Anda di halaman 1dari 23

Menulis Persamaan Ion Untuk Reaksi REDOKS

Berikut akan dijelaskan bagaimana mengerjakan setengah-reaksi elektron untuk proses oksidasi
dan reduksi, kemudian bagaimana menggabungkan setengah-reaksi tersebut untuk mendapat
persamaan ion untuk reaksi redoks secara utuh. Ini merupakan pelajaran yang penting dalam
kimia anorganik.
Setengah-Reaksi Elektron
Apakah setengah-reaksi elektron?
Ketika magnesium mereduksi tembaga(II)oksida dalam suhu panas menjadi tembaga,
persamaan ion untuk reaksi itu adalah:
Kita dapat membagi persamaan ion ini menjadi dua bagian, dengan melihat dari sisi magnesium
dan dari sisi ion tembaga(II) secara terpisah. Dari sini terlihat jelas bahwa magnesium
kehilangan dua elektron, dan ion tembaga(II) yang mendapat dua elektron tadi.
Kedua persamaan di atas disebut setengah-reaksi elektron atau setengah-persamaan atau
setengah-persamaan ionik atau setengah-reaksi, banyak sebutan tetapi mempunyai arti hal
yang sama.
Setiap reaksi redoks terdiri dari dua setengah-reaksi. Pada salah satu reaksi terjadi kehilangan
elektron (proses oksidasi), dan di reaksi lainnya terjadi penerimaan elektron (proses reduksi).
Mengerjakan setengah-reaksi elektron dan menggunakannya untuk membuat persamaan ion
Pada contoh di atas, kita mendapat setengah-reaksi elektron dengan memulai dari persamaan
ion kemudian mengeluarkan masing-masing setengah-reaksi dari persamaan tersebut. Itu
merupakan proses yang tidak benar.
Pada kenyataannya, kita hampir selalu memulai
menggunakannya untuk membuat persamaan ion.

dari

setengah-reaksi

elektron

dan

Contoh 1: Reaksi antara klorin dan ion besi(II)


Gas klorin mengoksidasi ion besi(II) menjadi ion besi(III). Pada proses ini, klorin direduksi
menjadi ion klorida. Sebagai permulaan kita buat dahulu masing-masing setengah-reaksi.
Untuk klorin, seperti kita ketahui klorin (sebagai molekul) berubah menjadi ion klorida dengan
reaksi sebagai berikut:
Pertama, kita harus menyamakan jumlah atom di kedua sisi:
Penting untuk diingat, jumlah atom harus selalu disamakan dahulu sebelum melakukan proses
selanjutnya. Jika terlupa, maka proses selanjutnya akan menjadi kacau dan sia-sia.
Kemudian untuk menyempurnakan setengah-reaksi ini kita harus menambahkan sesuatu. Yang
bisa ditambah untuk setengah-reaksi adalah:

*
Elektron
*
Air
* Ion hidrogen (H+) (kecuali jika reaksi terjadi dalam suasana basa, jika demikian yang bisa
ditambahkan adalah ion hidroksida (OH-)
Dalam kasus contoh di atas, hal yang salah pada persamaan reaksi yang kita telah buat adalah
muatannya tidak sama. Pada sisi kiri persamaan tidak ada muatan, sedang pada sisi kanannya
ada muatan negatif 2 (untuk selanjutnya disingkat dengan simbol : 2-).
Hal itu dapat dengan mudah diperbaiki dengan menambah dua elektron pada sisi kiri
persamaan reaksi. Akhirnya didapat bentuk akhir setengah-reaksi ini:
Proses yang sama juga berlaku untuk ion besi(II). Seperti telah diketatahui, ion besi(II)
dioksidasi menjadi ion besi(III).
Jumlah atom dikedua sisi telah sama, tetapi muatannya berbeda. Pada sisi kanan, terdapat
muatan 3+, dan pada sisi kiri hanya 2+.
Untuk menyamakan muatan kita harus mengurangi muatan positif yang ada pada sisi kanan,
yaitu dengan menambah elektron pada sisi tersebut:
Mengabungkan setengah reaksi untuk mendapat persamaan ion untuk reaksi redoks
Sekarang kita telah mendapatkan persamaan dibawah ini:
Terlihat jelas bahwa reaksi dari besi harus terjadi dua kali untuk setiap molekul klorin. Setelah
itu, kedua setengah-reaksi dapat digabungkan.
Tapi jangan berhenti disitu! Kita harus memeriksa kembali bahwa semua dalam keadaan sama
atau setara, baik jumlah atom dan muatannya. Sangat mudah sekali terjadi kesalahan kecil
(tapi bisa menjadi fatal!) terutama jika yang dikerjakan adalah persamaan yang lebih rumit.
Pada persamaan terakhir, terlihat bahwa tidak ada elektron yang diikutsertakan. Pada
persamaan terakhir ini, di kedua sisi sebenarnya terdapat elektron dalam jumlah yang sama,
jadi saling meniadakan, dapat dicoret, dan tidak perlu ditulis dalam persamaan akhir yang
dihasilkan.
Contoh 2: Reaksi antara hidrogen peroksida dan ion manganat(VII)
Persamaan reaksi pada contoh 1 merupakan contoh yang sederhana dan cukup mudah. Tetapi
teknik atau cara pengerjaannya berlaku juga untuk reaksi yang lebih rumit dan bahkan reaksi
yang belum dikenal.
Ion manganat(VII), MnO4-, mengoksidasi hidrogen peroksida, H2O2, menjadi gas oksigen. Reaksi
seperti ini terjadi pada larutan kalium manganat(VII) dan larutan hidrogen peroksida dalam
suasana
asam
dengan
penambahan
asam
sulfat.
Selama reaksi berlangsung, ion manganat(VII) direduksi menjadi ion mangan(II).
Kita akan mulai dari setengah-reaksi dari hidrogen peroksida.

Jumlah atom oksigen telah sama/ setara, tetapi bagaimana dengan hidrogen?
Yang bisa ditambahkan pada persamaan ini hanyalah air, ion hidrogen dan elektron. Jika kita
menambahkan air untuk menyamakan jumlah hidrogen, jumlah atom oksigen akan berubah, ini
sama sekali salah.
Yang harus dilakukan adalah menambahkan dua ion hidrogen pada sisi kanan reaksi:
Selanjutnya, kita perlu menyamakan muatannya. Kita perlu menambah dua elektron pada sisi
kanan untuk menjadikan jumlah muatan di kedua sisi 0.
Sekarang untuk setengah-reaksi manganat(VII):
Ion manganat(VII) berubah menjadi ion mangan(II).
Jumlah ion mangan sudah setara, tetapi diperlukan 4 atom oksigen pada sisi kanan reaksi. Satusatunya sumber oksigen yang boleh ditambahkan pada reaksi suasana asam ini adalah air.
Dari situ ternyata ada tambahan hidrogen, yang juga harus disetarakan. Untuk itu, kita perlu
tambahan 8 ion hidrogen pada sisi kiri reaksi.
Setelah semua atom setara, selanjutnya kita harus menyetarakan muatannya. Pada tahapan
reaksi diatas, total muatan disisi kiri adalah 7+ (1- dan 8+), tetapi pada sisi kanan hanya 2+.
Jadi perlu ditambahkan 5 elektron pada sisi kiri untuk mengurangi muatan dari 7+ menjadi 2+.
Dapat disimpulkan, urutan pengerjaan setengah reaksi ini adalah:
*
Menyetarakan
jumlah
atom
selain
oksegen
dan
hidrogen.
*
Menyetarakan
jumlah
oksigen
dengan
menambah
molekul
air
(H2O).
*
Menyetarakan
jumlah
hidrogen
dengan
menambah
ion
hidrogen
(H+).
*
Menyetarakan muatan dengan menambah elektron.
Menggabungkan setengah-reaksi untuk membuat persamaan reaksi
Kedua setengah-reaksi yang sudah kita dapat adalah:
Supaya dapat digabungkan, jumlah elektron dikedua setengah-reaksi sama banyak. Untuk itu
setengah-reaksi harus dikali dengan faktor yang sesuai sehingga menghasilkan jumlah elektron
yang setara. Untuk reaksi ini, masing-masing setengah reaksi dikalikan sehingga jumlah
elektron menjadi 10 elektron.
Tapi kali ini tahapan reaksi belum selesai. Dalam hasil persamaan reaksi, terdapat ion hidrogen
pada kedua sisi reaksi.

Persamaan ini dapat disederhanakan dengan mengurangi 10 ion hidrogen dari kedua sisi
sehingga menghasilkan bentuk akhir dari persamaan ion ini. Tapi jangan lupa untuk tetap
memeriksa kesetaraan jumlah atom dan muatan!
Sering terjadi molekul air dan ion hidrogen muncul di kedua sisi persamaan reaksi, jadi harus
selalu diperiksa dan kemudian disederhanakan.
Contoh 3: Oksidasi etanol dengan kalium dikromat(VI) suasana asam
Tehnik yang telah dijelaskan tadi dapat juga digunakan pada reaksi yang melibatkan zat
organik. Larutan kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer dapat
digunakan untuk mengoksidasi etanol, CH3CH2OH, menjadi asam etanoat, CH3COOH.
Sebagai oksidator adalah ion dikromat(VI), Cr2O72-, yang kemudian tereduksi menjadi ion
kromium (III), Cr3+.
Pertama kita akan kerjakan setengah-reaksi etanol menjadi asam etanoat.
- Tahapan reaksi seperti contoh sebelumnya, dimulai dengan menulis reaksi utama yang terjadi,
yang diketahui dari soal.
- Setarakan jumlah oksigen dengan menambah molekul air pada sisi kiri:
- Tambahkan ion hidrogen pada sisi kanan untuk menyetarakan jumlah hidrogen:
- Selanjutnya, setarakan muatan dengan menambah 4 elektron pada sisi kanan sehingga
menghasilkan total muatan nol pada tiap sisi:
Setengah reaksi untuk dikromat(VI) agak rumit dan jika tidak teliti dapat menjebak:
- Buat persamaan reaksi utama:
- Setarakan jumlah kromium. Hal ini sering dilupakan, dan jika ini terjadi akan fatal, karena
hasil reaksi selanjutnya akan salah. Jumlah muatan akan salah, faktor pengali yang digunakan
juga akan salah. Sehingga keseluruhan persamaan reaksi akan salah.
- Kemudian setarakan oksigen dengan menambah molekul air:
- Setarakan jumlah hidrogen dengan menambah ion hidrogen:
- Selanjutnya setarakan muatannya. Tambah 6 elektron pada sisi kiri sehingga jumlah muatan
menjadi 6+ pada tiap sisi.
Menggabungkan setengah-reaksi untuk mendapat persamaan reaksi
Sejauh ini setengah reaksi yang telah kita dapat adalah:

Untuk menyelesaikan persamaan ini kita harus mengubah jumlah elektron, dengan jumlah
terkecil yang dapat habis dibagi 4 dan 6, yaitu 12. Jadi faktor pengali untuk persamaan ini
adalah 3 dan 2.
Dapat dilihat ada molekul air dan ion hidrogen pada kedua sisi persamaan. Ini dapat
disederhanakan menjadi bentuk akhir persamaan reaksi:

sumber : chem-is-try.org
Read More
Posted under Kimia

Uranium Bisa Di Manfaatkan Sebagai Bahan Bakar

Uranium adalah mineral yang memancarkan radiasi nuklir atau bersifat radioaktif, digunakan
dalam berbagai bidang salah satunya adalah sebagai bahan bakar nuklir. Uranium merupakan
suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang U dan nomor atom 92. Sebuah
logam berat, beracun, berwarna putih keperakan dan radioaktif alami, uranium termasuk ke
seri aktinida (actinide series). Uranium biasanya terdapat dalam jumlah kecil di bebatuan,
tanah, air, tumbuhan, dan hewan (termasuk manusia).
Uranium
memiliki
3
Isotop
:
U234
kadar
sangat
kecil
U235
kadar
0,715
=
0,7
%
U238
kadar
99,285
=
99,3%
Isotop U235 digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir dan senjata nuklir.
Read More
Posted under Fisika, Kimia

Sifat Asam-Basa dari Oksida-Oksida Periode 3

Halaman ini membahas reaksi-reaksi oksida unsur-unsur periode 3 (dari natrium hingga klor)
dengan air, dan dengan asam atau basa yang sesuai. Argon tidak dibahas karena tidak
membentuk oksida.

Ringkasan
Oksida-oksida
Oksida-oksida yang akan kita bahas adalah:

Na2O

MgO

Al2O3

SiO2

P4O10

SO3

Cl2O7

P4O6

SO2

Cl2O

Kecenderungan dalam reaksi asam-basa


Kecenderungan dalam reaksi asam-basa ditunjukkan dalam berbagai reaksi, ringkasan
sederhananya adalah sebagai berikut:

Kecenderungannya adalah oksida-oksida basa kuat terdapat pada sisi kiri dan oksidaoksida asam kuat pada sisi kanan, terpisahkan oleh oksida amfoter (aluminium oksida) di
tengah. Oksida amfoter adalah oksida yang menunjukkan sifat-sifat asam sekaligus basa.

Dari kecenderungan sederhana ini, anda cukup melihat pada oksida tertinggi dari masingmasing unsur. Yaitu unsur-unsur pada baris pertama dari daftar di atas, dimana unsur tersebut
berada pada keadaan oksidasi tertingginya yang dimungkinkan. Pola ini tidaklah sesederhana
jika anda memasukkan oksida-oksida lain.
Semua reaksi ini diamati lebih rinci pada akhir halaman.

Sifat kimia dari masing-masing oksida


Natrium oksida
Natrium oksida merupakan oksida basa kuat yang sederhana. Bersifat basa karena mengandung
ion oksida, O2-, yang merupakan basa yang sangat kuat dengan kecenderungan yang tinggi untuk
bergabung dengan ion-ion hidrogen.

Reaksi dengan air


Natrium oksida bereaksi secara eksotermal dengan air dingin menghasilkan larutan natrium
hidroksida. Tergantung pada konsentrasinya, larutan ini akan mempunyai pH di sekitar 14.

Reaksi dengan asam


Sebagai basa kuat, natrium oksida juga bereaksi dengan asam. Sebagai contoh, ia akan bereaksi
dengan asam klorida encer untuk menghasilkan larutan natrium klorida.

Magnesium oksida

Magnesium oksida juga merupakan oksida basa sederhana, karena mengandung ion oksida juga.
Namun demikian, sifat basanya tidak sekuat natrium oksida karena ion oksidanya tidak terlalu
bebas.
Dalam contoh natrium oksida, padatan dipengaruhi bersama oleh daya tarik antara ion 1+ dan
2-. Dalam magnesium oksida, daya tarik yang ada adalah antara 2+ dan 2-. Ini memerlukan
energi yang lebih untuk memecahnya.
Meskipun dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (seperti pelepasan energi ketika ion positif
menarik air pada bentuk larutannya), pengaruh dari hal ini adalah reaksi yang melibatkan
magnesium oksida akan selalu kurang eksotermik daripada natrium oksida.

Reaksi dengan air


Jika anda mengocok beberapa serbuk putih magnesium oksida dengan air, tak ada sesuatu yang
dapat diamati tidak terlihat terjadinya reaksi. Namun demikian, jika anda menguji pH cairan
tersebut, anda akan menemukan bahwa nilai pH-nya sekitar 9 menunjukkan bahwa ia sedikit
basa.
Harus ada sedikit reaksi dengan air untuk menghasilkan ion hidroksida dalam larutan. Beberapa
magnesium hidroksida dibentuk pada reaksi itu, tetapi hampir tidak larut dan juga tidak ada
ion hidroksida pada larutan.

Reaksi dengan asam


Magnesium oksida berreaksi dengan asam seperti yang anda harapkan pada oksida logam
sederhana. Sebagai contoh, ia bereaksi dengan asam klorida encer yang hangat untuk
menghasilkan larutan magnesium klorida.

Aluminium oksida
Menjelaskan sifat-sifat aluminium oksida dapat menimbulkan kebingungan karena dapat berada
pada beberapa bentuk yang berbeda. Salah satu bentuknya sangat tidak reaktif. Ini diketahui
secara kimia sebagai alfa-Al2O3 dan dihasilkan pada temperatur tinggi.
Pada pembahasan ini kita memakai salah satu bentuk yang reaktif.
Aluminium oksida merupakan senyawa amfoter. Artinya dapat bereaksi baik sebagai basa
maupun asam.

Reaksi dengan air


Aluminium oksida tidak dapat bereaksi secara sederhana dengan air seperti natrium oksida dan
magnesium oksida, dan tidak larut dalam air. Walaupun masih mengandung ion oksida, tapi
terlalu kuat berada dalam kisi padatan untuk bereaksi dengan air.

Reaksi dengan asam

Aluminium oksida mengandung ion oksida, sehingga dapat bereaksi dengan asam seperti pada
natrium atau magnesium oksida. Artinya, sebagai contoh, aluminium oksida akan beraksi
dengan asam klorida encer yang panas menghasilkan larutan aluminium klorida.

Dalam hal ini (dan sama dalam reaksi dengan asam yang lain), aluminium oksida menunjukkan
sisi basa dari sifat amfoternya.

Reaksi dengan basa


Aluminium oksida juga dapat menunjukkan sifat asamnya, dapat dilihat dalam reaksi dengan
basa seperti larutan natrium hidroksida.
Berbagai aluminat dapat terbentuk senyawa dimana aluminium ditemukan dalam ion negatif.
Hal ini mungkin karena aluminium memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan kovalen
dengan oksigen.
Pada contoh natrium, perbedaan elektronegativitas antara natrium dan oksigen terlalu besar
untuk membentuk ikatan selain ikatan ionik. Tetapi elektronegativitas meningkat dalam satu
periode sehingga perbedaan elektronegativitas antara aluminium dan oksigen lebih kecil. Hal
ini menyebabkan terbentuknya ikatan kovalen diantara keduanya.
Dengan larutan natrium hidroksida pekat yang panas aluminium oksida bereaksi menghasilkan
larutan natrium tetrahidroksoaluminat yang tidak berwarna.

Silikon dioksida (silikon(IV) oksida)


Berikutnya anda mendapatkan silikon, terjadi kenaikan elektronegativitas sehingga perbedaan
elektronegativitas antara silikon dan oksigen tidak cukup untuk membentuk ikatan ionik.
Silikon dioksida tidak mempunyai sifat basa tidak mengandung ion oksida dan tidak bereaksi
dengan asam. Sebaliknya, silikon dioksida merupakan asam yang sangat lemah, bereaksi dengan
basa kuat.

Reaksi dengan air


Silikon dioksida tidak bereaksi dengan air, karena sulit memecah struktur kovalen yang besar.

Reaksi dengan basa


Silikon dioksida bereaksi dengan larutan natrium hidroksida yang panas dan pekat. Larutan
natrium silikat yang tak berwarna akan terbentuk.

Anda mungkin terbiasa dengan satu reaksi yang terjadi pada ekstraksi besi dengan Blast
Furnace dimana kalsium oksida (dari batu kapur yang merupakan bahan mentah) bereaksi

dengan silikon dioksida menghasilkan cairan slag, kalsium silikat. Ini merupakan sebuah contoh
dari silikon dioksida asam yang bereaksi dengan basa.

Oksida-oksida fosfor
Kita akan membahas dua oksida fosfor, fosfor(III) oksida, P 4O6, dan fosfor(V) oksida, P4O10.

Fosfor(III) oksida

Fosfor(III) oksida bereaksi dengan air dingin menghasilkan larutan asam lemah, H3PO3 dikenal
dengan asam fosfit, asam ortofosfit atau asam fosfonat. Reaksinya dengan air panas lebih
rumit.

Asam murninya yang tak terionkan mempunyai struktur:

Hidrogen tidak dapat dilepaskan sebagai ion hingga anda menambahkan air ke dalam asam ini,
bahkan kemudian tidak ada yang dilepaskan karena asam fosfit hanya asam lemah.
Asam fosfit mempunyai pKa 2.00 yang menjadikannya lebih kuat jika dibandingkan dengan asam
organik pada umumnya seperti asam etanoat (pKa = 4.76).
Ini memungkinkan untuk mereaksikan fosfor(III) oksida secara langsung dengan basa, tetapi
anda perlu mengetahui apa yang terjadi jika anda mereaksikan asam fosfit dengan basa.
Pada asam fosfit, dua atom hidrogen pada gugus -OH bersifat asam, tetapi yang lainnya bukan.
Itu artinya anda akan mendapatkan dua kemungkinan reaksi, sebagai contoh, reaksi dengan
larutan natrium hidroksida akan tergantung pada proporsi natrium hidroksida yang direaksikan.

Pada contoh pertama, hanya satu hidrogen yang bersifat asam yang bereaksi dengan ion
hidroksida membentuk basa. Pada contoh kedua (menggunakan natrium hidroksida dua kali
lebih banyak), kedua hidrogen bereaksi.

Fosfor(V) oksida
Fosfor(V) oksida bereaksi hebat dengan air menghasilkan larutan yang mengandung campuran
asam, yang tergantung pada kondisinya. Kita biasanya hanya mempertimbangkan salah satunya,
yaitu asam fosfor(V), H3PO4 juga dikenal sebagai asam fosfat atau asam ortofosfat.

Asam ini dalam keadaan murni dan tak terionkan mempunyai struktur:

Asam(V) fosfor juga merupakan asam lemah dengan pK a 2.15. Hal itu membuatnya secara
fraksional lebih lemah dari asam fosfit. Kedua larutan asam ini pada konsentrasi sekitar 1 mol
dm-3 akan mempunyai pH sekitar 1.
Sekali lagi, anda tidak pernah mereaksikan oksida ini dengan basa, tetapi anda diharapkan
mengetahui bagaimana asam fosfor(V) bereaksi dengan sesuatu seperti larutan natrium
hidroksida.
Jika anda melihat kembali strukturnya, anda akan melihat ada 3 gugus -OH, dan masing-masing
mempunyai atom hidrogen yang bersifat asam. Anda akan mendapatkan suatu reaksi dengan
natrium hidroksida dalam tiga langkah, satu hidrogen akan bereaksi setelah hidrogen yang lain
bereaksi dengan ion hidroksida.

Oksida-oksida sulfur
Kita akan membahas sulfur dioksida, SO2, dan sulfur trioksida, SO3.

Sulfur dioksida

Sulfur dioksida sedikit larut dalam air, bereaksi dengan air menghasilkan larutan asam sulfit
(asam sulfur(IV)), H2SO3. Ini hanya ada dalam bentuk larutan, usaha untuk mengisolasinya hanya
akan mendapatkan sulfur dioksida kembali.

Asam ini jika tak terionkan mempunyai struktur:

Asam sulfit juga merupakan asam lemah dengan pK a sekitar 1,8 sangat sedikit lebih kuat
dibandingkan dua jenis asam dari fosfor di atas. Adalah masuk akal jika larutan pekat asam
sulfit juga mempunyai pH sekitar 1.
Sulfur dioksida juga akan bereaksi secara langsung dengan basa seperti larutan natrium
hidroksida. Jika gas sulfur dioksida dimasukkan ke dalam larutan natrium hidroksida, pada

awalnya terbentuk larutan natrium sulfit kemudian diikuti dengan terbentuknya natrium
hidrogensulfit jika sulfur dioksidanya berlebih.

Reaksi lain yang penting dari sulfur dioksida adalah dengan basa kalsium oksida membentuk
kalsium sulfit (kalsium sulfur(IV)). Ini merupakan inti dari salah satu metode penghilangan
sulfur dioksida dari gas buang pada pembangkit energi.

Sulfur trioksida
Sulfur trioksida bereaksi hebat dengan air menghasilkan kabut dari embun asam sulfat pekat.

Asam sulfat murni yang tak terionkan memiliki struktur:

Asam sufat merupakan asam kuat, dan secara umum larutannya mempunyai pH sekitar 0.
Asam sulfat bereaksi dengan air menghasilkan ion hidroksonium (ion hidrogen dalam larutan)
dan ion hidrogensulfat. Reaksi ini 100 % sempurna.

Hidrogen kedua lebih sulit untuk dihilangkan. Faktanya ion hidrogensulfat merupakan asam
yang relatif lemah kekuatan asamnya sama dengan asam-asam yang telah kita bahas pada
halaman ini. Sekarang anda mendapatkan kesetimbangan:

Anda mungkin tidak memerlukan ini untuk pembahasan tingkat dasar, tetapi ini bermanfaat jika
anda memahami alasan mengapa asam sulfat merupakan asam yang lebih kuat dari asam sulfit.
Anda dapat menerapkan alasan yang sama untuk asam yang lain yang anda temukan pada
halaman ini.
Ketika gugus -OH kehilangan satu ion hidrogen, muatan negatif yang ada pada oksigen tersebar
(terdelokalisasi) ke seluruh ion melalui interaksi dengan oksigen-oksigen ikatan rangkap dua.

Hal ini mengarahkan pada anda bahwa delokalisasi yang lebih banyak akan anda dapatkan
dengan delokalisasi yang lebih banyak, ion yang lebih stabil akan terbentuk. Ion yang lebih
stabil kurang disukai untuk bergabung kembali dengan ion hidrogen untuk kembali ke bentuk
asam yang tak terionkan.
Asam sulfit hanya mempunyai satu oksigen ikatan rangkap dua, sedangkan asam sulfat
mempunyai dua itu menjadikan delokalisasinya lebih efektif, ion menjadi lebih stabil, dan
menghasilkan asam yang lebih kuat.
Asam sulfat, tentu saja, dapat bereaksi sebagaimana reaksi-reaksi asam kuat yang telah anda
kenal dari awal pelajaran kimia. Sebagai contoh, reaksi normal dengan larutan natrium
hidroksida membentuk larutan natrium sulfat dimana kedua hidrogen yang bersifat asam
bereaksi dengan ion hidroksida.

Secara prinsip, anda


menggunakan natrium
hidrogen yang bersifat
pernah melakukannya

dapat juga memperoleh larutan natrium hidrogensulfat dengan


hidroksida setengahnya yang bereaksi hanya dengan satu dari dua
asam yang ada pada asam sulfat. Dalam praktek, saya pribadi tidak
untuk saat ini saya tidak dapat menjelaskannya!

Sulfur trioksida sendiri akan bereaksi secara langsung dengan basa membentuk sulfat. Sebagai
contoh, reaksi dengan kalsium oksida membentuk kalsium sulfat. Ini seperti reaksi dengan
sulfur dioksida yang telah dijelaskan di atas.

Oksida-oksida klor
Klor membentuk beberapa oksida, tetapi hanya dua yang disebutkan pada silabus untuk tingkat
A di UK yaitu klor(VII) oksida, Cl 2O7, dan klor(I) oksida, Cl 2O. Klor(VII) oksida juga dikenal
sebagai dikloro heptoksida, dan klor(I) oksida dikenal sebagai dikloro monoksida.

Klor(VII) oksida
Klor(VII) oksida merupakan oksida tertinggi dari klor klor mempunyai tingkat oksidasi
maksimum +7. Ini merupakan kelanjutan dari kecenderungan oksida tertinggi pada unsur
periode 3 untuk membentuk asam yang lebih kuat.
Klor(VII) oksida bereaksi degan air menghasilkan asam yang sangat kuat, asam klor(VII)
dikenal juga sebagai asam perklorat. pH larutan secara umum sama dengan asam sulfat, yaitu
sekitar 0.

Asam klor(VII) yang tak terionkan mempunyai struktur:

Ketika ion klor(VII) (ion perklorat) terbentuk oleh hilangnya ion hidrogen (ketika bereaksi
dengan air, sebagai contoh), muatan dapat terdelokalisasi ke tiap atom oksigen dalam ion. Hal
itu membuatnya sangat stabil, dan artinya bahwa asam klor(VII) sangat kuat.
Asam klor(VII) bereaksi dengan larutan natrium hidroksida membentuk larutan natrium
klor(VII).

klor(VII) oksida sendiri juga bereaksi dengan larutan natrium hidroksida menghasilkan produk
yang sama.

Klor(I) oksida
Klor(I) oksida kurang bersifat asam dibanding klor(VII) oksida. Klor(I) oksida bereaksi dengan air
sampai batas tertentu menghasilkan asam klor(I), HOCl dikenal juga sebagai asam hipoklorit.

Catatan: anda mungkin juga menemukan asam klor(I) ditulis sebagai HClO. Bentuk yang kita
gunakan disini lebih akurat karena menggambarkan bagaimana atom-atom bergabung.
Struktur asam klor(I) sama seperti yang ditunjukkan oleh rumusnya, HOCl. Asam ini tidak
memiliki oksigen dengan ikatan rangkap dua, dan tidak ada delokalisasi muatan jika ion negatif
terbentuk oleh hilangnya hidrogen.
Itu artinya bahwa ion negatif yang terbentuk sangat tidak stabil, dan dengan segera menarik
kembali hidrogennya untuk kembali membentuk asam. Asam klor(I) merupakan asam yang
sangat lemah (pKa = 7.43).
Asam klor(I) bereaksi dengan natrium hidroksida menghasilkan natrium klor(I) (natrium
hipoklorit).

Klor(I) oksida juga bereaksi secara langsung dengan natrium hidroksida menghasilkan produk
yang sama.

sumber : chem-is-try.org
Read More
Posted under Kimia

Getah Kaktus Optimal Murnikan Air


Air bersih menjadi kebutuhan yang sangat penting. Berbagai macam alat dan teknologi dibuat
dengan tujuan memudahkan untuk memperoleh air bersih. Tetapi layaknya sebuahteknologi,
perlu pemahaman tentang bagaimana cara menggunakan dan merawatnya.
Norma Alcantar, seorang ilmuwan dari University of South Florida AS, melihat tidak menariknya
teknologi pemurnian air yang ada saat ini, terutama bagi masyarakat di negara-negara
berkembang, karena tidak semua orang bisa dan bersedia mempelajari dan melakukan kedua
hal tersebut, akibatnya adalah alat dan teknologi tersebut diabaikan dan tidak digunakan sama
sekali. Belum lagi biaya perawatan yang harus dikeluarkan demi menjaga tetap berfungsi
optimalnya alat dan teknologi pemurnian air saat ini.

Sekali lagi alam dan sejarah telah memberikan contohnya. Bersama dengan beberapa rekannya
memutuskan untuk meneliti sebuah tanaman yang sanggup hidup di lahan tandus dan banyak
dijumpai di seluruh dunia. Pilihan jatuh pada kaktus pir yang berduri atau bahasa latinnya
Opuntia ficus-indica. Kaktus jenis ini telah digunakan sejak abad ke-19 oleh masyarakat
Meksiko sebagai pemurni air.
Alcantar mendapati bahwa getah kental yang terdapat pada tanaman dan biasanya berfungsi
sebagai penyimpan air ternyata bersifat pengental. Pada uji cobanya dengan penambahan air
dan dicampur dengan sedimen serta bakteri pada kadar yang tinggi, ternyata terjadi
penggumpalan partikel sedimen dan mengendap di dasar air. Getah tersebut juga
mengakibatkan 98% bakteri menyatu dan memudahkan untuk disaring.
Masyarakat di negara berkembang bisa memanaskan sepotong kaktus agar mengeluarkan
getahnya, kemudian menambahkannya ke dalam air yang memerlukan pemurnian, tambah
Alcantar. Meratanya kaktus, keterjangkauan dan budaya menjadikan bahan alam tersebut
sebagai teknologi pemurnian air yang menarik. Hasil penelitiannya tersebut juga telah
dipublikasikan di jurnal Environmental Science and Technology.

Meski terlihat sederhana, tampaknya masih ada yang harus dilakukan agar teknologi alam
tersebut berfungsi optimal. Hal tersebut diungkapkan oleh Colin Hirwitz, kepala teknologi di
perusahaan katalis GreenOx Catalysts, yang menggarisbawahi masih ada beberapa masalah
yang perlu dijawab, antara lain seberapa banyak lahan dan air yang dibutuhkan untuk
menanam kaktus bagi keperluan pemurnian air dalam jumlah yang lebih banyak, serta
bagaimana seseorang mengetahui bahwa semua bakteri yang menyatu sudah dibuang dari air
yang dimurnikan dengan teknologi alami tersebut.
Meski demikian alternatif teknologi alami tersebut tetap menarik, dan hanya diperlukan
beberapa langkah lagi untuk mencapai hasil optimalnya. Ketersediaan dan kemudahan dalam
prosesnya menjadikan teknologi tersebut tepat guna.
sumber : forumsains.com
Read More
Posted under Fisika, Kimia

Difusi Atom Dalam Logam dan Mekanismenya


Difusi Atom Dalam Logam
Untuk memahami perilaku logam dan paduannya pada temperatur tinggi diperlukan
pengetahuan tentang difusi. Bila suhu naik, atom-atom bergetar dengan energi yang lebih besar
dan sejumlah kecil atom akan berpindah dalam kisi. Energi yang diperlukan sebuah atom untuk
pindah tempat disebut energi aktivasi. Sebagai contoh kita mempunyai batang yang terbuat
dari paduan dan di dalamnya terdapat gradient konsentrasi. Kemudian batang tersebut
dipanaskan hingga temperatur yang cukup tinggi.
Pada temperatur ini migrasi atom berlangsung dengan cepat, sehingga atom mengalami
distribusi kembali sampai komposisi batang menjadi homogen. Hal ini mungkin terjadi
meskipun tiap atom bergerak secara acak.

Mekanisme Difusi
Pengangkutan atom melalui kisi berlangsung dengan berbagai cara diantaranya difusi
interstisial dan difusi dengan kekosongan/vacancy. Istilah difusi interstisial menggambarkan
keadaan ketika atom tidak lagi bergerak disekitar kisi kristal, namun menempati posisi
interstisi.
Proses ini cenderung terjadi pada paduan interstisi karena ukuran atom yang bermigrasi sangat
kecil, umpamanya karbon, nitrogen, atau hidrogen pada besi. Proses difusi atom-atom untuk
berpindah dari posisi interstisi satu ke posisi sebelahnya dalam kisi yang sempurna tidak
dipengaruhi oleh cacat.

Mekanisme difusi dengan interstisi

Mekanisme difusi dengan kekosongan


Read More
Posted under Fisika, Kimia

teknik radiokarbon

Teknik ini tidak akan menolong kita jika yang ingin kita ketahui umurnya masih hidup, misalnya
teman mengobrol kita lewat internet yang mengaku 25 tahun. Penentuan umur
menggunakan teknik radiokarbon (radiocarbon dating) berguna untuk menentukan umur
tumbuhan atau sisa hewan yang mati sekitar lima ratus hingga lima puluh ribu tahun lampau.
Sejak ditemukan oleh gurubesar kimia University of Chicago, Willard F. Libby (1908-1980)
sekitar tahun 1950-an (ia menerima Hadiah Nobel untuk penemuan tersebut pada tahun 1960),
teknik radiokarbon telah menjadi perkakas riset sangat ampuh dalam arkeologi, oseanografi,
dan beberapa cabang ilmu lainnya. Agar teknik radiokarbon dapat memberitahu umur sebuah
objek, objek tersebut harus mengandung carbon organic, yakni karbon yang pernah menjadi
bagian dalam tubuh tumbuhan atau hewan. Metode radiocarbon dating memberitahu kita
berapa lama yang lalu suatu tumbuhan atau hewan hidup, atau lebih tepat, berapa lama yang
lalu tumbuhan atau hewan itu mati.
Uji radiocarbon dapat dilakukan terhadap bahan-bahan seperti kayu, tulang, arang dari
perapian perkemahan atau gua purba, atau bahkan kain linen yang digunakan untuk
membungkus mummi, karena kain linen itu terbuat dari serat tanaman flax. Karbon adalah
salah satu unsur kimia yang dikandung oleh setiap makhluk hidup dalam bentuk macam-macam

bahan biokimia, dalam protein, karbohidrat, lipid, hormone, enzim, dsb. Sesungguhnya, ilmu
kimia yang mempelajari bahan kimia berbasis karbon disebut kimia organik karena dahulu
orang yakin bahwa satu-satunya tempat bagi bahan kimia ini adalah makhluk hidup. Kini, orang
tahu bahwa kita dapat membuat segala macam bahan kimia organik berbasis karbon dari
minyak bumi tanpa harus mengambil dari tumbuhan atau hewan.
Tetapi, karbon dalam makhluk hidup berbeda dalam satu hal penting dari karbon dalam bahanbahan bukan makhluk hidup seperti batu bara, minyak bumi, dan mineral. Karbon hidup
mengandung sejumlah kecil atm karbon jenis tertentu yang disebut karbon-14, sedangkan
karbonmati hanya mengandung atom-atom karbon-12 dan karbon-13. Ketiga macam atomatom karbon berbeda itu disebut isotop-isotop karbon; mereka semua mempunyai perilaku
sama secara kimiawi, tetapi mempunyai berat yang berbeda-beda, atau lebih tepat,
mempunyai massa berbeda-beda.
Yang unik seputar karbon-14, disamping massanya, adalah karena mereka radioaktif. Yakni,
mereka tidak stabil dan cenderung melapuk, terpecah sambil menembakkan partikel-partikel
subatom: disebut partikel-partikel beta. Dengan demikian semua makhluk hidup sebetulnya
bersifat radioaktif, meskipun sedikit, yaitu karena memiliki karbon-14. Betul termasuk anda
dan saya, kita semua radioaktif. Orang dengan berat 68 kg mengandung sekitar sejuta miliar
atom karbon-14 yang menembakkan 200.000 partikel beta setiap menit!!
sumber : forumsains.com
Read More
Posted under Kimia

Teori Tumbukan
Reaksi yang hanya melibatkan satu partikel mekanismenya sederhana dan kita tidak perlu
memikirkan tentang orientasi dari tumbukan. Reaksi yang melibatkan tumbukan antara dua
atau lebih partikel akan membuat mekanisme reaksi menjadi lebih rumit.
Reaksi
yang
melibatkan
tumbukan
antara
dua
partikel
Sudah merupakan suatu yang tak pelak lagi jika keadaan yang melibatkan dua partikel dapat
bereaksi jika mereka melakukan kontak satu dengan yang lain. Mereka pertama harus
bertumbukan, dan lalu memungkinkan terjadinya reaksi.
Kenapa memungkinkan terjadinya reaksi? Kedua partikel tersebut harus bertumbukan dengan
mekanisme yang tepat, dan mereka harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk
memutuskan ikatan-ikatan.
Orientasi dari tumbukan
Pertimbangkan suatu reaksi sederhana yang melibatkan tumbukan antara dua molekul etena
CH2=CH2 dan hidrogen klor, HCl sebagai contoh. Keduanya bereaksi untuk menghasilkan
kloroetan.
Sebagai hasil dari tumbukan antara dua molekul, ikatan rangkap diantara dua karbon berubah
menjadi ikatan tunggal. Satu hidrogen atom berikatan dengan satu karbon dan atom klor
berikatan dengan satu karbon lainnya.

Reaksi hanya dapat terjadi bila hidrogen yang merupakan ujung dari ikatan H-Cl mendekati
ikatan rangkap karbon-karbon.Tumbukan selain daripada itu tidak bekerja dikarenakan kedua
molekul tersebut akan saling bertolak.
Tumbukan-tumbukan(collisions) yang ditunjukkan di diagram, hanya tumbukan 1 yang
memungkinkan terjadinya reaksi.
Jika Anda belum membaca halaman tentang mekanisme reaksi, mungkin Anda bertanya-tanya
mengapa tumbukan 2 tidak bekerja dengan baik. Ikatan rangka dikelilingi oleh konsentrasi
negatifitas yang tinggi sebagai akibat elektron-elektron yang berada di ikatan tersebut.
Pendekatan atom klor yang memiliki negatifitas lebih tinggi ke ikatan rangkap menyebabkan
tolakan karena kedua-duanya memiliki negatifitas yang tinggi.
Di dalam tumbukan yang melibatkan partikel-partikel yang tidak simetris, Anda dapat menduga
mekanisme melalui bagaimana cara mereka bertumbukan untuk menentukan dapat atau
tidaknya suatu reaksi terjadi.
Energi tumbukan
Aktivasi Energi
Walaupun partikel-partikel itu berorientasi dengan baik, Anda tidak akan mendapatkan reaksi
jika partikel-partikel tersebut tidak dapat bertumbukan melampui energi minimum yang
disebut dengan aktivasi energi reaksi.
Aktivasi energi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melangsungkan terjadinya suatu
reaksi. Contoh yang sederhana adalah reaksi exotermal yang digambarkan seperti di bawah ini:
Jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang lebih rendah dari energi aktivasi, tidak
akan terjadi reaksi. Mereka akan kembali ke keadaan semula. Anda dapat membayangkan
energi aktivasi sebagai tembok dari reaksi. Hanya tumbukan yang memiliki energi sama atau
lebih besar dari aktivasi energi yang dapat menghasilkan terjadinya reaksi.
Di dalam reaksi kimia, ikatan-ikatan diceraikan (membutuhkan energi) dan membentuk ikatanikatan baru (melepaskan energi). Umumnya, ikatan-ikatan harus diceraikan sebelum yang baru
terbentuk. Energi aktivasi dilibatkan dalam menceraikan beberapa dari ikatan-ikatan tersebut.
Ketika tumbukan-tumbukan tersebut relatif lemah, dan tidak cukup energi untuk memulai
proses penceraian ikatan. mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak bereaksi.
Distribusi Maxwell-Boltzmann
Karena energi aktivasi memegang peranan penting dalam menentukan suatu tumbukan
menghasilkan reaksi, hal ini sangat berguna untuk menentukan bagaimana macam bagian
partikel berada untuk mendapatkan energi yang cukup ketika mereka bertumbukan.

Di dalam berbagai sistem, keberadaan partikel-partikel akan memiliki berbagai variasi besar
energi. Untuk gas, dapat diperlihatkan melalui diagram yang disebut dengan Distrubis MaxwellBoltzmann dimana setiap kumpulan beberapa partikel memiliki energinya masing-masing.
Luas dibawah kurva merupakan ukuran banyaknya partikel berada.
Distribusi Maxwell-Boltzmann dan energi aktivasi
Ingat bahwa ketika reaksi berlangsung, partikel-partikel harus bertumbukan guna memperoleh
energi yang sama atau lebih besar daripada aktivasi energi untuk melangsungkan reaksi. Kita
dapat mengetahui dimana energi aktivatisi berlangsung dari distribusi Mazwell-Boltzmann.
Perhatikan bahwa sebagian besar dari partikel-partikel tidak memiliki energi yang cukup untuk
bereaksi ketika mereka bertumbukan. Untuk membuat mereka bereaksi kita dapat mengubah
bentuk dari kurva atau memindahkan aktivasi energi lebih ke kanan.Hal ini akan dijelaskan
lebih lanjut di halaman-halaman berikutnya.
sumber : chem-is-try.org
Read More
Posted under Fisika, Kimia

Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun
1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan
baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H 2) dan gas oksigen (O 2). Teknologi
yang
banyak
digunakan
di
dalam
industri
hidrogen
peroksida
adalah autooksidasi Anthraquinone.
H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam
kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi
kira-kira kurang dari 1% per tahun.
Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi
dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida,
bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju
dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam
penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga
menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai
berikut:
H2O2 -> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:


1.
Bahan
organik
tertentu,
seperti
alkohol
dan
bensin
2.
Katalis,
seperti
Pd,
Fe,
Cu,
Ni,
Cr,
Pb,
Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan
10oC
(dalam
range
temperatur
20-100 oC)
4.
Permukaan
container
yang
tidak
rata
(active
surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
6.
Makin
tinggi
pH
(makin
basa)
laju
dekomposisi
semakin
tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek
Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada
industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan
limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri
elektronika (pembuatan PCB).
Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah
sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Kekuatan
oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh dalam
industri pulp dan kertas, penggunaan hidrogen peroksida biasanya dikombinasikan dengan
NaOH atau soda api. Semakin basa, maka laju dekomposisi hidrogen peroksida pun semakin
tinggi. Kebutuhan industri akan hidrogen peroksida terus meningkat dari tahun ke tahun.
Walaupun saat ini di Indonesia sudah terdapat beberapa pabrik penghasil hidrogen peroksida
seperti PT Peroksida Indonesia Pratama, PT Degussa Peroxide Indonesia, dan PT Samator Inti
Peroksida, tetapi kebutuhan di dalam negeri masih tetap harus diimpor.
sumber : forumsains.com
Read More
Posted under Kimia

Mengubah Polusi Panas Menjadi Energi Listrik

Peneliti dari Northwestern University telah menemukan suatu material yang dapat
memanfaatkan polusi panas yang dihasilkan dari mesin kalor untuk menghasilkan listrik. Para
peneliti tersebut menempatkan nanokristal garam batu (stronsium tellurida, SrTe) ke
dalam timbal tellurida (PbTe). Material ini telah terbukti dapat mengkonversi kalor yang
dihasilkan sistem pembuangan kendaraan (knalpot), mesin-mesin dan alat-alat industri yang
menghasilkan kalor, hingga cahaya matahari dengan efisiensi yang jauh lebih tinggi dibanding
penemuan-penemuan serupa sebelumnya.

Paduan material ini menunjukkan karakteristik termoelektrik yang cukup tinggi dan dapat
mengubah 14% dari polusi kalor menjadi listrik, tanpa perlu sistem turbin maupun generator.
Kimiawan, fisikawan, dan ilmuwan material dari Northwestern University berkolaborasi untuk
mengembangkan material dengan kemampuan luar biasa ini. Hasil studi mereka telah
dipublikasikan dalam jurnal Nature Chemistry.
Hal ini telah diketahui selama 100 tahun belakangan, bahwa semikonduktor memiliki
karakteristik dapat mengubah panas menjadi listrik secara langsung, jelas Mercouri
Kanatzidis, seorang Professor Kimia di The Weinberg College of Arts and Sciences. Untuk
membuat proses ini menjadi suatu proses yang efisien, yang dibutuhkan hanyalah material yang
tepat. Dan kami telah menemukan resep atau sistem untuk membuat material dengan karakter
tersebut.
Mercouri Kanatzidis, co-author dari studi ini bersama dengan tim risetnya mendispersikan
nanokristal garam batu stronsium tellurida, SrTe ke dalam material timbal (II) tellurida, PbTe.
Percobaan sebelumnya pada penyertaan material berskala nano ke dalam material bulk telah
meningkatkan efisiensi konversi kalor menjadi energi listrik dari material timbal (II) tellurida.
Tetapi penyertaan material nano ke dalamnya juga meningkatkan jumlah penyebaran elektron,
sehingga secara keseluruhan konduktivitas material ini berkurang. Pada studi ini, tim riset dari
Northwestern menawarkan suatu model penggunaan material nano pada timbal (II) tellurida
untuk menekan penyebaran elektron dan meningkatkan persentase konversi kalor menjadi
energi listrik dari material ini.
Kami dapat menggunakan material ini dengan menghubungkannya dengan peralatan yang
cukup murah dengan beberapa kabel listrik dan dapat langsung digunakan, misalnya untuk
menyalakan bola lampu, terang Vinayak Dravid, Professor Ilmu Material dan Teknik di
Northwesterns McCormick School of Engineering and Applied Science dan juga merupakan coauthor dari publikasi ilmiah ini. Perangkat ini dapat membuat bola lampu menjadi lebih
efisien dengan memanfaatkan polusi kalor yang dihasilkan dan mengubahnya menjadi energi
yang lebih berguna seperti energi listrik, dengan persentase konversinya sekitar 10 hingga 15
persen.
Industri otomotif, kimia, batu bata, kaca, maupun jenis industri lainnya yang banyak
membuang panas dalam proses produksinya dapat membuat sistem produksinya lebih efisien
dengan menggunakan terobosan ilmiah ini dan dapat menuai keuntungan lebih, kata Kanatzidis
yang juga mengadakan perjanjian kerjasama dengan Argonne National Laboratory.
Krisis energi dan lingkungan adalah dua alasan utama ditemukannya terobosan ilmiah ini,
tetapi ini tentu hanyalah permulaan, kata Dravid. Tipe struktur material seperti ini dapat
saja menimbulkan dampak lain bagi komunitas sains yang tidak kami duga sebelumnya,
mungkin saja di bidang mekanik seperti untuk menguatkan dan meningkatkan kinerja sistem
mesin. Saya berharap, bidang lainnya dapat mengaplikasikan terobosan ilmiah ini dan
menggunakannya untuk kebaikan.
Sumber:

Northwestern University. Breakthrough in converting heat waste to electricity: Automotive,


chemical, brick and glass industries could benefit from discovery. ScienceDaily 18 January
2011. 19 January 2011 .
Read More
Posted under News

Pengetahuan Merkuri Organik

hehehe..ketemu lagi buat belajar kimia bersama,materi kali ini kita akan coba membahas
tentang merkuri
anorganik.
Merkuri anorganik (Hg+, Hg2+) merupakan senyawa merkuri dalam bentuk garam. Contohnya
merkuri nitrat (Hg(NO3)2), merkuri klorida (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO). Jenis merkuri ini
banyak digunakan pada kosmetika, obat pencahar, pemutih gigi, obat diuretik dan antiseptik.
Merkuri anorganik juga dapat terbentuk dari metabolisme merkuri metalik atau organomerkuri.
Berdasarkan hasil penelitian pada beberapa hewan percobaan, senyawa merkuri anorganik
seperti merkuri nitrat (Hg(NO3)2), merkuri klorida (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO),
menumpuk terutama di dalam organ hati, ginjal dan otak. Ekskresi senyawa tersebut melalui
urin sangat sedikit, hanya sekitar 2,3 % (Palar, 1994).
Keracunan merkuri anorganik terutama meliputi masalah saluran pencernaan ( colitis,
gingivitis, stomatitis, dan permasalahan kelenjar saliva) serta kelainan metabolismee tubuh
(proteinuria, hematuria, dysuria dan uremia). Iritasi kulit dapat terjadi apabila senyawa ini
kontak dengan kulit.
Dalam tubuh manusia merkuri anorganik dapat membentuk kompleks dengan gluthation pada
hati dan disekresikan dalam bentuk kompleks merkuri-glutathion atau merkuri-sistein. Selain
membentuk kompleks dengan gluthation dan sistein, merkuri anorganik juga membentuk
kompleks dengan garam empedu yang selanjutnya disekresikan bersamaan dengan feces.
Sayangnya kompleks merkuri anorganik dengan garam empedu ini dalam usus besar dapat
diabsorbsi kembali kedalam tubuh manusia.
sumber : chem-is-try.org
Read More
Posted under Fisika, Kimia

merkuri organik,merkuri organik dan merkuri anorganik

Categories

Fisika
Kimia
Matematika
News

Recent Posts

Skala Angka Pengukuran dalam Pandangan Statistik


Sir Robert Robinson Pemenang Nobel Kimia 1947
Nanopartikel Membahayakan Kesehatan?
Difusi Atom Dalam Logam dan Mekanismenya
Definisi Logam dan Macam-macam Jenis Logam Dalam Kajian Fisika Material

Top Artikel
besaran turunan dan dimensinya,pengertian partikel subatomik,contoh perubahan fisika dalam
kehidupan sehari hari,diagram batang dan penjelasannya,unsur logam dan lambangnya,kurva
disosiasi oksihemoglobin,aplikasi gelombang bunyi dalam bidang industri,aplikasi gerak
parabola dalam kehidupan sehari-hari,cabang biologi yang diterapkan dalam bidang
pertanian,nyala iluminasi

Anda mungkin juga menyukai