Anda di halaman 1dari 10

Reaksi reduksi dan oksidasi banyak terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, seperti reaksi

pembakaran, pembuatan cuka dari alkohol, peristiwa pemecahan glukosa di dalam tubuh,
perkaratan besi, reaksi penyepuhan, dan masih banyak lagi.

Contoh dapam kehidupan sehari-hari ketika memasak makanan menggunakan kompor gas.
Pernahkah Anda berpikir, bagaimana gas elpiji (LPG) dalam tabung dapat berubah menjadi
nyala api biru?
Komponen utama LPG adalah gas propana dan butana. Ketika kompor dihidupkan maka gas
dalam tabung mengalir dan bereaksi dengan gas oksigen dari udara menghasilkan energi panas
berupa nyala api biru yang digunakan untuk memasak makanan. Disamping itu juga dihasilkan
gas karbon dioksida dan uap air. Pembakaran gas elpiji dengan oksigen pada kompor terjadi
reaksi oksidasi, yaitu reaksi suatu zat dengan oksigen. Dalam tubuh kita juga terjadi reaksi
oksidasi, dimana makanan yang kita makan bereaksi dengan oksigen menghasilkan energi bagi
tubuh untuk bergerak.

Sebaliknya, proses fotosintesis pada tumbuhan terjadi reaksi pelepasan oksigen maka disebut
reaksi reduksi. Reaksi terjadi dengan bantuan energi dari sinar matahari.

A. Perkembangan Konsep Reaksi Reduksi dan Oksidasi

Reaksi reduksi dan oksidasi merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Mengapa? Karena reaksi
reduksi dan reaksi oksidasi terjadi secara bersamaan saat suatu reaksi sedang berlangsung.
Terdapat tiga konsep dasar redoks, yaitu: (1) pengikatan dan pelepasan oksigen; (2) pengikatan
dan pelepasan elektron; dan (3) perubahan bilangan oksidasi.

1. Pengikatan dan pelepasan oksigen


Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa dalam tabung elpiji terkandung campuran gas
propana dan butana. Jika gas dalam tabung dialirkan melalui slang ke kompor gas maka terjadi
nyala api warna biru pada kompor karena gas propana dan butana mudah terbakar atau bereaksi
dengan gas oksigen.
Peristiwa terbakar atau bereaksinya gas propana dan butana dengan gas oksigen disebut reaksi
oksidasi. Jika terbakar sempurna, reaksi pembakaran propana dan butana dengan oksigen adalah
sebagai berikut.

C๚H๟ + 5O ๙ → 3CO ๙ + 4H ๙ O + panas

propana + oksigen → karbon dioksida + uap air + energi

C๛H ๘๗ + 6¹⁄๙ O ๙ → 4CO ๙ + 5H ๙ O + energi (panas)

butana + oksigen → karbon dioksida + uap air + panas

Energi yang dihasilkan berupa panas digunakan untuk memasak makanan.


Reaksi pengikatan oksigen juga terjadi pada proses perkaratan besi. Logam besi yang ber ikatan
dengan gas oksigen akan membentuk karat besi (Fe๜O๝). Persamaan kimia reaksi perkaratan
besi adalah:

Fe ๙(s) + O ๙(g) → Fe ๙ O๚(s)

Sebaliknya, perhatikan Gambar 3 proses fotosintesis pada daun tumbuhan. Pada proses
fotosintesis dengan bantuan sinar matahari terjadi reaksi pelepasan oksigen. Reaksinya sebagai
berikut:

Dari contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa reaksi reduksi adalah peristiwa pelepasan
atau menghasilkan oksigen dari suatu zat. Reaksi oksidasi adalah peristiwa beraksinya suatu zat
dengan oksigen.

3. Pengikatan dan pelepasan elektron

Ketika kita memasak agar makanan menjadi terasa sedap maka diberi garam dapur. Garam
dapur adalah sejenis mineral yang membuat rasa asin. Biasanya garam dapur yang tersedia
secara umum dihasilkan dari air laut. Nama kimia Garam dapur adalah natrium klorida dan
rumus kimia NaCl. Pernahkan Anda berpikir bagaimana proses pembentukan garam dapur?
Pembentukan garam dapur melibatkan pengikatan dan pelepasan elektron sehingga terjadi
reaksi redoks. Adapun reaksinya, sebagai berikut:

Dapat disimpulkan bahwa Reaksi reduksi adalah reaksi yang terkait dengan penerimaan elektron
oleh suatu atom. Gas Klorin (Cl) yang menerima elektron atau mengalami reaksi reduksi
sehingga menyebabkan zat lain teroksidasi, disebut oksidator.
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang terkait dengan pelepasan elektron oleh suatu atom. Logam
Natrium (Na) yang melepaskan elektron atau mengalami reaksi oksidasi sehingga menyebabkan
zat lain tereduksi disebut reduktor.

3. Perubahan bilangan oksidasi

Bilangan oksidasi didefi nisikan sebagai muatan imajiner suatu atom dalam senyawa, bila
distribusi elektron di sekitar atom tersebut diperhitungkan berdasarkan nilai
keelektronegatifan. Sifat keelektronegatifan ini dapat dilihat kembali pada Sistem Periodik Unsur
Kelas X. Contoh perubahan bilangan oksidasi dapat dipahami dari pengolahan biji besi melalui
reaksi berikut.

Proses yang terjadi pada pengolahan biji besi sebagai berikut.


a. Fe mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +3 pada Fe๜O๝ menjadi 0 pada 2 Fe maka
terjadi reaksi reduksi.
b. C mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari +2 pada 3CO๜ menjadi +4 pada CO๜ maka
terjadi reaksi oksidasi.
c. Oksidator adalah Fe๜O๝(s) karena mengalami reduksi atau penurunan bilangan oksidasi
(biloks).
d. Reduktor adalah 3CO(g) karena mengalami ok sidasi atau kenaikan bilangan oksidasi (biloks).
Reaksi reduksi adalah peristiwa yang mengalami penurunan atau pengurangan bilangan
oksidasi. Reaksi oksidasi adalah peristiwa mengalami kenaikan atau penambahan bilangan
oksidasi.

B. Bilangan Oksidasi

C. Penyetaraan Persamaan Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Perlu Anda ketahui bahwa reaksi redoks biasanya sangat kompleks sehingga metode penyetaraan
persamaan reaksi kimia biasa tidak dapat diterapkan dengan baik. Penyetaraan reaksi pada
dasarnya adalah menyeimbangkan atau menyamakan jumlah atom dan muatannya sebelum dan
sesudah reaksi.
Reaksi redoks yang sederhana kita dapat menebak koefi sien masing-masing secara langsung.
Reaksi redoks yang rumit dapat disetarakan dengan (a) metode setengah reaksi dan (b) metode
bilangan oksidasi. Silahkan Anda bandingkan antara dua metode tersebut.

1. Metode Setengah Reaksi

Metode setengah reaksi adalah metode persamaan redoks yang belum setara diubah menjadi
persamaan ion dan kemudian dipecah menjadi dua reaksi paruh, yaitu reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi. Setiap reaksi paruh ini disetarakan secara terpisah kemudian digabungkan kembali untuk
menghasilkan ion yang telah disetarakan. Akhirnya, ion-ion pengamat kembali dimasukkan ke
persamaan ion yang telah disetarakan, mengubah reaksi menjadi bentuk molekulnya.

Prinsip penyetaraan reaksi redoks dengan setengah reaksi adalah menyetarakan jumlah elektron
pada kedua reaksi, reduksi dan oksidasi. Khusus dilakukan untuk reaksi-reaksi dengan kondisi
rekasi yang diketahui (suasana asam atau suasana basa). Berikut, cara penyetaraan redoks
setengah reaksi:

a. Tahap 1 : Tuliskan setengah reaksi untuk kedua zat yang akan direaksikan.

b. Tahap 2 : Setarakan unsur yang mengalami perubahan biloks.

c. Tahap 3 : Tambahkan satu molekul H๜O pada:

1) Suasana asam: pada yang kekurangan atom O

2) Suasana basa: pada yang kelebihan atom O

d. Tahap 4 : Setarakan atom hidrogen dengan cara:

1) Suasana asam: dengan menambahkan ion H+


2) Suasana basa: dengan menambahkan ion OH–

e. Tahap 5 : Setarakan muatan dengan menambahkan elektron

f. Tahap 6 : Samakan jumlah elektron yang diterima dengan yang dilepas kan, kemudian

jum lahkan

Contoh soal menyetarakan redoks setengah reaksi dalam suasana asam

2. Perubahan Bilangan Oksidasi

Prinsip penyetaraan reaksi redoks dengan perubahan bilangan oksidasi (biloks) adalah dengan
cara melihat perubahan dan menyamakan bilangan oksidasi. Suasana reaksi pada acara ini tidak
begitu mempengaruhi, meskipun suasana reaksi belum diketahui. Langkah-langkah penyetaraan
berdasarkan perubahan bilangan oksidasi sebagai berikut:

Tahap 1 : Setarakan unsur yang mengalami perubahan biloks.

Tahap 2 : Tentukan biloks masing-masing unsur yang mengalami perubahan biloks.

Tahap 3 : Tentukan perubahan biloks.

Tahap 4 : Samakan kedua perubahan biloks.

Tahap 5 : Tentukan jumlah muatan di ruas kiri dan di ruas kanan.

Tahap 6 : Setarakan muatan, dengan cara:

a) Jika muatan di sebelah kiri lebih negatif, maka ditambahkan ion H+. Ini berarti

reaksi dengan suasana asam.

b) Jika muatan di sebelah kiri lebih positif, maka ditambahkan ion OH-. Ini berarti

reaksi dengan suasana basa.

Tahap 7 : Setarakan hidrogen dengan menambahkan H2O.

Setelah mengetahui cara penyetaraan redoks dengan perubahan bilangan oksidasi, maka cermati
dan pahami contoh soal berikut ini.
DARI BUKU CHANG

Menyeimbangkan Persamaan Redoks Persamaan untuk reaksi redoks seperti sebelumnya relatif
mudah untuk diseimbangkan. Namun demikian, di laboratorium kami sering menjumpai reaksi
redoks yang lebih kompleks yang melibatkan oksoanion seperti kromat (Cro), dikromat (Cr, 0),
permanganate (MnO,), nitrat (NO,), dan sulfat (SO). Pada prinsipnya, kita dapat
menyeimbangkan persamaan redoks menggunakan prosedur yang dijelaskan di Bagian 3.7, tetapi
ada beberapa teknik khusus untuk menangani reaksi redoks, teknik yang juga memberi kita
pemahaman tentang proses transfer elektron. Di sini kita akan membahas salah satu prosedur
tersebut, yang disebut metode ion-elektron. Dalam pendekatan ini, reaksi keseluruhan dibagi
menjadi dua reaksi setengah, satu untuk oksidasi dan satu untuk reduksi. Persamaan untuk dua
reaksi setengah diseimbangkan secara terpisah dan kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan
persamaan yang seimbang secara keseluruhan. Misalkan kita diminta untuk menyeimbangkan
persamaan yang menunjukkan oksidasi ion Fe * menjadi ion Fe * dengan ion dikromat (Cr, O;)
dalam media asam. Akibatnya, ion Cr, O direduksi menjadi ion Cr *. Langkah-langkah berikut
akan membantu kita menyeimbangkan persamaan. Langkah 1: Tuliskan persamaan tak
seimbang untuk reaksi dalam bentuk ion. Fe? + + Cr, 0 → Fe * + Cr * Langkah 2: Pisahkan
persamaan menjadi dua reaksi setengah. Oksidasi: Fe * +6 +3 Reduksi: Cr, 0; > Cr Langkah 3:
Setarakan setiap setengah reaksi untuk jumlah dan jenis atom dan muatan. Untuk reaksi dalam
media asam, tambahkan H, 0 untuk menyeimbangkan atom O dan H untuk menyeimbangkan
atom H. Oksidasi setengah reaksi: Atom sudah seimbang. Untuk menyeimbangkan muatan, kita
menambahkan satu elektron ke sisi kanan panah: Fe2 + Fe + + e

Reduksi setengah reaksi: Karena reaksi berlangsung dalam media asam, kita menambahkan tujuh
molekul H, O ke sisi kanan panah untuk menyeimbangkan atom O: Cr, 0 2Cr ** + 7H, 0 Untuk
menyeimbangkan Atom H, kita tambahkan 14 ion H * di sisi kiri: 14H + Cr, 0 → 2Cr ** + 7H,
O Sekarang ada 12 muatan positif di sisi kiri dan hanya enam muatan positif di sisi kanan- sisi
tangan. Oleh karena itu, kita menambahkan enam elektron di kiri 14H + Cr, O + 6e 2Cr ** +
7H, O Langkah 4: Tambahkan dua persamaan setengah dan setarakan persamaan akhir dengan
inspeksi. Elektron di kedua sisi harus saling meniadakan. Jika setengah reaksi oksidasi dan
reduksi mengandung jumlah elektron yang berbeda, kita perlu mengalikan satu atau kedua
setengah reaksi untuk menyamakan jumlah elektron. Di sini kita hanya memiliki satu elektron
untuk oksidasi setengah reaksi dan enam elektron untuk setengah reaksi reduksi, jadi kita perlu
mengalikan oksidasi setengah reaksi dengan 6 dan menulis Fe * + e) 6 (Fe2 + 14H + Cr, O + 6e
2Cr * + 7H, 0 6FE2 + + 14H * + Cr, 0 + 6e → 6Fe + + 2Cr * + 7H, 0 + 6e Elektron di kedua sisi
saling meniadakan, dan kita mendapatkan persamaan ionik bersih yang seimbang: 6FE2 + + 14H
+ Cr, O 6Fe + + 2Cr * + 7H; O Langkah 5: Pastikan persamaan tersebut mengandung jenis dan
jumlah atom yang sama dan muatan yang sama di kedua sisi persamaan. Pemeriksaan terakhir
menunjukkan bahwa persamaan yang dihasilkan adalah "secara atomik" dan "elektrik"
seimbang. Untuk reaksi dalam media basa, kita lanjutkan melalui langkah 4 seolah-olah reaksi
dilakukan dalam media asam. Kemudian, untuk setiap ion H kita menambahkan jumlah ion OH
yang sama ke kedua sisi persamaan. Dimana ion H dan OH muncul pada sisi persamaan yang
sama, kita gabungkan ion-ion tersebut untuk menghasilkan H, O. Contoh 19.1 menggambarkan
prosedur ini.
4.4 Reaksi Reduksi-Oksidasi Sedangkan reaksi asam-basa dapat dikarakterisasi sebagai proses
transfer proton, kelas reaksi yang disebut reaksi reduksi oksidasi, atau redoks, dianggap sebagai
reaksi transfer elektron. Reaksi reduksi oksidasi adalah bagian dari dunia sekitar kita. Mulai
dari pembakaran bahan bakar fosil hingga tindakan pemutih rumah tangga. Selain itu, sebagian
besar unsur logam dan non logam diperoleh dari bijihnya melalui proses oksidasi atau reduksi.
Banyak reaksi redoks penting terjadi dalam air, tetapi tidak semua reaksi redoks terjadi dalam
larutan air. Kami memulai diskusi kami dengan reaksi di mana dua elemen bergabung untuk
membentuk senyawa. Pertimbangkan pembentukan magnesium oksida (MgO) dari magnesium
dan oksigen (Gambar 4.9): 2Mg (s) + O2 (g) → 2MGO (s) Magnesium oksida (MgO) adalah
senyawa ionik yang terdiri dari ion Mg * dan O. Dalam reaksi ini, dua atom Mg melepaskan
atau mentransfer empat elektron menjadi dua atom O (dalam O2). Untuk memudahkan, kita
dapat menganggap proses ini sebagai dua langkah terpisah, yang pertama melibatkan hilangnya
empat elektron oleh dua atom Mg dan yang lainnya adalah perolehan empat elektron oleh O,
molekul: 2Mg → 2Mg * + 4e O, + 4e 20 Setiap langkah ini disebut setengah reaksi, yang secara
eksplisit menunjukkan elektron yang terlibat dalam reaksi redoks. Jumlah setengah reaksi
memberikan reaksi keseluruhan: 2Mg + O, + 4e → 2Mg + + 202- + 4e atau, jika kita
menghilangkan elektron yang muncul di kedua sisi persamaan, 2Mg + 02 - → 2MG² * + 2o² -
Terakhir, ion Mg * dan O bergabung membentuk MgO: 2MG² + + 202- 2MgO>

Reaksi oksidasi merujuk pada setengah reaksi yang melibatkan hilangnya elektron. Kimiawan
awalnya menggunakan "oksidasi" untuk menunjukkan kombinasi unsur-unsur dengan oksigen.
Namun, sekarang memiliki arti yang lebih luas yang mencakup reaksi yang tidak melibatkan
oksigen. Reaksi reduksi adalah reaksi setengah yang melibatkan perolehan elektron. Dalam
pembentukan magnesium oksida, magnesium teroksidasi. Ini dikatakan bertindak sebagai agen
pereduksi karena menyumbangkan elektron ke oksigen dan menyebabkan oksigen berkurang.
Oksigen berkurang dan bertindak sebagai oksidator karena ia menerima elektron dari
magnesium, menyebabkan magnesium teroksidasi. Perhatikan bahwa tingkat oksidasi dalam
reaksi redoks harus sama dengan tingkat reduksi; artinya, jumlah elektron yang hilang oleh zat
pereduksi harus sama dengan jumlah elektron yang diperoleh zat pengoksidasi. Terjadinya
transfer elektron lebih terlihat pada beberapa reaksi redoks daripada yang lain. Ketika logam
seng ditambahkan ke larutan yang mengandung tembaga (II) sulfat (CUSO,), seng mereduksi Cu
** dengan mendonasikan dua elektron padanya: Zn (s) + CuSO, (aq) → ZnSO (aq) + Cu (s) )
Dalam prosesnya, larutan kehilangan warna biru yang mencirikan keberadaan ion Cu * terhidrasi
(Gambar 4.10): Zn (s) + Cu * (ag) → Zn "(aq) + Cu (s) Oksidasi dan reduksi setengah reaksi
adalah Zn → Zn? + + 2e Cu + + 2e Cu Demikian pula, logam tembaga mereduksi ion perak
dalam larutan perak nitrat (AgNO,): Cu (s) + 2A9NO; (aq) → Cu (NO,) 2 (aq) + 2Ag (s) atau
Cu (s) + 2Ag * (aq) → Cu * (aq) + 2Ag (s)

Bilangan Oksidasi Definisi oksidasi dan reduksi dalam istilah kehilangan dan perolehan elektron
berlaku untuk pembentukan senyawa ionik seperti MgO dan reduksi ion Cu oleh Zn. Namun,
definisi ini tidak secara akurat mencirikan pembentukan hidrogen klorida (HCI) dan sulfur
dioksida (SO2): H2 (g) + Cl2 (g) S (s) + O2 (g) 2HC1 (g) → SO: (g) ) Karena HCl dan SO,
bukan senyawa ionik tetapi molekul, tidak ada elektron yang ditransfer secara aktual dalam
pembentukan senyawa ini, seperti dalam kasus MgO. Namun demikian, ahli kimia merasa
nyaman untuk memperlakukan reaksi ini sebagai reaksi redoks karena pengukuran eksperimental
menunjukkan bahwa ada transfer sebagian elektron (dari H ke Cl di HCI dan dari S ke O di SO,).
Untuk melacak elektron dalam reaksi redoks, sangat berguna untuk menetapkan bilangan
oksidasi ke reaktan dan produk. Bilangan oksidasi atom, juga disebut bilangan oksidasi,
menandakan jumlah muatan yang dimiliki atom dalam molekul (atau senyawa ionik) jika
elektron ditransfer sepenuhnya. Untuk

Sebagai contoh, kita dapat menulis ulang persamaan sebelumnya untuk pembentukan HCI dan
dengan demikian, sebagai berikut: + 1-1 H2 (g) + Clhig) 2HCKg) 4-2 S (s) + Og) - SO- (g)
Angka-angka di atas simbol elemen adalah bilangan oksidasi. Dalam kedua reaksi yang
ditunjukkan, tidak ada muatan pada atom dalam molekul reaktan. Jadi, bilangan oksidasinya nol.
Akan tetapi, untuk molekul produk, diasumsikan bahwa transfer elektron lengkap telah terjadi
dan atom telah memperoleh atau kehilangan elektron. Bilangan oksidasi mencerminkan jumlah
elektron yang "ditransfer". Bilangan oksidasi memungkinkan kita untuk mengidentifikasi unsur-
unsur yang teroksidasi dan tereduksi secara sekilas. Unsur-unsur yang menunjukkan
peningkatan bilangan oksidasi-hidrogen dan belerang dalam contoh sebelumnya teroksidasi.
Klorin dan oksigen berkurang, sehingga bilangan oksidasinya menunjukkan penurunan dari nilai
awalnya. Perhatikan bahwa jumlahnya

bilangan oksidasi H dan Cl dalam HCI (+1 dan -1) adalah nol. Begitu pula, jika kita
menjumlahkan muatan pada S (+4) dan dua atom O [2 x (-2)], totalnya adalah nol. Penyebabnya
adalah HCI dan SO, molekulnya netral, sehingga muatan harus ditiadakan. Kami menggunakan
aturan berikut untuk menetapkan bilangan oksidasi: 1. Dalam unsur bebas (yaitu, dalam keadaan
tidak tergabung), setiap atom memiliki bilangan oksidasi nol. Jadi, setiap atom dalam H2, Br2,
Na, Be, K, O2, dan Pa memiliki bilangan oksidasi yang sama: nol. 2. Untuk ion yang hanya
terdiri dari satu atom (yaitu, ion monatomik), bilangan oksidasinya sama dengan muatan pada
ion tersebut. Jadi, ion Li * memiliki bilangan oksidasi +1; Ion Ba, +2; Fe ** ion, +3; Saya ion,
-1; 0 ion, -2; dan seterusnya. Semua logam alkali memiliki bilangan oksidasi +1 dan semua
logam alkali tanah memiliki bilangan oksidasi +2 dalam senyawanya. Aluminium memiliki
bilangan oksidasi +3 di semua senyawanya. 3. Bilangan oksidasi oksigen pada sebagian besar
senyawa (misalnya, MgO dan H, O) adalah -2, tetapi pada hidrogen peroksida (H, O2) dan ion
peroksida (O), adalah -1. Bilangan oksidasi hidrogen adalah +1, kecuali jika hidrogen terikat
pada logam dalam senyawa biner. Dalam kasus ini (misalnya, LiH, NaH, CaH2), bilangan
oksidasinya 4. adalah -1. Fluor memiliki bilangan oksidasi -1 di semua senyawanya. Halogen
lain (CI, Br, dan I) memiliki bilangan oksidasi negatif jika terjadi sebagai ion halida dalam
senyawanya. Ketika dikombinasikan dengan oksigen-misalnya dalam asam okso dan oksoanion
(lihat Bagian 2.7) -memiliki bilangan oksidasi positif. 5. Dalam molekul netral, jumlah bilangan
oksidasi dari semua atom harus nol. Dalam ion poliatomik, jumlah bilangan oksidasi semua
unsur dalam ion harus sama dengan muatan bersih ion. Misalnya, dalam ion amunium, NH,
bilangan oksidasi N adalah -3 dan H adalah +1. Jadi jumlah bilangan oksidasi adalah -3 + 4 (+1)
= +1, yang sama dengan muatan bersih ion. 6. 7. Bilangan oksidasi tidak harus bilangan bulat.
Misalnya, jumlah oksidasi O dalam ion superoksida, O ,, adalah -. Kami menerapkan aturan
sebelumnya untuk menetapkan bilangan oksidasi dalam Contoh 4.4.

Gambar 4.11 menunjukkan bilangan oksidasi yang diketahui dari unsur-unsur yang dikenal, yang
disusun menurut posisinya dalam tabel periodik. Isi gambar ini dapat diringkas sebagai berikut:
Unsur logam hanya memiliki bilangan oksidasi positif, sedangkan unsur bukan logam dapat
memiliki bilangan oksidasi positif atau negatif. Bilangan oksidasi tertinggi yang dapat dimiliki
suatu elemen dalam Grup IA-7A adalah nomor grupnya. Misalnya, halogen berada di Golongan
7A, jadi kemungkinan bilangan oksidasi tertinggi adalah +7. Logam transisi (Grup 1B, 3B-8B)
biasanya memiliki beberapa kemungkinan bilangan oksidasi. Jenis Reaksi Redoks Di antara
reaksi reduksi oksidasi yang paling umum adalah reaksi kombinasi, dekomposisi, pembakaran,
dan perpindahan. Jenis yang lebih terlibat disebut reaksi disproporsi, yang juga akan dibahas di
bagian ini. Reaksi Kombinasi Reaksi kombinasi adalah reaksi di mana dua atau lebih zat
bergabung membentuk satu produk. Gambar 4.12 menunjukkan beberapa reaksi kombinasi.
Misalnya, + 4-2 S (s) + O, (g) SO- (g) +3 -1 2Al (s) + 3Bra (1) → 2AIBR3 (s)

Reaksi Dekomposisi Reaksi dekomposisi adalah kebalikan dari reaksi kombinasi. Secara
khusus, reaksi dekomposisi adalah pemecahan suatu senyawa menjadi dua atau lebih komponen
(Gambar 4.13). Misalnya, +2 -2 2HgO (s) 2Hg () + O (g) + 5-2 2KCIO, (s) 2KCI (s) + 30, (g)
2NaH (s) 2Na (s) + H (g) Reaksi Pembakaran Reaksi pembakaran adalah reaksi dimana suatu
zat bereaksi dengan oksigen, biasanya dengan pelepasan panas dan cahaya untuk menghasilkan
nyala api. Reaksi antara magne- sium dan sulfur dengan oksigen yang dijelaskan sebelumnya
adalah reaksi pembakaran. Contoh lain adalah pembakaran propana (C, H,), komponen gas alam
yang digunakan untuk pemanas dan memasak rumah tangga: C, H, (g) + 50: (g) 3CO: (g) + 4H;
0 (1) Penetapan bilangan oksidasi ke atom C dalam senyawa organik lebih terlibat. Sini. kita
hanya fokus pada bilangan oksidasi atom O, yang berubah dari 0 menjadi -2 Reaksi Perpindahan
Dalam reaksi perpindahan, sebuah ion (atau atom) dalam suatu senyawa digantikan oleh ion
(atau atom) dari unsur lain: Sebagian besar reaksi perpindahan cocok dengan salah satu dari tiga
subkategori: perpindahan hidrogen, perpindahan logam, atau perpindahan halogen. 1.
Pemindahan Hidrogen. Semua logam alkali dan beberapa logam alkali batu (Ca, Sr, dan Ba),
yang merupakan unsur logam paling reaktif, akan menggantikan hidogen dari air dingin (Gambar
4.14): 2Na (s) + 2H; 0 () 2NaOH (aq) + H; (g) Ca (s) + 2H, 0 () Ca (OH), (s) + H, (g)
Banyak logam, termasuk yang tidak bereaksi dengan air, mampu menggantikan hidrogen dari
asam. Misalnya seng (Zn) dan magnesium (Mg) tidak bereaksi dengan air dingin tetapi bereaksi
dengan asam klorida, sebagai berikut: +1 +2 Zn (s) + 2HCI (aq) ZnCl: (aq) + H (g ) +1 +2 Mg
(s) + 2HCI (aq) - MgCl, (aq) + H (g) Gambar 4.15 menunjukkan reaksi antara asam klorida
(HCI) dan besi (Fe), seng (Zn), dan magnesium ( Mg). Reaksi ini digunakan untuk menyiapkan
gas hidrogen di laboratorium. 2. Pemindahan Logam. Logam dalam suatu senyawa dapat
digantikan oleh logam lain dalam keadaan unsur. Kita telah melihat contoh seng yang
menggantikan ion tembaga dan tembaga menggantikan ion perak (lihat hlm. 137). Membalikkan
peran logam tidak akan menghasilkan reaksi. Jadi, logam tembaga tidak akan menggantikan ion
seng dari seng sulfat, dan logam perak tidak akan menggantikan ion tembaga dari tembaga nitrat.
Cara mudah untuk memprediksi apakah reaksi perpindahan logam atau hidrogen benar-benar
akan terjadi adalah dengan mengacu pada rangkaian aktivitas (terkadang disebut deret
elektrokimia), yang ditunjukkan pada Gambar 4.16. Pada dasarnya, rangkaian aktivitas adalah
ringkasan hasil dari banyak kemungkinan reaksi perpindahan yang serupa dengan yang telah
dibahas. Menurut deret ini, logam apa pun di atas hidrogen akan menggantikannya dari air atau
dari asam, tetapi logam di bawah hidrogen tidak akan bereaksi dengan air atau asam. Faktanya,
logam apa pun yang terdaftar dalam seri akan bereaksi dengan logam apa pun (dalam bentuk
senyawa) di bawahnya. Misalnya Zn berada di atas Cu, maka logam zine akan menggantikan
ion tembaga dari tembaga sulfat.
Reaksi perpindahan logam menemukan banyak aplikasi dalam proses metalurgi, yang tujuannya
adalah untuk memisahkan logam murni dari bijihnya. Misalnya, vanadium diperoleh dengan
memperlakukan vanadium (V) oksida dengan logam kalsium: V, 0, (s) + 5Ca () 2V () + 5CaO (s)
Demikian pula, titanium diperoleh dari titanium (IV) chłoride menurut reaksi TICI, (g) + 2Mg ()
Ti (x) + 2MGCI, (1) Dalam kasus cache, logam yang bertindak sebagai reduktor terletak di atas
logam yang direduksi (yaitu, Ca di atas V dan Mg adalah di atas Ti) dalam rangkaian kegiatan.
Kita akan melihat lebih banyak contoh dari jenis reaksi ini di Bab 19. 3. Perpindahan Halogen.
Rangkaian aktivitas lain merangkum perilaku halogen dalam reaksi perpindahan halogen: F,>
Cl,> Br,> 1, Kekuatan unsur-unsur ini sebagai agen pengoksidasi menurun saat kita bergerak ke
bawah Grup 7A dari fluor ke yodium, sehingga fluor molekuler dapat menggantikan klorida ,
ion bromida, dan iodida dalam larutan. Faktanya, fluor molekuler sangat reaktif sehingga ia juga
menyerang air; dengan demikian reaksi ini tidak dapat dilakukan dalam larutan air. Di sisi lain,
molekul klorin dapat menggantikan ion bromida dan iodida dalam larutan air. Kutipan
perpindahan adalah Cl, (g) + 2KBr (aq) 2KCI (aq) + Br, () -1 Ch (e) + 2Nal (aq) → 2NACI (aq)
+ I (s)

Persamaan ioniknya adalah Cl2 (g) + 2Br (aq) → 2C1 (aq) + Bra () Chig) + 21 (aq) → 2CI (aq)
+ I (s) Molekul bromin, pada gilirannya, dapat menggantikan ion iodida dalam solusi: Br2 (/) +
21 (aq) → 2Br (aq) + I2 (s) Membalikkan peran halogen tidak menghasilkan reaksi. Jadi, brom
tidak dapat menggantikan ion klorida, dan yodium tidak dapat menggantikan ion bromida dan
klorida. Reaksi perpindahan halogen memiliki aplikasi industri langsung. Hal-ogen sebagai
suatu kelompok adalah unsur non logam yang paling reaktif. Mereka semua adalah agen
pengoksidasi kuat. Akibatnya, mereka ditemukan di alam dalam keadaan gabungan (dengan
logam) sebagai halida dan tidak pernah sebagai unsur bebas. Dari keempat unsur ini, klorin
sejauh ini merupakan bahan kimia industri terpenting. Pada tahun 2008, jumlah klorin yang
diproduksi di Amerika Serikat sekitar 25 miliar pound, menjadikan klorin sebagai bahan kimia
industri peringkat kesepuluh. Produksi tahunan bromin hanya seperseratus produksi klorin,
sedangkan produksi fluor dan yodium yang dihasilkan bahkan lebih sedikit. Memulihkan
halogen dari halida membutuhkan proses oksidasi, yang diwakili oleh 2X + X, + 2e di mana X
menunjukkan unsur halogen. Air laut dan air asin alami (misalnya, air bawah tanah yang
bersentuhan dengan endapan garam) merupakan sumber yang kaya ion CI, Br, dan I. Mineral
seperti fluorit (CaF,) dan kriolit (Na, AlF) digunakan untuk membuat fluor. Karena fluor adalah
zat pengoksidasi terkuat yang diketahui, tidak ada cara untuk mengubah ion F menjadi F, dengan
cara kimiawi. Satu-satunya cara untuk melakukan oksidasi adalah dengan cara elektrolitik, yang
rinciannya akan dibahas di Bab 19. Secara industri, klorin, seperti fluor, diproduksi secara
elektrolitik. Brom dibuat secara industri dengan mengoksidasi ion Br dengan klor, yang
merupakan oksidator yang cukup kuat untuk mengoksidasi ion Br tetapi bukan air: 2Br (aq) →
Br, (1) + 2e Salah satu sumber ion Br terkaya adalah Laut Mati -tentang 4000 bagian per juta
(ppm) massa dari semua zat terlarut di Laut Mati adalah Br. Setelah oksidasi ion Br, brom
dikeluarkan dari larutan dengan meniupkan udara ke atas larutan, dan campuran udara-brom
kemudian didinginkan untuk mengembunkan brom (Gambar 4.17). Yodium juga dibuat dari air
laut dan air asin alami melalui oksidasi ion I dengan klorin. Karena ion Br dan I selalu ada
dalam sumber yang sama, keduanya dioksidasi oleh klor. Namun, relatif mudah untuk
memisahkan Br, dari 1, karena yodium adalah padatan yang jarang larut dalam air. Prosedur
meniup udara akan menghilangkan sebagian besar brom yang terbentuk tetapi tidak akan
mempengaruhi keberadaan yodium. Reaksi Disproportionasi Jenis khusus dari reaksi redoks
adalah reaksi disproporsionasi. Dalam reaksi disproporsionalisasi, unsur dalam satu bilangan
oksidasi secara bersamaan dioksidasi dan direduksi. Satu reaktan dalam reaksi disproporsionasi
selalu mengandung unsur yang dapat memiliki setidaknya tiga bilangan oksidasi. Unsur itu
sendiri berada dalam keadaan oksidasi menengah;

artinya, bilangan oksidasi yang lebih tinggi dan lebih rendah ada untuk elemen tersebut dalam
produk. Dekomposisi hidrogen peroksida adalah contoh reaksi disproporsionasi: -2 2H, 0, (aq)
2H2O () + O2 (g) Di sini bilangan oksidasi oksigen dalam reaktan (-1) keduanya meningkat
menjadi nol dalam O, dan turun menjadi -2 di H, O. Contoh lain adalah reaksi antara molekul
klorin dan larutan NAOH: +1 1- Clh (g) + 20H (aq) → CIO (aq) + CI (aq) + H2O (1) Reaksi ini
menggambarkan pembentukan bahan pemutih rumah tangga, karena itu adalah ion hipoklorit
(CIO) yang mengoksidasi zat pembawa warna pada noda, mengubahnya menjadi senyawa tak
berwarna. Akhirnya, menarik untuk membandingkan reaksi redoks dan reaksi asam basa.
Mereka analogi bahwa reaksi asam-basa melibatkan transfer proton sedangkan reaksi redoks
melibatkan transfer elektron. Namun, sementara reaksi asam basa cukup mudah dikenali (karena
selalu melibatkan asam dan basa), tidak ada prosedur sederhana untuk mengidentifikasi proses
redoks. Satu-satunya cara yang pasti adalah membandingkan bilangan oksidasi semua unsur
dalam reaktan dan produk. Setiap perubahan bilangan oksidasi menjamin bahwa reaksinya
bersifat redoks. Klasifikasi berbagai jenis reaksi redoks diilustrasikan dalam Contoh 4.5.

Anda mungkin juga menyukai