Oleh : M U R T A Q I B., S. Kp
PENDAHULUAN
Paru paru merupakan organ tubuh yang sangat penting yang dilindungi oleh
tulang tulang costa dari berbagai ancaman yang dapat mengganggu fungsi maupun
struktur organ paru paru. Berbagai kondisi, dengan atau tanpa trauma dapat
mengakibatkan cedera maupun gangguan pada fungsi paru paru.
Paru paru yang mengalami cedera pada rongga pleura baik yang disebabkan
oleh trauma spontan maupun oleh akibat/efek tindakan pembedahan dapat
mengakibatkan penurunan fungsi sistem pernafasan baik berupa ekspansi dada
yang tidak optimal maupun terjadinya kolaps pada paru paru. Terjadinya kolaps paru
paru hal ini didasarkan pada mekanisme pernafasan normal bekerja atas dasar
prinsip tekanan negatif, yaitu tekanan dalam rongga dada adalah lebih rendah dari
tekanan atmosfir, sehingga menyebabkan udara dapat bergerak kedalam paru paru
selama inspirasi. Bila mana dada dibuka, untuk alasan apapun, dapat menyebabkan
terjadinya kehilangan tekanan negatif dalam paru paru yang dapat menyebabkan
kolapsnya paru paru. Penumpukan udara, cairan atau substansi lain dalam rongga
dada dapat mengganggu fungsi kardiopulmonal. Substansi patologis yang terkumpul
dalam rongga pleura dapat berupa darah, pus, gas, serosa, kilus, dll.
Insisi bedah dinding dada hampir selalu menyebabkan pneumothoraks sampai
pada tingkatan tertentu. Udara dan cairan tertentu yang terkumpul dalam rongga
pleura dapat membatasi ekspansi paru paru dan mengganggu pertukaran gas.
Penting artinya agar untuk menjaga rongga pleura pascaoperatif untuk
2. Sistem dua botol. Botol pertama digunakan sebagai penampung cairan dan udara
dan botol kedua berfungsi sebagai water seal. Sistem dua botol digunakan untuk
mengatasi hemothoraks (darah), hemopneumothoraks (darah dan udara) dan
efusi pleura (cairan serosa). Sistem dua botol terdiri atas bilik water seal yang
sama ditambahkan dengan botol pengumpul cairan. Pada prinsipnya sistem
drainase dua botol ini mirip dengan sistem satu botol, kecuali bahwa ketika cairan
3. Sistem tiga botol. Sistem tiga botol serupa dengan dalam semua aspek dengan
sistem dua botol, kecuali untuk tambahan botol ketiga untuk mengontrol jumlah
isapan yang diberikan. Fungsi dua botol pertama adalah sama seperti pada
sistem drainase dua botol, dan botol ketiga dihubungkan pada alat pengontrol
suction. Pada sistem tiga botol drainase tergantung tergantung pada gaya
gravitasi atau jumlah isapan yang diberikan. Jumlah isapan ditentukan oleh
kedalaman sampai mana ujung slang dicelupkan dalam botol. Kedalaman yang
lazim adalah sampai 10-20 cm Jumlah isapan pada sistem ini dikendalikan oleh
botol manometer. Motor penghisap mekanis atau penghisap pada dinding
menciftakan dan mempertahankan tekanan negatif diseluruh sistem drainase
tertutup. Bila vacum dalam sistem menjadi lebih besar dari kedalaman dimana
selang dicelupkan, udara luar akan terisap kedalam sistem. Hal ini
mengakibatkan penggembungan konstan dalam botol manometer (pengatur
tekanan) yang menunjukan sistem berfungsi dengan baik. Catatan : bila vacum
dinding dimatikan, sistem drainase harus terbuka ke atmosfir sehingga udara
intrapleura dapat keluar dari sistem. Hal ini dapat dilakukan dengan melepaskan
selang dari lubang penghisap ke vent yang tersedia. Lihat gambar dibawah ini :
TUJUAN
Pemasangan selang dada mempunyai tujuan yaitu :
1. Terapi : Drainase cairan dan udara dalam rongga pleura. Pemasangan selang
dada akan memulihkan tekanan negatif dalam rongga pleura, hal ini akan tercapai
dengan membuang akumulasi udara atau cairan yang terdapat dari dalam rongga
pleura. Akumulasi cairan dan udara tersebut biasanya diakibatkan oleh trauma,
penyakit pernafasan kronis atau bedah thoraks. Dengan dilakukan pemasangan
WSD ini, maka akan mencegah udara masuk kembali kedalam rongga pleura
ketika akumulasi udara atau cairan dialirkan keluar dari rongga pleura. Menurut
Nurachmah (2000), pemasangan selang dada bertujuan untuk mengeluarkan gas,
cairan darah atau cairan asing yang bersifat solid dari rongga pleura atau rongga
thoraks dan ruang mediastinum. Juga bertujuan untuk memulihkan ekspansi paru
paru dan fungsi kardiopulmonal setelah pembedahan, trauma atau kondisi medis
lainnya.
2. Pemantauan : Untuk mengetahui fungsi paru paru dan menentukan perlu tidaknya
tindakan pembedahan thoraks.
PROSEDUR KERJA
1. TAHAP PERSIAPAN
1. PERSIAPAN PERAWAT :
a. Melakukan pengkajian klien, baca catatan keperawatan dan medis
b. Rumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien
c. Buat rencana tindakan (intervensi) keperawaatan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien
d. Minta bantuan tenaga perawat lain, jika diperlukan
e. Cuci tangan dan siapkan alat yang akan digunakan.
2. PERSIAPAN KLIEN :
a. Pastikan identitas klien benar
b. Kaji kondisi klien
c. Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarganya mengenai tindakan
yang akan dilakukan
d. Jaga privacy klien
3. PERSIAPAN ALAT :
Pada prinsipnya perisapan alat yang diperlukan untuk perawatan WSD hampir
sama dengan prasat penggantian balutan, yaitu :
REFERENSI :
Potter and Perry. (2005). Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, Edisi 5.
Jakarta EGC
Smelter & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and
Suddarth. Vol 1. Jakarta : EGC
Potter and Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktek. Jakarta : EGC
Aziz Alimul H & Uliyah M, (2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC
Ni Luh Gede Y & Effendy C. (2003). Keperawatan Medikal Bedal : Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC