Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan mental berasal dari dua kata yaitu, kesehatan dan mental.
Kesehatan berasal dari kata sehat yang menuju pada keaadaan fisik, individu
yang sehat ialah individu yang berada dalam keadaan fisik yang baik dan
bebas dari penyakit. Sedangkan mental ialah kepribadiaan yang merupakan
dinamik yang tercermin dalam cita-cita, sikap, dan perbuatan. Selain itu
mental juga mencakup unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan
perasan yang dalam keseluruhannya akan menentukan tingkah laku, cara
menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau yang
menggembirakan serta menyenangkan. Kesehatan mental menggambarkan
tingkat kesejahteraan psikologi atau adanya gangguan mental. Kesehatan
mental dapat diartikan sebagai suatu ekspresi emosi dan sebagai penanda
adaptasi sukses untuk berbagai tuntutan.

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan dan kemajuan


umat manusia. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Begitu pentingnya
pendidikan dalam kehidupan, oleh karena itu pendidikan disebut sebagai
proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri manusia secara
utuh. Pendidikan juga mengembangkan segenap potensi dalam rangka
pemenuhan semua komitmen manusia sebagai individu, sebagai makhluk
sosial dan sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan diwujudkan melalui usaha atau
kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan
maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

1
Karena tujuan pendidikan inilah maka peran pendidik untuk
mengembangkan potensi peserta didik sangatlah penting. Pendidik dianggap
sebgai orang yang paling tahu tentang kesehaan mental peserta didiknya,
maka pendidik juga harus mengetahui potensi serta cara mengembangkan
potensi peserta didiknya.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian kesehatan mental?
b) Bagaimana karakteristik mental yang sehat?
c) Bagaimana peran guru sebagai pendidik?
d) Apa pengertian pembelajaran?

1.3 Tujuan
a) Mengetahui pengertian kesehatan mental
b) Mengetahui apa itu kesehatan mental bagi guru dan murid
c) Mengetahui karakteristik mental yang sehat
d) Mengetahui peran guru sebagai pendidik
e) Mengetahui pengertian pembelajaran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kesehatan mental

Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan
dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri,
memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima
kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah
dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta
memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa terdapat banyak cara


dalam mendefenisikan kesehatan mental (mental hygene) yaitu:

1. Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental

Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa
atau terbebas dari sakit dan gangguan jiwa. Vaillaint (dalam Notosoedirjo &
Latipun, 2005), mengatakan bahwa kesehatan mental atau psikologis itu as
the presence of successfull adjustmet or the absence of psychopatology dan
yang dikemukakan oleh Kazdin yang menyatakan kesehatan mental as a state
in which there is an absence of dysfunction in psychological, emotional,
behavioral, and sosial spheres.

Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa orang berada dalam keadaan sakit
atau sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun gangguan psikisnya,
dan jika ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebagai orang sakit.
Dengan kata lain sehat dan sakit itu mental itu bersifat nominal ytang dapat
dibedakan kelompok-kelompoknya. Sehat dengan pengertian terbebas dari
gangguan, berarti jika ada gangguan sekialipun sedikit adanya, seseorang itu
dianggan tidak sehat.

2. Sehat mental jika tidak sakit akibat adanya stressor

3
Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat
stressor (sumber stres). Seseorang yang tidak sakit meskipun mengalami
tekanan maka menurut pengertian ini adalah orang yang sehat. Pengertian ini
sangat menekankan pada kemampuan individual merespon lingkungannya.

3. Sehat mental jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan


lingkungannya

Michael dan Kirk Patrick (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005)


memandang bahwa individu yang sehat mentalnya jika terbebas dari gejala
psikiatris dan individu itu berfungsi secara optimal dalam lingkungan
sosialnya. Pengertian ini terdapat aspek individu dan aspek lingkungan.
Seseorang yang sehat mental itu jika sesuai dengan kapasitasnya diri sendiri,
dan hidup tepat yang selaras dengan lingkungannya.

4. Sehat mental karena tumbuh dan berkembang secara positif

Frank, L. K. (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005) merumuskan


pengertian kesehatan mental secara lebih komprehensif dan melihat kesehatan
mental secara positif. Dia mengemukakan bahwa kesehatan mental adalah
orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya,
menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian (tanpa membayar terlalu
tinggi biayanya sendiri atau oleh masyarakat) dalam berpartisipasi dalam
memelihara aturan sosial dan tindakan dalam budayanya.

B. Kesehatan Mental Di Sekolah


Kesehatan Mental bagi Guru
Apabila ditinjau dari segi kesehatan mental sekolah seharusnya diusahakan
agar (1) dalam pemilihan untuk menentukan guru, kesehatan mental dipakai
sebagai factor persyaratan, (2) menghilangkan hal- hal yang dapat
mengganggu kesehatan jiwa guru, misalnya gaji yang tidak cukup, tugas
pekerjaan yang terlalu banyak, persoalan administrasi yang terlalu rumit, (3)
mengadakan pertemuan pertemuan diantara guru- guru yang dapat
mempunyai efek penyembuhan ( group therapeutic session) agar guru- guru

4
dapat meninjau kondisinya denga lebih objektif, dan (4) menganjurkan kepada
guru yang sekiranya mentalnya tidaklah begitu sehat untuk usaha
penyembuahan kepada pihak- pihak kompeten.
Kesehatan Mental Bagi Murid
Peran guru sangat diperlukan disamping orang tua dan lingkungan, karena
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa sebagian besar di sekolah. Perlu
di ingat oleh guru bahwa setiap kasus haruslah ditanggapi sendiri-sendiri, dan
kelainan tingkah laku itu dapat berasal dari macam-macam sebab. Beberapa
sebab yang dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri siswa adalah
kurangmya percaya diri, rasa persaingan dalam kelas, dan rasa tidak aman.

C. Karakteristik Mental yang Sehat


1. Terhindar dari Gangguan Jiwa
Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa
(neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
1. Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang
kena psikose tidak.
2. Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam
alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose
kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan
dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup
jauh dari alam kenyataan.
2. Dapat menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/
memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi,
serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat
dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi
kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri
dan lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.
3. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi
yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi

5
pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan
belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi,
pengembangan hobi, dan berolahraga.
4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya
terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang
positif bagi dirinya dan atau orang lain. dia mempunyai prinsip bahwa tidak
mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian
orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan pada tabel
sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN ; 1987).
Uraian diatas, menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang
tidak sehat cirinya sebagai berikut :
A. Perasaan tidak nyaman (inadequacy)
B. Perasaan tidak aman (insecurity)
C. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)
D. Kurang memahami diri (self-understanding)
E. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
F. Ketidakmatangan emosi
G. Kepribadiannya terganggu
Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders,
1964;61)

D. Peran Guru

Guru termasuk salah satu profesi yang berperan penting dalam membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia dikelola melalui
pendidikan. Proses yang berlangsung di lembaga pendidikan tak lepas dari peran
guru sebagai pengajar dan pendidik. Wajar jika dikatakan kalau guru menjadi
ujung tombak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru melaksanakan secara
operasional semua tugas pembelajaran di ruang kelas. Artinya, guru berhadapan
langsung dengan objek sekaligus subjek pendidikan yaitu peserta didik.

6
Guru melakukan proses transformasi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
melalui pembelajaran di ruang kelas. Transformasi ketiga aspek ini berlangsung
dalam interaksi bersifat manusiawi. Tidak memperlakukan siswa sebagai individu
yang serba belum tahu. Disinilah pentingnya peran guru dalam pendidikan.

E. Metode Pembelajaran

Dalam Sisdiknas 2003 bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara


guru dengan siswa dan dengan sumber belajar dalam lingkungan pembelajaran.
Menurut sisdiknas tersebut ada tiga komponen penting dalam pembelajaran yaitu;
guru, siswa dan sumber atau bahan ajar. Kegiatan belajar tidak akan berjalan
dengan baik kalau tidak tersedia sumber dan bahan ajar.

Metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Dapat juga diartikan sebagai strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru
sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal
ini mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam
penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar
secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode
mengajar.

Jenis-jenis Metode Pembelajaran yang bisa ditemukan sekarang sebenarnya


sangat banyak. Meskipun demikian, ada beberapa di antaranya yang memiliki
kepopuleran yang lebih dalam hal penggunaan. Salah satu yang bisa dianggap
sebagai yang paling populer adalah metode ceramah. Metode ini merupakan
metode yang kuno dan sudah ditinggalkan oleh kebanyakan pengajar modern.
Meskipun demikian, popularitasnya masih tetap bertahan khususnya karena
metode ini merupakan metode yang paling mudah dilakukan. Meskipun demikian,
kritik atas metode ini adalah efektifitas tujuan mengajar yang kadangkala tak bisa
tercapai dengan maksimal

Macam-macam metode pembelajaran yang lain yang juga populer adalah


metode diskusi. Melalui metode ini, siswa diharapkan bisa lebih aktif sementara
sang pengajar sendiri mengambil sikap pasif Metode ini disukai karena bisa

7
sekaligus menanamkan pendidikan karakter terhadap siswa. Melalui berdiskusi,
siswa akan berlatih mengeksplorasi pikiran mereka dan sekaligus juga
memberikan mereka pengalaman untuk berinteraksi dengan baik secara sosial.
Sebagian besar pengajar modern memilih metode ini berdasarkan alasan-alasan
tersebut. Selain dua jenis metode ini, ada juga berbagai metode lain misalnya
metode demonstrasi ataupun metode eksperimental yang masing-masing juga
memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri-sendiri.

Seorang pengajar harus bisa memilih Metode Pembelajaran yang sesuai demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam memilih metode tersebut, dia harus
memperhatikan beberapa aspek yang sangat penting, misalnya minat dan
kegemaran peserta didik dan kemampuan dirinya sendiri. Metode ceramah
misalnya akan sangat berhasil seandainya sang pengajar memang memiliki
kemampuan menerangkan pelajaran dengan cara yang mudah dipahami siswa.
Sementara itu metode diskusi tentunya akan sedikit terhambat jika sang pengajar
tidak memberikan informasi-informasi awal sebagai pembuka tema. Dengan
demikian, terkadang metode campuran merupakan pilihan yang tepat.

F. Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara
sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Secara
umum bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar menagajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan
ajar memungkinkan siswa dapat menguasai kompetensi melalui materi yang
disajikan secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Bahan ajar umumnya didesain dengan tujuan tertentu yakni disusun dengan
sitematika tertentu untuk keperluan pembelajaran dan dalam kerangka pencapaian
kompetensi yang diharapkan. Berbeda dengan buku teks pada umumnya yang
merupakan sumber informasi yang disusun dengan struktur dan urutan berdasar

8
bidang ilmu tertentu, dia tidak berorientasi pada proses pembelajaran atau
pencapaian kommpetensi sebgaimana bahan ajar.

Fungsi bahan ajar:

a.) Meningkatkan produktivitas pembelajaran


b.) Memberikan kemungkinan pembelajran yang sifatnya lebih individual
c.) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran
d.) Memungkinkan belajar secara seketika
Jenis-jenis bahan ajar antara lain :

a.) Bahan cetak (printed)


b.) Bahan ajar dengar (audio)
c.) Bahan ajar pandang dengar (audio visual)
d.) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material)
Kriteria bahan ajar baik

Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan buka sebaliknya


mempersulit siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Pleh sebab
itu, bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria berikut :

a.) Sesuai dengan topik yang dibahas


b.) Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang
dibahas
c.) Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat,
sederhana, sitematis, sehingga mudah dipahami
d.) Jika ada perlu dilengakapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik
untuk lebih mempermudah memahami isinya
e.) Sebaiknya diberikan sebelum berlangsunya kegiatan belajar dan
pembelajaran
f.) Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa
Selain kriteria diatas, bahan ajar yang baik harus selalu berorientasi pada
kurikulum dan peta pemikiran.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami


perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis
terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya,
kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan
dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

Karakteristik Mental yang Sehat, antara lain :

1. Terhindar dari Gangguan Jiwa


2. Dapat menyesuaikan diri
3. Sehat mental jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungan
4. Sehat mental karena tumbuh dan berkembang secara positif

pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa dan dengan
sumber belajar dalam lingkungan pembelajaran. Menurut sisdiknas tersebut ada
tiga komponen penting dalam pembelajaran yaitu; guru, siswa dan sumber atau
bahan ajar. Kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik kalau tidak tersedia
sumber dan bahan ajar.

B. Saran
Guru dan orang tua seharusnya mamiliki mental yang sehat untuk
membantu tumbuh kembang siswa.
Dalam mengembangkan portensi siswa seharusnya diberikan hak untuk
menentukan minat, orang tua yang mengarahkan dan guru yang
mengajarkan

10
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja Prawira, Purwa. 2012. Psikologii Pendidikan Islam dalam Perspektif


Baru. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Daradjat, Zakiah. 1972. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Fahmi, Mustofa. 1977. Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan


Masyarakat.Jakarta: Bulan Bintang.

Kartono, Kartini. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam


Islam.Bandung: Mandar Maju.

Marno. 2012. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : UIN Jakarta

Suryanto. 2012. Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Siswa. Yogyakarta: UNY


Press.

Yustinus, Semium. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

11

Anda mungkin juga menyukai