Anda di halaman 1dari 8

Nama: Siti Ramla S.

Kahar
NIM: 432 415 021
Kelas/Prodi: B Biologi/Biologi
Tugas: Fisiologi Hewan

1. Pada dasarnya setiap hewan memiliki mekanisme pernafasan yang sama.


Fluida yang mengandung oksigen harus masuk ke sistem pernafasan dan
mencapai membran respirasi. Pada membran pernafasan fluida akan
melakukan pertukaran gas (O2 dan CO2) dengan darah. Setelah terjadi
pertukaran fluida akan dilepaskan kembali ke lingkungan. Jenis fluida (gas
atau cair) yang memasok gas ke membran respirasi mempengaruhi 4 hal
yaitu:
a) Mekanisme keluar masuknya udara pada sistem pernafasan
b) Energi yang dibutuhkan
c) Mekanisme aliran fluida dan darah pada membran pernafasan
d) Gas yang dominan berperan dalam mengatur laju pernafasan

Berikut ini adalah dua data fluida yang di pergunakan sebagai sumber O2 bagi
hewan

Parameter Udara Air


Kepadatan (Kg/L) 0.00123 0.999
Viskositas (sentiPoise) 0.018 1.14
Koefisien difusi O2 (cm2/detik) 2.5x10-5 0.198
Kandungan O2 (ml/L) 210 1-6

1
Berikut adalah pernyataan mengenai sistem respiasi hewan akuatik.
Berdasarkan data diatas, berilah tanda B jika pernyatan berikut tepat dan S jika
salah!

Pernyataan B/S
Hewan akuatik lebih baik memiliki aliran fluida satu arah (tepat masuk S
dan keluarnya fluida melalui lubang yang berbeda) dari pada aliran
fluida dua arah
Aliran fluida dan darah di membran pernafasan dengan sistem searah B
(concurent) lebih baik daripada berlawanan arah (concurent)
Energi yang dibutuhkan oleh hewan akuatik untuk bernafas lebih B
tinggi dari hewan teresterial
Sistem pengaturan pernafasan hewan akuatik lebih merespon B
perubahan CO2 dari pada O2

2. Uraikan perbedaan antara sistem respirasi pada katak dengan vertebrata non
aves termasuk ordo reptilia!

Perbedaan sistem respirasi pada katak dan reptilia yakni:

Pada katak, oksigen dapat berdifusi melalui selaput rongga mulut, paru,
dan kulit. Kecuali pada fase berudu, proses respirasi yakni dengan menggunakan
insang yang dikarenakan hidupnya lebih banyak di air. Seekor amfibi seperti
katak memventilasi paru-parunya dengan pernapasan tekanan positif (positive
pressure breathing), menggembungkan paru-paru dengan aliran udara yang
dipaksakan. Mekanismenya, katak dewasa mengambil oksigen dengan cara katak
mengendurkan rahang bawah mulut dan menarik udara ke dalam melalui nostril.
Selanjutnya, katak menutup nostril dan mengangkat rahang bawah sehingganya
udara masuk ke paru-paru. Pengangkatan dan penurunan rahang mulut dapat
membantu pertukaran gas. Pertukaran gas memicu adanya kontraksi otot sterno
hiodeus dan rongga perut yang menyebabkan rongga perut mengecil hal ini
nantinya menyebabkan udara akan keluar melalui koane. Peristiwa ini akan
berulang ketika katak melakukan respirasi. Sedangkan pada reptil, gas oksigen

2
dalam udara masuk melalui nostril melewatii rongga mulut, anak tekak menuju
trakea yang panjang kemudian ke bronkiolus dalam paru-paru. Dari paru-paru, O2
diangkut darah menuju seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2
diangkut darah menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-paru menuju
bronkiolus dibawah ke trakea yang panjang kemudian anak tekak melewati
rongga mulut dan dikeluarkan melalui nostril kembali.

3. Uraikan perbedaan antara sistem respirasi mamalia dengan aves (secara


structural maupun metode pernafasan)!

Adapun perbedaan sistem respirasi mamalia dengan aves (secara structural


maupun metode pernafasan) yakni:

a. Secara struktural sistem respirasi mamalia dan aves dapat dibedakan antara
lain:
Pada manusia yakni terdiri dari hidung, faring (tekak), laring (pangkal
tenggorokan), trakea (tenggorokan), bronkus (percabangan dari trakea),
bronkiolus (cabang-cabang kecil dari bronkus), dan alveolus (gelembung-
gelembung kecil pada paru-paru). Sedangkan sistem respirasi pada unggas
(ayam) terdiri dari nasal cavities, larynx, trachea (windpipe), syrinx (voice
box), bronchi, bronchiale dan bermuara di alveoli.
b. Metode sistem respirasi mamalia dan aves:
Umumnya pada vertebrata memventilasi paru-parunya dengan cara bernapas
(breathing), yaitu penghirupan (inhalasi) dan penghembusan (ekshalasi) udara
secara bergantian.
Pada mamalia menventilasi paru-paru dengan pernapasan dengan tekanan
negatif (negative pressure breathing), sehingga mengalirkan udara naik turun
masuk ke paru-paru. Mamalia bernapas dengan mengubah tekanan udara di
dalam paru-parunya relatif dengan tekanan atmosfer di lingkungan luarnya.
Selama inhalasi, otot rusuk dan diafragma berkontraksi. Volume rongga dada
dan paru-paru meningkat ketika diafragma bergerak turun kebawah dan
sangkar tulang rusuk membesar. Tekanan udara paru-paru akan turun

3
dibawah tekanan atmosfer dan udara akan mengalir ke paru-paru. Ekshalasi
napa terjadi ketika otot rusuk dan diafragma berelaksasi, yang memulihkan
volume rongga dada menjadi kecil seperti semula.
Ketika aves melakukan inhalasi dan ekshalasi, udara mengalir melaluii
sistem yang saling berhubungan dalam sikuit yang lewat melalui paru-paru
dengan satu arah. Aves memiliki kantung udara sebagai tambahan untuk
paru-parunya. Kontraksi dan relaksasi kantung udara akan memventilasi paru-
paru yang memaksa udara mengalir dalam satu arah melalui pipa paralel kecil
dalam paru-paru yang disebut parabonki. Selama inhalasi kedua kumpulan
kantong itu mengembang. Kantung posterior akan terisi dengan udara segar
sedangkan kantong anterior akan terisi dengan udara lama dari paru-paru.
Selama ekshalasi, kedua kumpulan kantung udara itu mengempis, sehingga
memaksa udara dari kantung posterior ke dalam paru-paru, dan udara dari
kantong anterior keluar dari sistem itu melalui trakea.

4. Mekanisme pernapasan biofisika kimia manusia

Tabel 4.1 : Tekanan parsial (dalam mm hg) oksigen dan karbon dioksida pada
bagian yang berbeda yang terlibat dalam difusi dalam
perbandingan udara di atmosfer:

Respirasi Udara alveoli Darah Darah Jaringan


gas atmosfir (Deoxygenated) (Oxygenated)

O2 159 104 40 95 40

CO2 0.3 40 45 40 45

4
Gambar 4.1: Gambaran diagram pertukaran gas pada alveolus dan jaringan
tubuh dengan darah dan pengangkutan oksigen dan karbon
dioksida (https://schools.aglasem.com/14891)

Gambaran singkat mengenai pertukaran gas:


Tempat pertukaran gas terjadi di Alveoli. Pertukaran gas juga terjadi
antara darah dan jaringan. O2 dan CO2 ditukar dalam alveoli melalui difusi
sederhana yang berdasarkan gradien tekanan / konsentrasi. Kelarutan gas serta
ketebalan membran yang terlibat dalam difusi juga merupakan beberapa faktor
penting yang dapat mempengaruhi kecepatan difusi. Tekanan yang
disumbangkan oleh gas individual dalam campuran gas disebut tekanan
parsial yang disimbolkan dengan pO2 untuk oksigen dan pCO2 untuk karbon
dioksida. Uraian mengenai tekanan parsial oksigen dan carbondioksida serta
tekanan atmosfir udara dapat dilihat di tabel 4.1.
Data yang diberikan dalam tabel jelas menunjukkan gradien konsentrasi
oksigen dari alveoli ke darah dan darah ke jaringan. Demikian pula, gradien
hadir untuk CO2 Sebaliknya, dari jaringan ke darah dan darah ke alveoli.
Karena kelarutan CO2 20-25 kali lebih tinggi dari pada O2, jumlah CO2 yang
dapat berdifusi melalui membran difusi per satuan perbedaan tekanan parsial
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan O2. Membran difusi terdiri dari tiga
lapisan utama (Gambar 4.1) yaitu, epitel skuamosa tipis alveoli, endotelium
kapiler alveolar dan substansi bawah tanah di antara keduanya. Namun,

5
ketebalan totalnya kurang dari satu milimeter. Oleh karena itu, semua faktor
dalam tubuh kita menguntungkan untuk difusi O2 dari alveoli ke jaringan dan
CO2 dari jaringan ke alveoli.
Transport oksigen (O2)
Ketika O2 masuk dan berikatan dengan Hemoglobin (Hb) yang
merupakan pigmen berwarna merah secara reversibel untuk membentuk
oxyhaemoglobin. Setiap molekul hemoglobin dapat membawa maksimal
empat molekul O2. Pengikatan oksigen dengan hemoglobin terutama terkait
dengan tekanan parsial O2.
Pada alveoli, di mana terdapat pO2 tinggi, pCO2 rendah, konsentrasi H+
yang lebih rendah dan suhu rendah, segala faktor ini mendukung dalam
pembentukan oxyhaemoglobin, sedangkan pada jaringan, di mana pO2 rendah,
tinggi pCO2, konsentrasi H+ tinggi dan suhu yang lebih tinggi. Kondisi ini
menguntungkan untuk pemisahan oksigen dari oxyhaemoglobin. Ini jelas
menunjukkan bahwa O2 terikat pada hemoglobin di permukaan paru-paru dan
terdisosiasi di jaringan. Setiap 100 ml darah beroksigen dapat mengantarkan
sekitar 5 ml O2 ke jaringan di bawah fisiologis normal.
Tekanan oksigen diluar tubuh atau diatmosfer kurang lebih berkisar 159
mmhg, tekanan yang tinggi memberikan peluang oksigen masuk atau
berdifusi ke alveoli. Hal ini disebabkan konsentrasi O2 di Alveoli (104 mmhg)
lebih rendah dibandingkan di atmosfer. Setelah konsentrasi O2 di alveoli
bertambah, ini menyebabkan pO2 di alveoli menjadi lebih tinggi
dibandingkan pO2 di kapiler darah (40 mmhg) sehingganya O2 berdifusi
dalam Hb melalui vena pulmunalis yang kemudian membawanya menuju
jantung. Bertambahnya pO2 di jantung menyebabkan O2 berdifusi menuju
jaringan (40 mmhg) melalui arteri (95 mmhg), dalam jaringan oksigen
memiliki konsentrasi lebih rendah dibandingkan dengan Arteri. Kebutuhan
oksigen dalam jaringan digunakan dalam proses metabolisme tubuh,
sehingganya jaringan lebih banyak membutuhkan asupan oksigen. Tanpa
memerhatikan proses metabolisme, pO2 dalam jaringan menjadi lebih tinggi
sehingganya O2 akan ditransport ke jantung melaui pembuluh balik atau vena

6
(40 mmhg). Di jantung pO2 akan bertambah sehingga O2 di jantung akan di
ditransport ke alveoli (104 mmhg).
Tansport karbondioksida (CO2)
CO2 dibawa oleh hemoglobin sebagai karbamino-hemoglobin (sekitar 20-
25 persen). Pengikatan ini terkait dengan tekanan parsial CO2. pO2 adalah
faktor utama yang dapat mempengaruhi pengikatan ini. Bila pCO2 tinggi dan
pO2 rendah seperti pada jaringan, semakin banyak karbon dioksida
ditransport, sedangkan pCO2 rendah dan pO2 tinggi seperti pada alveoli,
disosiasi CO2 dari karbamino-hemoglobin terjadi, yaitu CO2 yang terikat
pada hemoglobin dari jaringan dikirim ke alveoli.
Di tempat jaringan dimana tekanan parsial CO2 tinggi karena katabolisme,
CO2 berdifusi menjadi darah (sel darah merah dan plasma) dan membentuk
HCO3- dan H+. Di alveolar dimana pCO2 rendah, reaksi berlanjut ke arah
yang berlawanan yang mengarah pada pembentukan CO2 dan H2O. Dengan
demikian, CO2 yang telah berikatan menjadi bikarbonat pada tingkat jaringan
dan diangkut ke alveoli dilepaskan sebagai CO2 (Gambar 4.1). Setiap 100 ml
darah terdeoksigenasi menghasilkan kira-kira 4 ml CO2 ke alveoli.
Tekanan karbondiksida diluar tubuh atau diatmosfer kurang lebih berkisar
0.3 mmhg, tekanan yang rendah ini memberikan peluang CO2 masuk atau
berdifusi ke alveoli. CO2 yang berdifusi dalam kapiler darah sebagian kecil
akan membentuk ikatan dengan darah menjadi karbamino-hemoglobin
(HbCO2). Di alveoli (40 mmhg) terjadi penambahan p CO2 kemudian CO2
akan berdifusi melalui Vena pulmunalis (45 mmhg) menuju jantung.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah Dijantung
akan disalurkan ke jaringan tubuh atau sel (40 mmhg) melalui arteri. Setelah
dijaringan darah CO2 akan disalurkan ke jantung melalui pembuluh balik vena
pulmunalis (45 mmhg). Dalam proses pengangkutan sebagian besar CO2
akan berikatan dengan H2O menjadi asam bikarbonat (H2CO3)

CO2 + H2O H2CO3 HCO-3

7
Dengan bantuan enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai menjadi dua
ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- ). CO2 yang diangkut
darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan tetapi
hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada
dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bu. er atau
larutan penyangga atau lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam
menjaga stabilitas pH (derajat keasaman) darah. Sehingganya 10% (45/
10/100=0,045) CO2 yang tidak digunakan oleh tubuh akan berdifusi ke alveoli
kembali melalui arteri pulmunalis. Sehingganya tekanan CO2 di alveolus lebih
rendah dibandingkan dengan pCO2 atmosfer menyebabkan CO2 terbuang keluar
tubuh.

Anda mungkin juga menyukai