Anda di halaman 1dari 25

P5

RINGKASAN

Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai


dalam industri kimia. Hal ini dikarenakan kemampuan operasinya yang dapat diatur
kapasitasnya. Untuk itu perlu dilakukan percobaan reaktor alir kontinyu dengan tujuan
untuk menghitung harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH,
mengetahui pengaruh pengadukan terhadap konstanta reaksi penyabunan atil asetat
dengan NaOH, mengetahui hubungan orde reaksi dengan harga konstanta reaksi
penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, membandingkan hasil percobaan dengan
perhitungan model matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi 3 tahap, yaitu pengisian
reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu belum steady state, dan kondisi kontinyu
steady state. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga k sesuai persamaan Archenius
yaitu frekuensi tumbukan, energi aktivasi, suhu, dan katalis.
Pada percobaan ini dilakukan dua proses yaitu percobaan batch dan kontinyu.
Variabel berubahnya adalah konsentrasi reaktan etil asetat dimana pada variabel I
menggunakan NaOH 0,055 N; variabel II menggunakan NaOH 0,065 N; dan variabel
III menggunakan NaOH 0,075 N. Tahapan percobaannya dimulai dengan proses batch
dan dilanjutkan dengan proses kontinyu. Mereaksikan etil asetat sesuai variabel dan
etil asetat 0,065 N sampai ketinggian 7 cm, menyalakan pengadukan sedang,
mengambil sampel pada t=0 dan tiap 1 menit, titrasi sampel dengan HCl 0,05 N sampai
warna merah orange sehingga didapat volume titran 3 kali konstan.
Dari hasil metode grafis orde reaksi yang didapat adalah orde 2. Dari hasil
perhitungan persamaan reaksi orde 2 didapat hasil k untuk variabel 1 = 0,0066 L/mol.s,
k untuk variabel 2 = 0,1008 L/mol.s dan k untuk variabel 3 = 0,2500 L/mol.s. Karena
reaksi orde 2 seiring kenaikan salah satu atau dua konsentrasi zat pereaktan akan
disertai dengan kenaikan nilai k akibat meningkatnya kontak antar molekul partikel.
Dari hasil perhitungan matematis nilai k1, k2, k3, k4 dan Ca yang bernilai positif Ca
model lebih besar daripada Ca percobaan.
Saran untuk praktikum ini adalah reaktor yang digunakan sebaiknya reaktor
yang sifatnya tertutup untuk menghindari gangguan eksternal. NaOH dan etil asetat
sebaiknya dialirkan menggunakan pompa dimana laju alir pompanya bisa diatur. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat gunakan reagen dengan kemurnian tinggi dan
menghindari gangguan oleh impuritas. Pengadukan tangki harusnya mempunyai skala
rotasi yang pasti untuk mempermudah perhitungan.
P5

DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Ringkasan ............................................................................................................... iii
Prakata .................................................................................................................... iv
Daftar Isi.................................................................................................................. v
Daftar Gambar ....................................................................................................... vii
Daftar Tabel ......................................................................................................... viii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Percobaan ........................................................................................ 1
1.3 Manfaat Percobaan ...................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Reaktor Batch .............................................................................................. 2
2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontiyu / Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
(CSTR) ........................................................................................................ 2
2.3 Tinjauan Termodinamika ............................................................................ 5
2.4 Tinjauan Kinetika ........................................................................................ 6
2.5 Sifat Fisis dan Kimia Reagen ...................................................................... 7
2.6 Menentukan Orde Reaksi ............................................................................ 8
2.7 Menghitung Harga Konstanta Reaksi Penyabunan (k) Etil Asetat
dengan NaOH .............................................................................................. 9
Bab III Metode Percobaan
3.1 Rancangan Percobaan ............................................................................... 10
3.2 Bahan dan Alat Yang Digunakan .............................................................. 10
3.3 Gambar Rangkaian Alat Percobaan .......................................................... 10
3.4 Prosedur Percobaan ................................................................................... 11
Bab IV Pembahasan
4.1 Penentuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH .... 17
4.2 Perhitungan Harga Konstanta Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH ........................................................................................................ 18
4.3 Pengaruh Variabel Konsentrasi NaOH Terhadap Reaksi Penyabunan
Etil Asetat dengan NaOH .......................................................................... 20
4.4 Perbandingan Hasil Percobaan dengan Hasil Matematis .......................... 20
P5

Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 22
5.2 Saran .......................................................................................................... 22
Daftar Pustaka
Laporan Sementara
Lembar Perhitungan
Lembar Asistensi
P5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering
dijumpai dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir tangki
berpengaduk lebih sering diaplikasikan karena kemampuan operasinya yang
dapat diatur kapasitasnya. Unjuk kerja reaktor alir berpengaduk perlu
dipelajari untuk mengetahui karakteristik aliran fluida, reaksi yang terjadi
secara optimasi pengoperasian reaktor.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi tiga tahap yaitu
pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu, dan kontinyu steady state.
Evaluasi variabel-variabel operasi sangat mudah dilakukan pada kondisi
steady state.
Pemodelan matematik diperlukan untuk mempermudah analisa
permasalahan yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki
berpengaduk. Model matematika yang diusulkan diuji keakuratannya dengan
membandingkan dengan data-data percobaan. Model matematika yang
diusulkan diselesaikan dengan cara analisis jika persamaan itu mudah
diselesaikan. Namun untuk reaksi yang kompleks akan diperoleh model
matematika yang kompleks juga. Penyelesaian numerik sangat dianjurkan
untuk memperoleh nilai k, tetapan transfer massa, dan orde reaksi yang
merupakan adjustable parameter.

1.2 Rumusan Masalah


CSTR bisa berbentuk dalam satu tangki atau lebih dalam rangkaian seri.
Reaktor ini digunakan untuk reaksi fasa cair dan biasanya digunakan dalam
industri kimia organic seperti pabrik pembuatan etil asetat. Keuntungan dari
CSTR adalah kualitas produk yang bagus, kontrol yang otomatis dan tidak
membutuhkan banyak tenaga operator. Karakteristik dari reaktor ini adalah
beroperasi pada kondisi steady state dengan aliran reaktan dan produk secara
kontinyu. Dalam industri, CSTR lazim digunakan karena beroperasi dalam
skala yang besar. Dengan dilakukannya percobaan ini diharapkan praktikan
dapat lebih mengenal prinsip kerja dari reaktor tangki alir berpengaduk secara
P5

langsung serta mengetahui proses-proses kimia yang terjadi dalam suatu reaksi
kimia.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan
NaOH.
3. Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi NaOH terhadap konstanta
reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis
reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.

1.4 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa dapat menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH.
2. Mahasiswa dapat menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil
asetat dengan NaOH.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi NaOH
terhadap konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Mahasiswa mampu membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan
model matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.
P5

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Rancangan Percobaan


3.1.1 Rancangan Percobaan

Gambar 3.1. Rangkaian proses praktikum

3.1.2 Variabel Operasi


a. Variabel Berubah
Konsentrasi NaOH : 0,055 N; 0,065 N; 0,075 N
b. Variabel Tetap
Konsentrasi Etil Asetat 0,065 N
Konsentrasi HCl 0,05 N
Pengadukan sedang
Tinggi reaktor 7 cm
Pengambilan tiap 1 menit sebanyak 5 mL
Suhu Ruang (30C)
P5

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1. Bahan
1. NaOH (0,055 N, 0,065 N,
0,075 N)
2. Etil asetat 0,065 N
3. HCl 0,05 N
4. Indikator MO 3 tetes
5. Aquadest
3.2.2. Alat
1. Pipet
2. Reaktor Batch
3. Gelas Ukur
4. Buret
5. Statif dan Klem
6. Erlenmeyer
7. Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu

3.3. Gambar Rangkaian Alat Percobaan


a. Proses Batch

Gambar 3.2, Gambar alat utama proses batch


Keterangan :
1. Reaktor Batch
2. Stirer
3. Statif
P5

b. Proses kontinyu

Gambar 3.3. Gambar alat utama proses kontinyu


Keterangan :
1. Reaktor Kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki Reaktor

3.6. Prosedur Percobaan


a. Percobaan Batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,065 N, HCl 0,05 N, dan
NaOH 0,055 N; 0,065 N; 0,075 N.
2. Masukkan etil asetat 0,065 N dan NaOH 0,055 N dengan volume masing-
masing 1 liter.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 1 menit, kemudian tambahkan indikator MO 3 tetes
ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna merah orange.
Titrasi dihentikan sampai volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variabel yang berbeda (NaOH 0,065
N dan 0,075 N).
b. Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,065 N, HCl 0,05 N, dan
NaOH 0,055 N; 0,065 N; 0,075 N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan masing-masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan
P5

menjaga konstan laju alirnya serta mereaksikannya.


4. Ambil sampel 5 ml tiap 1 menit, kemudian tambahkan indikator MO 3
tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna merah orange.
Titrasi dihentikan sampai volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan variabel yang berbeda
P5

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Tabel 4.1 Perbandingan nilai R2 pada orde 1 dan 2 di setiap variabel
R2
Variabel
Orde 1 Orde 2
1 (0,055 N NaOH) 0,0994 0,1023
2 (0,065 N NaOH) 0,1250 0,1258
3 (0,075 N NaOH) 0,6000 0,7000
Pada tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa pada seluruh variable
memiliki nilai R2 pada orde 2 lebih kecil daripada nilai R2 pada orde 1.
Untuk mengetahui orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH
pada proses batch kita dapat menggunakan metode integral, yaitu dengan
menebak mekanisme reaksi dari yang sederhana yaitu orde 1 hingga orde 2
dan memplotkan data yang didapat dari praktikum ke dalam sebuah grafik
fungsi waktu atau f(x) = f(t). Untuk orde 1 maka yang diplot pada sumbu y
adalah ln(Ca/Ca0), untuk orde 2 dimana Ca = Cb maka yang diplot pada
sumbu y adalah 1/Ca, sedangkan untuk orde 2 dimana Ca Cb maka yang
diplot pada sumbu y adalah ln(Ca/Cb). Langkah selanjutnya adalah
menentukan grafik yang paling linear dengan membandingkan nilai regresi
kuadrat dari masing-masing grafik orde 1 dan orde 2. R2 atau koefisien
determinasi adalah suatu metode analisis statistik yang digunakan untuk
melihat pengaruh antara dua atau lebih variabel. Hubungan antar variabel
tersebut bersifat fungsional yang diwujudkan dalam suatu model matematis.
Pada analisis regresi, variabel dibedakan menjadi dua bagian, yaitu variabel
repsons (response variable) dan variabel bebas (independent variable). Salah
satu cara melihat kelayakan model regresi ialah dengan cata melihat nilai R2
dalam regresi. Semakin mendekati 1 nilai R2 maka kesesuaian model semakin
tinggi sebaliknya nilai R2 semakin rendah kecocokan model semakin rendah.
Nilai R2 merupakan nilai koefisien korelasi Pearson yang dikuadratkan. Oleh
karena itu, jika koefisien korelasi kecil maka nilai R2 juga akan kecil
(Levenspiel, O. 1999). Menurut teori, orde reaksi untuk reaksi penyabunan etil
asetat berupa orde dua. Reaksi penyabunan etilasetat dengan NaOH
P5

merupakan reaksi elementer di mana orde merupakan koefisien stokiometri


dari persamaan tersebut. Laju reaksinya dapat ditulis sebagai :
-ra = k Ca Cb
Dari persamaan kecepatan reaksi tersebut maka, orde reaksi satu terhadap A
dan satu terhadap B, sehingga keseluruhan orde reaksinya adalah 2
(Levenspiel, 1970). Dapat disimpulkan bahwa orde reaksi percobaan kami
adalah orde 2 dan sesuai dengan teori yang telah ada.

4.2 Perhitungan Harga Konstanta Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan


NaOH
Tabel 4.2 Nilai k pada tiap variabel
Variabel t CA k
0 2,2727
1 2,3636
2 1,8181
3 2,2727
1 0,0066
4 2,0000
5 2,0909
6 2,0909
7 2,0909
0 2,3846
1 2,4615
2 2 2,3846 0,1008
3 2,3846
4 2,3846
0 2,6
1 2,5334
3 0,2500
2 2,5334
3 2,5334

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa variabel 1 memiliki nilai konstanta
0,0066, untuk variabel 2 memiliki nilai konstanta 0,1008 dan variabel 3
memiliki nilai konstanta 0,2500.
P5

Pada pembahasan sebelumnya didapat bahwa orde reaksi untuk reaksi


penyabunan NaOH dengan etil asetat adalah orde 2 berdasarkan metode grafis.
Untuk penentuan harga k pada reaksi orde 2 dikenal 2 persamaan yaitu apabila
Ca = Cb dan Ca Cb. Persamaan tersebut didapat sesui penjabaran berikut ini.

Sehingga didapat hasil k untuk variabel 1 = 0,0066 L/mol.s, k untuk


variabel 2 = 0,1008 L/mol.s dan k untuk variabel 3 = 0,2500 L/mol.s. Hal ini
P5

menunjukkan dimana setiap penambahan konsentrasi disertai dengan kenaikan


nilai k.

4.3 Pengaruh Variabel Konsentrasi NaOH terhadap Reaksi Penyabunan Etil


Asetat dengan NaOH
Dapat dilihat bahwa nilai k untuk variabel 1 = 0,0066 L/mol.s, k untuk
variabel 2 = 0,1008 L/mol.s dan k untuk variabel 3 = 0,2500 L/mol.s. Reaksi
ini mempunya persamaan reaksi :
Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH
A + B C + D
Sedangkan pada pembahasan sebelumnya didapatka bahwa orde reaksi
untuk reaksi tersebut berdasarkan hasil percobaan adalah orde 2 dan bersifat
erlementer. Untuk reaksi orde 2 dan bersifat erlementer laju reaksi dapat
dinaikkan dengan menambah salah satu atau kedua reaktan, hal ini bertujuan
untuk menggeser reaksi kearah produk(Lavenspiel,1999).
Pertambahan konsentrasi akan meningkatkan jumlah partikel dalam
larutan, akibatnya kontak antar partikel akan lebih mudah terjadi menyebabkan
reaksi lebih cepat menghasilkan produk dan menaikkan laju
reaksi(Chang,2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa seiring penambahan
konsentrasi NaOH akan terjadi kenaikkan laju reaksi.

4.4 Perbandingan Hasil Percobaan dengan Hasil Matematis


3

Ca Kontinyu
2.5

2
Ca (mol/L)

1.5

0.5
Ca Batch
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
t (menit)

Gambar 4.1 Grafik perbandingan Ca batch dan kontinyu pada variabel 1


P5

2.5
Ca Kontinyu
Ca (mol/L) 2

1.5

0.5
Ca Batch
0
0 1 2 3 4 5 6 7
t (menit)

Gambar 4.2 Grafik perbandingan Ca batch dan kontinyu pada variabel 2

0.9
0.8
Ca kontinyu
0.7
0.6
Ca (molL)

0.5
0.4
0.3
0.2 Ca Batch
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
t (menit)

Gambar 4.3 Grafik perbandingan Ca batch dan kontinyu pada variabel 3

Berdasarkan gambar 4.1, gambar 4.2 dan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa
pada seluruh variabel pada Ca matematis memiliki nilai yang lebih besar dari
Ca praktis. Hal ini dikarenakan Ca model yang diperoleh dari perhitungan
matematis menggunakan metode Runge Kutta. Dipilih metode ini karena
Runge Kutta dianggap metode yang memberikan keakuratan tinggi.
Perhitungan model matematis ini tidak dipengaruhi oleh variabel dan kondisi
operasi pada saat percobaan. Sehingga konsentrasi yang ditemukan dengan
menggunakan model matematis merupakan nilai konsentrasi ideal tanpa
memperhitungkan variabel dan kondisi operasi.
P5

Konsentrasi model matematis dihitung dari data hasil percobaan yang


kemudian diaplikasikan kedalam metode Runge Kutta. Hasil k1, k2, k3, k4
yang diperoleh dari perhitungan metode Runge Kutta bernilai positif, sehingga
perhitungan model matematis memiliki nilai konsentrasi yang lebih besar dari
pada hasil percobaan. Nilai Ca praktis lebih kecil dari model matematis karena
pada percobaan dipengaruhi oleh variabel konsentrasi NaOH. Hal inilah yang
membuat perhitungan model matematis memiliki nilai konsentrasi yang lebih
besar daripada hasil percobaan (Supriyanto, 2006).
P5

DAFTAR PUSTAKA

Butcher, John C. (2008), Numerical Methods for Ordinary Differential Equations, New
York: John Wiley & Sons, ISBN 978-0-470-72335-7
Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Engineering 2 ed., Mc. Graw Hill Book Ltd., New York. st
Hill, G.C., 1977, An Introduction to Chemical Engineering Kinetika and Reactor Design
1 ed, John Willey, New York, N.Y. rd
Khalaf,Abu A.M., 1994, Chemical Engineering Education. Mc. Graw Hill Book Ltd., New
York.
Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering 3 ed, Mc. Graw Hill Book
Kogakusha Ltd, Tokyo.
Supriyanto, 2006Runge-Kutta Orde Empat Lab. Komputer, Departemen Fisika,
Universitas Indonesia ,November 22, 2006
P5

LEMBAR PERHITUNGAN

A. LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN


1. PERHITUNGAN DENSITAS REAGEN
a. Kalibrasi Picnometer
Massa picnometer kosong = 31,25 gram
Massa picnometer dan aquadest = 81,15 gram
Massa aquadest = 81,15 gram 31,25 gram = 49,9 gram
Densitas aquadest pada 28C = 0,998 gram/mL
massa aquadest 49,9 gram
V= = = 50 mL
aquadest 0,998 gram/mL
b. Densitas HCl
Massa picnometer kosong = 31,25 gram
Massa picnometer dan HCl = 88,25 gram
Volume picnometer = 50 mL
massa HCl 88,25 31,25
HCl = = = 1,14 gram/mL
Volume picnometer 50
c. Densitas etil asetat
Massa picnometer kosong = 31,25 gram
Massa picnometer dan etil asetat = 73, 57 gram
Volume picnometer = 50 mL
massa etil asetat 73,57 31,25
etil asetat = = = 0,85 gram/mL
volume picnometer 50

2. PENGUKURAN VOLUME DAN MASSA REAGEN


a. Volume HCl 0,05 N
V 1000
N HCl = ek kadar
BM V larutan
1,14 V 1000
0,05 = 1 0,25
36,5 500
V = 3,2 mL
b. Volume etil asetat 0,065 N
V 1000
N etil asetat = ek kadar
BM V larutan
0,85 V 1000
0,065 = 1 0,99
88 1000
V = 6,8 mL
P5

c. Massa NaOH 0,055 N


massa 1000
N NaOH = ek kadar
BM Vlarutan
massa 1000
0,055 = 1 0,98
40 1000
massa = 2,24 gram
d. Massa NaOH 0,065 N
massa 1000
N NaOH = ek kadar
BM Vlarutan
massa 1000
0,065 = 1 0,98
40 1000
massa = 2,65 gram
e. Massa NaOH 0,075 N
massa 1000
N NaOH = ek kadar
BM Vlarutan
massa 1000
0,075 = 1 0,98
40 1000
massa = 3,06 gram
P5

B. LEMBAR PERHITUNGAN
1. PERHITUNGAN REAKTOR BATCH
Persamaan Reaksi Orde 1 :
dCa
rA = = k CA
dt
Ca t
dCa
= k dt
Cao Ca 0
Ca
ln = kt
Cao
y = mx
Persamaan Reaksi Orde 2 :
dCa
rA = = k CA CB dimana CA = CB
dt
dCa
= k , Ca2
dt
dCa
2 = k , dt
Ca
Ca t
dCa
2
= k , dt
Cao Ca 0
1 1
= k ,t
Ca Cao
1 1
= k, t +
Ca Cao
y = mx + c
P5

a. Variabel 1 (NaOH 0,055 N)


t (menit) V HCl (mL) Ca -ln Ca/Cao Xa Cb Cb/Ca ln (Cb/Ca)
0 2,5 2,272727 0 0 0,065 2,6 0,955511
1 2,6 2,363636 -0,039220713 -0,04 0,065 2,53846 0,931558
2 2 1,818182 0,223143551 0,2 0,06 3 1,098612
3 2,5 2,272727 0 0 0,065 2,6 0,955511
4 2,2 2 0,127833372 0,12 0,062 2,81818 1,036092
5 2,3 2,090909 0,083381609 0,08 0,063 2,73913 1,007641
6 2,3 2,090909 0,083381609 0,08 0,063 2,73913 1,007641
7 2,3 2,090909 0,083381609 0,08 0,063 2,73913 1,007641

Grafik Orde ke 1
0.25

0.2

0.15 y = 0.0108x + 0.0325


R = 0.0994
- ln (Ca/Cao)

0.1

0.05

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
-0.05

-0.1
t ( menit)

Grafik Orde ke 2
1.12
1.1
1.08
1.06
y = 0.0066x + 0.977
ln (Cb/Ca)

1.04
R = 0.10230
1.02
1
0.98
0.96
0.94
0.92
0 1 2 3 4 5 6 7 8
t (menit)
P5

R2 pada orde 1 > R2 pada orde 2 maka orde reaksinya ke-1 dan nilai
k=m= 0,0066 L/mol.s

b. Variabel 2 (NaOH 0,065 N)


t (menit) V HCl (mL) Ca -ln Ca/Cao 1/Ca
0 3,1 2,384615 0 0,419354839
1 3,2 2,461538 0,031748698 0,40625
2 3,1 2,384615 0 0,419354839
3 3,1 2,384615 0 0,419354839
4 3,1 2,384615 0 0,419354839
Grafik Orde ke 1
0.035

0.03

0.025
-ln Ca/Cao

0.02

0.015
y = -0.0032x + 0.0127
0.01 R = 0.125

0.005

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
t (menit)
P5

Grafik Orde ke 2
32.4

32.2
y = 0.1008x + 31.855
32 R = 0.1258

31.8
1/Cao

31.6

31.4

31.2

31
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
t (menit

R2 pada orde pertama dan kedua sama. Namun, menurut referensi grafik
yang bagus saat konversi naik, maka dalam reaksi ini memiliki orde reaksi
kedua dengan nilai k = m = 0,1008 L/mol.s

c. Variabel 3 (NaOH 0,075 N)


t (menit) V HCl (mL) Ca ln (Ca/Cao) Xa Cb Cb/Ca ln (Cb/Ca)
0 3,9 2,6 0 0 0,065 1,6667 0,5108
1 3,8 2,533333 0,025975486 0,0256 0,064 1,6842 0,5213
2 3,8 2,533333 0,025975486 0,0256 0,064 1,6842 0,5213
3 3,8 2,533333 0,025975486 0,0256 0,064 1,6842 0,5213

Grafik Orde ke 1
0.035

0.03

0.025
-ln (Ca/Cao)

0.02 y = 0.0078x + 0.0078


R = 0.6
0.015

0.01

0.005

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
t (menit)
P5

Grafik Orde ke 2

0.526
y = 0.2500x + 0.514
0.524 R2 = 0.7
0.522

0.52
ln (Cb/Ca)

0.518

0.516

0.514

0.512

0.51
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
t (menit)

R2 pada grafik orde 1 dan 2 bernilai sama. Tetapi nilai k = m pada orde
kedua lebih besar. Maka pada reaksi ini terjadi orde reaksi kedua dengan
nilai k = m = 0,2500 L/mol.s

2. PERHITUNGAN REAKTOR KONTINYU


P5

a. Variabel 1 (NaOH 0,055 N)


t V HCl Ca k1 k2 k3 k4 Ca Ca Model
0 2.9 0.029 0.00032543 3.253324135 1.07998657 0.987599487 1.609091055 0.029
1 2.8 0.028 0.000994826 3.500317786 1.729972903 1.765764093 2.037890049 2.065890049
2 3 0.03 -0.00050594 3.499053293 2.618336357 2.19299557 2.404544822 2.434544822
3 3 0.03 -0.000339273 3.499302862 2.914879605 2.532771116 2.560132796 2.590132796
4 3 0.03 -0.00025594 3.499427647 3.063166828 2.739613911 2.644091153 2.674091153
P5

b. Variabel 2 (NaOH 0,065 N)


t V HCl Ca k1 k2 k3 k4 Ca Ca Model
0 3.1 0.031 0.000012457 3.50012567 1.134537875 0.98587794 1.237859403 0.031
1 3 0.03 0.00090928 3.50045187 1.431318264 1.854428268 1.953146303 1.983146303
2 2.9 0.029 0.000915227 3.500685211 2.306748174 1.797689384 2.235578563 2.264578563
3 3.5 0.035 -0.001456813 3.498396726 2.594374951 1.936982863 2.353511567 2.388511567
4 3 0.03 0.00015928 3.500045138 2.743310697 2.039144101 2.421002509 2.451002509
5 3 0.03 0.00010928 3.500018021 2.83077686 2.109092969 2.461798668 2.491798668
6 3 0.03 7.59467E-05 3.499999944 2.889087634 2.159727941 2.489663174 2.519663174

c. Variabel 3 (NaOH 0,075 N)


t V HCl Ca k1 k2 k3 k4 ca Ca Model
0 3.5 0.035 -0.00030625 3.499987567 0.786479373 1.78658648 0.654918957 0.035
1 3.5 0.035 -0.00030625 3.499849549 0.953586113 2.302088261 0.754749974 0.789749974
2 3.5 0.035 -0.00030625 3.499772986 1.828601805 1.717446176 0.73022122 0.76522122

Anda mungkin juga menyukai