Anda di halaman 1dari 21

PENGALIHAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN BERDASARKAN PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS


PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG KEGIATAN
USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Intan Dwi Safitri 0906490191


(Fakultas Hukum Universitas Indonesia)

ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai kontradiksi antara Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahu
2012 dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara. Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 menyatakan bahwa
Izin Usaha Pertambangan (IUP) tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Sedangkan pasal
7A Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 menyatakan bahwa IUP dapat dialihkan
dengan syarat kepemilikan sekurangnya 51% saham pada pihak dimana IUP akan
dialihkan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian ini menyarankan bahwa larangan pengalihan IUP harus dipertegas pada
Undang-Undang Minerba dan peraturan pelaksananya.

Kata kunci:
Pengalihan, Saham, Izin Usaha Pertambangan,

ABSTRACT

This thesis discusses the contradiction between the Government Regulation No. 24 of
2012 and Act No. 4 of 2009 on Mineral and Coal. Article 93 paragraph (1) of Law No. 4
of 2009 states that the Mining Business License (IUP) is not transferable to another party.
While Article 7A of Government Regulation No. 24 of 2012 states that IUP can be
transferred with the requierement, ownership of minimum 51% of shares the party where
IUP will be transferred. This research is a qualitative descriptive design. This research
result suggest that prohibition of transferring IUP should be emphasized in mining law
and in implementing regulations.

Key words:
Transfer, Share, Mining Permit

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Data dari
Indonesia Mining Asosiation menunjukan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6
terbesar sebagai Negara yang kaya akan sumber daya tambang. Sebagai gambarannya
adalah potensi batubara di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai Negara ke-2 terbesar
di dunia sebagai eksportir batubara (203 juta ton). Cadangan emas Indonesia berkisar
2,3% dari cadangan emas dunia dan Indonesia menduduki peringkat ke 7 sebagai Negara
dengan potensi emas terbesar di dunia. Sebagai produsen timah, Indonesia memproduksi
26% dari jumlah produksi dunia dan menduduki posisi ke-2 sebagai produsen timah.
Untuk tembaga, Indonesia menduduki peringkat ke-2 dari sisi produksi sebesar 10,4%
dari produksi dunia. Untuk minyak dan gas, Indonesia juga termasuk ke dalam 25 besar
negara sebagai penghasil dan pengekspor minyak di dunia. Untuk gas alam, Indonesia
merupakan negara terbesar ke-2 sebagai pengekspor LNG (liquefied natural gas).1
Melihat potensi pertambangan yang begitu besar terhadap pendapatan negara, pemerintah
merasa perlu menjadikan sektor pertambangan umum ini sebagai salah satu bidang usaha
yang diatur secara rinci oleh peraturan, sebab sektor pertambangan merupakan salah satu
sektor penting. Dengan pengaturan yang baik, pemerintah berharap sektor ini dapat terus
meningkat untuk digunakan demi kepentingan rakyat.

Kekuasaan negara atas sumber daya alam yang berada di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia didasarkan pada pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 Pertambangan Mineral Dan Batubara2, yaitu :

Pasal 4 :

(1) Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan merupakan
kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya demi
kepentingan rakyat
(2) Penguasaan mineral dan batubara oleh negara sebagaimana dimaksud ayat (1)
diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.


1
Potensi Sumber Daya Alam Indonesia, http://www.hpli.org/tambang.php# diunduh 24
September 2012.
2
Indonesia, Undang-undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, UU
No.4 Tahun 2009, LN No.4 Tahun 2009, TLN No. 4959.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


Pasal 4 UU Minerba memberikan kekuasaan kepada pemerintah, baik pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, dalam melakukan penguasaan mineral dan batubara.
Kekuasaan pemerintah sebagai pengelola sumber daya alam Indonesia telah ada sejak
UU Minerba pertama, yaitu UU Pertambangan tahun 1960. Kemudian juga ada di dalam
UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Intinya
adalah bahwa setiap kali terdapat perubahan undang-undang yang mengatur perihal
kegiatan pertambangan, selalu terdapat pasal yang memberikan kewenangan pemerintah
di dalam menguasai sumber daya alam. Kekuasaan pemerintah tersebut lahir dari Pasal
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 19453 yang berbunyi :

Pasal 33 :
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demikian, negara dalam hal ini adalah pihak eksekutif yaitu pemerintah,
berhak untuk melakukan penguasaan terhadap kekayaan alam Indonesia, terutama
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Rezim pertambangan Indonesia berubah sejak tahun 2009 dengan berlakunya UU


Minerba. UU Minerba menghapuskan metode kontak karya atau perjanjian antara negara
dengan pelaku usaha untuk memperoleh konsesi tambang sebagaimana diterapkan dalam
UU nomor 11 tahun 1967.4 Tujuannya pada rezim kontrak karya, pemerintah
berkedudukan sejajar dengan kontraktor karena sistem pemberian kewenangan untuk
melakukan kegiatan usaha pertambangan berupa perjanjian. Karena itu, UU Minerba
bermaksud untuk menjadikan pemerintah memiliki posisi yang lebih tinggi selaku
pemegang kuasa pengelolaan sumber daya alam yang diamanatkan oleh Undang-undang
Dasar 1945 dan Undang-undang. Dengan lahirnya UU Minerba, rezim yang berlaku saat
ini adalah Izin Usaha Pertambangan (IUP).5 Pengusaha yang hendak melakukan kegiatan
usaha pertambangan harus mendapatkan izin dari pemerintah berupa IUP. Ada tiga jenis
izin yang terdapat di dalam UU Minerba, yaitu Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin

3
Indonesia, Undang-undang dasar 1945, Ps. 33 ayat (3).
4
Mengenal Jenis Izin Tambang di Indonesia, http://belajarhukum.net/mengenal-jenis-izin-
tambang-di-indonesia/ diunduh pada 25 September 2012.
5
Izin Usaha Pertambangan selanjutnya disebut IUP

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


Pertambangan Rakyat (IPR), dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Ketiganya
berbeda tujuan namun dalam satu konsep yang sama yaitu negara sebagai pemegang
wewenang menambang dan pihak yang ingin melakukan kegiatan usaha pertambangan
harus memperoleh izin dari pemerintah.

IUP merupakan metode perolehan izin tambang yang mencakup keseluruhan


barang tambang. Pembentuk undang-undang mengkategorikan IUP menjadi dua jenis
sesuai tahapan pelaksanaannya. Pertama, IUP Eksplorasi yang mencakup kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan. Kedua, IUP Operasi Produksi yang
mencakup kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta
pengangkutan dan penjualan. Pembagian ini bertujuan untuk mempersingkat proses
permohonan izin karena setiap pemohon hanya perlu mengajukan dua izin secara
bertahap, tidak di setiap tahapan penambangan.

Permasalahan yang muncul dengan diundangkannya UU Minerba terkait dengan


pasal 93 UU Minerba, yang berbunyi :

Pasal 93 :

(1) Pemegang IUP and IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada
pihak lain.
(2) Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya
dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu
(3) Pengalihan kepemilikan dan/atau saham sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya
dapat dilakukan dengan syarat :
a. Harus memberitahu kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangannya; dan
b. Sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
UU Minerba tidak mengizinkan pemilik IUP maupun IUP Khusus6 untuk
memindahkan IUP dan IUP Khusus miliknya kepada pihak lain. Padahal yang terjadi
sebelumnya, Kuasa Pertambangan dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batu Bara (PKP2B) seringkali dialihkan kepada pihak lain. Penjelasan pasal 93 UU
Minerba mengatakan bahwa pengalihan saham atas Perseroan Terbatas (PT) pemilik IUP
atau IUPK dapat dialihkan, baik secara langsung maupun melalui bursa saham Indonesia,

6
Selanjutnya disebut IUPK

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


dengan syarat harus sudah melalui tahapan eksplorasi tertentu, yaitu telah ditemukan 2
(dua) wilayah prospek dalam kegiatan eksplorasi.

Pada tanggal 2 Februari tahun 2012, diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor


24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2012
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara7. Diantara
pasal 7 dan pasal 8, disisipkan dua buah pasal, yaitu pasal 7A dan 7B, yang berbunyi :

Pasal 7A :
(1) Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPk-nya kepada
pihak lain.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi badan udaha yang 51%
(lima puluh satu pesersen) atau lebih sahamnya tidak dimiliki oleh pemegang
IUP atau IUPK.
Pasal 7B :
(1) IUP atau IUPK yang dimiliki oleh BUMN sebagian WIUP atau WIUPK Operasi
Produksinya dapat dialihkan kepada pihak lain.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi badan usaha yang 51%
(lima puluh satu persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh BUMN pemegang
IUP atau IUPK
(3) Pengalihan sebagian WIUP atau WIUK Operasi Produksi sebagaimana
dimaksud ayat (1) dilakukan dengan persetujuan Menteri.
Dengan adanya ketentuan pada Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2012 ini,
syarat suatu IUP untuk dapat dialihkan menjadi bertambah, yaitu hanya bisa dialihkan ke
Perseroan Terbatas yang 51% atau lebih sahamnya dimiliki oleh pemegang IUP atau
IUPK sebelumnya. Syarat yang terdapat pada UU Minerba pun tetap berlaku, yaitu hanya
dapat dialihkan jika telah melalui tahapan eksplorasi tertentu. Dapat disimpulkan bahwa
suatu IUP atau IUPK hanya dapat dialihkan apabila telah melalui tahapan eksplorasi
tertentu dan hanya dapat dialihkan kepada Perseroan Terbatas (PT) yang 51% atau lebih
sahamnya dimiliki oleh pemegang IUP atau IUPK. Ketentuan pasal 7a dan 7b
bertentangan dengan ketentuan pada pasal 93 UU Minerba yang mengatur bahwa
kepemilikan IUP tidak dapat dialihkan.


7
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, PP No. 24
Tahun 2012, LN No. 45 Tahun 2012, TLN No. 5282. Selanjutnya disebut PP Nomor 24 Tahun 2012.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


Berdasarkan pasal 7a PP Nomor 24 Tahun 2012, IUP atau IUPK hanya dapat
dialihkan kepada pihak yang 51% atau lebih sahamnya dimiliki oleh pemegang IUP. Di
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, jenis badan usaha yang
terdiri dari saham hanyalah PT. Ketentuan tersebut menimbulkan pertanyaan pada
pemilik IUP yang merupakan badan usaha bukan badan hukum atau yang disebut
perseorangan oleh pasal 38 UU Minerba, khususnya adalah CV dan Firma. Keduanya
tidak dapat memiliki saham atas nama CV atau Firma-nya pada suatu PT, sedangkan
ketentuan pasal 7a untuk dapat mengalihkan kepemilikan IUP adalah memiliki minimal
51% saham pada PT dimana IUP akan dialihkan. Hal tersebut akan saya bahas pada
tulisan ini.

2. Pembahasan

Setelah lebih kurang 42 (empat puluh dua) tahun Undang-Undang Nomor 11


Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan berlaku, pada tanggal 12
Januari 2009, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara yang diundangkan pada Lembaran Negara Tahun
2009 nomor 4 dan Tambahan Lembar Negara Nomor 4656. Penggantian undang-undang
tersebut dengan pertimbangan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 materi muatannya
bersifat sentralistik sehingga sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini.
Di samping itu, pembangunan pertambangan harus menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan strategis, baik bersifat nasional maupun internasional. Tantangan utama yang
dihadapi oleh pertambagan mineral dan batubara adalah pengaruh globalisasi yang
mendorong demokratisasi8, otonomi daerah9, hak asasi manusia, lingkungan hidup,
perkembangan teknologi dan informasi, hak atas kekayaan intelektual serta tuntutan
peningkatan peran swasta dan masyarakat.10


8 Demokratisasi
adalah suatu proses menuju kepada suatu bentuk sistem politik yang demokratis.
(Hutington. Will More Countries Become Democratic? Dalam Journal Political Science Quarterly99 No.2
1984.) hlm. 93.
9 Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur sendiri

urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(pasal 1 angka 5 UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).
10
Gatot Supramono, Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara Di Indonesia, cet.1, (Jakarta:
RIneka Cipta, 2012), hal.5.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


Pengertian Izin Usaha Pertambangan (IUP) terdapat di dalam pasal 1 ayat (7)
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, yaitu:

Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk
melakukan pertambangan
Setiap pihak yang hendak melakukan kegiatan usaha pertambangan11 harus
memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP). IUP dapat diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada pejabat sesuai dengan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
yang dimohonkan. Pejabat yang berwenang mengeluarkan IUP adalah:

a. Bupati/walikota, apabila WIUP berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota;


b. Gubernur apabila WIUP beada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu)
provinsi setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. Menteri, apabila WIUP berada pada lintas wilaah provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.12

Pihak yang dapat mengajukan permohonan IUP berdasarkan ketentuan Pasal 38


UU Minerba adalah Badan Usaha, Koperasi, dan Perseorangan. Badan usaha dalam hal
ini dapat berupa badan usaha swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). Badan usaha swasta tersebut dapat merupakan badan
usaha swasta dalam rangka permodalan dalam negeri dan badan usaha swasta dalam
rangka permodalan asing.13

IUP dapat diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan.14 Badan
usaha dalam hal ini adalah Perseroan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sedangkan perseorangan dalam hal
ini berupa orang perseorang, perusahaan firma, dan perusahaan komanditer. Sebelum

11
Usaha pertambangan yang dimaksud adalah usaha pertambangan mineral dan usaha
pertambangan batubara. Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang
berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah. Pertambangan
batu bara pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat,
gambut, dan batuan aspal. (pasal 1 ayat (4) dan (5) UU Minerba).
12
Ibid., UU Minerba. Pasal 37.
13
Ibid., PP nomor 24 tahun 2012, Pasal 6 ayat (3a).
14
Ibid.. Pasal 38.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


mengajukan IUP, pemohon harus memperoleh Wilayah Izin Usaha Pertambangan
(WIUP). Cara untuk memperoleh WIUP mineral logam dan batubara adalah melalui
mekanisme lelang.15 Sedangkan untuk WIUP mineral bukan logam dan batuan, dapat
diperoleh dengan cara mengajukan permohonan wilayah.16 Terdapat ketentuan baru sejak
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara,
yaitu 1 (satu) WIUP hanya dapat diberikan 1 (satu) IUP.17 Hal tersebut berarti di dalam
satu WIUP tidak boleh dimohonkan IUP lebih dari satu. Ketentuan ini bertujuan untuk
menghindari tumpang tindih IUP pada satu lahan yang seringkali mengakibatkan
sengketa.

Menurut Mr. N.M spelt dan Prof. Mr. J.B.J.M ten Bergen, izin merupakan suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk
dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (izin
dalam arti sempit).18 Berdasarkan pengertian tersebut, dalam izin dapat dipahami bahwa
suatu pihak tidak dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan. Artinya, kemungkinan
untuk seseorang atau suatu pihak tertutup kecuali diizinkan oleh pemerintah. dengan
demikian, pemerintah mengikatkan perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang
atau pihak yang bersangkutan.19 Pendapat Van der Pot megenai izin agak berbeda dengan
pendapat Spelt dan ten Bergen. Menurutnya, izin merupakan keputusan yang
memperkenankan dilakukannya perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh
pembuat peraturan.20
Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2012, pengalihan IUP dapat dilakukan dengan
syarat memiliki paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) saham pada PT dimana IUP


15
Ibid., PP No. 23 Tahun 2010, Pasal 8 ayat (3).
16
Ibid., Pasal 8 ayat (4).
17
Ibid., PP No. 24 Tahun 2012, Pasal 6 ayat (5).
18
Mr. N.M. Spelt dan Prof Mr. J.B.J.M ten Berge, disunting oleh Dr. Philipus Hadjon, SH, 1993,
hlm. 2-3.
19
Y. Sri Pudyatmoko. Perizinan Problem dan Upaya Pemenahan. Jakarta: Grasindo, 2009.
hlm.7
20
Van der Pot dalam Utrecht dan Moh. Saleng Djindang, 1995, Pengantar Hukum Administrasi
negara Indonesia, Cet. 8, Jakarta: Balai Buku Ictiar, hlm. 143.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


akan dialihkan.21 Dengan diberlakukannya ketentuan ini, maka pengalihan IUP yang
sebelumnya tidak dapat dilakukan menjadi dapat dilakukan.22 Pasal 93 ayat (1) berbunyi:
Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada
pihak lain

Isi pasal tersebut secara jelas melarang dilakukannya pengalihan kepemilikan IUP dan
IUPK kepada pihak lain. Ayat selanjutnya pada pasal 93 ayat (2) berbunyi:
Untuk pengalihan kepemilikan dan atau saham di bursa saham Indonesia hanya
dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu.

Selanjutnya, pasal ini mengatakan bahwa kepemilikan dapat dialihkan melalui bursa
saham di Indonesia. Kata kepemilikan pada pasal 93 ayat (2) ini menjadi ambigu23
sebab tidak dijelaskan lebih lanjut pada penjelasan pasal tersebut apakah kepemilikan
yang dimaksud adalah kepemilikan IUP dan IUPK yang sebelumnya dibahas pada pasal
93 ayat (1) atau kepemilikan lainnya. Sebab bunyi pasal 93 ayat (2) berbicara mengenai
hal lain juga, yaitu mengenai pengalihan saham pada bursa saham. Akibat dari
ketidakjelasan hal tersebut, terjadi berbagai penafsiran yang berbeda terhadap makna
kepemilikan tersebut. Terdapat pihak yang mengartikan pasal 93 ayat (2) merupakan
penjelasan lebih lanjut dari pasal 93 ayat (1), sehingga pengalihan kepemilikan IUP dan
IUPK tetap dapat dilaksanakan. Ketentuan pasal 93 ayat (1) yang berisi larangan
pengalihan kepemilikan IUP dan IUPK menjadi tidak diperhatikan. Pihak yang
mengartikan demikian diantaranya adalah Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Hal tersebut tersbukti dari
dikeluarkannya Surat Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Nomor 3/DBM/2010
tanggal 3 November 2010 tentang Pemindahan IUP. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa surat tersebut menyatakan bahwa pengalihan IUP tetap dapat
dilaksanakan.
Meskipun demikian, kekuatan hukum Surat Direktur Jenderal Mineral dan
Batubara tersebut menjadi sebuah pertanyaan hukum. Pasal 93 UU Minerba secara jelas
menyatakan bahwa IUP dan IUPK tidak dapat dialihkan. Isi surat tersebut mengatur hal

21
Ibid., PP Nomor 24 Tahun 2012, Pasal 7 huruf a.
Ibid., UU Minerba, Pasal 93 ayat (1). 22
23
Ambigu adalah bermakna lebih dari satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan,
kekaburan, ketidakjelasan, dsb); bermakna ganda; taksa. (KBBI, hlm. 31)

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


yang sebaliknya. Di dalam tata urutan peraturan perundang-undangan, Surat Direktur
Jenderal Mineral dan Batubara bukan merupakan salah satu peraturan perundang-
undangan. Surat Keputusan Direjen Minerba tersebut adalah sebuah keputusan Pejabat
Tata Usaha Negara. Apabila isi Surat Direktur Jenderal Mineral dan Batubara tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu UU
Minerba, maka yang berlaku adalah UU Minerba. Namun hal tersebut harus dibuktikan
melalui proses hukum terlebih dahulu.
PP Nomor 24 Tahun 2012 dikeluarkan dengan maksud menjadi peraturan
pelaksana mengenai pengalihan IUP yang diatur oleh UU Minerba. Berdasarkan pasal 7A
ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 2012, pegalihan IUP tidak dapat dilakukan. Ketentuan ini
sejalan dengan isi pasal 93 ayat (1) UU Minerba. Kemudian pada ayat selanjutnya pasal
7A, larangan pengalihan IUP diberlakukan apabila pemilik IUP tidak memiliki paling
sedikit 51% (lima puluh satu persen) saham pada pihak dimana IUP akan dialihkan. Kata-
kata yang digunakan pada pasal 7A ayat (2) ini seakan tetap melarang pengalihan
kepemilikan IUP sehingga masih sejalan dengan ketentuan pasal 93 ayat (1). Namun,
pada penjelasan pasal 7A ayat (2) dikatakan bahwa maksud ketentuan tersebut adalah
kepemilikan IUP dan IUPK hanya dapat dialihkan kepada pihak dimana pemilik IUP atau
IUPK memiliki saham paling sedikit 51% (lima puluh satu persen). Maksud pasal 7A PP
Nomor 24 Tahun 2012 ini menjadi jelas, yaitu memberikan ketentuan tambahan bahwa
IUP dan IUPK hanya dapat dialihkan kepada pihak dimana pemilik IUP atau IUPK
memiliki saham paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) dan memberikan ketentuan
yang jelas bahwa IUP memang dapat dialihkan. Pasal 7A PPNomor 24 Tahun 2012
merupakan pembatasan larangan pengalihan IUP.
Penulis berpendapat bahwa ketentuan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012 ini
menjelaskan lebih lanjut pasal 93 UU Minerba. Namun yang menjadi pertanyaan yuridis
adalah keberlakuan PP Nomor 24 Tahun 2012 ini sendiri. Pasal 93 ayat (1) UU Minerba
menyatakan dengan tegas bahwa IUP tidak dapat dialihkan. Hal itu berimplikasi kepada
peraturan pelaksananya yang harus sejalan, yaitu mengenai pengalihan IUP, tidak dapat
dilakukan. Sedangkan, seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa pada
penjelasan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012 mengatakan bahwa IUP dapat dialihkan.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


PP nomor 24 Tahun 2012 pada salah satu pasalnya mengatur mengenai
pengalihan IUP. Sebagaimana keberlakuan Tata Urutan Perundang-undangan di
Indonesia,24 kedudukan Undang-undang berada di bawah Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu pada urutan ketiga setelah Ketetapan MPR. Sedangkan Peraturan Pemerintah
berkedudukan di bawah Undang-undang, yaitu berada pada urutan ke empat. Artinya, PP
Nomor 24 Tahun 2012 tidak dapat bertentangan dengan UU Minerba sebagai dasar
pembentukannya. Apabila bertentangan, maka yang diberlakukan adalah ketentuan yang
lebih tinggi, yaitu UU Minerba. Ketentuan tersebut berdasarkan pasal 7 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Pada penjelasan pasal 7A ayat (2) PP Nomor 24 Tahun 2012 secara jelas
menyatakan bahwa pengalihan IUP dapat dilakukan dengan ketentuan tambahan. Bunyi
ketentuan pada penjelasan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012 tersebut bertentangan
dengan bunyi pasal 93 ayat (1) UU Minerba sebab pasal tersebut menyatakan dengan
tegas bahwa kepemilikan IUP dan IUPK tidak dapat dialihkan. Berdasarkan analisa
penulis terhadap pasal 93 UU Minerba, isi ayat (1) dengan ayat (2) mengacu kepada hal
yang berbeda. Pada ayat (1) secara jelas menyatakan IUP dan IUPK tidak dapat
dialihkan. Namun kemudian pada ayat (2) terdapat kata-kata
Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau saham pada bursa saham Indonesia
Kalimat tersebut memunculkan penafsiran berbeda pada tiap pihak yang
mengartikannya. Pasal tersebut seharusnya membahas mengenai pengalihan IUP, tetapi
kemudian pada ayat (2) pasal tersebut mengatur juga tentang pengalihan saham di bursa
saham. Oleh karena itu, penjelasan dari pihak yang berwenang di dalam membentuk dan
melaksanakan peraturan tersebut menjadi salah satu pertimbangan mengenai maksud
pasal tersebut.
Keterangan yang diperoleh dari wawancara dengan Ibu Isbayu Indri Hapsari Staf
Bagian Bimbingan Usaha Batubara Dirjen Minerba25, yang menangani permohonan
pengalihan IUP di tingkat pusat. Dari keterangan yang penulis peroleh, pengalihan IUP
memang dapat dilakukan meski setelah UU Minerba berlaku. Larangan pengalihan IUP


24 Indonesia,
Undang-undang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, UU No.12 tahun
2011, LN No. 82 Tahun 2011. TLN. No. 5234, ps. 7.
25
Loc. Cit. Wawancara Ibu Isbayu Indri.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


yang diatur pada pasal 93 ayat (1) UU Minerba ternyata tidak berlaku sebab pihak Dirjen
Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral megartikan
ketentuan tersebut bersama dengan ayat selanjutnya yang menyatakan bahwa pengalihan
kepemilikan dan/atau saham di bursa saham dapat dilaksanakan selama memenuhi
persyaratan tertentu. Persyaratan yang dimaksud, selain yang telah sampai pada tahapan
ekplorasi tertentu dan menemukan paling sedikit 2 (dua) wilayah prospek, adalah
rekomendasi dari pihak yang mengeluarkan IUP dan Izin dari Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Pihak yang hendak mengalihkan kepemilikan IUP mengajukan permohonan
rekomendasi kepada pihak yang mengeluarkan IUP, yaitu Bupati/Walikota, Gubernur,
atau Menteri tergantung kepada dimana WIUP terletak. Penulis menemukan adanya Surat
Direktur Pengembangan Mineral dan Batubara Nomor 3/DBM/2010 tanggal 3 Nopember
2010 tentang Pemindahan IUP. Surat ini dibuat oleh Direktur Jenderal Mineral dan
Batubara yang dialamatkan kepada Kepala Kantor Energi dan Pertambangan pada setiap
provinsi. Surat tersebut menyatakan bahwa:

1. Sampai saat ini tidak ada peraturan yang mengatur mengenai Implementasi dari
pengalihan kepemilikan IUP;
2. Berdasarkan hal tersebut di atas, pemegang IUP dapat mengalihkan kepemilikan
IUP-nya setelah menyerahkan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri,
Pemerintah Provinsi, atau Bupati/Walikota berdasarkan kewenangannya dengan
melampirkan dokumen yang diperlukan.

Surat tersebut merupakan pemberiahuan yang diberikan oleh Direktur Jenderal Mineral
dan Batubara yang isinya mengizinkan pengalihan IUP untuk dilakukan. Penulis juga
menemukan surat serupa, yaitu izin untuk mengalihkan IUP pada surat bernomor No.
2140/30/DBB/2011 yang dikeluarkan pada tanggal 20 Oktober 2011. Lebih lanjut di
dalam surat tersebut dikemukakan bahwa pengalihan IUP dapat dilaksanakan dengan
mengikuti ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No.
472K/2001/DJP/1998 tertanggal 15 September 1998.

Fakta tersebut menunjukan bahwa pihak yang berwenang mengeluarkan


penetapan bisa atau tidaknya sebuah IUP dialihkan adalah Direktorat Jenderal Mineral

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


dan Batubara. Pelaksana PP Nomor 24 Tahun 2012 menentukan bahwa IUP dapat
dialihkan selama memenuhi ketentuan perundang-undangan. Setelah PP Nomor 24
Tahun 2012 dikeluarkan, belum ada ketentuan lebih lanjut yang mengatur mengenai
pengalihan IUP. Hingga saat penulis melakukan wawancara dengan staf bidang usaha
pada tanggal 20 November 2012, belum ada peraturan yang mengatur mengenai tata cara
pengalihan IUP. Pengalihan IUP tidak dilarang untuk dilaksanakan, namun belum ada
yang sudah pada tahap akhir dikarenakan tata cara pengalihan belum diatur. Fakta
tersebut penulis peroleh dari keterangan narasumber26. Namun, penulis menemukan
bahwa akuisisi saham perusahaan tambang lebih dari 51% (lima puluh satu persen) tetap
terjadi setelah PP nomor 24 tahun 2012 diberlakukan, yaitu setelah tanggal 21 Februari
2012. Salah satunya adalah akusisi 100% (seratus persen) saham PT Borneo Berkat
Makmur oleh PT United Tractors Tbk. melalui anak usahanya PT Tuah Turangga
Agung. Perjanjian Sale Purchase Agreement (perjajian jual beli dengan persyaratan)
telah ditandatangani pada 9 Agustus 2012. Hal ini menunjukan bahwa pengalihan saham
hingga 100% (seratus persen) tetap dapat dilaksanakan meski di dalam proses pengalihan
saham tersebut diperlukan juga Izin Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Akuisisi ini tidak melanggar hukum sebab tidak ada larangan mengenai pengalihan
saham perusahaan pertambangan. Namun, kembali pada pasal 41 UU Minerba bahwa
IUP harus dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya. Pengalihan saham yang
mengakibatkan perubahan pengendalian perusahaan berhubungan erat dengan perubahan
peruntukan IUP tersebut. Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa IUP tersebut tidak
lagi diperuntukan untuk pihak yang sama.

Pengalihan kepemilikan saham PT Borneo Berkat Timur dilakukan oleh PT Tuah


Turangga Agung, anak usaha PT United Tractors Tbk. Jumlah saham yang dialihkan
mencapai 11.600.000 lembar saham yang setara dengan 99,17% (sembilan puluh
sembilan koma tujuh belas persen) dan sisanya sebanyak 100.000 atau setara dengan
0,83% (nol koma delapan puluh tiga persen) akan diselesaikan saat persyaratan telah


26
loc.cit.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


terpenuhi.27 Pengalihan saham sebesar 100% (seratus persen) mengakibatkan pihak yang
menjalankan kegiatan usaha pertambangan berdasarkan IUP PT Borneo Berkat Makmur
beralih. Meski dari keterangan yang penulis peroleh dari Dirjen Batubara Kementerian
Energi dan Sumber daya Mineral belum ada pengalihan IUP yang terjadi, aksi korporasi
ini mengakibatkan peralihan pengendali kegiatan usaha penambangan batubara yang
sebelumnya dilakukan oleh PT Borneo Berkat Timur. Pengalihan saham sebesar 100%
(seratus persen) harus diikuti dengan penawaran saham kepada pihak lain atau
mengeluarkan saham baru untuk dimiliki pihak lain dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
setelah akuisisi dilakukan.28 Ketentuan tersebut berlaku sebab pemegang saham menjadi
kurang dari 2 (dua) pihak. Apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi dalam jangka waktu
yang ditentukan maka pemegang saham menanggung seluruh tanggung jawab perseroan
secara pribadi, dan dengan permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan dapat
membubarkan perseroan tersebut. 29

Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2012 pasal 7A ayat (2) , pihak yang dapat
mengalihkan IUP adalah pihak yang memiliki paling tidak 51% (lima puluh satu persen)
saham pada pihak dimana IUP akan dialihkan. Dalam kasus akuisisi ini, IUP PT Borneo
Berkat Timur tidak dapat beralih kepada PT Tuah Turangga Agung sebab PT Borneo
Berkat Timur tidak memiliki saham pada PT Tuah Turangga Agung. Sebaliknya, PT
Tuah Turangga Agung dapat mengalihkan IUP yang dimiliki olehnya kepada PT Borneo
Berkat Timur.

Akusisi ini membawa perubahan terhadap pelaksana IUP yang dimiliki oleh PT
Borneo Berkat Timur. Permasalahan hukum yang terjadi adalah IUP yang diberikan
kepada PT Borneo Berkat Timur seharusnya digunakan oleh PT Borneo Berkat Timur
sendiri sesuai dengan peruntukkan IUP tersebut diberikan.30 Dengan beralihnya
kepemilikan saham pada PT Borneo Berkat Timur maka terjadi pergantian pengendalian
usaha yang dijalankan, diantaranya adalah kegiatan usaha pertambangan yang dijalankan

27
United Tractor Tuntaskan Akuisisi Saham Borneo Berkat Makmur Senilai USD 51 juta.
http://financeroll.co.id/news/52290/united-tractors-tuntaskan-akuisisi-saham-borneo-berkat-makmur-
senilai-usd-51-juta, diakses pada tanggal 31 Desember 2012.
28 Ibid. Pasal 7 ayat (5) UUPT.
29 Ibid. Pasal 7 ayat (5).
30
Ibid. Pasal 41 UU MInerba.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


dengan IUP PT Borneo Berkat Timur. Pada saat mengajukan IUP salah satu persyaratan
yang harus dipenuuhi adalah mengisi formulir pengajuan IUP31. Salah satu perihal yang
wajib diisi adalah mengenai susunan pemegang saham pamohon (dalam hal ini yang
mnegajukan IUP adalah PT). Selain itu, pada IUP sekurang-kurangnya memuat
mengenai data perusahaan yang salah satunya adalah daftar pemegang saham (atau
pemegang saham pengendali saja apabila yang mengajukan adalah PT publik).32 Apabila
terdapat perubahan pemegang saham atau pemegang saham pengendali, maka harus
dilaporkan dan terdapat perubahan pada IUP mengenai data pemegang saham. Hal
tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa pihak yang melakukan kegiatan usaha
pertambangan adalah tetap pemilik IUP.

Dalam kasus ini, dengan dilakukannya akuisisi sebesar 100% saham PT Borneo
Berkat Timur maka pihak yang menjadi pengendali dalam melakukan kegiatan usaha
tidak lagi sama. Kepemilikan saham PT Borneo Berkat Timur sepenuhnya menjadi milik
PT United Tractor. Penulis meyimpulkan, IUP yang semula diperuntukkan untuk PT
Borneo Berkat Timur untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan, saat ini bukan lagi
PT Borneo Berkat Timur yang melakukannya sebab pengendalian sepenuhnya ada pada
PT Tuah Tungga Agung.

Pada praktek seperti ini, kepemilikan IUP PT Borneo Berkat Timur memang tidak
beralih kepada PT Tuah Turangga Agung, tetapi pelaksana kegiatan usaha pertambangan
yang menjadi beralih. Secara tidak langsung terjadi pengalihan IUP PT Borneo Berkah
Makmur kepada PT Tuah Turangga Agung. Pengalihan IUP secara hukum tidak dapat
dilakukan sebab PT Borneo Berkat Makmur tidak memenuhi syarat kepemilikan
minimum saham 51% saham pada PT Tuah Turangga Agung sebagaimana yang
diwajibkan oleh ketentuan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012. Namun secara de facto,
IUP beralih kepada PT Tuah Turangga Agung.

Selain itu, PT Borneo Berkah Makmur juga memiliki anak usaha yang bergerak di
bidang usaha pertambangan yaitu, PT Piranti Jaya Utama. PT Piranti Jaya Utama adalah


31
Lihat lampiran Formulir Pengajuan IUP
32
wawancara

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


sebuah perusahaan pertambangan yang memiliki konsesi tambang seluas 4800 ha di Desa
Barunang, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. PT
Borneo Berkah Makmur adalah pemegang atas 60% (enam puluh persen) saham PT
Piranti Jaya Utama. Dengan adanya pengalihan kepemilikan 100% seratur persen) saham
PT Borneo Berkat Makmur, maka kepemilikan saham PT Borneo Berkat Makmur pada
anak perusahaannya menjadi berubah. Meskipun kepemilikan saham pada PT Piranti
Jaya Utama tetap dimiliki oleh PT Borneo Berkat Utama, namun pengendali PT Borneo
Berkat Utama sudah berubah, serta mengakibatkan perubahan juga terhadap kepemilikan
saham PT Piranti Jaya Utama. Oleh karena itu, terjadi perubahan pengendali pada PT
Piranti Jaya Utama. IUP PT Piranti Jaya Utama tidak dapat beralih menjadi PT Borneo
Berkat Utama sesuai dengan ketentuan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012. Namun
pengendali kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan berdasarkan IUP PT Piranti
Jaya Utama sudah berubah, yaitu menjadi di bawah pengendalian PT Tuah Turangga
Agung.

3. Penutup

Dari hasil analisis yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pasal 93 ayat (1) menyatakan IUP dan IUPK tidak dapat dialihkan kepada pihak
lain. Kemudian pada pasal 93 ayat (2) dinyatakan bahwa untuk pengalihan
kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat dilakukan
setelah melalui kegiatan eksplorasi tahap tertentu. Pasal 93 ayat (1) berisi restriksi
pengalihan IUP dan IUPK, sedangkan pasal 93 ayat (2) berisi tentang pengalihan
kepemilikan dan saham di bursa saham. Kata pengalihan kepemilikan pada pasal
93 ayat (2) menibulkan kerancuan di dalam menafsirkan maksud kepemilikan
tersebut. Pasal 93 ayat (2) juga mengatur mengenai pengalihan saham di bursa
saham. Kedua hal yang diatur di dalam pasal 93 ayat (2) adalah dua hal yang
berbeda. Penulis menyimpulkan kepemilikan yang dimaksud dalam pasal tersebut
adalah kepemilikan saham. Sehingga pengalihan IUP berdasarkan UU Nomor 4
Tahun 2009 merupakan suatu tindakan yang dilarang. PP nomor 24 Tahun 2012
Pasal 7A ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 2012 menyatakan bahwa IUP dan IUPK
tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Kemudian pasal 7A ayat (2) PP Nomor

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


24 Tahun 2012 menyatakan bahwa pihak lain yang dimaksud pada ayat (1) adalah
badan usaha yang 51% (lima puluh satu persen) atau lebih sahamnya tidak
dimiliki oleh pemegang IUP dan IUPK. Dengan kata lain, ketentuan pasal 7A ayat
(2) secara jelas mengatakan bahwa IUP dapat dialihkan apabila pemegang IUP
memiliki 51% (lima puluh satu persen) saham atau lebih pada badan usaha lain
dimana IUP akan dialihkan. Ketentuan ini bertentangan dengan pasal 93 UU
Nomor 4 Tahun 2009 yang secara tegas melalui ayat (1) menyatakan bahwa IUP
tidak dapat dialihkan. PP Nomor 24 Tahun 2012 sebagai peraturan pelaksana
bertentangan dengan UU Nomor 4 Tahun 2009 yang menjadi dasar pembentukan
PP Nomor 24 Tahun 2012. Berdasarkan pasal 7 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, peraturan pemerintah
kedudukannya berada di bawah undang-undang. Berdasarkan pasal 7 ayat (2)
kekuatan hukum peraturan perundang-undangan didasarkan pada hirarki. Oleh
karena itu apabila peraturan pemerintah bertentangan dengan undang-undang
maka yang berlaku adalah ketentuan yang lebih tinggi yaitu undang-undang.
Ketentuan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012 bertentangan dengan pasal 93 UU
Nomor 4 Tahun 2009, oleh karena itu seharusnya Pasal 7A PP Nomor 24 Tahun
2012 tidak berlaku.
2. Pada kasus akuisisi PT Borneo Berkat Timur oleh PT Tuah Turangga Agung,
saham PT Borneo Berkat Timur diakuisisi sebanyak 100% (seraturs persen) oleh
PT Tuah Turangga Agung. Akusisi ini menyebabkan perubahan pengendali
kegiatan usaha pertambangan pada PT Borneo Berkat Makmur. Akuisisi tidak
diikuti dengan pengalihan IUP PT Borneo Berkat Timur secara hukum. Namun,
secara de facto terjadi pengalihan pemegang IUP sebab pihak yang mengalihkan
tidak lagi menjalankan kegiatan usaha pertambangan berdasarkan IUP PT Borneo
Berkat Timur. Jadi, pada kasus semacam ini pengalihan IUP secara hukum
memang tidak terjadi, tetapi secara de facto terjadi.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


Saran

Dari penelitian ini, penulis dapat menyarankan:

1. Rumusan pasal 93 ayat (2) UU Nomor 4 Tahun 2009 seharusnya diperbaiki,


khususnya mengenai kata kepemilikan. Tujuannya adalah agar menjadi jelas
mengenai kepemilikan apa yang dimaksud sehingga tidak memberikan alasan
pembenaran terhadap pihak yang melakukan pengalihan IUP.
2. Dengan ketidakjelasan pasal 93 UU Nomor 4 Tahun 2009 mengenai pengalihan
IUP, pemerintah seharusnya mengeluarkan peraturan pelaksana yang secara
khusus mengatur mengenai pengalihan IUP berupa peraturan pemerintah atau
peraturan menteri. PP nomor 24 Tahun 2012 memang mengandung pengaturan
mengenai pengalihan IUP, tetapi ketentuan tersebut bertentangan dengan pasal 93
UU Nomor 4 Tahun 2009 dan bertentangan dengan tujuan UU Nomor 4 Tahun
2009 diberlakukan. Oleh karena itu, pemerintah harus segera mengeluarkan
peraturan pelaksana yang secara khusus mengatur mengenai ketentuan pengalihan
IUP dan sejalan dengan UU Nomor 4 Tahun 2009.
3. Akuisisi selalu menyebabkan perubahan pengendalian pada suatu perusahaan,
termasuk akuisisi perusahaan pertambangan. Oleh karena itu, pemerintah
sebaiknya mengeluarkan peraturan yang secara khusus mengatur mengenai
pengalihan saham berupa peraturan pemerintah atau peraturan menteri.
Pemerintah sebaiknya mewajibkan kepemilikan IUP atas nama pemegang saham
pengendali.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA
Buku
Andreae, Fockema. Kamus Istilah Hukum Belanda-Indonesia. Diterjemahkan oleh H.
Boerhanoedin St. Batuah, (dkk). Bandung: Binacipta, 1983.
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. Kilas
Balik 50 Tahun Peertambangan dan Wawasan 25 Tahun Mendatang. Jakarta,
1995.
H.S, Salim. Hukum Pertambangan Indonesia. Ed. Revisi. Jakarta: PT Raja Gravindo
Persada, 1995.
Hukum Pertambangan di Indonesia. Cet.5. Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil. Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang,
Cet.1. Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

Kementerian energi dan Sumber Daya Mineral. Mineral dan Energi Kekayaan Bangsa:
Sejarah Pertambangan dan Energi Indonesia. Jakarta: Penerbit Kementerian
energi dan Sumber Daya Mineral, 2009.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perusahaan Indonesia. Cet.1. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1999.
Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: Bentuk
Perusahaan. Cet.12. Jakarta: Djambatan, 2007.
Saleng, Abrar. Hukum Pertambangan, Cet.1. Jogjakarta: UII Press, 2004.
Sembiring, Sentosa. Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas. Cet.3. Bandung:
CV Nuansa Aulia, 2012.
Supramono, Gatot. Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara Di Indonesia. Cet.1.
Jakarta: RIneka Cipta, 2012.

Widjaya, I.G. Rai. Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Uundang-undang di Bidang


Usaha: Hukum Perusahaan. Cet.1. Jakarta: Kesaint Blanc, 2000.
Hukum Perusahaan. Jakarta: Kesaint Blanc, 2000.
__________Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. 1999.

Peraturan
Indonesia. Undang-undang Dasar 1945
Indonesia, Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara, UU No. 19 Tahun 2003.
LN No. 70 Tahun 2003. TLN. No. 4297.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


Indonesia, Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2012. UU No. 22 tahun 2012. TLN. No. 5254.

Indonesia, Undang-Undang tentang Perkoperasian. UU No. 25 Tahun 1992. LN No. 116


Tahun 1992. TLN. No. 3502.
Indonesia, Undang-undang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. UU No.12
tahun 2011. LN No. 82 Tahun 2011. TLN. No. 5234.
Indonesia, Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007. LN
No. 106 Tahun 2007. TLN. No. 4756.

Indonesia, Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007. LN


No. 106 Tahun 2007. TLN. No. 4756.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara. PP No. 23 Tahun 2010. LN No. 29 Tahun 2010. TLN No.
5111.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara. PP No. 24 Tahun 2012. LN No. 45 Tahun 2012. TLN No. 5282
Tahun 2012.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan Perseroan Terbatas. PP No. 27 Tahun 1998. LN No. 40 Tahun
1998. TLN. No. 3741.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun
2009 Tentang Tata Cara Penanaman Modal Dalam Rangka Pelaksanaan
Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara.
Permen Energi dan Sumber Daya Mineral. No. 18 Tahun 2009.
Artikel
Pigome, Martha. Politik Hukum Pertambangan Indonesia Dan Pengaruhnya Pada
Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Era Otonomi Daerah. Masalah-Masalah
Hukum. Jilid 40 No.2, April 2011.
Internet
Mengenal Jenis Izin Tambang di Indonesia. http://belajarhukum.net/mengenal-
jenis- izin-tambang-di-indonesia/. Diunduh 25 September 2012.
KPPU. KPPU Mengeluarkan Pendapat Mengenai Pengambilalihan PT Duta
Sejahtera pleh PT Tuah Turangga Agung. http://www.kppu.go.id/id/kppu-
mengeluarkan-pendapat-mengenai- pengambilalihan-pt-duta-sejahtera-oleh-pt-tuah-
turangga-agung/. Diunduh 26 Desember 2012.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013


Pengalihan IUP Masih Menjadi Polemik.
http://www.hukumonline.com/printedoc/lt4f4aff756a3d0. Diunduh 15 September 2012.

Potensi Sumber Daya Alam Indonesia. http://www.hpli.org/tambang.php#.


Diunduh 24 September 2012.
PTBA Masih Tunggu PP untuk Eksekusi Proyek.
http://www.bisnis.com/articles/ptba- tunggu-pp-untuk-eksekusi-proyek. Diunduh 1
Januari 2013.
PTBA Masih Tunggu Peralihan IUP ke Bukit Aasam Banko.
http://investasi.kontan.co.id/news/ptba-masih-tunggu-peralihan-iup-ke-bukit-asam-banko.
Diunduh 1 Januari 2013.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai