Anda di halaman 1dari 22

EDISI : 1 TEORI-TEORI BELAJAR

Modul : Macam2 Teori Belajar

Soal-soal Teori BelajarMacam-macam Teori Belajar

1. Teori Belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran

psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan

dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada

terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang

yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan

menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat

bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

2. Teori Belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori

perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa

para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,

menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan

pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.

Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan

pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner

bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas

bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.

3. Teori Belajar Konstruktivisme


Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan

Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu

bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk

diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui

pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari

idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam

mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam

semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih

lama semua konsep.4. Teori Belajar Humanistik

Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses

balajar dianggap berhasil jika seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya

sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai

aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar

dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori

ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran

mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan

mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku

utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.

5. Teori Belajar Gestalt

Menurut pandangan teori gestalt seseorng memperoleh pengetahuan melaui sensasi atau

informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunya kembali dalam
struktur yang sederhana sehungga lebih mudah dipahami.

Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :

a. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar

b. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran

c. Memandu guru untuk mengelola kelas

d. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa

yang telah dicapai

e. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif

f. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat

mencapai hasil prestasi yang maksimal.

6. Teori Pembelajaran Sosial

Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh

penguatan(reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan

dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman

(punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori

perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswatelah belajar untuk mengerjakan pekerjaan

sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks,

1995).

7. Teori Belajar Sosial

Dalam dasawarsa terakhir, penganut teori konstruktivisme memperluas fokus

tradisionalnya pada pembelajaran individual ke dimensi pembelajaran kolaboratif dan sosial.

Konstruktivisme sosial bisa dipandang sebagai perpaduan antara aspek-aspek dari karya Piaget

dengan karya Bruner dan karya Vygotsky. Istilah Konstruktivisme komunal dikenalkan oleh Bryn Holmes
di tahun 2001. Dalam model ini, "siswa tidak hanya mengikuti pembelajaran

seperti halnya air mengalir melalui saringan namun membiarkan mereka membentuk dirinya."

Dalam perkembangannya muncullah istilah Teori Belajar Sosial dari para pakar pendidikan.
Pijakan awal teori belajar sosial adalah bahwa manusia belajar melalui pengamatannya

terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak melakukan riset teori belajar sosial

adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner.

Meskipun classical dan operant conditioning dalam hal-hal tertentu masih merupakan tipe

penting dari belajar, namun orang belajar tentang sebagian besar apa yang ia ketahui melalui

observasi (pengamatan). Belajar melalui pengamatan berbeda dari classical dan operant

conditioning karena tidak membutuhkan pengalaman personal langsung dengan stimuli,

penguatan kembali, maupun hukuman. Belajar melalui pengamatan secara sederhana

melibatkan pengamatan perilaku orang lain, yang disebut model, dan kemudian meniru perilaku

model tersebut.

Baik anak-anak maupun orang dewasa belajar banyak hal dari pengamatan dan imitasi

(peniruan) ini. Anak muda belajar bahasa, keterampilan sosial, kebiasaan, ketakutan, dan banyak

perilaku lain dengan mengamati orang tuanya atau anak yang lebih dewasa. Banyak orang

belajar akademik, atletik, dan keterampilan musik dengan mengamati dan kemudian menirukan

gueunya. Menurut psikolog Amerika Serikat kelahiran Kanada Albert Bandura, pelopor dalam

studi tentang belajar melalui pengamatan, tipe belajar ini memainkan peran yang penting dalam

perkembangan kepribadian anak. Bandura menemukan bukti bahwa belajar sifat-sifat seperti

keindustrian, keramahan, pengendalian diri, keagresivan, dan ketidak sabaran sebagian dari

meniru orang tua, anggota keluarga lain, dan teman-temannya.SOAL-SOAL TEORI BELAJAR

1. Seorang siswa bersikap acuh tak acuh dalam belajar bahasa Inggris. Suatu ketika guru

meminta dia untuk menjadi pemimpin regu dalam sebuah kerja kolaborasi. Pada saat

itulah siswa tersebut menunjukkan potensinya sebagai pemimpin. Sejak saat itu siswa

tersebut aktif dalam segala kegiatan pembelajaran. Teori belajar yang digunnakan guru

tersebut adalah.......

a) Behavioristik
b) Humanistik

c) Kognitif

d) Gestalt

2. Guru berperan sebagai fasilitator dalam kelas untuk member kemudahan belajar bagi para

siswanya seperti mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar, memotivasi

siswa untuk berpikir kritis, serta berusaha memahami jalan pikiran siswa. Teori belajar

semacam ini disebut teori belajar........

a) behavioristik

b) Kognitif

c) Sosial

d) Humanistik

3. Seorang guru memberikan perintah kepada siswa untuk melakukan kegiatan praktik

merupakan stimulus dan siswa dengan menggunakan pemikirannya melakukan

kegiatan praktik merupakan respons yang hasilnya langsung dapat diamati. Teori

belajar ini disebut .....

a) Konstruktivisme

b) Humanistik

c) Behavioristik

d) Sosial

4. Guru melakukan pembelajaran dengan memberikan kebebasan yang luas kepada siswa

untuk menentukan apa yang ingin ia pelajari sesuai sumber-sumber belajar yang tersedia

atau dapat disediakan. Pernyataan ini merupakan ciri dari teori belajar .

a) behavioristik

b) konstruktivistik

c) humanistik
d) kognitif

5. Deni adalah seorang siswa berprestasi sehingga mendapat penghargaan/hadiah.

Dampaknya Deni lebih rajin dan lebih bersemangat belajar. Gurunya mengutamakan

CBSA, materi pelajaran disajikan berbentuk unit-unit kecil agar siswa hanya perlu

memberikan suatu respon tertentu saja, respon yang ada diberi umpan balik agar siswa

segera tahu hasilnya. PBM yang dilakukan guru tersebut dilandasi teori belajar

a) behavioristikb) konstruktivistik

c) humanisme

d) gestalt

6. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut :

1. Siswa dikondisikan harus menerima informasi kompleks dan menerapkannya ke situasi

lain

2. Pembelajaran dikemas bukan menerima pengetahuan

3. Guru memfasilitasi menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa

4. Guru memberi kesempatan kepada siswa menerapkan strategi belajar yang disarankan

Pernyataan di atas yang merupakan karakteristik teori belajar konstruksivistik adalah.

a) 1, 2, dan 3

b) 1, 2, dan 4

c) 2, 3, dan 4

d) 2 dan 3

7. Skinner adalah salah satu tokoh psikologi yang beraliran ........

a) Konstruktivisme

b) Humanisme

c) Behaviorisme

d) Kognitivisme
8. Contoh penerapan teori S kinner dalam d unia pendidikan adalah .

a) Sisw a dilatih untu k saling memaaf ka n

b) Guru menghukum siswa yang nakal

c) Pe laksanaan u pacar a bender a setia p h ar i Senin

d) Memakai ser agam pramu k a setiap har i Jumat

9. Im plementas i pener apan pr insippr insip behavior isme y an g banyak digu n a

kan d idalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut, kecuali

a) P r o s e s b e l a j a r d a p a t t e r j a d i d e n g a n b a i k a p a b i l a p e s e

r t a d i d i k i k u t berpartisipasi secara aktif didalamnya.

b) Materi pelajaran dikembangkan didalam unit-unit dan diatur berdasarkanurutan

yang logis sehingga peserta didik mudah mempelajarinya.

c) Tiap- tiap r espon s per lu diber i umpa n balik secar a langsun g

sehingga peser tadidik dapat segera mengetahui apakah respon yang

diberikan sudah sesuaidengan yang diharapkan atau belum.

d) Peser ta didi k akan lebi h mampu mengingat dan memahami

sesuatuapabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu 10. Tingkah laku dalam
belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat

berupa prilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah

laku yang terjadi pada siswa. Teori belajar yang tepat untuk penjelasan diatas disebut....

a) Humanistik

b) Behavioristik

c) Gestat

d) Skinner

SELAMAT MENGERJAKAN

(www.egidia07.com)
Para ahli telah menyusun pengertian belajar dari beberapa sudut pandang yang berbeda
sesuai dengan keilmuan yang melatarbelakangi mereka. Berikut ini penulis kutip pengertian
belajar dari beberapa sumber.

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon.
Berdasarkan teori ini seseorang dikategorikan belajar bila sudah mendapatkan stimulus sebagai
input dan output berupa respon. stimulus ini apa saja yang diberikan atau ditransfer pengajar
kepada seseorang yang belajar, dan respon adalah reaksi yang dilakukan atau didapatkan oleh
pelajar, biasanya ditandai dengan perubahan perilaku dan pengetahuan yang diperoleh
pelajar. (sumber :Wikipedia.org)

Winkel berpendapat, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pemahaman.

Gagne di dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, pengertian belajar merupakan
sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya
berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu. Perubahan yang terjadi dimaksud disebabkan adanya pengalaman dan latihan-
latihan bukan berupa akibat refleks atau naluri. sumber:belajarpsikologi.com

Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) Pengertian Belajar merupakan


proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan,
yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Berdasarkan
pengertian ini segala proses yang dilakukan secara sadar dan menimbulkan perubahan dari diri
pelajar dianggap belajar. (sumber:belajarpsikologi.com)

Moh. Surya berpendapat pengertian Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan. (sumber:belajarpsikologi.com).

Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely (1971) dalam Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa
belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat
diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang
diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati. sumber : ichaledutech

Imron, (1996;2) mendefinisikan belajar adalah sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam
diri seseorang yang relative menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.

Slameto (2003:2) berpendapat secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi siswa dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhannya.

Cronbach dalam Djamarah (2002:13) mengartikan belajar sebagai usaha aktivitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Djamarah
(2002:13) ini belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan
melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak tubuh yang nampak harus sejalan dengan proses
jiwa untuk memperoleh perubahan. Perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik saja,
tetapi juga perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar adalah perubahan yang berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.

Muhibbin berpendapat Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. sumber
: belajarbagus.com

Bower (1987;150) berpendapat Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap
dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman. Kemudian
menurut Bower (1987: 150) Learning is a cognitive process. Belajar adalah suatu proses
kognitif.sumber: visiuniversal

Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku secara sadar akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon hasil dari pengalaman atau
latihan. Perubahan perilaku didapat secara tidak sadar seperti fenomena Ponari dia dapat ilmu
mengobati orang hanya didapat dari mimpi. Fenomena dukun yang datang secara gaib itu tidak
termasuk perubahan tingkah laku dari hasil belajar.

2.2. Teori Belajar


Selain Pengertian belajar di atas ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang
Teori Belajar ini. Berikut adalah macam-macam teori belajar.

2.2.1. Teori belajar Behaviorisme


Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2.2.1.1 Teori Belajar Thorndike
Berdasarkan teori stimulus-respon, Thorndike menyatakan bahwa cara belajar manusia
dan binatang pada dasarnya sama, karena belajar pada dasarnya terjadi melalui
pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon, Menurut Thorndike, terjadinya
asosiasi stimulus dan respon berdasarkan tiga hukum, yaitu:

a. Hukum kesiapan, yang mempunyai tiga ciri:


Jika seseorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan tersebut dilaksanakan,
maka dia akan puas dan tidak melakukan tindakan yang lain.
Jika seseorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan itu tidak dilaksanakan,
maka dia tidak puas dan akan melakukan tindakan yang lain.
Jika seseorang tidak mempunyai keinginan untuk bertindak, tetapi dia melakukan
tindakan itu, maka dia merasa tidak puas dan akan melakukan tindakan lain.

b. Hukum latihan, yang berprinsip utama pada latihan (pengulangan). Oleh karena itu,
jika guru sering memberi latihan (S) dan siswa menjawabnya (R), maka prestasi belajar
siswa pada pelajaran tersebut akan meningkat. Thorndike menyatakan bahwa
pengulangan tanpa ganjaran tidak efektif, karena asosiasi S dan R hanya diperkuat
oleh ganjaran. Jadi hukum latihan ini mengarah pada banyaknya pengulangan, yang
biasa disebut drill.
c. Hukum akibat, yang menunjukkan bahwa jika suatu hubungan dapat dimodifikasi
seperti halnya hubungan antara stimulus dan respon, dan hubungan tersebut diikuti
oleh peristiwa yang diharapkan, maka kekuatan hubungan yang terjadi semakin
meningkat. Sebaliknya, jika kondisi peristiwa yang tidak diharapkan mengikuti
hubungan tersebut, maka kekuatan hubungan yang terjadi semakin berkurang.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seseorang akan melakukan pekerjaan jika
hasil pekerjaan itu akan memberikan rasa menyenangkan atau memuaskan,.
Sebaliknya, jika hasil tersebut tidak membawa dampak menyenangkan, maka
seseorang tidak melaksakan pekerjaan tersebut.

2.2.1.2 Teori Belajar Skinner


Menurut pandangan B. F. Skinner (1958), belajar merupakan suatu proses atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Pengertian belajar ialah
suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Skinner
berpendapat bahwa ganjaran merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses
belajar, tetapi istilahnya perlu diganti dengan penguatan. Ganjaran adalah sesuatu yang
menggembirakan, sedangkan penguatan adalah sesuatu yang mengakibatkan
meningkatkatnya suatu respon tertentu. Penguatan tidak selalu berupa hal yang
menggembirakan, tetapi dapat terjadi sebaliknya.

2.2.1.3 Teori Belajar Robert M. Gagne


Sejalan dengan Thorndike dan Skinner, Gagne juga salah satu tokoh penganut aliran
psikologi Stimulus-Respon (S-R). Gagne berpendapat bahwa terjadinya belajar
seseorang karena dipengaruhi faktor dari luar dan faktor dari dalam diri orang tersebut
dimana keduanya saling berinteraksi (Nasution, 2000:136). Faktor dari luar (eksternal)
yaitu stimulus dan lingkungan dalam acara belajar, dan faktor dari dalam (internal) yaitu
faktor yang menggambarkan keadaan dan proses kognitif siswa.

Keadaan internal menunjukkan pengetahuan dasar (yang berkaitan dengan bahan


ajar), sedangkan proses kognitif menunjukkan bagaimana kemampuan siswa
mengolah/mencerna bahan ajar. Kondisi internal belajar ini berinteraksi dengan kondisi
eksternal belajar, dan dari interaksi tersebut tampaklah hasil belajar. Untuk lebih
memperjelas interaksi tersebut, disusun suatu bagan yang mengilustrasikan interaksi
antara komponen esensial belajar dan pembelajaran.
Menurut Gagne, ada tiga tahap dalam belajar yaitu:
Persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian,
pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi.
Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), yang digunakan untuk persepsi
selektif, sandi semantik, pembangkitan kembali, respon, dan penguatan.
Alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara
umum.

Dengan demikian menurut Gagne hasil belajar merupakan hasil interaksi stimulus dari
luar dengan pengetahuan internal siswa.

2.2.2 Teori Belajar kognitivisme


Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.
Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk
konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi
dari lingkungan.

2.2.2.1 Teori Belajar Ausubel


Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausable mengemukakan teori belajar bermakna
(meaningful learning). Belajar bermakna adalah proses mengaitkan dalam informasi
baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif
seseorang. (Ratna Willis Dahar: 1996). Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajaran
dapat menimbulkan belajar bermakna jika memenuhi prasayasat, yaitu:
1. Materi yang akan dipelajari melaksanakan belajar bermakna secara potensial
2. Anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna. Kebermaknaan materi
pelajaran secara potensial tergantung dari materi itu memiliki kebermaknaan logis dan
gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.
Berdasarkan pandangannya tentang belajar bermakna, maka David Ausuble
mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu:
1. Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan
konsep lama denan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Pemggunaan pengatur
awal tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi , terutama materi
pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur. Pada saat mengawali
pembelajaran dengan prestasi suatu pokok bahasan sebaiknya pengatur awal itu
digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
2. Diferensiasi progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep-
konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan dahulu kemudian
baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus.
3. Belajar superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami petumbuhan
kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan
konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung
hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila
konsepkonsep yang lebih luas dan inklusif.
4. Penyesuaian Integratif
Pada suatu sasat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau
lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama
yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif
itu, Ausable mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif Caranya materi
pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hiierarkhi-
hierarkhi konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Penangkapan
(reception learning). Menurut Ausubel , siswa tidak selalu mengetahui apa yang penting
atau relevan untuk dirinya sendiri sehigga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk
melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang telah diajarkan di sekolah.
Ausable menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar penangkapan.
Inti belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori, yakni pembelajaran sistematik
yang direncanakan oleh guru mengenai informasi yang bermakna (meaningful
information). Pembelajaran ekspositori itu terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Penyajian advance organizer
Advance organizer merupakan pernyataan umum yang memeperkenalkan bagian-
bagian utama yang etrcakup dalam urutan pengajaran. Advance organizer berfungsi
untuk menghubungkan gagasan yang disajikan di dalam pelajaran dengan informasi
yang telah berda didalam pikiran siswa, dan memberikan skema organisasional
terhadap informasi yang sangat spesifik yang disajikan.
2. Penyajian materi atau tugas belajar.
Dalam tahap ini, guru menyajikan metri pembelajaran yang baru dengan menggunakan
metode ceramah, diskusi, film, atau menyajikan tugas-tugas belajar kepada siswa.
Ausuble menekankan tentang pentingnya mempertahankan perhatian siswa, dan juga
pentingnya pengorganisasian meteri pelajaran yang dikaitakan dengan struktur yang
terdapat didalam advance organizer. Dia menyarankan suatu proses yang disebut
dengan diferensiasi progresif, dimana pembelajaran berlangsung setahap demi
setahap, dimulai dari konsep umum menuju kepada informasi spesifik, contoh-contoh
ilustratif, dan membandingkan antara konsep lama dengan konsep baru.
3. Memperkuat organisasi kognitif.
Ausuble menyarankan bahwa guru mencoba mengikatkan informasi baru ke dalam
stuktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran, degan cara
mengingatkan siswa bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan
gambaran informasi yang bersifat umum. Pada akhir pembelajaran ini siswa diminta
mengjukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai tingkat pemahamannya terhadap
pelajaran yang baru dipelajari, menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah
dimiliki dan pengorganisasian materi pembelajaran sebagaimana yang dideskripsikan
didalam advance organizer samping itu juga memberikan pertanyaan kepada siswa
dalam rangka menjajaki keluasan pemahaman siswa tentang isi pelajaran.
Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna
(meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan
struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan
informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar
,1988 :142) juga menyatakan bahwa agar belajar bermakna terjadi dengan baik
dibutuhkan beberapa syarat, yaitu :
1. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial,
2. Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga
mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna.
Dikatakan lebih lanjut oleh Ausubel (Dahar ,1989 :141) ada tiga kebaikan dari belajar
bermakna yaitu :
a) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat,
b) Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya
untuk materi pelajaran yang mirip,
c) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip
walaupun telah terjadi lupa.
Belajar bermakna (meaningfull learning) yang digagas David P. Ausubel adalah suatu
proses pembelajaran dimana siswa lebih mudah memahami dan mempelajari, karena
guru mampu dalam memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan
mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya.
Sehingga belajar dengan membeo atau belajar hafalan (rote learning) adalah tidak
bermakna (meaningless) bagi siswa. Belajar hafalan terjadi karena siswa tidak mampu
mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang lama.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah
struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan
fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa
mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan
pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam system pengertian yang telah
dipunyainya.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa
melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar,
akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam
kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan
lebih efektif jika menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan
ilustrasi.
Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
A. Belajar dengan penemuan yang bermakna
Yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang
dipelajarinya atau siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari
kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
B. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna
Yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
C. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna
Materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai
bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan
yang ia miliki.
D. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna
Yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa
sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa
mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki. Prasyarat agar belajar menerima
menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:
a. Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki strategi
belajar bermakna,
b. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa,
c. Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan
intelektual siswa.

2.2.2.2 Teori Belajar Piaget


Jean Piaget, psikolog-kognitif dari Swiss ini, berpendapat bahwa proses berpikir
manusia merupakan suatu perkembangan bertahap dari berpikir intelektual kongkrit ke
abstrak secara berurutan melalui empat tahap. Urutan tahapan itu tetap bagi setiap
orang, tetapi usia kronologis bagi setiap orang yang memasuki tiap tahap berpikir
berbeda-beda tergantung kondisi masing-masing individu. Keempat tahap tersebut
adalah:
Tahap sensori motor pada usia 0-2 tahun.
Tahap praoperasional pada usia 2-7 tahun.
Tahap periode operasi kongkrit pada usia 7-12 tahun.
Yang terakhir adalah tahap operasi formal pada usia 12 tahun ke atas. Istilah operasi
di sini dimaksudkan suatu proses berfikir logis yang merupakan aktivitas mental
(bukan aktivitas sensori motor).

2.2.2.3 Teori Belajar Bruner


Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan
baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan
tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan teori belajar menjadi tiga tahap. Ketiga
tahap itu adalah:
Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman
baru.
Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin
bermanfaat untuk hal-hal yang lain.
Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi
benar atau tidak.

Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat


ditransformasikan. Hal ini tergantung pada hasil yang diharapkan, di samping motivasi
siswa, minat, keinginan dan dorongan untuk menemukan sendiri. Selain itu, Bruner juga
mengangkat empat tema pendidikan yaitu:
Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan.
Kesiapan (readiness) siswa untuk belajar.
Nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi.
Motivasi atau keinginan siswa untuk belajar, dan kemampuan guru untuk
memotivasinya

2.2.3 Teori Belajar Konstruktivisme


Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung
dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
2.2.3.1 Teori Belajar Vigotsky

Nama lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota
Tsarist, Russia, tepatnya pada pada 17 November 1896, dan berkuturunan Yahudi. Ia
tertarik pada psikologi saat berusia 28 tahun.
Seseorang yang belajar dipahami sebagai seseorang yang membentuk
pengertian/pengetahuan secara aktif dan terus-menerus. Inti teori Vygotsky adalah
menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan
penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi
kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya.
Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-
tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam zone of proximal
development mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat
perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan
masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Vygotsky banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi
mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan
memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang
lebih tinggi seperti ingatan, berpikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental
yang lebih tinggi ini dianggap sebagai alat kebudayaan tempat individu hidup dan
alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-
anggota kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu.
Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan
membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak
dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Aliran psikologi yang dipegang oleh Vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme
karena ia lebih menekankan pada hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam
analisisnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu
sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif. Oleh
karenanya, konsep teori perkembangan kognitif Vygotsky berkutat pada tiga hal:
1. Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development)
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan,
yaitu tataran sosial lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
2. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui
pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang
jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan
pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky membedakan
antaraactual development dan potential development pada anak. Actual
development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan
orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan apakah
seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk
orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
3. Mediasi

Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci utama
memahami proses-proses sosial dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam
teori perkembangan kognitif Vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi, yaitu
metakognitif dan mediasi kognitif. Media metakognitif adalah penggunaan alat-
alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regulation (pengaturan diri) yang
mencakup self planning, self monitoring, self checking, danself evaluation. Media ini
berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedangkan media kognitif adalah
penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan
pengetahuan tertentu. Sehingga media ini dapat berhubungan dengan konsep spontan
(yang mungkin salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual
atau kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui
interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu. Secara
singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya
mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami
kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya
pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan
pengetahuan.
Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak.
Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi
secara jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah
pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan
sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian
spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
2.2.4 Teori Belajar Humanistik

Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun
lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan.

Menurutnya ada 3 tipe belajar :


Belajar Teknis (technical learning) bagaimana seseorang dapat berinteraksi
dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan dan keterampilan apa yang
dibutuhkan dan perlu dipelajari agar mereka dapat menguasai dan mengelola
lingkungan sekitarnya dengan baik.
Belajar Praktis (practical learning) bagaimana seseorang dapat berinterkasi
dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang disekelilingnya dengan baik.
Kegiatan belajar lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antara
sesama manusia. Pemahaman dan keterampilan seseorang dalam mengelola
lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada
umumnya. Interaksi yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya
akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia.
Belajar Emansipatoris (emancipatory learning) menekankan upaya agar
seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya
perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya.

Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang benar untuk mendukung
terjadinya transformasi kultural tersebut. Pemahaman dan kesadaran terhadap
transformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang
paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan pendidikan yang paling tinggi.

Humanistik
Abraham Maslow
Mazhab ketiga dalam perkembangan psikologi ini, lahir sebagai reaksi atas teori-teori
Behaviorisme (kental dengan sifat behavioristik, asosianistik dan eksperimental) dan
Psikoanalisis (depth psychology dengan sifat klinis-pesimistik).
Suatu telaah terhadap sisi-sisi yang lebih bermanfaat, bermakna dan dapat
diterapkan bagi kemanusiaan, yang kemudian menjadi titik tolak bagi
pengembangannya.

Teori MasLow

Pentingnya kesadaran akan perbedaan individu, dengan memperhatikan aspek-


aspek kemanusiaan. Menggali dan menemukan sisi-sisi kemanusiaan, pada taraf
tertentu akan sampai pada penemuan diri.
Proses belajar yang ada pada diri manusia adalah proses untuk sampai pada
aktualisasi diri (learning how to be).
Belajar adalah mengerti dan memahami siapa diri kita, bagaimana menjadi diri
sendiri, apa potensi yang kita miliki, gaya apa yang anda miliki, apa langkah-langkah
yang anda ambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang kita miliki dan yakini, kearah
mana perkembangan kita akan menuju.

Belajar di satu sisi adalah memahami bagaimana anda berbeda dengan yang lain
(individual differences), dan di sisi lain adalah memahami bagaimana anda menjadi
manusia sama seperti manusia yang lain (persamaan dalam specieshood or
humanness)

Carl Rogers

Carl Rogers lebih menekankan pada pengalaman individu sebagai fenomena-logikal yg


dialami oleh individu sendiri. Menurut Rogers, setiap individu mempunyai
kecenderungan dan hasrat sendiri untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Setiap individu membentuk konsep hidup yg unik melalui sistem nilai dan kepercayaan
yg berbeda dgn org lain. Tingkah laku yg ditunjukkan adalah selaras dengan konsep
kehidupannya. Tingkah laku individu hanya diperoleh melalui proses komunikasi,

Anda mungkin juga menyukai