Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar Belakang Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk
memisahkan antara kekuasaan masa Soekarno (Orde Lama) dengan masa
Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan
Gerakan 30 September tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upayauntuk:
mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama, penataan
kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara
Indonesia,melaksanakan Pancasila dan UUD1945 secara murni dan konsekuen
dan menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional
guna mempercepat proses pembangunan bangsa.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
Bagaiman latar belakang lahirnya orde baru ?
Bagaimana politik dalam negri pada masa orde baru ?
Bagaimana kehidupan bidang ekonomi pada masa orde baru ?
Bagaimana perkembangan social budaya pada masa orde baru ?

C. Manfaat Rumusan Masalah


Dari beberapa rumusan masalah tersebut, sehingga terdapat manfaat:
Mengetaui latar belakang lahirnya masa orde baru
Mengetahui bagaimana politik dalam negeri
Mengetahui kehidupan bidang ekonomi pada masa orde baru
Mengetahui perkembangan sosial budaya pada masa orde baru
BAB II
PEMBAHASAN

1. LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORDE BARU


Orde baru lahir karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain :
1. Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 19652.
2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan
30September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah
berlangsunglama..
3. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600%
sedangkanupaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga
bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.
4. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan
besar- besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut
agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili
5. Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat
bergabungmembentuk Kesatuan Aksi berupa Front Pancasila yang selanjutnya
lebih dikenaldengan Angkatan 66 untuk menghacurkan tokoh yang terlibat
dalam Gerakan 30September 19656.
6. Kesatuan Aksi Front Pancasila pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR
mengajukan tuntutanTRITURA(Tri Tuntutan Rakyat).
7. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan
KabinetSeratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap
di kabinettersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30
September 1965.
8. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk
mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965
tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar
Biasa(Mahmilub)
9. Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang
bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas
Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna
mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang
semakin kacau dan sulit dikendalikan. Upaya menuju pemerintahan Orde Baru :
Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD
1945.Penataan dilakukan didalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan
pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya
kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan
keamanan dan membubarkan PKI. Munculnya konflik dualisme kepemimpinan
nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa
sebagai presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan. Konflik
Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena
akhirnya Sukarno mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan
kepada Suharto.Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang
istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden Sukarno dan
mengangkat Suharto sebagai pejabatPresiden RI. Dengan Tap MPRS No.
XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan menarik
kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno .Tanggal 12Maret 1967 Jendral
Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini
menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde
Baru. PadaSidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto
sebagai Presiden Republik Indonesia

2. PERKEMBANGAN POLITIK MASA ORDE BARU


1.Politik dalam negeri era order baru.
A. .Pembentukan Kabinet Pembangunan Kabinet awal pada masa peralihan
kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang
dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Amper yaitu untuk menciptakan
stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan
pembangunan nasional.
Program Kabinet AMPERA yang disebut Catur Karya Kabinet AMPERA
adalah sebagai berikut.
Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan
Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968.
Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan
nasional.
Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya b.
B. .Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai
presiden untuk masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru
dengan nama Kabinet Pembangunan..
C. .Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik Setelah pemilu 1971 maka
dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan
partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai.
Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi
tetapi atas persamaan program.
Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu:
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII,
dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok
partai politik Islam).
Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik,
PartaiMurba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat
nasionalis). Golongan karya (golkar)
D. Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan
pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun
sekali, yaitu: tahun 1971, 1977,1982, 1987, 1992, dan1997..
E. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat pada tanggal
2 Agustus 1969. Kebijakan lain yang di ambil pemerintah Orde baru adalah
menetapkan peran ganda ABRI yang di kenal dengan Dwifungsi ABRI.ABRI
tidak hanya berperan dalam bidang pertahanan dan keamanan Negara tetapi
juga berperan di bidang politik.Hal terbukti dari banyaknya anggota ABRI
yang ternyata memegang jabatan sipil seperti walikota,bupati dan gubenur
bahkan ABRI memiliki jatah di keanggotaan MPR/DPR.Alasan yang
mendasari kebijakan tersebut tertuang dalam pasal 27 ayat (1)UUD 1945.Pasal
tersebut mengemukakan bahnwa segala warga Negara bersama
kedudukankannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.Bukan hanya pada bidang politik pemerintahan,ternyata kedudkan
ABRI dalam masyarakat Indonesia juga merambat di sector ekonomi.Banyak
anggota ABRI menjadi kepala skepala BUMN maupun komisaris di berbagai
perusahaan swasta .

3. KEHIDUPAN BIDANG EKONOMI ORDE BARU


Pada masa Demokrasi Terpimpin, Negara bersama aparat ekonominya
mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi
unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program
pemerintah berorientasi pada usaha penyelamtan ekonomi nasioanl terutama pada
usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan Negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat . Tindakan pemerintah ini dilakukan karena
adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi
kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program
pembangunan yang telah direncanakan pemerintah.
Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai berikut :
1. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi ekonomi yang kacau sebagai peninggalan
masa Demokrasi terpimpin, pemerintah menempuh cara:
Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang
pembangunan
MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program
penylematan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta program pembangunan.
Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional
terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Stabilisasi berarti mengendaliakan
inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Sedangkan Rehabilitasi
adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari
kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin
berlangsungnya demokrasi ekonomi kearah terwujudnya masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Langkah-langakah yang diambil Kabinet pada
saat itu yang mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sbb : 1. mendobrak
kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan
kemacetan, seperti : rendahnya penerimaan Negara tinggi dan tidak
efisiennya pengeluaran Negara terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi
kredit bank terlalu banyak tunggakan hutang luar negri penggunaan devisa
bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana. 2.
Debirokrtisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian 3. Berorientasi pada
kepentingan produsen kecil Untuk melaksanakan langkah-langkahpenyelamatan
tersebut maka ditempuh cara : mengadakan operasi pajak cara pemungutan
pajak baru bagi pendapatan perorangan dan kekayaan dengan menghitung pajak
sendiri dan menghitung pajak orang penghematan pengeluaran pemerintah
(pengeluaran konsumtif dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan
Negara membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor Program
stabilisasi dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Hasilnya bertolak
belakang dengan perbaikan inflasi sebab harga bahan kebutuhan pokok melonjak
namun inflasi berhasil dibendung (pada tahun 1967- awal 1968). Sesudah kabinet
pembangunan dibentuk pada bulan juli 1968 berdasarkan Tap MPRS
NO.XLI/MPRS/1968, kebijakn ekonomi pemerintah dialihkan pada pengendalian
yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs
valas. Sejak saat itu kestabilan ekonomi nasional relatif tercapai sebab sejak 1966
kenaikan harga bahan-bahan pokok dan valas dapat diatasi. Program rehabilitasi
dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan berproduksi. Selam 10 tahun
mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana ekonomi dan sosial.
Lembaga perkreditan desa, gerakan koperasi, perbankan disalahgunakan dan
dijadikan alat kekuasaan oleh golongan dan kepentingan tertentu. Dampaknya
lembaga tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai penyusun dan perbaikan
tata hidup masyarakat. 2. Kerja Sama Luar Negri Keadaan ekonomi Indonesia
paska Orde Lama sangat parah,hutangnya mencapai 2,3-2,7 miliar sehingga
pemerintah Indonesia meminta Negara-negara kreditor untuk dapat menunda
pembayaran kembali utang Indonesia. Pemerintah mengikuti perundingan dengan
Negara-negara kreditor di Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang
menanggapi baik usaha pemerintah Indonesia bahwa devisa ekspornya akan
digunakan untuk pembayaran utang yang selanjutnya akan dipakai untuk
mengimpor bahan-bahan baku. Perundingan dilanjutkan di Paris, Perancis dan
dicapai kesepakatan sebagai berikut: Utang-utang Indonesia yang seharusnya
dibayar tahun 1968 ditunda pembayarannya hingga tahun 1972-1979 Utang-
utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun1969 dab 1970 dipertimbangkan
untuk ditunda juga pembayarannya. Perundingan dilanjutkan di Amsterdam,
Belanda pada tanggal 23-24 Februari 1967. Perundingan itu bertujuan
membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negri serta kemungkinan
pemberian bantuan dengan syarat lunak yang selanjutnya dikenal dengan IGGI
(Inter Governmental Group for Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah
Indonesia berhasil mengusahakn bantuan luar negri. Indonesia mendapatkan
penangguhan dan keinginan syarat-syarat pembayaran utangnya. 3. Pembangunan
Nasional Dilakukan pembangunan nasional pada masa orde baru dengan tujuan
terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala
bidang. Pedoman pembangunan nasional adalah Trilogi Pembangunan dan
Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan
bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi
trilogi Pembangunan adalah sebagai berikut : Pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Stabilitas nasional yang
sehat dan dinamis Pelaksanannya pembanguanan nasional dilakukan secara
bertahap yaitu: Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun Jangka
pendek mencakup periode 5 tahun (pelita / pembangunan lima tahun), merupakan
jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan
selalu saling berkaitan/berkesinambunagn . Selama periode Orde Baru terdapat 6
pelita, yaitu : Pelita I Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974
yang menjadi landasan awal pembanguna ORBA. Tujuan Pelita I : untuk
meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan dalam tahap berikutnya. Sasaran Pelita I : pangan, sandang,
perbaikan prasarana,perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani. Titik Berat Pelita I : pembanguan bidang pertanian sesuai
dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses
pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih
hidup dari hasil pertanian. Muncul peristiwa marali (malapetaka limabelas
januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1974 bertepatan dengan kedatangan
PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi
para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi ekonomi
di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia.
Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang. Pelita II
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran
Utamanya adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana,
mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II
cukup berhasil, pertimbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7 % per tahun. Pada
awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60 % dan pada akhir Pelita I
laju inflasi turun menjadi 47 %. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi
menjadi 9,5 %. Pelita III Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31
Maret 1984. Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi
Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang
dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu: a) Pemerataan pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan b)
Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. c)
Pemerataan pembagian pendapatan d) Pemerataan kesempatan kerja e)
Pemerataan kesempatan berusaha f) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam
pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan g) Pemerataan
penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air h) Pemerataan kesempatan
memperoleh keadilan Pelita IV Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga
31 Maret 1989. titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan
dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri.
Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian
Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal
sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya
pada sektor pertnian dan industri. Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang
cukup baik dengan pertumbuhan rata-rata 6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar
negri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih
baik dibanding sebelumnya . Pelita VI Dilaksankan pada tanggal 1 April 1994
hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya pada pembangunan pada sektor ekonomi
yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembanguan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Pada periode ini terjadi
krisis moneter yang melanda Negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Karena krisis moneter dan peristiwa plitik dalam negri yang mengganggu
perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh. 4. Dampak Kebijakan
Politik dan Ekonomi masa Orde Baru Dampak Positif Dari Kebijakan Politik
Pemerintahan Orba Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi
kekuasaan lembaga kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran Negara
dalam masyarakat. Situasi keamanan pada masa ORBA relatif aman dan terjaga
dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan sikap yang
dianggap bertentangan dengan Pancasila. Dilakukan peleburan partai
dimaksudkan agar pemerintah dapat mengontrol parpol. Dampak Negatif dari
Kebijakan Politik Pemerimtah ORBA : Terbentuk pemerintahan orde baru yang
bersifat otoriter, dominatif, dan sentralis. a. Otoritarianisme merambah segenap
aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan
politik yang sangat merugikan rakyat. b. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan
pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Golkar
menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2
paratai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai Negara
demokrasi. c. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng
untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan
presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih. d. Demokratisasi yang terbentuk
didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) sehingga banyak wakil
rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang
diwakilinya. e. Kebijakn politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan
cenderung KKN. f. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi
kehidupan bebangsa dan benegara bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya
masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri. Dunia bisnis
tidak luput dari intervensi TNI/Polri. g. Kondisi politik lebih payah dengan adnya
upaya penegakan hukum yang sangat lemah. Dimana hukum hanya diciptakan
untuk keuntungan pemerimtah yang berkuasa sehingga tidak mampu mengadili
para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat. Dampak Positif Kebijakan
Ekonomi Orde Baru a. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program
pembangunan pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya pun dapat dilihat
secara konkrit. b. Indonesia mengubah ststus dari Negara pengimpor beras
terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada
beras). c. Penurinan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan
kesejahteraan rakyat. d. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi
pendidikan dasar yang semakin meningkat. Dampak Negatif Kebijakan Ekonomi
Orde Baru a. Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan summer daya
alam. b. Perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan, antar
kelompok dalam masyarakat tersa semakin tajam. c. Terciptalah kelompok yang
terpinggirkan (marginalisasi sosial) d. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis
yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). e. Pembangunan yang
dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan
masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata. f. Pembangunan
hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik,
ekonomi, dam sosial yang demokratis dan berkeadilan. g. Meskipun pertumbuhan
ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh.
h. Pembangunan tidak merata, tampak dengan adanya kemiskinan disejumlah
wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau,
Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah yang selanjutnya ikut menjadi
penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menkelang akhir tahun
1997. * KEHIDUPAN BIDANG SOSIAL-BUDAYA ERA ORDE BARU Masa
Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam proses untuk
mewujudkan cita-cita nasional. Dalam kehidupan sosial budaya, masyarakat dapat
digambarkan dari berbagai sisi. Selama dasawarsa 1970-an laju pertumbuhan
penduduk mencapai 2,3% setiap tahun. Dalam tahun tahun awal 1990-an angka
tadi dapat diturunkan menjadi sekitar 1,6% setiap tahun. Jika awal tahun 1970-an
penduduk Indonesia mempunyai harapan hidup rata-rata sekitar 50 tahun maka
pada tahun 1990-an harapan hidup lebih dari 61 tahun. Dalam kurun waktu yang
sama angka kematian bayi menurun dari 142 untuk setiap 1000 kelahiran hidup
menjadi 63 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Hal ini antara lain dimungkinkan
makin meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sebagai contoh
adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu
sampai di tingkat desa atau RT. Dalam himpunan Tap MPR Tahun 1993 di bidang
pendidikan, fasilitas pendidikan dasar sudah makin merata. Pada tahun 1968
fasilitas sekolah dasar yang ada hanya dapat menampung sekitar 41% dari seluruh
anak yang berumur sekolah dasar. Fasilitas sekolah dasar yang telah dibangun di
pelosok tanah air praktis mampu menampung anak Indonesia yang berusia
sekolah dasar. Kondisi ini merupakan landasan kuat menuju pelaksanan wajib
belajar 9 tahun di tahun-tahun yang akan datang. Sementara itu, jumlah rakyat
yang masih buta huruf telah menurun dari 39% dalam tahun 1971 menjadi sekitar
17% di tahuan1990-an. Dampak dari pemerataan pendidikan juga terlihat dari
meningkatnya tingkat pendidikan angkatan kerja. Dalam tahun 1971 hampir 43%
dari seluruh angkatan kerja tidak atau belum pernah sekolah. Pada tahun 1990-an
jumlah yang tidak atau belum pernah sekolah menurun menjadi sekitar 17%.
Dalam kurun waktu yang sama angkatan kerja yang berpendidikan SMA ke atas
adalah meningkat dari 2,8% dari seluruh angkatan kerja menjadi hampir 15%.
Peningkatan mutu angkatan kerja akan mempunyai dampak yang luas bagi laju
pembangunan di waktui-waktu yang akan datang. Kebinekaan Indonesia dari
berbagai hal (suku, agama, ras, budaya, antar golongan dsb.) yang mempunyai
peluang yang tinggi akan terjadinya konflik, maka masa Orde Baru memunculkan
kebijakan yang terkait dengan pemahaman dan pengamalan terhadap dasar negara
Pancasila. Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 ditetapkan tentang P-4
yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia
Pancakarsa). Dengan Pancasila akan dapat memberikan kekuatan, jiwa kepada
bangsa Indonesia serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir dan batin
yang makin baik menuju masyarakat yang adil dan makmur. Dengan penghayatan
terhadap Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa dan terwujudlah Pancasila
dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Karena itulah diperlukan suatu
pedoman yang dapat menjadi penuntun dan pegangan hidup bagi sikap dan
tingkah laku setiap orang Indonesia. Untuk melaksanakan semua ini dilakukanlah
penataran-penataran baik melalui cara-cara formal, maupun non-formal sehingga
di tradisikan sebagai gerakan Budaya. BAB III PENUTUP * Kesimpulan
1.Lahirnya orde baru dilatarbelakangi oleh terjadinya G30S 1965, diikuti dengan
kondisi politik, keamanan dan ekonomi yang kacau (inflasi tinggi). Wibawa
presiden Sukarno semakin menurun setelah gagal mengadili tokoh-tokoh yang
terlibat G30S. Presiden mengeluarkan SUPERSEMAR 1966 bagi Letjen Suharto
guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk memperbaiki keadaan
negara. Akhirnya Presiden Sukarnomengundurkan diri dan digantikan oleh
Presiden Suharto. 2.Perkembangan politik pada masa orde baru diawali dari
penataan politik dalam negeri yaitu setelah sidang MPRS 1968 menetapkan
Suharto sebagai presiden dan dibentuklah Kabinet Pembangunan, penyederhanaan
dan pengelompokan partai politik, pemilihan umum serta mengadakan Perpera di
Irian Barat pada 2 Agustus 1969. Kedua, melakukan penataan politik luar negeri
yaitu dengan kembali menjadi anggota PBB serta normalisasi hubungan dengan
beberapa negara. 3.Pada masa awal Orde Baru pembangunan ekonomi di
Indonesia maju pesat mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan
infrastruktur dll. Upaya pembangunanekonomi dilaksanakan melalui REPELITA
(Rencana Pembangunan Lima Tahun) yangdimulai pada tanggal 1 April 1969.
Namun pada akhir tahun 1997 Indonesia dilandakrisis ekonomi. Kondisi kian
terpuruk ditambah dengan KKN yang merajalela. 4.Dalam bidang social budaya
pada masa orde baru telah mengalami kemajuan. Antara lainmakin meningkatnya
pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan fasilitas pendidikan dasar sudah makin
merata dengan adanya program wajib belajar 9 tahun. Ditetapkan tentang P-4
yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia
Pancakarsa)untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur. * Saran Dengan
permasalahan yang dialamai oleh pemerintahan pada masa Orde Baru, seperti
dengan banyaknya uatang luar negri bangsa indonesia untuk pembangunan,
meskipun pembangunan berjalan dengan lancar, tapi inonesia menanggung utang
yang begitu banyak. Selain itu, pemerintah pada zaman tersebut terjadi sentralisasi
dalam pemerintahan dan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu penulis memberikan
salah terhada permasalah tersebut. Yaitu lakukan otonomi daerah kepada seluruh
propinsi,sehingga potensi-potensi yang ada pada dareah tersebut bisa
dioptimalkan dengan seefisien mungkin. Harus terjadi transparansi dalam sistem
keuangan sehingga masyarakat bisa mengerti.
TUGAS MAKALAH SEJARAH

LATAR BELAKANG LAHIRNYA MASA ORDE BARU


D

OLEH:

1. FAIZAH
2. ANANDA DWIFAYANTI
3.

4.

KELOMPOK (1/A)

XII IPA 3

SMA NEGERI 8 MATARAM

2017/2018

Anda mungkin juga menyukai