Anda di halaman 1dari 12

PERAWATAN WATER SEAL DRAINASE (WSD)

Oleh : M U R T A Q I B., S. Kp

TUJUAN INSTRUKSIONAL PRAKTIKUM :


Setelah mengikuti proses pembelajaran praktikum, mahasiswa diharapkan
akan dapat :
1. Menjelaskan pengertian tindakan perawatan Water Seal Drainase (WSD)
2. Menjelaskan tujuan dari dilakukannya perawatan WSD
3. Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi dari di lakukannya perawatan WSD
4. Menjelaskan hal hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan perawatan
pada klien yang terpasang WSD
5. Menjelaskan prosedur kerja perwatan pada klien yang terpasang WSD
6. Mendemontrasikan teknik perawatan klien yang terpasang WSD

PENDAHULUAN
Paru paru merupakan organ tubuh yang sangat penting yang dilindungi oleh
tulang tulang costa dari berbagai ancaman yang dapat mengganggu fungsi maupun
struktur organ paru paru. Berbagai kondisi, dengan atau tanpa trauma dapat
mengakibatkan cedera maupun gangguan pada fungsi paru paru.
Paru paru yang mengalami cedera pada rongga pleura baik yang disebabkan
oleh trauma spontan maupun oleh akibat/efek tindakan pembedahan dapat
mengakibatkan penurunan fungsi sistem pernafasan baik berupa ekspansi dada
yang tidak optimal maupun terjadinya kolaps pada paru paru. Terjadinya kolaps paru
paru hal ini didasarkan pada mekanisme pernafasan normal bekerja atas dasar
prinsip tekanan negatif, yaitu tekanan dalam rongga dada adalah lebih rendah dari
tekanan atmosfir, sehingga menyebabkan udara dapat bergerak kedalam paru paru
selama inspirasi. Bila mana dada dibuka, untuk alasan apapun, dapat menyebabkan
terjadinya kehilangan tekanan negatif dalam paru paru yang dapat menyebabkan
kolapsnya paru paru. Penumpukan udara, cairan atau substansi lain dalam rongga
dada dapat mengganggu fungsi kardiopulmonal. Substansi patologis yang terkumpul
dalam rongga pleura dapat berupa darah, pus, gas, serosa, kilus, dll.
Insisi bedah dinding dada hampir selalu menyebabkan pneumothoraks sampai
pada tingkatan tertentu. Udara dan cairan tertentu yang terkumpul dalam rongga
pleura dapat membatasi ekspansi paru paru dan mengganggu pertukaran gas.
Penting artinya agar untuk menjaga rongga pleura pascaoperatif untuk

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 1


mempertahankan tekanan negatif didalam ruang potensial ini. Karenanya selama
atau segera setelah bedah toraks, kateter dada harus dipasangkan secara strategis
didalam rongga pleura yang kemudian difiksasi kedinding dada dan disambungkan
dengan sistem drainase. Pemasangan selang dada atau water seal drainase (WSD)
merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
paru paru baik pada klien dengan gangguan pada rongga pleura akibat penyakit paru
maupun pada klien dengan pascaoperatif thoraks. Ada beberapa teknis selang dada
yang dapat dilakukan pada klien yang memerlukan pemasangan water seal drainase
(WSD), yaitu :
1. Sistem satu botol. Hanya menggunakan gaya gravitasi untuk mendorong drainase
udara dan cairan dari roangga pleura. Sistem satu botol biasanya hanya
digunakan untuk mengatasi pneumothoraks. Pada prinsipnya sistem satu botol ini
adalah ujung selang drainase dari dada pasien akan dicelupkan kedalam air, yang
memungkinkan drainase udara dan cairan dari rongga pleura tetapi tidak
memungkinkan udara atau cairan tersebut mengalir kembali kedalam rongga
dada atau rongga pleura. Secara fungsional drainase sistem satu botol ini hanya
mengandalkan pada gaya gravitasi dan mekanisme pernafasan. Oleh karenanya
dengan naiknya ketinggian cairan dalam botol, maka akan menjadi lebih sulit bagi
udara dan cairan untuk keluar dari rongga dada atau rongga pleura, sehingga
dapat ditambahkan alat penghisap. Lihat gambar dibawah ini :

2. Sistem dua botol. Botol pertama digunakan sebagai penampung cairan dan udara
dan botol kedua berfungsi sebagai water seal. Sistem dua botol digunakan untuk
mengatasi hemothoraks (darah), hemopneumothoraks (darah dan udara) dan
efusi pleura (cairan serosa). Sistem dua botol terdiri atas bilik water seal yang
sama ditambahkan dengan botol pengumpul cairan. Pada prinsipnya sistem
drainase dua botol ini mirip dengan sistem satu botol, kecuali bahwa ketika cairan

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 2


dari rongga pleura terkumpul, sistem seal dibawah tidak terpengaruh oleh valume
drainase. Drainase yang efektif tergantung pada gaya gravitasi atau pada jumlah
isapan yang ditambahkan pada sistem. Lihat gambar dibawah ini :

3. Sistem tiga botol. Sistem tiga botol serupa dengan dalam semua aspek dengan
sistem dua botol, kecuali untuk tambahan botol ketiga untuk mengontrol jumlah
isapan yang diberikan. Fungsi dua botol pertama adalah sama seperti pada
sistem drainase dua botol, dan botol ketiga dihubungkan pada alat pengontrol
suction. Pada sistem tiga botol drainase tergantung tergantung pada gaya
gravitasi atau jumlah isapan yang diberikan. Jumlah isapan ditentukan oleh
kedalaman sampai mana ujung slang dicelupkan dalam botol. Kedalaman yang
lazim adalah sampai 10-20 cm Jumlah isapan pada sistem ini dikendalikan oleh
botol manometer. Motor penghisap mekanis atau penghisap pada dinding
menciftakan dan mempertahankan tekanan negatif diseluruh sistem drainase
tertutup. Bila vacum dalam sistem menjadi lebih besar dari kedalaman dimana
selang dicelupkan, udara luar akan terisap kedalam sistem. Hal ini
mengakibatkan penggembungan konstan dalam botol manometer (pengatur
tekanan) yang menunjukan sistem berfungsi dengan baik. Catatan : bila vacum
dinding dimatikan, sistem drainase harus terbuka ke atmosfir sehingga udara
intrapleura dapat keluar dari sistem. Hal ini dapat dilakukan dengan melepaskan
selang dari lubang penghisap ke vent yang tersedia. Lihat gambar dibawah ini :

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 3


4. Sistem disposibel komersial. Sistem drainase dada harus mampu mengeluarkan
apa saja yang terkumpul dalam rongga pleura sehingga rongga pleura normal
dan fungsi kardiopulmonal normal dan dapat dipulihkan dan dipertahankan.
Sistem drainase disposibel komersial yang tersedia (seperti : Pleur-evac,
Thoraclex, Argyle, Atrium) adalah metode yang paling umum saat ini digunakan
untuk memberikan drainase water seal. Sistem ini menggunakan prinsip yang
sama dengan water seal sistem tiga botol. Selang dada atau kateter
disambungkan kesistem drainase, dengan menggunakan katup satu arah. Air
dalam bilik kedua bekerja sebagai seal dan memungkinkan udara udara dan
cairan mengalir dari dada kedalam bilik pertama, tetapi udara tidak dapat
memasuki kembali ke selang dada. Drainase menumpuk didalam bilik pertama
dan udara keluar melalui dan dari bilik kedua. Ketinggian air berfluktuasi sejalan
dengan gerakan pernafasan klien, air tersebut bergerak keatas ketika klien
menghirup udara dan bergerak kebawah ketika klien menghembuskan nafas.
Penghisapan mungkin ditambahkan kebilik kedua untuk menciftakan tekanan
negatif untuk meningkatkan drainase cairan dan pembuangan udara.
Penambahan penghisapan menimbulkan gelembung konstan pada bilik ketiga.
Jika gelembung konstan terjadi padahal tidak adanya penghisap, maka mungkin
terjadi kebocoran udara dari paru paru atau kebocoran dalam sistem. Pada
intinya sistem disposibel komersial bekerja baik sebagai sistem dua botol (jika
tanpa mesin penghisap) atau sebagai sistem tiga botol (ketika mengggunakan
mesin penghisap) dalam penggunaanya membutuhkan air steril dan bergantung
pada intruksi pabrik pembuatnya. Lihat gambar dibawah ini :

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 4


Buku Petunjuk Praktikum KMB I 5
PENGERTIAN
Pemasangan selang dada atau water seal drainase adalah suatu metode
selang drainase intrapleural yang digunakan setelah prosedur intrathorakal, satu atau
lebih kateter dada dipasang dalam rongga pleura yang kemudian disambungkan
dengan sistem drainase (Nurachmah, 2000). Pemasangan selang dada kedalam
rongga torakik klien dan dihubungkan pada sistem drainase water seal (Effendi, C,
2003).

TUJUAN
Pemasangan selang dada mempunyai tujuan yaitu :
1. Terapi : Drainase cairan dan udara dalam rongga pleura. Pemasangan selang
dada akan memulihkan tekanan negatif dalam rongga pleura, hal ini akan tercapai
dengan membuang akumulasi udara atau cairan yang terdapat dari dalam rongga
pleura. Akumulasi cairan dan udara tersebut biasanya diakibatkan oleh trauma,
penyakit pernafasan kronis atau bedah thoraks. Dengan dilakukan pemasangan
WSD ini, maka akan mencegah udara masuk kembali kedalam rongga pleura
ketika akumulasi udara atau cairan dialirkan keluar dari rongga pleura. Menurut
Nurachmah (2000), pemasangan selang dada bertujuan untuk mengeluarkan gas,
cairan darah atau cairan asing yang bersifat solid dari rongga pleura atau rongga
thoraks dan ruang mediastinum. Juga bertujuan untuk memulihkan ekspansi paru
paru dan fungsi kardiopulmonal setelah pembedahan, trauma atau kondisi medis
lainnya.
2. Pemantauan : Untuk mengetahui fungsi paru paru dan menentukan perlu tidaknya
tindakan pembedahan thoraks.

INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI


Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa tindakan pemasangan WSD
dilakukan untuk mengeluarkan cairan atau udara dari dalam rongga pleura dan
membuat tekanan intrapleura menjadi negatif. Biasanya pemasangan selang dada ini
dapat terjadi pada berbagai macam penyakit paru paru seperti :
Pneumothoraks > 20 %
Penumothoraks < 20 % yang memerlukan ventilator
Hemothoraks
Hemopneumothoraks
Empyema thoraks
Fluidothoraks yang tak dapat diatasi dengan tindakan fungsi

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 6


Pasca thorakotomy
Sedangkan untuk kontra indikasi pemasangan WSD, tidak ada kontra indikasi
secara mutlak. Namun demikian, pemasangan WSD ini selain mempunyai kegunaan
yang sangat baik, juga mempunyai berbagai kemungkinan komplikasi seperti :
Perdarahan pleura
Hematoma paru paru dan dinding dada
Tension pneumothoraks
Kegagalan pengembangan paru paru
Infeksi

HAL HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


Berbagai hal yang harus diperhatikan pada klien dengan pemasangan selang
dada atau WSD adalah :
1. Fungsi alat WSD
2. Adanya tanda undulasi pada saat respirasi
3. Posisi selang dada bebas dari lipatan dan terpelintir
4. Kondisi konektor / sambungan selang
5. Daerah insersi selang
6. Kondisi pernafasan klien
7. Fikasasi pada insersi selang ketubuh klien
8. Jumlah dan warna cairan drainase
Secara umum, beberapa hal yang harus diperhatikan pada klien yang
dilakukan pemasangan WSD adalah :
1. Posisi tidur klien semi fowler (15 30 derajat).
2. Letak botol WSD harus tampak jelas dan bebas. Mudah diamati dan selang dada
berwarna transparans atau jernih.
3. Selang dada tidak boleh diletakan menyilang dengan tubuh klien
4. Selang dada harus bersih dan bebas dari kotoran
5. Selang dada tidak boleh tertekuk atau terpelintir
6. Ujung selang harus terrendam dalam cairan desinfektan
7. Alat WSD harus diyakinkan berfungsi dengan baik :
Adanya undulasi pada selang dada sesuai gerakan pernafasan
Adanya gelembung udara pada botol kontrol tekanan jika menggunakan alat
penghisap

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 7


8. Awasi drainase setiap jam, pada 3 jam pertama pasca pemasangan selang
dada. Selanjutnya pantau drainase setiap shift jaga dan catat total produk cairan
dalam 24 jam.
9. Ganti/cuci botol WSD setiap hari dan gunakan desinfektan yang baru.
10. Bagi klien yang mengalami cedera kepala, posisi tidur boleh supinasi.
11. Lokasi pemasangan selang dada :
Melalui intra costae II III (linea medio clavikula)
Melalui intra costae IX X (linea aksilaris depan)

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 8


12. Beberapa respon yang dapat ditimbulkan dari pemasangan selang dada.
A. Respon yang diharapkan :
Membuang udara, cairan atau darah dari rongga pleura berhasil dilakukan
sejalan dengan pemulihan tekanan negatif
Bunyi nafas yang terauskultasi membaik dan klien secara subyektif mulai
merasa lebih baik
Hasil pemeriksaan AGD terakhir normal
B. Respon yang merugikan :
Pembuangan udara, cairan atau darah dari rongga pleura tersumbat,
kemungkinan karena malfungsi pada sistem drainase
Tekanan negatif tidak pulih, kemungkinan karena terjadi kebocoran udara
Bunyi nafas yang terauskultasi tidak menunjukan perbaikan dan dapat
menyimpang
Klien mengeluh sesak nafas yang berkepanjangan
Hasil pemeriksaan AGD tidak berubah
Terjadi tension pneumothoraks

PROSEDUR KERJA
1. TAHAP PERSIAPAN
1. PERSIAPAN PERAWAT :
a. Melakukan pengkajian klien, baca catatan keperawatan dan medis
b. Rumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien
c. Buat rencana tindakan (intervensi) keperawaatan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien
d. Minta bantuan tenaga perawat lain, jika diperlukan
e. Cuci tangan dan siapkan alat yang akan digunakan.
2. PERSIAPAN KLIEN :
a. Pastikan identitas klien benar
b. Kaji kondisi klien
c. Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarganya mengenai tindakan
yang akan dilakukan
d. Jaga privacy klien
3. PERSIAPAN ALAT :
Pada prinsipnya perisapan alat yang diperlukan untuk perawatan WSD hampir
sama dengan prasat penggantian balutan, yaitu :

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 9


a. bak instrumen steril berisi :
- kom kecil : 2 buah
- pinset anatomis : 2 buah
- pinset cirurgis : 1 buah
- gunting kasa : 1 buah
- kasa steril secukupnya
b. sarung tangan steril
c. sarung tangan bersih
d. klem 2 buah (tanpa gerigi)
e. betadin
f. cairan NaCl 0,9 %
g. duk steril 3 buah
h. plester
i. gunting plester
j. korentang
k. perlak dan pengalas
l. bengkok
m. masker
n. tempat sampah

2. TAHAP KERJA (PELAKSANAAN)


1. Ucapkan salam, perkenalkan perawat atau sebutkan nama serta tanggung
jawab perawat yang akan dilakukan.
2. Panggil klien dengan nama kesukaannya.
3. Jelaskan prosedur, tujuan dan lama tindakan yang akan dilakukan
4. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya, minta klien untuk memberitahu
tanda secara verbal/non verbal jika klien merasa tidak nyaman dengan
prosedur yang dilakukan
5. Menjaga privacy klien, dengan memasang sampiran disekitar tempat tidur
klien
6. Mengatur posisi klien semi fowler dengan posisi kepala mengarah berlawanan
dengan letak selang dada
7. Letakan alas perlak dibawah punggung klien sesuai dengan letak selang dada
(kiri atau kanan)
8. Periksa balutan luka pada insersi selang dada terhadap adanya rembesan
cairan dan bunyi berdesis.

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 10


9. Periksa alat WSD atau continuous suction yang digunakan. Yakinkan alat
tersebut berfungsi dengan baik. SEGERA klem selang dada jika alat tak
berfungsi dengan baik.
10. Periksa selang dada terhadap adanya kebocoran terutama pada daerah
konektor dan kemungkinan selang tertekuk/terpelintir. Cek produk drainase
(warna, jumlah, dll).
11. Anjurkan klien untuk latihan tarik nafas panjang 5 kali
12. Lakukan klem selang dada selama tindakan perawatan (klem selang dada
dilakukan didua tempat, yaitu didekat ujung insersi selang ke dada dan dekat
botol penampung)
13. Lepas balutan luka pada insersi selang dada, cek ulang adanya suara
berdesis, lakukaan desinfeksi dengan kasa betadine dibagian insersi dan
selang dada sepanjang 8 10 cm, bersihkan dengan kasa kering kemudian
ditutup dengan kasa steril. Hati hati dengan benang jahitan jangan sampai
tertarik simpulnya.
14. Lakukan fiksasi selang dada dengan baik dan benar
15. Buka klem selang dada dan yakinkan alat WSD berfungsi kembali
16. Ganti botol WSD dan cairan desinfektan jika diperlukan
17. Bereskan kembali alat alat yang telah digunakan
18. Rapihkan klien dan atur posisi tidur yang nyaman bagi klien dan anjurkan klien
untuk tetap berlatih nafas dalam
19. Cuci tangan
TAMBAHAN :
YANG HARUS DIPERHATIKAN KETIKA KLIEN HABIS DIPASANG SELANG WSD
DARI RUANG OK
1. Hubungkan selang drainase dari rongga pleura keselang
didalam botol yang terendam cairan desinfektan
2. Sambungan selang sebaiknya diberi plester supaya
terfiksasi dengan baik, selang harus terendam cairan kurang lebih 2,5 cm
3. Beri tanda pada botol jumlah cairan desinfektan
4. Catat setiap jam jumlah cairan yang keluar, selang tidak
boleh terlipat dan menyilangkan badan
5. Observasi fungsi WSD, berfungsi dengan baik jika :
- adanya undulasi dalam selang WSD dan gerakannya sesuai
dengan gerakan pernafasan (sistem 1 botol)
- ada gelembung udara pada botol kontrol tekanan (continus
suction)

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 11


- permukaan cairan akan naik turun dalam water seal bila klien
menghirup atau mengeluarkan nafas
5. Laporkan segera jika ada tanda tanda pernafasan dangkal dan cepat,
sianosis, perdarahan yang banyak, emfisema
6. Minta klien untuk latihan menarik nafas dalam dan batuk secara teratur
7. Lakukan tindakan perawatan WSD
C. TAHAP EVALUASI
1. Evaluasi respon klien
2. Kaji tanda vital, RR, nadi (status hemodinamik klien)
3. Berikan reinforcement positif
4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
5. Mengakhiri kegiatan dengan baik
D. DOKUMENTASI
1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan.
2. Catat hasil pengkajian terhadap respon klien setelah dilakukan tindakan.
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan : SOAP
4. Tanda tangan dan nama perawat

REFERENSI :
Potter and Perry. (2005). Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, Edisi 5.
Jakarta EGC

Smelter & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and
Suddarth. Vol 1. Jakarta : EGC

Potter and Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktek. Jakarta : EGC

Aziz Alimul H & Uliyah M, (2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC

Nurachmah E & Sitorus R. (2000). Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta : EGC

Ni Luh Gede Y & Effendy C. (2003). Keperawatan Medikal Bedal : Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC

Buku Petunjuk Praktikum KMB I 12

Anda mungkin juga menyukai