Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika
ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh burung Garuda dan pemakaiannya diresmikan sebagai Lambang Negara
Indonesia pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat pada tanggal 11 Februari 1950.
Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuna dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
Berbeda-beda tetapi tetap satu. Kalimat tersebut merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu :
Kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Dalam Kakawin
Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan
juga keanekaragam agama dan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit.
Bila diterjemahkan secara per kata, Bhinneka Tunggal Ika adalah :
Bhinneka artinya beraneka ragam atau berbeda-beda menjadi pembentuk kata aneka
Tunggal artinya satu
Ika artinya itu
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun
berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kutipan ini berasal dari Pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini: Rwneka dhtu
winuwus Buddha Wiswa. Bhinnki rakwa ring apan kena parwanosen? Mangka ng Jinatwa kalawan iwatatwa
tunggal Bhinnka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan : Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi
bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal Terpecah belahlah itu, tetapi
satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.