Anda di halaman 1dari 14

A.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ
lain karena berbentuk cairan.

Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah
yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada
banyaknya oksigen dan karbondioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam darah
diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran
atau metabolisme di dalam tubuh.

Karakteristik fisik darah meliputi:

1. Viskositas atau kekentalan darah 4,5 - 5,5

2. Temperature 38C

3. PH 7,37 - 7,45

4. Salinitas 0,9 %

5. Berat 8 % dari berat badan

6. Volume 5-6 liter (pria)

4-5 liter (wanita)

Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh karena adanya atau pompa
jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia
keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah
dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan atau
sitras natrikus.

FUNGSI DARAH
a.) Sebagai alat pengangkut, yaitu:

Mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke


seluruh jaringan tubuh.

1|A n a t o m i Fi s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
Mengangkat karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.

Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
keseluruh jaringan atau alat tubuh.

Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

b.) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh
dengan perantaraan leukosit dan antibodi untuk mempertahankan tubuh terhadap
invasimikroorganisme dan benda asing (leukosit) dan proses homeostatis (trombosit).

c). Sebagai pengatur regulasi, yaitu:


Mempertahankan PH dan konsentrasi elektrolit pada cairan interstitial melalui
pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial.
Darah mengatur suhu tubuh melalui transport panas menuju kulit dan paru-
paru.

TEMPAT PEMBENTUKAN SEL DARAH

1. Pembentukan sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional,


sebagian besar pada hati dan sebagian kecil pada limpa.

2. Dari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah


berlangsung dalam 3 tahap, yaitu:

Pembentukan di saccus vitellinus.

Pembentukan di hati, kelenjar limfe, dan limpa.

Pembentukan di sumsum tulang.

3. Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-
20 masa embrionik.

4. Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi
pada sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang.

2|A n a t o m i Fi s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
5. Sesudah lahir, semua sel darah dibuat pada sumsum tulang, kecuali limfosit
yang juga dibentuk di kelenjar limfe, tymus, dan lien.

6. Selanjutnya pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sumsum tulang
(extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami
kerusakan atau mengalami fibrosis.

7. Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua tulang dapat menjadi
tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang dari tulang panjang, kecuali
bagian proksimal humerus dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia
mencapai 20 tahun.

8. Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi terutama pada tulang belakang,
sternum, tulang iga dan ileum

9. 75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih (leukosit) dan
hanya 25% menghasilkan eritrosit.

10. Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak dari leukosit. Hal ini
disebabkan oleh karena usia leukosit dalam sirkulasi lebih pendek (hanya beberapa
hari) sedangkan eritrosit hanya 120 hari.

TEMPAT HEMOPOIESIS

0 2 Bulan Yolk Sac

2 7 Bulan Hati dan Limpa


Janin
5 9 Bulan Sumsum Tulang

Bayi Sumsum Tulang ( semua bagian tulang )

Dewasa Os.Vertebrae, Costae, Sternum, Cranium, Sacrum,


PelvisUjung proksimal, Os.Femur

KOMPOSISI DARAH

Darah terdiri dari plasma dan sel-sel darah.

Plasma terdiri dari air, protein, dan bahan-bahan non protein.


3|A n a t o m i Fi s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
Plasma protein terdiri dari albumin (55%), globulin , , (38%),
fibrinogen (7%).

Sel-sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dimana leukosit
terbagi 2 yaitu granulosit: netrofil, eosinofil, dan basofil. Serta agranulosit: limfosit
dan monosit.

Netrofi Eosinofi Basofil

Trombosit

Limfosi Monofosi

Tabel Nilai Normal

Jenis Pemeriksaan Satuan Nilai Normal

Leukosit ribu/L 5 - 10

Hemoglobin g/dL P 12 - 15

Trombosit ribu/L 150 - 400

Hitung Jenis Leukosit

Basofil % 01

Eusinofil % 13

Batang % 36

Segmen % 50 70

Limfosit % 20 40

4|A n a t o m i Fi s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
Monofosit % 28

Hematokrit % P 37 43

Masa Pendarahan menit 16

Masa Pembekuan menit 10 15

Masa Tromboplastin detik 30,3 - 41,1

Fibrinogen mg/dL 200 400

Darah tersusun atas 2 komponen utama, yaitu :

1. Plasma darah : bagian cair yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan
protein darah.

2. Butir-butir darah : yang terdiri dari komponen-komponen eritrosit (sel darah


merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (butir pembeku darah).

Struktur Eritrosit :

Eritrosit merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron.


Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel. Sel secara cepat
dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warnanya kuning kemerah-
merahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin.

Komponen eritrosit :

1. Membran eritrosit

2. Sistem enzim : Enzim G6PD (Glucose 6- Phosphatedehydrogenase)

3. Hemoglobin :

- Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi

- Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.

Produksi Sel Darah Merah (Eritropoesis) :

5|A n a t o m i Fi s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
Eritroblas muncul dari sel steam primitif dalam sumsum tulang. Eritroblas
adalah sel berinti yang dalam proses pematangan di sumsum tulang menimbun
hemoglobin dan secara bertahap kehilangan intinya. Pada tahap ini, sel dikenal sebagai
retikulosit. Pematangan lebih lanjut menjadi eritrosit, disertai dengan menghilangnya
material warna gelap dan sedikit dengan penyusututan ukuran. Eritrosit matang
kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Dalam keadaan eritroposis cepat, retikulasi dan sel
imatur lainnya dapat dilepaskan dalam sirkulasi sebelum waktunya.

Defisiensi sel steam multipotensial primitif sumsum tulang menjadi eritroblas


di stimulasi oleh eritropoitin, suatu subtansi yang diproduksi terutama oleh ginjal. Dalam
keadaan hipoksia lama, seperti pada kasus orang tinggal pada ketinggian atau setelah
perdarahan berat, terjadi peningkatan kadar eritropoetin dan stimulasi produlsi sel darah
merah.

Untuk produksi eritrosit normal, sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam
folat, piridoksin (vitamin B6) dan faktor lainnya. Defisiensi faktor-faktor tersebut selama
eritropoesis mengakibatkan penurunan produksi sel darah merah dan anemia.

Lama Hidup Eritrosit :

Eritrosit hidup selama 74- 154 hari. Pada usia ini system enzim mereka
gagal,membrane sel berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh sel
system retikulo endothelial.

Jumlah Eritrosit :

Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5- 15 gr dalam 100 cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.

Sifat-Sifat Sel Darah Merah :

Normositik : Sel yang ukurannya normal

Normokromik : Sel dengan jumlah hemoglobin yang normal

Mikrositik : Sel yang ukurannya terlalu kecil

Makrositik : Sel yang ukurannya terlalu besar

Hipokromik : Sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit


6|A n a t o m i Fi s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
Hiperkromik : Sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak

Penghancuran Sel Darah Merah :

Proses penghancuran erotrosit terjadi karena proses penuaan (senescence) dan


proses patologis (hemolisis). Hemolisis yang terjadi paa eritrosit akan mengakibatkan
terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi dua komponen, yaitu :

1. Komponen protein, yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool


protein dan dapat digunakan kembali.

2. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu :

- Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang

- Bilirubin yang akan di ekskresikan melalui hati dan empedu.

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Imunologi

Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia
sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam
perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas,
dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,
serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker.

Fungsi dari Sistem Imun


7|A n a t o m i Fi s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
Sumsum tulang

Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang.
Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk limfosit dan
makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain.

Timus

Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke
dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting yang
dikenal sebagai toleransi diri.

Getah bening

Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan


limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan para-aorta
daerah. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan
fisik pasien.

Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)

8|A n a t o m i Fi s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa,
jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan, saluran
pernafasan dan saluran urogenital.

Mekanisme Pertahanan

1. non Spesifik

Barier fisik: mencegah organisme dan zat yang berbahaya masuk tubuh, misal
rambut kepala menghalangi nyamuk menempel di kulit. Epitel yang menutup kulit
mempunyai lapisan keratin dan desmosom yang mengikat sel satu sama lain.

Fagosit, sel yang menelan sel debris. Contoh: makrofag pada jaringan perifer
dan mikrofag pada darah. Mikrofag adalah netrofil dan eosinofil, masuk kejaringan
bila ada kerusakan atau infeksi. Makrofag adalah sel fagosit yang besar dan aktif,
berasal dari monosit. Biasa disebut Monocytemagrophag System atau Reticuloendo.

Pengawasan imunologis, dengan merusak sel abnormal oleh sel natural killer
di jaringan perifer.

Interferon adalah messenger kimia yang mengkoordinasi pertahanan melawan


infeksi virus.

Sistem komplemen, adalah suatu sistem berupa protein yang beredar dalam
darah yang membantu antibodi menghancurkan benda pathogen.

Respon inflamasi (peradangan), berupa respon local pada luka attau infeksi
yang terjadi pada tingkat jaringan. Inflamasi cenderung untuk melawan infeksi dan
mencegah penjalarannya.

Demam, peningkatan suhu tubuh yang meningkatkan metabolisme dan


pertahanan tubuh, reaksi enzimatik makin cepat, mobilisasi pertahanan dan proses
perbaikan jaringan.

Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga
respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh

9|A n a t o m i Fi s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar
lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.

Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen
merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.

Makrofag Sel Plasmosit

Sel Langerhans
Sel Kupffer Hati
Makrofag Alveolar

Sel Natural Killer (NK)

Sistem imun umumnya tidak peduli terhadap sel tubuh sendiri kecuali bila sel tubuh
itu menjadi abnormal. Sel Natural Killer (NK) bertanggung jawab untuuk mengenal dan
menghancurkan sel abnormal tersebut bila muncul di jaringan perifer. Membran sel pada sel
abnormal biasanya mengandung antigen yang tidak terdapat pada sel normal. Sel NK
mengenal sel abnormal ini dengan mendeteksi adanya antigen itu. Mekanisme pengenalannya
berbeda dengan sel T atau sel B. Sel T dan sel B hanya dapat diaktifkan oleh antigen spesifik
pada tempat yang spesifik pada sel membrane. Sel NK bereaksi terhadap berbagai antigen
abnormal yang mungkin muncul dimana saja pada membrane sel. Jadi, sel NK tidak begitu
selektif pada targetnya. Bila ada antigen abnormal pada membrane sel, langsung diserang.
Hasilnya, sel NK sangat cakap untuk berbagai kelainan. Sel NK tunggal dapat menyerang
bakteri dalam cairan usus, sel tubuh yang terinfeksi virus atau sel kanker. Sel NK juga
member respon lebih cepat daripada sel T dan sel B. Aktifasi sel T dan sel B relatif kompleks
dan urutan prosesnya memerlukan waktu. Sel NK bereaksi segera begitu kontak dengan sel
abnormal.
10 | A n a t o m i F i s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
Aktifasi Sel Natural Killer (NK)

Sel NK yang teraktivasi bereaksi dengan cara tertentu:

Bila suatu sel mempunyai protein atau komponen lain yang tidak biasa pada
membrane sel, sel NK akan mengenal bahwa sel itu adalah abnormal. Pengenalan ini
mengaktifkan sel NK yang kemudian menempel pada sel target itu.

Aparatus Golgi bergerak disekitar nucleus sampai titik permukaan yang


matang tepat mengenai sel abnormal. Sejumlah vesikel sekretori dihasilkan di
Aparatus Golgi. Vesikel ini mengandung protein yang disebut Perforins yang bejalan
pada sitoplasma menuju permukaan sel.

Perforins dilepaskan pada permukaan sel secara eksositosis, berdifusi pada


celah antara sel NK dengan sel target.

Begitu sampai pada sel membran besar untuk keluarnya ion, protein dan zat
intrasel lain dan sel itu akan hancur.

2. Spesifik

Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme


maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah
mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan
komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.

Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut


juga respons imun didapat. Mekanisme Pertahanan Spesifik (Imunitas Humoral dan
Selular).

Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan
atau
tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh
imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin
yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.

Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen


yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya.
11 | A n a t o m i F i s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
Antibodi (Immunoglobulin)

Antibodi (bahasa Inggris: antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan


struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel
plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Pembagian
Immunglobulin

Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang


memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en: mucosal immune). IgA
banyak ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan
susu) sebagai sIgA (en: secretory IgA) dalam perlindungan permukaan organ tubuh
yang terpapar dengan mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran mukosa.
Kontribusi fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan
pengikatan mikroba.

Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah


monomer dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada
permukaan pencerap sel B bersama dengan IgM atau sIgA, tempat IgD dapat
mengendalikan aktivasi dan supresi sel B. IgD berperan dalam mengendalikan
produksi autoantibodi sel B. Rasio serum IgD hanya sekitar 0,2%.

Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis


antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang besar
pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersirat dalam sistem
kekebalan yang merespon cacing parasit (helminth) seperti Schistosoma mansoni,
Trichinella spiralis, dan Fasciola hepatica, serta terhadap parasit protozoa tertentu
sepertiPlasmodium falciparum, dan artropoda.

Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi


monomeris yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan , yang saling
mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding.
Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup merata di dalam darah
dan cairan tubuh dengan rasio serum sekitar 75% pada manusia dan waktu paruh 7
hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe.

12 | A n a t o m i F i s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM, macroglobulin) adalah
antibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan rasio serum 13%, IgM merupakan
antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat,
dan teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal (en:
primary immune response) pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari. Bentuk
monomeris dari IgM dapat ditemukan pada permukaan limfosit- B dan reseptor sel-
B. IgM adalah antibodi pertama yang tercetus pada 20 minggu pertama masa janin
kehidupan seorang manusia dan berkembang secara fitogenetik (en: phylogenetic).
Fragmen konstan IgM adalah bagian yang menggerakkan lintasan komplemen klasik.

Cara kerja antibodi mengeliminasi antigen ada 7 cara, yaitu:

a. Netralisasi. Toksin virus atau bakteri mempunyai tempat khusus yang akan
berikatan dengan bagian sel target untuk masuk atau merusak sel tersebut. Dengan
mengikat antigen tersebuut, virus atau bakteri tidak dapat merusak sel target.

b. Aglutinasi dan Presipitasi. dengan mengikat sejumlah antigen menjadi satu


yang disebut Kompleks imun, tidak terlarut dan terjadi presipitasi. Bila terbentuk
kompleks besar yang menggumpalkan sel atau virus terjadi aglutinasi.

c. Mengaktifkan komplemen dan menghancurkan antigen.

d. Menarik fagosit. Antigen yang telah diikat antibody menarik eosinofil,


netrofil, dan makrofag untuk memakan atau menghancurkan benda asing atau
membrane sel abnormal.

e. Opsonisasi. Lapisan antibody dan protein komplemen meningkatkan


efektifitas fagosit.

f. Merangsang inflamasi dengan merrangsang basofil dan sel mast.

g. Mencegah adhesi bakteri dan virus. Antibodii pada saliva, mukosa dan
keringat melindungi epitel, mencegah kuman patogen masuk sel tubuh.

Daftar Pustaka

13 | A n a t o m i F i s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n
1. Martini FH. Fundamental of Anatomy & Physiology, 5th ed. Prentice Hall,
New Jersey, 2001.

2. dr. Busjra M. Nur. Anatomi dan Fisiologi, edisi ke-empat. Jakarta, 2012.

3. Guyton AC, Hall JE: Textbook of Medical Physiology, 11th ed. Elvesier
Saunders, 2006.

4. Sherwood L.: Human Physiology, from cells to systems, 5th ed. Thomsom
Brookscole, 2004.

5. Ramali A. dan Laksman HT. Atlas Anatomi, cetakan ke-15, penerbit


Djambatan, 1989.

14 | A n a t o m i F i s i o l o g i S i s t e m H e m a i m u n

Anda mungkin juga menyukai