Anda di halaman 1dari 28

Reaksi kimia

KLIK DISINI UNTUK MELIHAT PENGUMUMAN SBMPTN 2022

Uap hidrogen klorida dalam beker dan amonia dalam tabung percobaan bereaksi membentuk


awan amonium klorida

Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan


antarubahan senyawa kimia.[1] Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat
dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan
dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang
biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia
melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan
pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat
diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir.
Reaksi-reaksi kimia yang berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimia untuk
menghasilkan produk senyawa yang diinginkan. Dalam biokimia, sederet reaksi kimia
yang dikatalisis oleh enzim membentuk lintasan metabolisme, di mana sintesis dan
dekomposisi yang biasanya tidak mungkin terjadi di dalam sel dilakukan.
Sejarah

Antoine Lavoisier mengembangkan teori pembakaran sebagai reaksi kimia dengan oksigen

Reaksi kimia seperti pembakaran, fermentasi, dan reduksi dari bijih menjadi logam sudah
diketahui sejak dahulu kala. Teori-teori awal transformasi dari material-material ini
dikembangkan oleh filsuf Yunani Kuno, seperti Teori empat
elemen dari Empedocles yang menyatakan bahwa substansi apapun itu tersusun dari 4
elemen dasar: api, air, udara, dan bumi. Pada abad pertengahan, transformasi kimia
dipelajari oleh para alkemis. Mereka mencoba, misalnya,
mengubah timbal menjadi emas, dengan mereaksikan timbal dengan campuran
tembaga-timbal dengan sulfur.[2]
Produksi dari senyawa-senyawa kimia yang tidak terdapat secara alami di bumi telah
lama dicoba oleh para ilmuwan, seperti sintesis dari asam sulfat dan asam nitrat oleh
alkemis Jābir ibn Hayyān. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan mineral-
mineral sulfat dan nitrat, seperti tembaga sulfat, alum dan kalium nitrat. Pada abad ke-
17, Johann Rudolph Glauber memproduksi asam klorida dan natrium sulfat dengan
mereaksikan asam sulfat dengan natrium klorida. Dengan adanya pengembangan lead
chamber process pada tahun 1746 dan proses Leblanc, sehingga memungkinkan
adanya produksi asam sulfat dan natrium karbonat dalam jumlah besar, maka reaksi
kimia dapat diaplikasikan dalam industri. Teknologi asam sulfat yang semakin maju
akhirnya menghasilkan proses kontak pada tahun 1880-an,[3] dan proses
Haber dikembangkan pada tahun 1909–1910 untuk sintesis amonia.[4]
Dari abad ke-16, sejumlah peneliti seperti Jan Baptist van Helmont, Robert
Boyle dan Isaac Newton mencoba untuk menemukan teori-teori dari transformasi-
transformasi kimia yang sudah dieksperimenkan. Teori plogiston dicetuskan pada tahun
1667 oleh Johann Joachim Becher. Teori itu mempostulatkan adanya elemen seperti api
yang disebut "plogiston", yang terdapat dalam benda-benda yang dapat terbakar dan
dilepaskan selama pembakaran. Teori ini dibuktikan salah pada tahun 1785 oleh Antoine
Lavoisier, yang akhirnya memberikan penjelasan yang benar tentang pembakaran.[5]
Pada tahun 1808, Joseph Louis Gay-Lussac akhirnya mengetahui bahwa karakteristik
gas selalu sama. Berdasarkan hal ini dan teori atom dari John Dalton, Joseph
Proust akhrinya mengembangkan hukum perbandingan tetap yang nantinya menjadi
konsep awal dari stoikiometri dan persamaan reaksi.[6]
Pada bagian kimia organik, telah lama dipercaya bahwa senyawa yang terdapat pada
organisme yang hidup itu terlalu kompleks untuk bisa didapatkan melalui sintesis kimia.
Menurut konsep vitalisme, senyawa organik dilengkapi dengan "kemampuan vital"
sehingga "berbeda" dari material-material inorganik. Tapi pada akhirnya, konsep ini pun
berhasil dipatahkan setelah Friedrich Wöhler berhasil mensintesis urea pada tahun 1828.
Kimiawan lainnya yang memiliki kontribusi terhadap ilmu kimia organik di
antaranya Alexander William Williamson dengan sintesis eter yang dilakukannya
dan Christopher Kelk Ingold yang menemukan mekanisme dari reaksi substitusi.
Persamaan
Persamaan reaksi digunakan untuk menggambarkan reaksi kimia. Persamaan reaksi
terdiri dari rumus kimia atau rumus struktur dari reaktan di sebelah kiri dan produk di
sebelah kanan. Antara produk dan reaktan dipisahkan dengan tanda panah (→) yang
menunjukkan arah dan tipe reaksi. Ujung dari tanda panah tersebut menunjukkan
reaksinya bergerak ke arah mana. Tanda panah ganda ( ), yang mempunyai dua ujung
tanda panah yang berbeda arah, digunakan pada reaksi kesetimbangan. Persamaan
kimia haruslah seimbang, sesuai dengan stoikiometri, jumlah atom tiap unsur di sebelah
kiri harus sama dengan jumlah atom tiap unsur di sebelah kanan. Penyeimbangan ini
dilakukan dengan menambahkan angka di depan tiap molekul senyawa (dilambangkan
dengan A, B, C dan D di diagram skema di bawah) dengan angka kecil (a, b, c dan d) di
depannya.[1]
Reaksi yang lebih rumit digambarkan dengan skema reaksi, tujuannya adalah untuk
mengetahui senyawa awal atau akhir, atau juga untuk menunjukkan fase transisi.
Beberapa reaksi kimia juga bisa ditambahkan tulisan di atas tanda panahnya; contohnya
penambahan air, panas, iluminasi, katalisasi, dsb. Juga, beberapa produk minor dapat
ditempatkan di bawah tanda panah.

Sebuah contoh reaksi organik: oksidasi keton menjadi ester dengan Asam peroksikarboksilat


Analisis retrosintetik dapat dipakai untuk mendesain reaksi sintesis kompleks. Analisis
dimulai dari produk, contohnya dengan memecah ikatan kimia yang dipilih menjadi
reagen baru. Tanda panah khusus (⇒) digunakan dalam reaksi retro.[7]
Reaksi elementer
Reaksi elementer adalah reaksi pemecahan paling sederhana dan hasil dari reaksi ini
tidak memiliki produk sampingan.[8] Kebanyakan reaksi yang berhasil ditemukan saat ini
adalah pengembangan dari reaksi elementer yang munculnya secara secara paralel atau
berurutan. Sebuah reaksi elementer biasanya hanya terdiri dari beberapa molekul,
biasanya hanya satu atau dua, karena kemungkinannya kecil untuk banyak molekul
bergabung bersama.[9]

Isomerisasi azobenzena yang diinduksi oleh cahaya (hν) atau panas (Δ)

Reaksi paling penting dalam reaksi elementer adalah reaksi unimolekuler dan
bimolekuler. Reaksi unimolekuler hanya terdiri dari satu molekul yang terbentuk dari
transformasi atau diasosiasi satu atau beberapa molekul lain. Beberapa reaksi ini
membutuhkan energi dari cahaya atau panas. Sebuah contoh dari reaksi unimolekuler
adalah isomerisasi cis–trans, di mana sebuah senyawa bentuk cis akan berubah menjadi
bentuk trans.[10]
Dalam reaksi disosiasi, ikatan di dalam sebuah molekul akan terpecah menjadi 2
fragmen molekul. Pemecahan ini dapat berupa homolitik ataupun heterolitik. Dalam
pemecahan homolitik, ikatan akan terpecah sehingga setiap produknya tetap mempunyai
satu elektron sehingga menjadi radikal netral. Dalam pemecahan heterolitik, kedua
elektron dari ikatan kimia akan tersisa pada salah satu produknya, sehingga akan
menghasilkan ion yang bermuatan. Reaksi disosiasi memegang peranan penting
dalam reaksi berantai, seperti contohnya hidrogen-oksigen atau reaksi polimerisasi.
Disoasi dari molekul AB menjadi fragmen A dan B .
Pada reaksi bimolekular, 2 molekul akan bertabreakan dan saling bereaksi. Hasil
reaksinya dinamakan sintesis kimia atau reaksi adisi.
Kemungkinan reaksi yang lain adalah sebagian dari sebuah molekul berpindah ke
molekul lainnya. Reaksi tipe seperti ini, contohnya adalah reaksi redoks dan reaksi
asam-basa. Pada reaksi redoks partikel yang berpindah adalah elektron, sedangkan
pada reaksi asam-basa yang berpindah adalah proton. Reaksi seperti ini juga disebut
dengan reaksi metatesis.
contohnya
NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)
Termodinamika
Reaksi kimia dapat ditentukan oleh hukum-hukum termodinamika. Reaksi dapat terjadi
dengan sendirinya apabila senyawa tersebut eksergonik atau melepaskan energi. Energi
bebas yang dihasilkan reaksi ini terdiri dari 2 besaran termodinamika
yaitu entalpi dan entropi:[11]
G: energi bebas, H: entalpi, T: suhu, S: entropi, Δ: perbedaan
Reaksi eksotermik terjadi apabila ΔH bernilai negatif dan energi dilepaskan. Contoh
reaksi eksotermik adalah presipitasi dan kristalisasi, di mana sebuah padatan terbentuk
dari gas atau cairan. Kebalikannya, dalam reaksi endotermik, panas diambil dari
lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan entropi sistem. Karena
kenaikan entropi berbanding lurus dengan suhunya, maka kebanyakan reaksi
endotermik dilakukan pada suhu tinggi. Kebalikannya, kebanyakan reaksi eksotermik
dilakukan pada suhu yang rendah. Perubahan temperatur kadang-kadang dapat
mengubah arah reaksi, seperti contohnya pada reaksi Boudouard:
Reaksi antara karbon dioksida dan karbon untuk membentuk karbon monoksida ini
merupakan reaksi endotermik dengan suhu di atas 800 °C dan menjadi reaksi
eksotermik jika suhunya dibawah suhu ini[12]
Reaksi juga dapat diketahui dengan energi dalam yang menyebabkan perubahan pada
entropi, volume, dan potensial kimia.[13]
U: energi dalam, S: entropi, p: tekanan, μ: potensial kimia, n: jumlah molekul, d: tanda yang
artinya perubahan kecil
Pengelompokan reaksi kimia
Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam
mempelajarinya mengakibatkan banyaknya cara untuk mengklasifikasikan reaksi-reaksi
tersebut, yang sering kali tumpang tindih. Di bawah ini adalah contoh-contoh klasifikasi
reaksi kimia yang biasanya digunakan.
Empat reaksi dasar
Sintesis
Dalam reaksi kombinasi langsung atau sintesis, dua atau lebih senyawa sederhana
bergabung membentuk senyawa baru yang lebih kompleks. Dua reaktan atau lebih yang
bereaksi menghasilkan satu produk juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kalau itu reaksi sintesis. Contoh dari reaksi ini adalah gas hidrogen bergabung dengan
gas oksigen yang hasilnya adalah air.[14]
Contoh lainnya adalah gas nitrogen bergabung dengan gas hidrogen akan membentuk
amoniak, dengan persamaan reaksi:
N2 + 3 H2 → 2 NH3
Dekomposisisi
Reaksi dekomposisi atau analisis adalah kebalikan dari reaksi sintesis. Sebuah
senyawa yang lebih kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana.[14]
[15] Contohnya adalah molekul air yang dipecah menjadi gas oksigen dan gas hidrogen,
dengan persamaan reaksi:
2 H2O → 2 H2 + O2
Penggantian tunggal
Dalam reaksi penggantian tunggal atau substitusi, sebuah elemen tunggal menggantikan
elemen tunggal lainnya di suatu senyawa. Contohnya adalah logam natrium yang
bereaksi dengan asam klorida akan menghasilkan natrium klorida atau garam dapur,
dengan persamaaan reaksi:
2 Na(s) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2(g)
Penggantian ganda
Dalam reaksi penggantian ganda, dua senyawa saling berganti ion atau ikatan untuk
membentuk senyawa baru yang berbeda.[14] Hal ini terjadi ketika kation dan anion dari 2
senyawa yang berbeda saling berpindah tempat, dan membentuk 2 senyawa baru.
[15] Rumus umum dari reaksi ini adalah:
AB + CD → AD + CB
Contoh dari reaksi penggantian ganda adalah timbal(II) nitrat bereaksi dengan kalium
iodida untuk membentuk timbal(II) iodida dan kalium nitrat, dengan persamaan reaksi:
Pb(NO3)2 + 2 KI → PbI2 + 2 KNO3
Contoh lainnya adalah natrium klorida (garam dapur) bereaksi dengan perak nitrat
membentuk natrium nitrat dan perak klorida, dengan persamaan reaksi:
NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)
Oksidasi dan reduksi

Ilustrasi dari reaksi redoks (reduksi oksidasi)


Reduction
Oxidant + e– ⟶ Product
(Electrons gained; oxidation number decreases)

Oxidation
Reductant ⟶ Product + e–
(Electrons lost; oxidation number increases)

Dua bagian reaksi redoks

Reaksi redoks dapat dipahami sebagai transfer elektron dari salah satu senyawa


(disebut reduktor) ke senyawa lainnya (disebut oksidator). Dalam proses ini, senyawa
yang satu akan teroksidasi dan senyawa lainnya akan tereduksi, oleh karena itu
disebut redoks. Oksidasi sendiri dimengerti sebagai kenaikan bilangan oksidasi, dan
reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi. Dalam praktiknya, transfer dari elektron ini
akan selalu mengubah bilangan oksidasinya, tetapi banyak reaksi yang diklasifikasikan
sebagai reaksi redoks walaupun sebenarnya tidak ada elektron yang berpindah (seperti
yang melibatkan ikatan kovalen).[16][17]
Contoh reaksi redoks adalah:
2 S(aq) + I(aq) → S(aq) + 2 I(aq)
Yang mana I direduksi menjadi I dan S (anion tiosulfat) dioksidasi
menjadi S.
Untuk mengetahui reaktan mana yang akan menjadi agen pereduksi dan mana yang
akan menjadi agen teroksidasi dapat diketahui dari keelektronegatifan elemen tersebut.
Elemen yang mempunyai nilai keelektronegatifan yang rendah, seperti kebanyakan
unsur logam, maka akan dengan mudah memberikan elektron mereka dan teroksidasi -
elemen ini menjadi reduktor. Kebalikannya, banyak ion mempunyai bilangan oksidasi
tinggi, seperti H, MnO, CrO, Cr, OsO) dapat memperoleh satu atau lebih tambahan
elektron, sehingga disebut oksidator.
Jumlah elektron yang diberikan atau diterima pada reaksi redoks dapat diketahui
dari konfigurasi elektronn elemen reaktannya. Setiap elemen akan berusaha untuk
menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti konfigurasi elemen gas mulia. Logam
alkali dan halogen akan memberikan dan menerima satu elektron. Elemen gas alam
sendiri sebenarnya tidak aktif secara kimiawi.[18]
Salah satu bagian penting dalam reaksi redoks adalah reaksi elektrokimia, di mana
elektron dari sumber listrik digunakan sebagai reduktor. Reaksi ini penting untuk
pembuatan elemen-elemen kimia, seperti klorin[19] atau aluminium. Proses kebalikan di
mana reaksi redoks digunakan untuk menghasilkan listrik juga ada dan prinsip ini
digunakan pada baterai.
Reaksi asam-basa
Reaksi asam-basa adalah reaksi yang mendonorkan proton dari sebuah
molekul asam ke molekul basa. Disini, asam berperan sebagai donor proton
dan basa berperan sebagai akseptor proton.
Reaksi asam basa, HA: asam, B: Basa, A–: basa konjugasi, HB+: asam konjugasi
Hasil dari transfer proton ini adalah asam konjugasi dan basa konjugasi.[20] Reaksi
kesetimbangan (bolak-balik) juga ada, dan karena itu asam/basa dan asam/basa
konjugasinya selalu dalam kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan ini ditandai dengan
adanya konstanta diasosiasi asam dan basa (Ka dan Kb) dari setiap substansinya.
Sebuah reaksi yang khusus dari reaksi asam-basa adalah netralisasi di mana asam dan
basa dalam jumlah yang sama akan membentuk garam yang sifatnya netral.
Reaksi asam basa memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam basa yang
digunakan. Beberapa definisi yang paling umum adalah:


o Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H3O+; basa
berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
o Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa adalah
penerima (akseptor) proton. Melingkupi definisi Arrhenius
o Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor
pasangan elektron. Definisi ini melingkupi definisi Brønsted-Lowry.
Presipitasi

Presipitasi

Presipitasi adalah proses reaksi terbentuknya padatan (endapan) di dalam sebuah


larutan sebagai hasil dari reaksi kimia. Presipitasi ini biasanya terbentuk ketika
konsentrasi ion yang larut telah mencapai batas kelarutan[21] dan hasilnya adalah
membentuk garam. Reaksi ini dapat dipercepat dengan menambahkan agen presipitasi
atau mengurangi pelarutnya. Reaksi presipitasi yang cepat akan menghasilkan residu
mikrokristalin dan proses yang lambat akan menghasilkan kristal tunggal. Kristal tunggal
juga dapat diperoleh dari rekristalisasi dari garam mikrokristalin.[22]
Reaksi pada zat padat
Reaksi dapat terjadi di antara dua benda padat. Meski begitu, karena tingkat difusi pada
zat padat sangat rendah, maka reaksi kimia yang berlangsung terjadi sangat lambat.
Reaksi dapat dipercepat dengan cara meningkatkan suhu sehingga akan memecah
reaktan, sehingga luas permukaan kontak menjadi lebih besar.[23]
Reaksi fotokimia
Dalam reaksi Paterno–Büchi, sebuah gugus karbonil yang tereksitasi akan diamahkan ke olefin yang
tidak tereksitasi, dan menghasilkan oksetan.

Dalam reaksi fotokimia, atom dan molekul akan menyerap energi (foton) dari cahaya dan
mengubahnya ke eksitasi. Atom dan molekul ini lalu dapat melepaskan energi dengan
memecahkan ikatan kimia, maka menghasilkan radikal. Reaksi ang termasuk ke dalam
reaksi fotokimia di antaranya reaksi hidrogen-oksigen, polimerisasi radikal, reaksi
berantai dan reaksi penataan ulang.[24]
Banyak proses-proses penting menggunakan fotokimia. Contoh yang paling umum
adalah fotosintesis, di mana tanaman menggunakan energi matahari untuk
mengubah karbon dioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen sebagai hasil samping.
Manusia mengandalkan fotokimia dalam pembentukan vitamin D, dan persepsi
visual dihasilkan dari reaksi fotokimia di rhodopsin.[10] Pada kunang-kunang,
sebuah enzim pada abdomen mengkatalisasi reaksi yang menghasilkan bioluminesensi.
[25] Banyak reaksi fotokimia, seperti pembentukan ozon, terjadi di atmosfer bumi yang
merupakan bagian dari kimia atmosfer.
Katalisis

Diagram skema energi yang menunjukkan efek dari pemberian katalis pada sebuah reaksi kimia
endotermik. Adanya katalis akan mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi. Hasil
akhirnya akan sama dengan reaksi tanpa katalis.

Pada katalisis, reaksinya tidak berlangsung secara spontan, tetapi melalui substansi


ketiga yang disebut dengan katalis. Tidak seperti reagen lainnya yang ikut dalam reaksi
kimia, katalis tidak ikut serta dalam reaksi itu sendiri, tetapi dapat menghambat,
mematikan, atau menghancurkan melalui proses sekunder. Katalis dapat digunakan
pada fase yang berbeda (katalis heterogen) maupun pada fase yang sama (katalis
homogen) sebagai reaktan. Fungsi katalis hanyalah mempercepat reaksi - zat kimia yang
memperlambat reaksi disebut dengan inhibitor.[26][27] Substansi yang meningkatkan
aktivitas katalis disebut promoter, dan substansi yang mematikan katalis disebut racun
katalis. Sebuah reaksi kimia yang semestinya tidak bisa berlangsung karena energi
aktivasinya terlalu tinggi, bisa menjadi berlangsung karena kehadiran katalis ini.
Katalis heterogen biasanya padat dan berbentuk bubuk agar dapat memaksimalkan luas
permukaan yang bereaksi. Zat-zat yang penting pada katalisis heterogen di antaranya
logam-logam grup platinum dan logam transisi lainnya. Zat-zat ini biasanya digunakan
pada hidrogenasi, pembentukan katalitik dan sintesis dari senyawa-senyawa kimia
seperti asam nitrat dan amonia. Asam adalah contoh dari katalis homogen, mereka
meningkatkan nukleofilitas dari karbonil. Kelebihan dari katalis homogen adalah mudah
untuk dicampurkan dengan reaktannya, tetapi kekurangannya adalah susah dipisahkan
dari produk akhirnya. Oleh karena itu, katalis heterogen lebih dipilih di banyak proses
industri.[28]
Reaksi dalam kimia organik
Dalam kimia organik, banyak reaksi yang dapat terjadi yang melibatkan ikatan kovalen di
antara atom karbon dan heteroatom lainnya seperti oksigen, nitrogen, atau atom-
atom halogen lainnya. Beberapa reaksi yang lebih spesifik akan dijelaskan di bawah ini.
Substitusi
Dalam reaksi substitusi, sebuah gugus fungsi di dalam suatu senyawa kimia digantikan
oleh gugus fungsi lainnya.[29] Reaksi ini dapat dibedakan lagi menjadi beberapa subtipe
yaitu nukleofilik, substitusi elektrofilik, atau substitusi radikal.

SN1 mechanism

SN2 mechanism

Pada tipe yang pertama, nukleofil, atom atau molekul yang memiliki kelebihan elektron
sehingga bermuatan negatif, akan menggantikan atom lainnya atau bagian lainnya dari
molekul "substrat". Pasangan elektron nukleofil akan bersatu dengan substrat
membentuk ikatan baru, sedangkan gugus lepas akan lepas bersamaan dengan sebuah
pasangan elektron. Nukleofil sendiri dapat bermuatan netral atau positif, sedangkan
substrat biasanya bermuatan positif atau netral. Contoh nukleofil adalah
ion hidroksida, alkoksida, amina, dan halida. Reaksi semacam ini biasanya ditemukan
pada hidrokarbon alifatik dan jarang ditemukan pada hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon
aromatik memiliki rapatan elektron yang tingi dan hanya bisa melangsungkan substitusi
aromatik nukleofilik hanya dengan gugus penarik elektron yang sangat kuat. Substitusi
nukleofilik dapat berlangsung melalui 2 mekanisme, Reaksi SN1 dan SN2. Menurut
namanya, S singkatan dari substitusi, N singkatan dai nukleofilik, dan, dan angka
menunjukkan ordo kinetik reaksi, unimolekuler atau bimolekuler.[30]

3 tahap dalam Reaksi SN2. Nukleofil berwarna hijau dan gugus lepas berwarna merah
Reaksi SN2 menyebabkan inversi stereo (inversi Walden)

Reaksi SN1 berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertama, gugus lepas akan lepas dan
membentuk karbokation. Tahap ini akan diikuti reaksi yang sangat cepat dengan
nukleofil.[31]
Dalam mekanisme SN2, nukleofil akan membentuk tahap transisi dengan molekul yang
lepas saja yang terlekang. Kedua mekanisme ini berbeda pada hasil stereokimianya.
Reaksi SN1 menghasilkan adisi non-stereospesifik dan tidak menghasilkan pusat chiral,
melainkan dalam bentuk isomer geometri (cis/trans). Kebalikannya, inversi Warden-lah
yang diamati pada mekanisme SN2.[32]
Substitusi elektrofilik merupakan kebalikan dari substitusi nukleofilik di mana atom atau
molekul yang melepas, atau elektrofilnya, mempunyai kerapatan elektron yang rendah
sehingga bermuatan positif. Biasanya elektrofil ini adalah atom karbon dari gugus
karbonil, karbokation atau sulfur atau kation nitronium. Reaksi ini berlangsung pada
hidrokarbon aromatik saja, sehingga disebut substitusi aromatik elektrofilik. Serangan
elektrofil akan menciptakan kompleks yang disebut sebagai σ-compleks, sebuah fase
transisi di mana sistem aromatiknya hilang. Lalu, gugus lepas (biasanya proton), akan
terpisah dan sifat kearomatikannya kembali. Alternatif lain untuk substitusi aromatik
adalah substitusi alifatik elektrofilik. Substitusi ini mirip dengan substitusi aromatik
elektrofilik dan juga mempunyai 2 tipe utama yaitu SE1 dan SE2[33]

Mekanisme dari substitusi aromatik elektrofilik


Adisi dan eliminasi
Adisi dan pasangannya eliminasi merupakan reaksi yang mengubah jumlah substituen
dalam atom karbon, dan membentuk ikatan kovalen. Ikatan ganda dan tiga dapat
dihasilkan dengan mengeliminasi gugus lepas yang cocok. Seperti substitusi nukleofilik,
ada beberapa mekanisme reaksi yang mungkin terjadi. Dalam mekanisme E1, gugus
lepas terlebih dahulu melepas dan membentuk karbokation. Selanjutnya, pembentukan
ikatan ganda terjadi melalui eliminasi proton (deprotonasi). Dalam mekanisme E1cb,
urutan pelepasan terbalik: proton dieliminasi terlebih dahulu. Dalam mekanisme ini
keterlibatan suatu basa harus ada.[34] Reaksi dalam eliminasi E1 maupun E1cb selalu
bersaing dengan substitusi SN1 karena memiliki kondisi reaksi kondisi yang sama.[35]
Eliminasi E1 eliminasi E1cb

Eliminasi E2

Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi
gugus lepas berlangsung secara serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik.
Berbeda dengan eliminasi E1, konfigurasi stereokimia yang berbeda dapat dihasilkan
dalam reaksi yang memiliki mekanisme E2 karena basa akan lebih memfavoritkan
eleminasi proton yang berada pada posisi-anti terhadap gugus lepas. Oleh karena
kondisi dan reagen reaksi yang mirip, eliminasi E2 selalu bersaing dengan substitusi
SN2.[36]

Adisi elektrofilik hidrogen bromida

Kebalikan dari reaksi eliminasi adalah reaksi adisi. Pada reaksi adisi, ikatan rangkap dua
atau rangkap tiga diubah menjadi ikatan rangkap tunggal. Mirip dengan reaksi substitusi,
ada beberapa tipe dari adisi yang dibedakan dari partikel yang mengadisi. Contohnya,
pada adisi elektrofilik hidrogen bromida, sebuah elektrofil (proton) akan mengganti ikatan
rangkap ganda dan membentuk karbokation, lalu kemudian bereaksi dengan nukleofil
(bromin). Karbokation dapat terbentuk di salah satu ikatan rangkap tergantung dari
gugus yang melekat di akhir. Konfigurasi yang lebih tepat dapat diprediksikan
dengan aturan Markovnikov.[37] Aturan Markovnikov mengatakan: "Pada adisi heterolitik
dari sebuuah molekul polar pada alkena atau alkuna, atom yang mempunyai
keelektronegatifan yang besar, maka akan terikat pada atom karbon yang mengikat atom
hidrogen yang lebih sedikit."[38]
Reaksi kimia organik lainnya

Penataan ulang dari 3-metil-1,5-heksadiena


Mekanisme dari reaksi Diels-Alder

Orbital overlap in a Diels-Alder reaction

Pada reaksi penataan ulang, kerangka karbon dari sebuah molekul disusun ulang


sehingga membentuk isomer struktur dari molekul aslinya. Reaksi ini termasuk
dengan reaksi sigmatropik seperti penataan ulang Wagner-Meerwein, di mana
gugus hidrogen, alkil, atau aril berpindah-pindah tempat dari suatu atom karbon ke atom
karbon lainnya. Kebanyakan reaksi penataan ulang adalah pemutusan dan pembentukan
ikatan karbon-karbon baru. Contoh lain dari reaksi ini adalah penataan ulang cope.[39]
Reaksi lainnya

 Isomerisasi, yang mana senyawa kimia menjalani penataan ulang struktur tanpa
perubahan pada komposisi atomnya
 Pembakaran, adalah sejenis reaksi redoks yang mana bahan-bahan yang dapat
terbakar bergabung dengan unsur-unsur oksidator, biasanya oksigen, untuk
menghasilkan panas dan membentuk produk yang teroksidasi. Istilah pembakaran
biasanya digunakan untuk merujuk hanya pada oksidasi skala besar pada keseluruhan
molekul. Oksidasi terkontrol hanya pada satu gugus fungsi tunggal tidak termasuk
dalam proses pembakaran.
C10H8+ 12 O2 → 10 CO2 + 4 H2O
CH2S + 6 F2 → CF4 + 2 HF + SF6

 Disproporsionasi, dengan satu reaktan membentuk dua jenis produk yang berbeda
hanya pada keadaan oksidasinya.
2 Sn2+ → Sn + Sn4+
Kinetika kimia
Artikel utama: Kinetika kimia
Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran
bagaimana konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah
seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan memiliki
banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan kajian kesetimbangan kimia. Laju
reaksi secara mendasar tergantung pada:

 Konsentrasi reaktan, yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan lebih cepat


apabila konsentrasinya dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena peningkatan pertumbukan
atom per satuan waktu,
 Luas permukaan yang tersedia bagi reaktan untuk saling berinteraksi, terutama
reaktan padat dalam sistem heterogen. Luas permukaan yang besar akan
meningkatkan laju reaksi.
 Tekanan, dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume antar molekul
sehingga akan meningkatkan frekuensi tumbukan molekul.
 Energi aktivasi, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan untuk
membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan. Energi aktivasi yang lebih
tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan memerlukan lebih banyak energi untuk
memulai reaksi daripada reaksi yang berenergi aktivasi lebih rendah.
 Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal ini dikarenakan
temperatur yang tinggi meningkatkan energi molekul, sehingga meningkatkan
tumbukan antar molekul per satuan waktu.
 Keberadaan ataupun ketiadaan katalis. Katalis adalah zat yang mengubah lintasan
(mekanisme) suatu reaksi dan akan meningkatkan laju reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi yang diperlukan agar reaksi dapat berjalan. Katalis tidak
dikonsumsi ataupun berubah selama reaksi, sehingga ia dapat digunakan kembali.
 Untuk beberapa reaksi, keberadaan radiasi elektromagnetik, utamanya ultraviolet,
diperlukan untuk memutuskan ikatan yang diperlukan agar reaksi dapat bermulai. Hal
ini utamanya terjadi pada reaksi yang melibatkan radikal.
Laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam reaksi.
Hubungan ini ditentukan oleh persamaan laju tiap-tiap reaksi. Perlu diperhatikan bahwa
beberapa reaksi memiliki kelajuan yang tidak tergantung pada konsentrasi reaksi. Hal ini
disebut sebagai reaksi orde nol.
Reaksi biokimia

Ilustrasi dari aktivitas enzim pada reaksi biokimia

Reaksi biokimia pada umumnya dikendalikan oleh enzim. Protein-protein ini hanya


dapat mengkatalis satu jenis reaksi yang spesifik, sehingga reaksinya benar-benar dapat
dikontrol. Reaksi ini berlangsung pada sisi aktif dari substrat. Reaksi katalisasi enzim ini
bergantung pada banyak hal, di antaranya adalah bentuk enzimnya, jenis ikatannya,
interaksi elektrostatik, pemberian dan penerimaan proton (pada reaksi asam/basa), dan
lainnya.[40]
Reaksi kimia yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup biasanya juga dikenal
dengan sebutan metabolisme. Di antarasemua reaksi-reaksi ini, reaksi yang paling
penting adalah reaksi anabolisme, di mana DNA dan enzim-terkontrol memproses
pembentukan protein dan karbohidrat dari senyawa-senyawa yang lebih kecil.
[41] Bioenergitika mempelajari sumber energi untuk reaksi biokimia. Sumber energi yang
paling penting dalam reaksi ini adalah glukosa, yang diproduksi tanaman melalui
proses fotosintesis. Semua organisme membutuhkan glukosa untuk
memproduksi adenosin trifosfat (ATP), yang digunakan makhluk hidup untuk
menjalankan aktivitasnya.
Penggunaan reaksi kimia
Reaksi termit digunakan dalam proses pengelasan.

Reaksi kimia sangat sering digunakan oleh para ahli teknik kimia untuk mensintesis
senyawa baru dari sumber daya alam mentah di alam, seperti minyak bumi dan bijih-bijih
mineral. Merupakan suatu hal yang penting untuk membuat reaksi yang seefisien
mungkin, memaksimalkan hasil yang bisa diperoleh dan meminimalkan reagen yang
dipakai, energi masuk dan energi keluar. Katalis biasanya digunakan untuk mengurangi
energi aktivasi sehingga meningkatkan laju reaksinya.[42][43]
Beberapa reaksi yang spesifik mempunyai penggunaan yang khusus. Misalnya,
reaksi termit dipakai untuk menghasilkan cahaya dan panas
pada piroteknik dan pengelasan. Meskipun reaksi ini lebih agak sulit dikontrol daripada
reaksi-reaksi sebelumnya, tetapi alat-alat yang dibutuhkan jauh lebih sedikit dan sampai
saat ini masih digunakan untuk memperbaiki jalur-jalur kereta api di tempat-tempat
terpelosok.[44]
Lihat pula

 Reaksi organik
 Reaksi kimia anorganik
 Stoikiometri
 Teori keadaan transisi
 Stoikiometri gas
 Reaksi autokatalitik
 Coefficients
 Q values
 Reaksi endoterm
 Reaksi eksoterm
Bacaan lanjutan

 Is This Reaction a Substitution, Oxidation-Reduction, or Transfer? / N.S.Imyanitov. J.


Chem. Educ. 1993, 70(1), 14 – 16.
Referensi
1. ^ a b IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, edisi ke-2 ("Buku Emas") (1997). Versi
koreksi daring:  (2006–) "chemical reaction".
2. ^ Weyer, Jost (1973). "Neuere Interpretationsmglichkeiten der Alchemie". Chemie in unserer
Zeit (dalam bahasa German). 7 (6): 177. doi:10.1002/ciuz.19730070604.
3. ^ Leonard J. Friedman; Samantha J. Friedman (2008), The History of the Contact Sulfuric Acid
Process (PDF), Boca Raton, Florida: Acid Engineering & Consulting, Inc
4. ^ John E. Lesch (2000), The German chemical industry in the twentieth century, Springer,
hlm. 170, ISBN 0-7923-6487-2
5. ^ Brock, pp. 34–55
6. ^ Brock, pp. 104–107
7. ^ Corey, E. J. (1988). "Robert Robinson Lecture. Retrosynthetic thinking?essentials and
examples". Chemical Society Reviews. 17: 111. doi:10.1039/CS9881700111.
8. ^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, edisi ke-2 ("Buku Emas") (1997). Versi
koreksi daring:  (2006–) "elementary reaction".
9. ^ Gernot Frenking: Elementarreaktionen. In: Römpp Chemie-Lexikon, Thieme, 2006
10. ^ a b Christophe Dugave Cis-trans isomerization in biochemistry, Wiley-VCH, 2006 ISBN 3-527-
31304-4 p. 56
11. ^ Atkins, pp. 106–108
12. ^ Wiberg, pp. 810–811
13. ^ Atkins, p. 150
14. ^ a b c To react or not to react? Diarsipkan 2010-08-25 di Wayback Machine.. Utah State Office
of Education. Retrieved 4 June 2011.
15. ^ a b Six Types of Chemical Reactions – MrGuch ChemFiesta.
16. ^ Christian B. Anfinsen (1991), Advances in protein chemistry, Academic Press, hlm. 7, ISBN 0-
12-034242-1
17. ^ A.G. Sykes (1991), Advances in Inorganic Chemistry, Volume 36, Academic Press,
hlm. 359, ISBN 0-12-023636-2
18. ^ Wiberg, pp. 289–290
19. ^ Wiberg, p. 409
20. ^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, edisi ke-2 ("Buku Emas") (1997). Versi
koreksi daring:  (2006–) "conjugate acid–base pair".
21. ^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, edisi ke-2 ("Buku Emas") (1997). Versi
koreksi daring:  (2006–) "precipitation".
22. ^ Jörg Wingender, Stefanie Ortanderl Ausfällung. In: Römpp Chemie-Lexikon., Thieme, July
2009
23. ^ Ralf Alsfasser, Erwin Riedel, C Janiak, HJ Meyer Modern Inorganic Chemistry. 3. Edition. de
Gruyter, 2007, ISBN 978-3-11-019060-1, p. 171
24. ^ Atkins, pp. 937–950
25. ^ David Stanley Saunders Insect clocks, Elsevier, 2002, ISBN 0-444-50407-9 p. 179
26. ^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, edisi ke-2 ("Buku Emas") (1997). Versi
koreksi daring:  (2006–) "catalyst".
27. ^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, edisi ke-2 ("Buku Emas") (1997). Versi
koreksi daring:  (2006–) "inhibitor".
28. ^ Christoph Elschenbroich: Organometallchemie. 6th edition, Wiesbaden, 2008, ISBN 978-3-
8351-0167-8, p. 263
29. ^ March, Jerry (1985). Advanced Organic Chemistry, Reactions, Mechanisms and
Structure (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-3). John Wiley & Sons. ISBN 0-471-85472-7.
30. ^ S. R. Hartshorn, Aliphatic Nucleophilic Substitution, Cambridge University Press, London,
1973. ISBN 0-521-09801-7 pp. 1 ff
31. ^ Leslie C. Bateman, Mervyn G. Church, Edward D. Hughes, Christopher K. Ingold and Nazeer
Ahmed Taher (1940). "188. Mechanism of substitution at a saturated carbon atom. Part XXIII. A
kinetic demonstration of the unimolecular solvolysis of alkyl halides. (Section E) a general
discussion". Journal of the Chemical Society: 979. doi:10.1039/JR9400000979.
32. ^ Brückner, pp. 63–77
33. ^ Brückner, pp. 203–206
34. ^ Brückner, hal. 192
35. ^ Brückner, hal. 183
36. ^ Brückner, hal. 172
37. ^ Wiberg, pp. 950, 1602
38. ^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, edisi ke-2 ("Buku Emas") (1997). Versi
koreksi daring:  (2006–) "Markownikoff rule".
39. ^ Marye Anne Fox, James K. Whitesell Organic chemistry, 2004, ISBN 0-7637-2197-2 p. 699
40. ^ Peter Karlson, Detlef Doenecke, Jan Koolman, Georg Fuchs, Wolfgang Gerok. Karlson
Biochemistry and Pathobiochemistry, 16th edition, Georg Thieme, 2005, ISBN 978-3-13-
357815-8, pp. 55–56
41. ^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, edisi ke-2 ("Buku Emas") (1997). Versi
koreksi daring:  (2006–) "anabolism".
42. ^ Gerhard Emig, Elias Klemm. Technical Chemistry. 5th edition, Springer, 2005, ISBN 978-3-
540-23452-4, pp. 33–34
43. ^ Trost, B. (1991). "The atom economy—a search for synthetic efficiency". Science. 254 (5037):
1471. doi:10.1126/science.1962206. PMID 1962206.
44. ^ John J. McKetta, Guy E Weismantel Encyclopedia of Chemical Processing and Design:
Volume 67 – Water and Wastewater Treatment: Protective Coating Systems to Zeolite, Volume
67[pranala nonaktif permanen], CRC Press, 1999 ISBN 0-8247-2618-9, p. 109
Daftar pustaka

 Atkins, Peter W.; Julio de Paula (2006), Physical Chemistry (edisi ke-4th), Weinheim:


Wiley-VCH, ISBN 978-3-527-31546-8.
 Brock, William H. (1997), Viewegs Geschichte der Chemie, Braunschweig:
Vieweg, ISBN 3-540-67033-5.
 Brückner, Reinhard (2004), Reaktionsmechanismen (edisi ke-3rd), München:
Spektrum Akademischer Verlag, ISBN 3-8274-1579-9.
 Wiberg, Egon; Wiberg, Nils; Holleman, Arnold Frederick (2001), Inorganic chemistry,
Academic Press, ISBN 0-12-352651-5.

Anda mungkin juga menyukai