Anda di halaman 1dari 17

Reaksi kimia

Uap hidrogen klorida dalam beker dan amonia dalam tabung percobaan bereaksi membentuk awan amonium klorida

Reaksi kimia adalah suatu anggota dunia yang selalu menghasilkan antarubahan senyawa kimia.[1] Senyawa ataupun senyawa-
senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia pada umumnya dikarakterisasikan dengan
perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang pada umumnya memiliki ciri-ciri yang selisih dari
reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan
pemutusan ikatan kimia, walaupun pada landasannya konsep umum reaksi kimia juga mampu diterapkan pada transformasi
partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir.

Reaksi-reaksi kimia yang selisih dipakai bersama dalam sintesis kimia untuk menghasilkan produk senyawa yang dipersilakan.
Dalam biokimia, sederet reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim membentuk lintasan metabolisme, di mana sintesis dan
dekomposisi yang pada umumnya tidak mungkin terjadi di dalam sel dilakukan.

Daftar isi
 1 Sejarah
 2 Persamaan
 3 Reaksi elementer
 4 Termodinamika
 5 Pengelompokan reaksi kimia
 5.1 Empat reaksi landasan
 5.1.1 Sintesis
 5.1.2 Dekomposisisi
 5.1.3 Penggantian tunggal
 5.1.4 Penggantian ganda
 5.2 Oksidasi dan reduksi
 5.3 Reaksi asam-basa
 5.4 Presipitasi
 5.5 Reaksi pada zat padat
 5.6 Reaksi fotokimia
 6 Katalisis
 7 Reaksi dalam kimia organik
 7.1 Substitusi
 7.2 Adisi dan eliminasi
 7.3 Reaksi kimia organik yang lain
 8 Reaksi yang lain
 9 Kinetika kimia
 10 Reaksi biokimia
 11 Penggunaan reaksi kimia
 12 Lihat pula
 13 Bacaan lanjutan
 14 Pustaka
 15 Bibliografi

Sejarah

Antoine Lavoisier mengembangkan teori pembakaran sebagai reaksi kimia dengan oksigen

Reaksi kimia seperti pembakaran, fermentasi, dan reduksi dari bijih menjadi logam sudah dikenali sejak dahulu kala. Teori-teori
awal transformasi dari material-material ini dikembangkan oleh filsuf Yunani Kuno, seperti Teori empat
elemen dari Empedocles yang menyatakan bahwa substansi apapun itu tersusun dari 4 elemen dasar: api, cairan, udara, dan bumi.
Di masa ratus tahun pertengahan, transformasi kimia dipelajari oleh para alkemis. Mereka mencoba, misalnya,
mengubah timbal menjadi emas, dengan mereaksikan timbal dengan campuran tembaga-timbal dengan sulfur.[2]

Produksi dari senyawa-senyawa kimia yang tidak terdapat secara alami di bumi telah lama dicoba oleh para ilmuwan, seperti
sintesis dari asam sulfur dan asam nitrat oleh alkemis Jābir ibn Hayyān. Anggota ini dilakukan dengan cara memanaskan mineral-
mineral sulfat dan nitrat, seperti tembaga sulfat, alum dan kalium nitrat. Pada masa ratus tahun ke-17, Johann Rudolph Glauber
memproduksi asam klorida dan natrium sulfat dengan mereaksikan asam sulfat dengan natrium klorida. Dengan mempunyainya
pengembangan lead chamber process pada tahun 1746 dan anggota Leblanc, sehingga memungkinkan mempunyainya produksi
asam sulfat dan natrium karbonat dalam banyak akbar, maka reaksi kimia mampu diaplikasikan dalam industri. Teknologi asam
sulfat yang semakin maju penghabisannya menghasilkan anggota kontak di tahun 1880-an, [3] dan anggota Haber dikembangkan
pada tahun 1909–1910 untuk sintesis amonia.[4]

Dari masa ratus tahun ke-16, sejumlah peneliti seperti Jan Baptist van Helmont, Robert Boyle dan Isaac Newton mencoba untuk
menemukan teori-teori dari transformasi-transformasi kimia yang sudah dieksperimenkan. Teori plogiston dicetuskan pada tahun
1667 oleh Johann Joachim Becher. Teori itu mempostulatkan mempunyainya elemen seperti api yang disebut "plogiston", yang
terdapat dalam benda-benda yang mampu terbakar dan diloloskan selama pembakaran. Teori ini dibuktikan noda pada tahun 1785
oleh Antoine Lavoisier, yang penghabisannya memberikan penjelasan yang aci tentang pembakaran. [5]

Pada tahun 1808, Joseph Louis Gay-Lussac penghabisannya mengetahui bahwa karakteristik gas selalu sama. Berdasarkan hal ini
dan teori atom dari John Dalton, Joseph Proust akhrinya mengembangkan hukum perbandingan tetap yang nantinya menjadi
konsep awal dari stoikiometri dan persamaan reaksi.[6]

Pada anggota kimia organik, telah lama dipercaya bahwa senyawa yang terdapat pada organisme yang hidup itu terlalu kompleks
untuk bisa didapatkan menempuh sintesis kimia. Menurut konsep vitalisme, senyawa organik dilengkapi dengan "kemampuan vital"
sehingga "berbeda" dari material-material inorganik. Tapi pada penghabisannya, konsep ini pun berhasil dipatahkan
setelah Friedrich Wöhler berhasil mensintesis urea pada tahun 1828. Kimiawan yang lain yang memiliki kontribusi terhadap
pengetahuan kimia organik di selangnya Alexander William Williamson dengan sintesis eter yang dilakukannya dan Christopher
Kelk Ingold yang menemukan mekanisme dari reaksi substitusi.

Persamaan
Persamaan reaksi dipakai untuk menggambarkan reaksi kimia. Persamaan reaksi terdiri atas rumus kimia atau rumus bentuk dari
reaktan di sebelah kiri dan produk di sebelah kanan. Selang produk dan reaktan dipisahkan dengan tanda panah ( →) yang
menunjukkan arah dan tipe reaksi. Ujung dari tanda panah tersebut menunjukkan reaksinya bergerak ke arah mana. Tanda panah
ganda ( ), yang mempunyai dua ujung tanda panah yang selisih arah, dipakai pada reaksi kesetimbangan. Persamaan kimia
haruslah seimbang, sesuai dengan stoikiometri, banyak atom tiap unsur di sebelah kiri harus sama dengan banyak atom tiap unsur
di sebelah kanan. Penyeimbangan ini dilakukan dengan menambahkan angka di hadapan tiap molekul senyawa (dilambangkan
dengan A, B, C dan D di diagram skema di bawah) dengan angka kecil (a, b, c dan d) di hadapannya.[7]

Reaksi yang lebih berlibat digambarkan dengan skema reaksi, tujuannya adalah untuk mengetahui senyawa awal atau penghabisan,
atau juga untuk menunjukkan fase transisi. Sebagian reaksi kimia juga bisa ditambahkan tulisan di atas tanda panahnya; contohnya
penambahan cairan, panas, iluminasi, katalisasi, dsb. Juga, sebagian produk minor mampu diletakkan di bawah tanda panah.
Sebuah contoh reaksi organik: oksidasi keton menjadi ester dengan Asam peroksikarboksilat

Analisis retrosintetik mampu dipakai untuk mendesain reaksi sintesis kompleks. Analisis dimulai dari produk, contohnya dengan
memecah ikatan kimia yang dipilih menjadi reagen baru. Tanda panah khusus (⇒) dipakai dalam reaksi retro.[8]

Reaksi elementer
Reaksi elementer adalah reaksi pemecahan sangat sederhana dan hasil dari reaksi ini tidak memiliki produk sampingan. [9] Biasanya
reaksi yang berhasil ditemukan saat ini adalah pengembangan dari reaksi elementer yang munculnya secara secara paralel atau
berurutan. Sebuah reaksi elementer pada umumnya hanya terdiri atas sebagian molekul, pada umumnya hanya satu atau dua,
karena probabilitasnya kecil untuk banyak molekul bergabung bersama. [10]

Isomerisasi azobenzena yang diinduksi oleh cahaya (hν) atau panas (Δ)

Reaksi sangat penting dalam reaksi elementer adalah reaksi unimolekuler dan bimolekuler. Reaksi unimolekuler hanya terdiri atas
satu molekul yang terbentuk dari transformasi atau diasosiasi satu atau sebagian molekul lain. Sebagian reaksi ini membutuhkan
energi dari cahaya atau panas. Sebuah contoh dari reaksi unimolekuler adalah isomerisasi cis–trans, di mana sebuah senyawa
bangunan cis akan berubah menjadi bangunan trans.[11]

Dalam reaksi disosiasi, ikatan di dalam sebuah molekul akan terpecah menjadi 2 fragmen molekul. Pemecahan ini mampu berupa
homolitik ataupun heterolitik. Dalam pemecahan homolitik, ikatan akan terpecah sehingga setiap produknya tetap mempunyai satu
elektron sehingga menjadi radikal netral. Dalam pemecahan heterolitik, kedua elektron dari ikatan kimia akan tersisa pada noda
satu produknya, sehingga akan menghasilkan ion yang bermuatan. Reaksi disosiasi memegang peranan penting dalam reaksi
berantai, seperti contohnya hidrogen-oksigen atau reaksi polimerisasi.

Disoasi dari molekul AB menjadi fragmen A dan B

Pada reaksi bimolekular, 2 molekul akan bertabreakan dan saling bereaksi. Hasil reaksinya disebut sintesis kimia atau reaksi adisi.
Probabilitas reaksi yang lain adalah sebagian dari sebuah molekul berpindah ke molekul yang lain. Reaksi tipe seperti ini, contohnya
adalah reaksi redoks dan reaksi asam-basa. Pada reaksi redoks partikel yang berpindah adalah elektron, sedangkan pada reaksi
asam-basa yang berpindah adalah proton. Reaksi seperti ini juga disebut dengan reaksi metatesis.

contohnya

NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)

Termodinamika
Reaksi kimia mampu ditentukan oleh hukum-hukum termodinamika. Reaksi mampu terjadi dengan sendirinya apabila senyawa
tersebut eksergonik atau melepaskan energi. Energi bebas sama sekali yang dihasilkan reaksi ini terdiri atas 2 besaran
termodinamika yaitu entalpi dan entropi]]:[12]

G: energi bebas sama sekali, H: entalpi, T: suhu, S: entropi, Δ: perbedaan

Reaksi eksotermik terjadi apabila ΔH mempunyai nilai negatif dan energi diloloskan. Contoh reaksi eksotermik adalah presipitasi
dan kristalisasi, dimana sebuah padatan terbentuk dari gas atau cairan. Kebalikannya, dalam reaksi endotermik, panas diambil dari
sekeliling yang terkait. Hal ini mampu dilakukan dengan meningkatkan entropi sistem. Karena kenaikan entropi berbanding lurus
dengan suhunya, maka biasanya reaksi endotermik dilakukan pada suhu tinggi. Kebalikannya, biasanya reaksi eksotermik
dilakukan pada suhu yang rendah. Perubahan temperatur kadang-kadang mampu mengubah arah reaksi, seperti contohnya pada
reaksi Boudouard:

Reaksi selang karbon dioksida dan karbon untuk membentuk karbon monoksida ini merupakan reaksi endotermik dengan suhu di
atas 800 °C dan menjadi reaksi eksotermik bila suhunya dibawah suhu ini [13]

Reaksi juga mampu dikenali dengan energi dalam yang menyebabkan perubahan pada entropi, volume, dan potensial kimia. [14]

U: energi dalam, S: entropi, p: tekanan, μ: potensial kimia, n: banyak molekul, d: tanda yang faedahnya perubahan kecil

Pengelompokan reaksi kimia


Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam mempelajarinya mengakibatkan banyaknya
cara untuk mengklasifikasikan reaksi-reaksi tersebut, yang sering kali tumpang tindih. Di bawah ini adalah contoh-contoh
klasifikasi reaksi kimia yang pada umumnya dipakai.

Empat reaksi landasan


Sintesis

Dalam reaksi kombinasi langsung atau sintesis, dua atau lebih senyawa sederhana bergabung membentuk senyawa baru yang lebih
kompleks. Dua reaktan atau lebih yang bereaksi menghasilkan satu produk juga merupakan noda satu cara untuk mengetahui
seandainya itu reaksi sintesis. Contoh dari reaksi ini adalah gas hidrogen bergabung dengan gas oksigen yang hasilnya adalah
cairan.[15]

Contoh yang lain adalah gas nitrogen bergabung dengan gas hidrogen akan membentuk amoniak, dengan persamaan reaksi:

N2 + 3 H2 → 2 NH3


Dekomposisisi

Reaksi dekomposisi atau analisis adalah kebalikan dari reaksi sintesis. Sebuah senyawa yang lebih kompleks akan dipecah menjadi
senyawa yang lebih sederhana.[15][16] Contohnya adalah molekul cairan yang dipecah menjadi gas oksigen dan gas hidrogen, dengan
persamaan reaksi:

2 H2O → 2 H2 + O2
Penggantian tunggal

Dalam reaksi penggantian tunggal atau substitusi, sebuah elemen tunggal menggantikan elemen tunggal yang lain di suatu
senyawa. Contohnya adalah logam natrium yang bereaksi dengan asam klorida akan menghasilkan natrium klorida atau garam
dapur, dengan persamaaan reaksi:

2 Na(s) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2(g)


Penggantian ganda

Dalam reaksi penggantian ganda, dua senyawa saling bertukar ion atau ikatan untuk membentuk senyawa baru yang selisih.[15] Hal
ini terjadi saat kation dan anion dari 2 senyawa yang selisih saling berpindah tempat, dan membentuk 2 senyawa baru. [16] Rumus
umum dari reaksi ini adalah:

AB + CD → AD + CB

Contoh dari reaksi penggantian ganda adalah timbal(II) nitrat bereaksi dengan kalium iodida untuk membentuk timbal(II) iodida
dan kalium nitrat, dengan persamaan reaksi:

Pb(NO3)2 + 2 KI → PbI2 + 2 KNO3

Contoh yang lain adalah natrium klorida (garam dapur) bereaksi dengan perak nitrat membentuk natrium nitrat dan perak klorida,
dengan persamaan reaksi:

NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)


Oksidasi dan reduksi

Ilustrasi dari reaksi redoks (reduksi oksidasi)

Dua anggota reaksi redoks

Reaksi redoks mampu dipahami sebagai transfer elektron dari noda satu senyawa (disebut reduktor) ke senyawa yang lain (disebut
oksidator). Dalam anggota ini, senyawa yang satu akan teroksidasi dan senyawa yang lain akan tereduksi, oleh karena itu
disebut redoks. Oksidasi sendiri dipahami sebagai kenaikan bilangan oksidasi, dan reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi.
Dalam prakteknya, transfer dari elektron ini akan selalu mengubah bilangan oksidasinya, tapi banyak reaksi yang diklasifikasikan
sebagai reaksi redoks walaupun sebenarnya tidak mempunyai elektron yang berpindah (seperti yang melibatkan ikatan kovalen). [17]
[18]

Contoh reaksi redoks adalah:

2 S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2 I−(aq)


Yang mana I2 direduksi menjadi I- dan S2O32- (anion tiosulfat) dioksidasi menjadi S4O62-.

Untuk mengetahui reaktan mana yang akan menjadi perwakilan pereduksi dan mana yang akan menjadi perwakilan teroksidasi
mampu dikenali dari keelektronegatifan elemen tersebut. Elemen yang mempunyai nilai keelektronegatifan yang rendah, seperti
biasanya unsur logam, maka akan dengan gampang memberikan elektron mereka dan teroksidasi - elemen ini menjadi reduktor.
Kebalikannya, banyak ion mempunyai bilangan oksidasi tinggi, seperti H2O2, MnO4-, CrO3, Cr2O72-, OsO4) mampu memperoleh
satu atau lebih tambahan elektron, sehingga disebut oksidator.

Banyak elektron yang diberikan atau diterima pada reaksi redoks mampu dikenali dari konfigurasi elektronn elemen reaktannya.
Setiap elemen akan berusaha untuk menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti konfigurasi elemen gas luhur. Logam alkali
dan halogen akan memberikan dan menerima satu elektron. Elemen gas dunia sendiri sebenarnya tidak aktif secara kimiawi. [19]

Noda satu anggota penting dalam reaksi redoks adalah reaksi elektrokimia, dimana elektron dari sumber listrik dipakai sebagai
reduktor. Reaksi ini penting untuk pembuatan elemen-elemen kimia, seperti klorin[20] atau aluminium. Anggota kebalikan dimana
reaksi redoks dipakai untuk menghasilkan listrik juga mempunyai dan prinsip ini dipakai pada baterai.

Reaksi asam-basa
Reaksi asam-basa adalah reaksi yang mendonorkan proton dari sebuah molekul asam ke molekul basa. Disini, asam berperan
sebagai donor proton dan basa berperan sebagai akseptor proton.

Reaksi asam basa, HA: asam, B: Basa, A–: basa konjugasi, HB+: asam konjugasi

Hasil dari transfer proton ini adalah asam konjugasi dan basa konjugasi. [21] Reaksi kesetimbangan (bolak-balik) juga mempunyai,
dan karena itu asam/basa dan asam/basa konjugasinya selalu dalam kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan ini ditandai dengan
mempunyainya konstanta diasosiasi asam dan basa (Ka dan Kb) dari setiap substansinya. Sebuah reaksi yang khusus dari reaksi
asam-basa adalah netralisasi dimana asam dan basa dalam banyak yang sama akan membentuk garam yang sifatnya netral.

Reaksi asam basa memiliki berbagai arti tergantung pada konsep asam basa yang dipakai. Sebagian arti yang sangat umum adalah:


+
 Arti Arrhenius: asam berdisosiasi dalam cairan melepaskan ion H 3O ; basa berdisosiasi dalam cairan melepaskan ion
OH-.
+
 Arti Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H ) donors; basa adalah penerima (akseptor) proton.
Melingkupi arti Arrhenius
 Arti Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor pasangan elektron. Arti ini melingkupi
arti Brønsted-Lowry.
Presipitasi

Presipitasi

Presipitasi adalah anggota reaksi terbentuknya padatan (endapan) di dalam sebuah larutan sebagai hasil dari reaksi kimia.
Presipitasi ini pada umumnya terbentuk saat konsentrasi ion yang larut telah mencapai ketentuan yang tidak boleh
dilampaui kelarutan[22] dan hasilnya adalah membentuk garam. Reaksi ini mampu dipercepat dengan menambahkan perwakilan
presipitasi atau mengurangi pelarutnya. Reaksi presipitasi yang cepat akan menghasilkan residu mikrokristalin dan anggota yang
lambat akan menghasilkan kristal tunggal. Kristal tunggal juga mampu diperoleh dari rekristalisasi dari garam mikrokristalin. [23]

Reaksi pada zat padat


Reaksi mampu terjadi di selang dua benda padat. Meski begitu, karena tingkat difusi pada zat padat sangat rendah, maka reaksi
kimia yang berlangsung terjadi sangat lambat. Reaksi mampu dipercepat dengan cara meningkatkan suhu sehingga akan memecah
reaktan, sehingga luas permukaan kontak menjadi lebih akbar.[24]

Reaksi fotokimia

Dalam reaksi Paterno–Büchi, sebuah gugus karbonil yang tereksitasi akan diamahkan ke olefin yang tidak tereksitasi, dan menghasilkan oksetan.

Dalam reaksi fotokimia, atom dan molekul akan menyerap energi (foton) dari cahaya dan mengubahnya ke eksitasi. Atom dan
molekul ini lalu mampu melepaskan energi dengan memecahkan ikatan kimia, maka menghasilkan radikal. Reaksi ang termasuk ke
dalam reaksi fotokimia di selangnya reaksi hidrogen-oksigen, polimerisasi radikal, reaksi berantai dan reaksi penataan ulang.[25]

Banyak proses-proses penting memakai fotokimia. Contoh yang sangat umum adalah fotosintesis, dimana tanaman memakai energi
matahari untuk mengubah karbon dioksida dan cairan menjadi glukosa dan oksigen sebagai hasil samping. Manusia mengandalkan
fotokimia dalam pembentukan vitamin D, dan persepsi visual dihasilkan dari reaksi fotokimia di rhodopsin.[11] Pada kunang-kunang,
sebuah enzim pada abdomen mengkatalisasi reaksi yang menghasilkan bioluminesensi.[26] Banyak reaksi fotokimia, seperti
pembentukan ozon, terjadi di atmosfer bumi yang merupakan anggota dari kimia atmosfer.

Katalisis

Diagram skema energi yang menunjukkan efek dari pemberian katalis pada sebuah reaksi kimia endotermik. Mempunyainya katalis akan mempercepat reaksi
dengan cara menurunkan energi aktivasi. Hasil penghabisannya akan sama dengan reaksi tanpa katalis.

Pada katalisis, reaksinya tidak berlangsung secara spontan, tapi menempuh substansi ketiga yang disebut dengan katalis. Tidak
seperti reagen yang lain yang ikut dalam reaksi kimia, katalis tidak ikut serta dalam reaksi itu sendiri, tapi mampu menghambat,
mematikan, atau menghancurkan menempuh anggota sekunder. Katalis mampu dipakai pada fase yang selisih (katalis heterogen)
maupun pada fase yang sama (katalis homogen) sebagai reaktan. Fungsi katalis hanyalah mempercepat reaksi - zat kimia yang
memperlambat reaksi disebut dengan inhibitor.[27][28] Substansi yang meningkatkan cara katalis disebut promoter, dan substansi yang
mematikan katalis disebut racun katalis. Sebuah reaksi kimia yang semestinya tidak bisa berlangsung karena energi aktivasinya
terlalu tinggi, bisa menjadi berlangsung karena kehadiran katalis ini.
Katalis heterogen pada umumnya padat dan berwujud bubuk supaya mampu memaksimalkan luas permukaan yang bereaksi. Zat-
zat yang penting pada katalisis heterogen di selangnya logam-logam grup platinum dan logam transisi yang lain. Zat-zat ini pada
umumnya dipakai pada hidrogenasi, pembentukan katalitik dan sintesis dari senyawa-senyawa kimia seperti asam
nitrat dan amonia. Asam adalah contoh dari katalis homogen, mereka meningkatkan nukleofilitas dari karbonil. Kelebihan dari
katalis homogen adalah gampang untuk dicampurkan dengan reaktannya, tapi kekurangannya adalah susah dipisahkan dari
produk penghabisannya. Oleh karena itu, katalis heterogen lebih dipilih di banyak anggota industri. [29]

Reaksi dalam kimia organik


Dalam kimia organik, banyak reaksi yang mampu terjadi yang melibatkan ikatan kovalen di selang atom karbon dan heteroatom
yang lain seperti oksigen, nitrogen, atau atom-atom halogen yang lain. Sebagian reaksi yang lebih spesifik akan dinyatakan di
bawah ini.

Substitusi

Dalam reaksi substitusi, sebuah gugus fungsi di dalam suatu senyawa kimia digantikan oleh gugus fungsi yang lain.[30] Reaksi ini
mampu dibedakan lagi menjadi sebagian subtipe yaitu nukleofilik, substitusi elektrofilik, atau substitusi radikal.

SN1 mechanism

SN2 mechanism

Pada tipe yang pertama, nukleofil, atom atau molekul yang memiliki kelebihan elektron sehingga bermuatan negatif, akan
menggantikan atom yang lain atau anggota yang lain dari molekul "substrat". Pasangan elektron nukleofil akan bersatu dengan
substrat membentuk ikatan baru, sedangkan gugus bebas akan bebas bersamaan dengan sebuah pasangan elektron. Nukleofil
sendiri mampu bermuatan netral atau positif, sedangkan substrat pada umumnya bermuatan positif atau netral. Contoh nukleofil
adalah ion hidroksida, alkoksida, amina, dan halida. Reaksi semacam ini pada umumnya ditemukan pada hidrokarbon alifatik dan
jarang ditemukan pada hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon aromatik memiliki rapatan elektron yang tingi dan hanya bisa
melangsungkan substitusi aromatik nukleofilik hanya dengan gugus penarik elektron yang sangat kuat. Substitusi nukleofilik
mampu berlangsung menempuh 2 mekanisme, Reaksi SN1 dan SN2. Menurut namanya, S singkatan dari substitusi, N singkatan dai
nukleofilik, dan, dan angka menunjukkan ordo kinetik reaksi, unimolekuler atau bimolekuler. [31]
3 tahap dalam Reaksi SN2. Nukleofil berwarna hijau dan gugus bebas berwarna merah

Reaksi SN2 menyebabkan inversi stereo (inversi Walden)

Reaksi SN1 berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertama, gugus bebas akan bebas dan membentuk karbokation. Tahap ini akan
disertai reaksi yang sangat cepat dengan nukleofil. [32]

Dalam mekanisme SN2, nukleofil akan membentuk tahap transisi dengan molekul yang bebas saja yang terlekang. Kedua
mekanisme ini selisih pada hasil stereokimianya. Reaksi SN1 menghasilkan adisi non-stereospesifik dan tidak menghasilkan
pusat chiral, melainkan dalam bangunan isomer geometri (cis/trans). Kebalikannya, inversi Warden-lah yang diteliti pada
mekanisme SN2.[33]

Substitusi elektrofilik merupakan kebalikan dari substitusi nukleofilik di mana atom atau molekul yang melepas, atau elektrofilnya,
mempunyai kerapatan elektron yang rendah sehingga bermuatan positif. Pada umumnya elektrofil ini adalah atom karbon dari
gugus karbonil, karbokation atau sulfur atau kation nitronium. Reaksi ini berlangsung pada hidrokarbon aromatik saja, sehingga
disebut substitusi aromatik elektrofilik. Serangan elektrofil akan membikin kompleks yang disebut sebagai σ-compleks, sebuah fase
transisi di mana sistem aromatiknya lenyap. Lalu, gugus bebas (biasanya proton), akan terpisah dan sifat kearomatikannya kembali.
Alternatif lain untuk substitusi aromatik adalah substitusi alifatik elektrofilik. Substitusi ini menyerupai dengan substitusi aromatik
elektrofilik dan juga mempunyai 2 tipe utama yaitu SE1 dan SE2[34]
Mekanisme dari substitusi aromatik elektrofilik

Adisi dan eliminasi

Adisi dan pasangannya eliminasi merupakan reaksi yang mengubah banyak substituen dalam atom karbon, dan membentuk ikatan
kovalen. Ikatan ganda dan tiga mampu dihasilkan dengan mengeliminasi gugus bebas yang cocok. Seperti substitusi nukleofilik,
mempunyai sebagian mekanisme reaksi yang mungkin terjadi. Dalam mekanisme E1, gugus bebas terlebih dahulu melepas dan
membentuk karbokation. Selanjutnya, pembentukan ikatan ganda terjadi menempuh eliminasi proton (deprotonasi). Dalam
mekanisme E1cb, urutan pelepasan terbalik: proton dieliminasi terlebih dahulu. Dalam mekanisme ini keterlibatan suatu basa harus
mempunyai.[35] Reaksi dalam eliminasi E1 maupun E1cb selalu bersaing dengan substitusi S N1 karena memiliki kondisi reaksi kondisi
yang sama.[36]

Eliminasi E1 eliminasi E1cb

Eliminasi E2
Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi gugus bebas berlangsung secara serentak
dan tidak menghasilkan zat selang ionik. Selisih dengan eliminasi E1, konfigurasi stereokimia yang selisih mampu dihasilkan dalam
reaksi yang memiliki mekanisme E2 karena basa akan lebih memfavoritkan eleminasi proton yang mempunyai pada posisi-anti
terhadap gugus bebas. Oleh karena kondisi dan reagen reaksi yang menyerupai, eliminasi E2 selalu bersaing dengan substitusi S N2.
[37]

Adisi elektrofilik hidrogen bromida

Kebalikan dari reaksi eliminasi adalah reaksi adisi. Pada reaksi adisi, ikatan rangkap dua atau rangkap tiga diubah menjadi ikatan
rangkap tunggal. Menyerupai dengan reaksi substitusi, mempunyai sebagian tipe dari adisi yang dibedakan dari partikel yang
mengadisi. Contohnya, pada adisi elektrofilik hidrogen bromida, sebuah elektrofil (proton) akan mengganti ikatan rangkap ganda
dan membentuk karbokation, lalu selanjutnya bereaksi dengan nukleofil (bromin). Karbokation mampu terbentuk di noda satu
ikatan rangkap tergantung dari gugus yang melekat di penghabisan. Konfigurasi yang lebih tepat mampu diprediksikan dengan
aturan Markovnikov.[38] Aturan Markovnikov mengatakan: "Pada adisi heterolitik dari sebuuah molekul polar pada alkena atau
alkuna, atom yang mempunyai keelektronegatifan yang akbar, maka akan terikat pada atom karbon yang mengikat atom hidrogen
yang lebih sedikit."[39]

Reaksi kimia organik yang lain

Penataan ulang dari 3-metil-1,5-heksadiena

Mekanisme dari reaksi Diels-Alder

Orbital overlap in a Diels-Alder reaction

Pada reaksi penataan ulang, kerangka karbon dari sebuah molekul disusun ulang sehingga membentuk isomer bentuk dari molekul
aslinya. Reaksi ini termasuk dengan [reaksi sigmatropik]] seperti penataan ulang Wagner-Meerwein, dimana gugus hidrogen, alkil,
atau aril berpindah-pindah tempat dari suatu atom karbon ke atom karbon yang lain. Biasanya reaksi penataan ulang adalah
pemutusan dan pembentukan ikatan karbon-karbon baru. Contoh lain dari reaksi ini adalah penataan ulang cope. [40]
Reaksi yang lain
 Isomerisasi, yang mana senyawa kimia menjalani penataan ulang bentuk tanpa perubahan pada komposisi atomnya
 Pembakaran, adalah sejenis reaksi redoks yang mana bahan-bahan yang mampu terbakar bergabung dengan unsur-unsur
oksidator, pada umumnya oksigen, untuk menghasilkan panas dan membentuk produk yang teroksidasi. Istilah
pembakaran pada umumnya dipakai untuk merujuk hanya pada oksidasi skala akbar pada semuanya molekul. Oksidasi
terkontrol hanya pada satu gugus fungsi tunggal tidak termasuk dalam anggota pembakaran.
C10H8+ 12 O2 → 10 CO2 + 4 H2O
CH2S + 6 F2 → CF4 + 2 HF + SF6
 Disproporsionasi, dengan satu reaktan membentuk dua macam produk yang selisih hanya pada kondisi oksidasinya.
2 Sn2+ → Sn + Sn4+

Kinetika kimia
Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi
berubah seiring dengan berlangsungnya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan memiliki banyak kegunaan, misalnya
dalam teknik kimia dan kajian kesetimbangan kimia. Laju reaksi secara mendasar tergantung pada:

 Konsentrasi reaktan, yang pada umumnya membikin reaksi berlangsung dengan lebih cepat apabila konsentrasinya
dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena peningkatan pertumbukan atom per satuan waktu,
 Luas permukaan yang tersedia untuk reaktan untuk saling berinteraksi, terutama reaktan padat dalam sistem heterogen.
Luas permukaan yang akbar akan meningkatkan laju reaksi.
 Tekanan, dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume antar molekul sehingga akan meningkatkan frekuensi
tumbukan molekul.
 Energi aktivasi, yang diberikan arti sebagai banyak energi yang diperlukan untuk membikin reaksi bermulai dan
berlangsung secara spontan. Energi aktivasi yang lebih tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan memerlukan lebih banyak
energi untuk memulai reaksi daripada reaksi yang berenergi aktivasi lebih rendah.
 Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal ini dikarenakan temperatur yang tinggi meningkatkan
energi molekul, sehingga meningkatkan tumbukan antar molekul per satuan waktu.
 Keberadaan ataupun ketiadaan katalis. Katalis adalah zat yang mengubah lintasan (mekanisme) suatu reaksi dan akan
meningkatkan laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi yang diperlukan supaya reaksi mampu berlangsung. Katalis
tidak dikonsumsi ataupun berubah selama reaksi, sehingga ia mampu dipakai kembali.
 Untuk sebagian reaksi, keberadaan radiasi elektromagnetik, utamanya ultraviolet, diperlukan untuk memutuskan ikatan
yang diperlukan supaya reaksi mampu bermulai. Hal ini utamanya terjadi pada reaksi yang melibatkan radikal.

Laju reaksi berkomunikasi dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Hubungan ini ditentukan oleh persamaan laju
tiap-tiap reaksi. Perlu diamati bahwa sebagian reaksi memiliki kelajuan yang tidak tergantung pada konsentrasi reaksi. Hal ini
disebut sebagai reaksi orde nol.

Reaksi biokimia
Ilustrasi dari cara enzim pada reaksi biokimia

Reaksi biokimia pada umumnya dikelola oleh enzim. Protein-protein ini hanya mampu mengkatalis satu macam reaksi yang
spesifik, sehingga reaksinya benar-benar mampu dikontrol. Reaksi ini berlangsung pada sisi aktif dari substrat. Reaksi katalisasi
enzim ini bergantung pada banyak hal, di selangnya adalah bangunan enzimnya, macam ikatannya, interaksi elektrostatik,
pemberian dan penerimaan proton (pada reaksi asam/basa), dan yang lain. [41]

Reaksi kimia yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup pada umumnya juga diketahui dengan sebutan metabolisme.
Diantara seluruh reaksi-reaksi ini, reaksi yang sangat penting adalah reaksi anabolisme, dimana DNA dan enzim-terkontrol
memproses pembentukan protein dan karbohidrat dari senyawa-senyawa yang lebih kecil.[42] Bioenergitika mempelajari sumber
energi untuk reaksi biokimia. Sumber energi yang sangat penting dalam reaksi ini adalah glukosa, yang dihasilkan tanaman
menempuh anggota fotosintesis. Seluruh organisme membutuhkan glukosa untuk memproduksi adenosin trifosfat (ATP), yang
dipakai makhluk hidup untuk menjalankan caranya.

Penggunaan reaksi kimia

Reaksi termit dipakai dalam anggota pengelasan.

Reaksi kimia sangat sering dipakai oleh para pandai teknik kimia untuk mensintesis senyawa baru dari sumber daya dunia mentah
di dunia, seperti minyak bumi dan bijih-bijih mineral. Merupakan suatu hal yang penting untuk membikin reaksi yang seefisien
mungkin, memaksimalkan hasil yang bisa diperoleh dan meminimalkan reagen yang dipakai, energi masuk dan energi
keluar. Katalis pada umumnya dipakai untuk mengurangi energi aktivasi sehingga meningkatkan laju reaksinya. [43][44]

Sebagian reaksi yang spesifik mempunyai penggunaan yang khusus. Misalnya, reaksi termit dipakai untuk menghasilkan cahaya
dan panas pada piroteknik dan pengelasan. Meskipun reaksi ini lebih persangkaan sulit dikontrol daripada reakai-reaksi
sebelumnua, tapi alat-alat yang dibutuhkan jauh lebih sedikit dan hingga saat ini sedang dipakai untuk membetulkan jalur-jalur
kereta api di tempat-tempat terpelosok.[45]
Lihat pula
 Reaksi organik
 Reaksi kimia anorganik
 Stoikiometri
 Teori kondisi transisi
 Stoikiometri gas
 Reaksi autokatalitik
 Coefficients
 Q values
 Reaksi endoterm
 Reaksi eksoterm

Bacaan lanjutan
 Is This Reaction a Substitution, Oxidation-Reduction, or Transfer? / N.S.Imyanitov. J. Chem. Educ. 1993, 70(1), 14 – 16.

Pustaka
1. ^ International Union of Pure and Applied Chemistry. "chemical reaction". Compendium of Chemical Terminology Internet edition.
2. ^ Weyer, Jost (1973). "Neuere Interpretationsmglichkeiten der Alchemie". Chemie in unserer Zeit (in German) 7 (6):
177. doi:10.1002/ciuz.19730070604. 
3. ^ Leonard J. Friedman & Samantha J. Friedman The History of the Contact Sulfuric Acid Process, Acid Engineering & Consulting, Inc.
Boca Raton, Florida
4. ^ John E. Lesch The German chemical industry in the twentieth century, Springer, 2000, ISBN 0-7923-6487-2 p. 170
5. ^ Brock, pp. 34–55
6. ^ Brock, pp. 104–107
7. ^ International Union of Pure and Applied Chemistry. "chemical reaction equation". Compendium of Chemical Terminology Internet
edition.
8. ^ Corey, E. J. (1988). "Robert Robinson Lecture. Retrosynthetic thinking?essentials and examples". Chemical Society Reviews 17:
111. doi:10.1039/CS9881700111. 
9. ^ International Union of Pure and Applied Chemistry. "elementary reaction". Compendium of Chemical Terminology Internet edition.
10. ^ Gernot Frenking: Elementarreaktionen. In: Römpp Chemie-Lexikon, Thieme, 2006
11. ^ a b Christophe Dugave Cis-trans isomerization in biochemistry, Wiley-VCH, 2006 ISBN 3-527-31304-4 p. 56
12. ^ Atkins, pp. 106–108
13. ^ Wiberg, pp. 810–811
14. ^ Atkins, p. 150
15. ^ a b c To react or not to react?. Utah State Office of Education. Retrieved 4 June 2011.
16. ^ a b Six Types of Chemical Reactions – MrGuch ChemFiesta.
17. ^ Christian B. Anfinsen Advances in protein chemistry, Academic Press, 1991 ISBN 0-12-034242-1 p. 7
18. ^ A. G. Sykes Advances in Inorganic Chemistry, Volume 36, Academic Press, 1991 ISBN 0-12-023636-2 p. 359
19. ^ Wiberg, pp. 289–290
20. ^ Wiberg, p. 409
21. ^ International Union of Pure and Applied Chemistry. "conjugate acid–base pair". Compendium of Chemical Terminology Internet
edition.
22. ^ International Union of Pure and Applied Chemistry. "precipitation". Compendium of Chemical Terminology Internet edition.
23. ^ Jörg Wingender, Stefanie Ortanderl Ausfällung. In: Römpp Chemie-Lexikon., Thieme, July 2009
24. ^ Ralf Alsfasser, Erwin Riedel, C Janiak, HJ Meyer Modern Inorganic Chemistry. 3. Edition. de Gruyter, 2007, ISBN 978-3-11-019060-
1, p. 171
25. ^ Atkins, pp. 937–950
26. ^ David Stanley Saunders Insect clocks, Elsevier, 2002, ISBN 0-444-50407-9 p. 179
27. ^ International Union of Pure and Applied Chemistry. "catalyst". Compendium of Chemical Terminology Internet edition.
28. ^ International Union of Pure and Applied Chemistry. "inhibitor". Compendium of Chemical Terminology Internet edition.
29. ^ Christoph Elschenbroich: Organometallchemie. 6th edition, Wiesbaden, 2008, ISBN 978-3-8351-0167-8, p. 263
30. ^ March, Jerry (1985). Advanced Organic Chemistry, Reactions, Mechanisms and Structure  (third Edition ed.). John Wiley &
Sons. ISBN 0-471-85472-7. 
31. ^ S. R. Hartshorn, Aliphatic Nucleophilic Substitution, Cambridge University Press, London, 1973. ISBN 0-521-09801-7 pp. 1 ff
32. ^ Leslie C. Bateman, Mervyn G. Church, Edward D. Hughes, Christopher K. Ingold and Nazeer Ahmed Taher (1940). "188. Mechanism
of substitution at a saturated carbon atom. Part XXIII. A kinetic demonstration of the unimolecular solvolysis of alkyl halides. (Section E)
a general discussion". Journal of the Chemical Society: 979. doi:10.1039/JR9400000979. 
33. ^ Brückner, pp. 63–77
34. ^ Brückner, pp. 203–206
35. ^ Brückner, hal. 192
36. ^ Brückner, hal. 183
37. ^ Brückner, hal. 172
38. ^ Wiberg, pp. 950, 1602
39. ^ International Union of Pure and Applied Chemistry. "Markownikoff rule". Compendium of Chemical Terminology Internet edition.
40. ^ Marye Anne Fox, James K. Whitesell Organic chemistry, 2004, ISBN 0-7637-2197-2 p. 699
41. ^ Peter Karlson , Detlef Doenecke, Jan Koolman, Georg Fuchs, Wolfgang Gerok. Karlson Biochemistry and Pathobiochemistry, 16th
edition, Georg Thieme, 2005, ISBN 978-3-13-357815-8, pp. 55–56
42. ^ International Union of Pure and Applied Chemistry. "anabolism". Compendium of Chemical Terminology Internet edition.
43. ^ Gerhard Emig, Elias Klemm. Technical Chemistry. 5th edition, Springer, 2005, ISBN 978-3-540-23452-4, pp. 33–34
44. ^ Trost, B. (1991). "The atom economy—a search for synthetic efficiency". Science 254 (5037): 1471. doi:10.1126/science.1962206.
PMID 1962206. 
45. ^ John J. McKetta, Guy E Weismantel Encyclopedia of Chemical Processing and Design: Volume 67 – Water and Wastewater Treatment:
Protective Coating Systems to Zeolite, Volume 67, CRC Press, 1999 ISBN 0-8247-2618-9, p. 109

Bibliografi
 Atkins, Peter W. and Julio de Paula Physical Chemistry, 4th Edition, Wiley-VCH, Weinheim 2006, ISBN 978-3-527-31546-
8
 Brock, William H. Viewegs Geschichte der Chemie. Vieweg, Braunschweig 1997, ISBN 3-540-67033-5.
 Brückner, Reinhard Reaktionsmechanismen. 3rd ed., Spektrum Akademischer Verlag, München 2004, ISBN 3-8274-1579-
9
 Wiberg, Egon, Wiberg, Nils and Holleman, Arnold Frederick Inorganic chemistry, Academic Press, 2001 ISBN 0-12-
352651-5

Anda mungkin juga menyukai