Reaksi kimia seperti pembakaran, fermentasi, dan reduksi dari bijih menjadi logam sudah
diketahui sejak dahulu kala. Teori-teori awal transformasi dari material-material ini
dikembangkan oleh filsuf Yunani Kuno, seperti Teori empat
elemen dari Empedocles yang menyatakan bahwa substansi apapun itu tersusun dari 4
elemen dasar: api, air, udara, dan bumi. Pada abad pertengahan, transformasi kimia
dipelajari oleh para alkemis. Mereka mencoba, misalnya,
mengubah timbal menjadi emas, dengan mereaksikan timbal dengan campuran
tembaga-timbal dengan sulfur.[2]
Produksi dari senyawa-senyawa kimia yang tidak terdapat secara alami di bumi telah
lama dicoba oleh para ilmuwan, seperti sintesis dari asam sulfat dan asam nitrat oleh
alkemis Jābir ibn Hayyān. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan mineral-
mineral sulfat dan nitrat, seperti tembaga sulfat, alum dan kalium nitrat. Pada abad ke-
17, Johann Rudolph Glauber memproduksi asam klorida dan natrium sulfat dengan
mereaksikan asam sulfat dengan natrium klorida. Dengan adanya pengembangan lead
chamber process pada tahun 1746 dan proses Leblanc, sehingga memungkinkan
adanya produksi asam sulfat dan natrium karbonat dalam jumlah besar, maka reaksi
kimia dapat diaplikasikan dalam industri. Teknologi asam sulfat yang semakin maju
akhirnya menghasilkan proses kontak pada tahun 1880-an,[3] dan proses
Haber dikembangkan pada tahun 1909–1910 untuk sintesis amonia.[4]
Dari abad ke-16, sejumlah peneliti seperti Jan Baptist van Helmont, Robert
Boyle dan Isaac Newton mencoba untuk menemukan teori-teori dari transformasi-
transformasi kimia yang sudah dieksperimenkan. Teori plogiston dicetuskan pada tahun
1667 oleh Johann Joachim Becher. Teori itu mempostulatkan adanya elemen seperti api
yang disebut "plogiston", yang terdapat dalam benda-benda yang dapat terbakar dan
dilepaskan selama pembakaran. Teori ini dibuktikan salah pada tahun 1785 oleh Antoine
Lavoisier, yang akhirnya memberikan penjelasan yang benar tentang pembakaran.[5]
Pada tahun 1808, Joseph Louis Gay-Lussac akhirnya mengetahui bahwa karakteristik
gas selalu sama. Berdasarkan hal ini dan teori atom dari John Dalton, Joseph
Proust akhrinya mengembangkan hukum perbandingan tetap yang nantinya menjadi
konsep awal dari stoikiometri dan persamaan reaksi.[6]
Pada bagian kimia organik, telah lama dipercaya bahwa senyawa yang terdapat pada
organisme yang hidup itu terlalu kompleks untuk bisa didapatkan melalui sintesis kimia.
Menurut konsep vitalisme, senyawa organik dilengkapi dengan "kemampuan vital"
sehingga "berbeda" dari material-material inorganik. Tapi pada akhirnya, konsep ini pun
berhasil dipatahkan setelah Friedrich Wöhler berhasil mensintesis urea pada tahun 1828.
Kimiawan lainnya yang memiliki kontribusi terhadap ilmu kimia organik di
antaranya Alexander William Williamson dengan sintesis eter yang dilakukannya
dan Christopher Kelk Ingold yang menemukan mekanisme dari reaksi substitusi.
Persamaan
Persamaan reaksi digunakan untuk menggambarkan reaksi kimia. Persamaan reaksi
terdiri dari rumus kimia atau rumus struktur dari reaktan di sebelah kiri dan produk di
sebelah kanan. Antara produk dan reaktan dipisahkan dengan tanda panah (→) yang
menunjukkan arah dan tipe reaksi. Ujung dari tanda panah tersebut menunjukkan
reaksinya bergerak ke arah mana. Tanda panah ganda ( ), yang mempunyai dua ujung
tanda panah yang berbeda arah, digunakan pada reaksi kesetimbangan. Persamaan
kimia haruslah seimbang, sesuai dengan stoikiometri, jumlah atom tiap unsur di sebelah
kiri harus sama dengan jumlah atom tiap unsur di sebelah kanan. Penyeimbangan ini
dilakukan dengan menambahkan angka di depan tiap molekul senyawa (dilambangkan
dengan A, B, C dan D di diagram skema di bawah) dengan angka kecil (a, b, c dan d) di
depannya.[1]
Reaksi yang lebih rumit digambarkan dengan skema reaksi, tujuannya adalah untuk
mengetahui senyawa awal atau akhir, atau juga untuk menunjukkan fase transisi.
Beberapa reaksi kimia juga bisa ditambahkan tulisan di atas tanda panahnya; contohnya
penambahan air, panas, iluminasi, katalisasi, dsb. Juga, beberapa produk minor dapat
ditempatkan di bawah tanda panah.
Reaksi paling penting dalam reaksi elementer adalah reaksi unimolekuler dan
bimolekuler. Reaksi unimolekuler hanya terdiri dari satu molekul yang terbentuk dari
transformasi atau diasosiasi satu atau beberapa molekul lain. Beberapa reaksi ini
membutuhkan energi dari cahaya atau panas. Sebuah contoh dari reaksi unimolekuler
adalah isomerisasi cis–trans, di mana sebuah senyawa bentuk cis akan berubah menjadi
bentuk trans.[10]
Dalam reaksi disosiasi, ikatan di dalam sebuah molekul akan terpecah menjadi 2
fragmen molekul. Pemecahan ini dapat berupa homolitik ataupun heterolitik. Dalam
pemecahan homolitik, ikatan akan terpecah sehingga setiap produknya tetap mempunyai
satu elektron sehingga menjadi radikal netral. Dalam pemecahan heterolitik, kedua
elektron dari ikatan kimia akan tersisa pada salah satu produknya, sehingga akan
menghasilkan ion yang bermuatan. Reaksi disosiasi memegang peranan penting
dalam reaksi berantai, seperti contohnya hidrogen-oksigen atau reaksi polimerisasi.
Disoasi dari molekul AB menjadi fragmen A dan B .
Pada reaksi bimolekular, 2 molekul akan bertabreakan dan saling bereaksi. Hasil
reaksinya dinamakan sintesis kimia atau reaksi adisi.
Kemungkinan reaksi yang lain adalah sebagian dari sebuah molekul berpindah ke
molekul lainnya. Reaksi tipe seperti ini, contohnya adalah reaksi redoks dan reaksi
asam-basa. Pada reaksi redoks partikel yang berpindah adalah elektron, sedangkan
pada reaksi asam-basa yang berpindah adalah proton. Reaksi seperti ini juga disebut
dengan reaksi metatesis.
contohnya
NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)
Termodinamika
Reaksi kimia dapat ditentukan oleh hukum-hukum termodinamika. Reaksi dapat terjadi
dengan sendirinya apabila senyawa tersebut eksergonik atau melepaskan energi. Energi
bebas yang dihasilkan reaksi ini terdiri dari 2 besaran termodinamika
yaitu entalpi dan entropi:[11]
G: energi bebas, H: entalpi, T: suhu, S: entropi, Δ: perbedaan
Reaksi eksotermik terjadi apabila ΔH bernilai negatif dan energi dilepaskan. Contoh
reaksi eksotermik adalah presipitasi dan kristalisasi, di mana sebuah padatan terbentuk
dari gas atau cairan. Kebalikannya, dalam reaksi endotermik, panas diambil dari
lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan entropi sistem. Karena
kenaikan entropi berbanding lurus dengan suhunya, maka kebanyakan reaksi
endotermik dilakukan pada suhu tinggi. Kebalikannya, kebanyakan reaksi eksotermik
dilakukan pada suhu yang rendah. Perubahan temperatur kadang-kadang dapat
mengubah arah reaksi, seperti contohnya pada reaksi Boudouard:
Reaksi antara karbon dioksida dan karbon untuk membentuk karbon monoksida ini
merupakan reaksi endotermik dengan suhu di atas 800 °C dan menjadi reaksi
eksotermik jika suhunya dibawah suhu ini[12]
Reaksi juga dapat diketahui dengan energi dalam yang menyebabkan perubahan pada
entropi, volume, dan potensial kimia.[13]
U: energi dalam, S: entropi, p: tekanan, μ: potensial kimia, n: jumlah molekul, d: tanda yang
artinya perubahan kecil
Pengelompokan reaksi kimia
Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam
mempelajarinya mengakibatkan banyaknya cara untuk mengklasifikasikan reaksi-reaksi
tersebut, yang sering kali tumpang tindih. Di bawah ini adalah contoh-contoh klasifikasi
reaksi kimia yang biasanya digunakan.
Empat reaksi dasar
Sintesis
Dalam reaksi kombinasi langsung atau sintesis, dua atau lebih senyawa sederhana
bergabung membentuk senyawa baru yang lebih kompleks. Dua reaktan atau lebih yang
bereaksi menghasilkan satu produk juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kalau itu reaksi sintesis. Contoh dari reaksi ini adalah gas hidrogen bergabung dengan
gas oksigen yang hasilnya adalah air.[14]
Contoh lainnya adalah gas nitrogen bergabung dengan gas hidrogen akan membentuk
amoniak, dengan persamaan reaksi:
N2 + 3 H2 → 2 NH3
Dekomposisisi
Reaksi dekomposisi atau analisis adalah kebalikan dari reaksi sintesis. Sebuah
senyawa yang lebih kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana.[14]
[15] Contohnya adalah molekul air yang dipecah menjadi gas oksigen dan gas hidrogen,
dengan persamaan reaksi:
2 H2O → 2 H2 + O2
Penggantian tunggal
Dalam reaksi penggantian tunggal atau substitusi, sebuah elemen tunggal menggantikan
elemen tunggal lainnya di suatu senyawa. Contohnya adalah logam natrium yang
bereaksi dengan asam klorida akan menghasilkan natrium klorida atau garam dapur,
dengan persamaaan reaksi:
2 Na(s) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2(g)
Penggantian ganda
Dalam reaksi penggantian ganda, dua senyawa saling berganti ion atau ikatan untuk
membentuk senyawa baru yang berbeda.[14] Hal ini terjadi ketika kation dan anion dari 2
senyawa yang berbeda saling berpindah tempat, dan membentuk 2 senyawa baru.
[15] Rumus umum dari reaksi ini adalah:
AB + CD → AD + CB
Contoh dari reaksi penggantian ganda adalah timbal(II) nitrat bereaksi dengan kalium
iodida untuk membentuk timbal(II) iodida dan kalium nitrat, dengan persamaan reaksi:
Pb(NO3)2 + 2 KI → PbI2 + 2 KNO3
Contoh lainnya adalah natrium klorida (garam dapur) bereaksi dengan perak nitrat
membentuk natrium nitrat dan perak klorida, dengan persamaan reaksi:
NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)
Oksidasi dan reduksi
Oxidation
Reductant ⟶ Product + e–
(Electrons lost; oxidation number increases)
o Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H3O+; basa
berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
o Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa adalah
penerima (akseptor) proton. Melingkupi definisi Arrhenius
o Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor
pasangan elektron. Definisi ini melingkupi definisi Brønsted-Lowry.
Presipitasi
Presipitasi
Dalam reaksi fotokimia, atom dan molekul akan menyerap energi (foton) dari cahaya dan
mengubahnya ke eksitasi. Atom dan molekul ini lalu dapat melepaskan energi dengan
memecahkan ikatan kimia, maka menghasilkan radikal. Reaksi ang termasuk ke dalam
reaksi fotokimia di antaranya reaksi hidrogen-oksigen, polimerisasi radikal, reaksi
berantai dan reaksi penataan ulang.[24]
Banyak proses-proses penting menggunakan fotokimia. Contoh yang paling umum
adalah fotosintesis, di mana tanaman menggunakan energi matahari untuk
mengubah karbon dioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen sebagai hasil samping.
Manusia mengandalkan fotokimia dalam pembentukan vitamin D, dan persepsi
visual dihasilkan dari reaksi fotokimia di rhodopsin.[10] Pada kunang-kunang,
sebuah enzim pada abdomen mengkatalisasi reaksi yang menghasilkan bioluminesensi.
[25] Banyak reaksi fotokimia, seperti pembentukan ozon, terjadi di atmosfer bumi yang
merupakan bagian dari kimia atmosfer.
Katalisis
Diagram skema energi yang menunjukkan efek dari pemberian katalis pada sebuah reaksi kimia
endotermik. Adanya katalis akan mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi. Hasil
akhirnya akan sama dengan reaksi tanpa katalis.
SN1 mechanism
SN2 mechanism
Pada tipe yang pertama, nukleofil, atom atau molekul yang memiliki kelebihan elektron
sehingga bermuatan negatif, akan menggantikan atom lainnya atau bagian lainnya dari
molekul "substrat". Pasangan elektron nukleofil akan bersatu dengan substrat
membentuk ikatan baru, sedangkan gugus lepas akan lepas bersamaan dengan sebuah
pasangan elektron. Nukleofil sendiri dapat bermuatan netral atau positif, sedangkan
substrat biasanya bermuatan positif atau netral. Contoh nukleofil adalah
ion hidroksida, alkoksida, amina, dan halida. Reaksi semacam ini biasanya ditemukan
pada hidrokarbon alifatik dan jarang ditemukan pada hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon
aromatik memiliki rapatan elektron yang tingi dan hanya bisa melangsungkan substitusi
aromatik nukleofilik hanya dengan gugus penarik elektron yang sangat kuat. Substitusi
nukleofilik dapat berlangsung melalui 2 mekanisme, Reaksi SN1 dan SN2. Menurut
namanya, S singkatan dari substitusi, N singkatan dai nukleofilik, dan, dan angka
menunjukkan ordo kinetik reaksi, unimolekuler atau bimolekuler.[30]
3 tahap dalam Reaksi SN2. Nukleofil berwarna hijau dan gugus lepas berwarna merah
Reaksi SN2 menyebabkan inversi stereo (inversi Walden)
Reaksi SN1 berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertama, gugus lepas akan lepas dan
membentuk karbokation. Tahap ini akan diikuti reaksi yang sangat cepat dengan
nukleofil.[31]
Dalam mekanisme SN2, nukleofil akan membentuk tahap transisi dengan molekul yang
lepas saja yang terlekang. Kedua mekanisme ini berbeda pada hasil stereokimianya.
Reaksi SN1 menghasilkan adisi non-stereospesifik dan tidak menghasilkan pusat chiral,
melainkan dalam bentuk isomer geometri (cis/trans). Kebalikannya, inversi Warden-lah
yang diamati pada mekanisme SN2.[32]
Substitusi elektrofilik merupakan kebalikan dari substitusi nukleofilik di mana atom atau
molekul yang melepas, atau elektrofilnya, mempunyai kerapatan elektron yang rendah
sehingga bermuatan positif. Biasanya elektrofil ini adalah atom karbon dari gugus
karbonil, karbokation atau sulfur atau kation nitronium. Reaksi ini berlangsung pada
hidrokarbon aromatik saja, sehingga disebut substitusi aromatik elektrofilik. Serangan
elektrofil akan menciptakan kompleks yang disebut sebagai σ-compleks, sebuah fase
transisi di mana sistem aromatiknya hilang. Lalu, gugus lepas (biasanya proton), akan
terpisah dan sifat kearomatikannya kembali. Alternatif lain untuk substitusi aromatik
adalah substitusi alifatik elektrofilik. Substitusi ini mirip dengan substitusi aromatik
elektrofilik dan juga mempunyai 2 tipe utama yaitu SE1 dan SE2[33]
Eliminasi E2
Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi
gugus lepas berlangsung secara serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik.
Berbeda dengan eliminasi E1, konfigurasi stereokimia yang berbeda dapat dihasilkan
dalam reaksi yang memiliki mekanisme E2 karena basa akan lebih memfavoritkan
eleminasi proton yang berada pada posisi-anti terhadap gugus lepas. Oleh karena
kondisi dan reagen reaksi yang mirip, eliminasi E2 selalu bersaing dengan substitusi
SN2.[36]
Kebalikan dari reaksi eliminasi adalah reaksi adisi. Pada reaksi adisi, ikatan rangkap dua
atau rangkap tiga diubah menjadi ikatan rangkap tunggal. Mirip dengan reaksi substitusi,
ada beberapa tipe dari adisi yang dibedakan dari partikel yang mengadisi. Contohnya,
pada adisi elektrofilik hidrogen bromida, sebuah elektrofil (proton) akan mengganti ikatan
rangkap ganda dan membentuk karbokation, lalu kemudian bereaksi dengan nukleofil
(bromin). Karbokation dapat terbentuk di salah satu ikatan rangkap tergantung dari
gugus yang melekat di akhir. Konfigurasi yang lebih tepat dapat diprediksikan
dengan aturan Markovnikov.[37] Aturan Markovnikov mengatakan: "Pada adisi heterolitik
dari sebuuah molekul polar pada alkena atau alkuna, atom yang mempunyai
keelektronegatifan yang besar, maka akan terikat pada atom karbon yang mengikat atom
hidrogen yang lebih sedikit."[38]
Reaksi kimia organik lainnya
Isomerisasi, yang mana senyawa kimia menjalani penataan ulang struktur tanpa
perubahan pada komposisi atomnya
Pembakaran, adalah sejenis reaksi redoks yang mana bahan-bahan yang dapat
terbakar bergabung dengan unsur-unsur oksidator, biasanya oksigen, untuk
menghasilkan panas dan membentuk produk yang teroksidasi. Istilah pembakaran
biasanya digunakan untuk merujuk hanya pada oksidasi skala besar pada keseluruhan
molekul. Oksidasi terkontrol hanya pada satu gugus fungsi tunggal tidak termasuk
dalam proses pembakaran.
C10H8+ 12 O2 → 10 CO2 + 4 H2O
CH2S + 6 F2 → CF4 + 2 HF + SF6
Disproporsionasi, dengan satu reaktan membentuk dua jenis produk yang berbeda
hanya pada keadaan oksidasinya.
2 Sn2+ → Sn + Sn4+
Kinetika kimia
Artikel utama: Kinetika kimia
Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran
bagaimana konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah
seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan memiliki
banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan kajian kesetimbangan kimia. Laju
reaksi secara mendasar tergantung pada:
Reaksi kimia sangat sering digunakan oleh para ahli teknik kimia untuk mensintesis
senyawa baru dari sumber daya alam mentah di alam, seperti minyak bumi dan bijih-bijih
mineral. Merupakan suatu hal yang penting untuk membuat reaksi yang seefisien
mungkin, memaksimalkan hasil yang bisa diperoleh dan meminimalkan reagen yang
dipakai, energi masuk dan energi keluar. Katalis biasanya digunakan untuk mengurangi
energi aktivasi sehingga meningkatkan laju reaksinya.[42][43]
Beberapa reaksi yang spesifik mempunyai penggunaan yang khusus. Misalnya,
reaksi termit dipakai untuk menghasilkan cahaya dan panas
pada piroteknik dan pengelasan. Meskipun reaksi ini lebih agak sulit dikontrol daripada
reaksi-reaksi sebelumnya, tetapi alat-alat yang dibutuhkan jauh lebih sedikit dan sampai
saat ini masih digunakan untuk memperbaiki jalur-jalur kereta api di tempat-tempat
terpelosok.[44]
Lihat pula
Reaksi organik
Reaksi kimia anorganik
Stoikiometri
Teori keadaan transisi
Stoikiometri gas
Reaksi autokatalitik
Coefficients
Q values
Reaksi endoterm
Reaksi eksoterm
Bacaan lanjutan