabolik pasien menurunkan badan adalah internal. Individu
berat badan. harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan, bila
tidak maka program sama sekali
tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan d. Mengidentifikasi kekuatan atau
kalori harian dan pilihan kelemahan dalam program diit
diet. terakhir, membantu menentukan
kebutuhan individu untuk
penyesuaian atau penyuluhan
e. Kolaborasi dengan ahli e. Memberikan konseling dan
gizi sesuai indikasi. bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
Diagnosa Intervensi Rasional

Risiko tinggi a. Pantau tekanan darah a. Perbandingan dari tekanan


terhadap untuk evaluasi awal. memberikan gambaran yang lebih
penurunan lengkap tentang
curah jantung keterlibatan/bidang masalah
berhubungan vascular.
dengan b. Catat keberadaan, b. Denyutan karotis, jugularis,
peningkatan kualitas denyutan sentral radialis dan femoralis mungkin
afterload dan dan perifer. teramati/terpalpasi.
vasokontriksi c. Auskultasi tonus jantung c. S4 terdengar pada pasien
dan bunyi nafas. hipertensi berat krena ada
hipertropi atrium (penigkatan
volume atau tekanan atrium),
perkembangan S3 menunjukkan
hipertropi ventrikel atau kerusakan
fungsi
d. Berikan lingkungan d. Membantu untuk menurunkan
tenang, nyaman, kurang rangsang simpatis.
aktivitas/keributan
lingkungan.
e. Berikan lingkungan e. Membantu menurunkan rangsang
yang tenang, nyaman, simpatis dan meningkatkan
kurangi aktivitas atau relaksasi.
keributan dan batasi
jumlha pengunjung dan
lamanya tinggal.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau

tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan


kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan

menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam

menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil


III. DAFTAR PUSTAKA

Brooker, C. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Editor edisi bahasa Indonesia Estu

Tiar. Jakarta : EGC.

Marrelli. (2008). Buku saku Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC

Muttaqin & arif (2009). Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Price, S, A. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6

volume 1. Jakarta ; EGC

Tarwoto et al. (2009). Anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Cetakan

pertama. Trans Info Media : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai