PENDAHULUAN
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana
sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi
berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh
sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator
yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH
dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit
untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi
sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan
pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna
indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen.
Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan
titrasi.
2. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus
diketahui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa).
BAB III
METODOLOGI
Proses standarisasi :
- Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit
sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas
Erlenmeyer digoyang.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Ulangan Rata-
N Prosed
ra
o ur I II III ta
Volum
e
laru 10 10 10 10
1 tan m m m m
asa L L L L
m
oks
alat
0,1
M
Volum
e 18,
Na 19,8 21 6 19,8
2 OH m m m
terp L L m L
aka L
i
Ulangan Rata-
N Prosedu
rat
o r I II III a
Volume
10 10 10
larut
1 m m m 10 mL
an
L L L
HCl
Molarita
s
(M) 0,039
4
larut M
an
HCl
4.2 Perhitungan
1 = 19,8 . M2
M2 =1 = 0,050 M
19,8
Ulangan II V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 21 . M2
1 = 21 . M2
M2 = 1 = 0,047 M
21
Ulangan III V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 18,6 . M2
1 = 18,6 . M2
M2 = 1 = 0,053 M
18,6
Rata-rata : V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 19,8 . M2
1 = 19,8 . M2
M2 = 1 = 0,050 M
19,8
Rata-rata : V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 25,3 . M2
M2 = 1 = 0,039
25,3
BAB V
PEMBAHASAN
V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 19,8 . M2
1 = 19,8 . M2
M2 = 1 = 0,050 M
19,8
V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 21 . M2
1 = 21 . M2
M2 = 1/21 = 0,047 M
pada ulangan III didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak 18,6 mL
V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 18,6 . M2
1 = 18,6 . M2
M2 = 1 = 0,053 M
18,6
Sehingga dapat kita cari rata-rata volume NaOH terpakai dengan cara :
V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 19,8 . M2
1 = 19,8 . M2
M2 = 1 = 0,050 M
19,8
Percobaan yang kedua ialah standarisasi HCl dengan larutan HCl yang
juga dilakukan dengan tiga kali pengulangan, yang akan dibahas sebagai
berikut :
Mula-mula kita cuci gelas ukur yang telah kita pakai untuk mengukur
volume asam oksalat tadi dengan air bersih. Kemudian ukur volume
larutan HCl dengan menggunakan gelas ukur 10 mL sebanyak 10 mL dan
tuangkan ke Erlenmeyer. Kemudian tetesi larutan HCl dengan indikator
penolphetalein sebanyak 3 tetes menggunakan pipet tetes. Lalu letakkan
erlenmeyer tadi dibawah buret yang berisi larutan NaOH dan tetesi sedikit
demi sedikit sambil erlenmeyer digoyang-goyang. Lakukan hingga larutan
HCl yang mulanya benih hingga berubah menjadi pink/ungu. Apabila
larutan HCl sudah berubah warna menjadi pink/ungu, maka cepat-cepat
tutup kran pada buret untuk menghindari larutan NaOH menetes kembali,
lalu didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak 25,4 mL. Kemudian
mengulangi pada percobaan tadi sebanyak dua kali hingga didapatkan
hasil pada ulangan II volume NaOH terpakai sebanyak 27 mL dan pada
ulangan III didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak 23,5 mL.
Kemudian menghitung rata-rata volume NaOH terpakai yaitu :
25,4 mL + 27 mL + 23,5 mL = 25,3 mL
3
V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 25,3 . M2
1 = 25,3 . M2
M2 = 1 = 0,039 M
25,3
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 3 tetes
indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH
yang digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut,
sehingga harus sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah
volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa
dihitung.
6.2 Saran
JAWABAN PERTANYAAN
Answer :
Jika HCl dicampurkan dengan NaOH, maka ion H+ dari HCl akan
bereaksi dengan ion OH- dari NaOH membentuk air (H2O). Reaksi ini
disebut reaksi penetralan. Sementara, Cl- dari HCl akan bereaksi dengan
ion Na+ dari NaCl membentuk garam NaCl.
H+ (aq) + Cl- (aq) + Na+ (aq) + OH- (aq) >>> Na+ (aq) + Cl- (aq) + H2O (aq)
Dari reaksi diatas dapat disederhanakan menjadi reaksi ion bersih adalah
4. Larutan baku yang dieraksikan denan analit harus mudah dibuat dan
sederhana penanganannya serta harus stabil sehingga konsentrainya tidak
mudah berubah.
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2.
Erlangga: Jakarta