KONSENSUS
PENATALAKSANAAN PENYAKIT
HIV/AIDS
NUR WIDAYATI
HIV??? AIDS ??
HIV??? AIDS ???
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome): sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh.
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/
https://www.aids.gov/hiv-aids-basics/hiv-aids-101/signs-and-symptoms/
https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html
PERMASALAHAN HIV/AIDS
Belum ada obat untuk menyembuhkan dan belum ada
vaksin yang bisa mencegah infeksi HIV.
Pengidap HIV menjadi pembawa virus dan dapat menularkan
penyakit seumur hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan
tampak sehat.
Biaya pengobatan mahal/ harus seumur hidup.
http://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet
Sub-Saharan Africa is the most affected region, with 25.6 (23.1–28.5)
million people living with HIV (PLWH) in 2015. Also sub-Saharan Africa
accounts for two-thirds of the global total of new HIV infections.
It is estimated that currently only 60% of people with HIV know their
status. The remaining 40% or over 14 million people need to access HIV
testing services.
Between 2000 and 2015, new HIV infections fell by 35%, AIDS-related
deaths fell by 28% with some 8 million lives saved.
There is no cure for HIV infection. However, effective antiretroviral
(ARV) drugs can control the virus and help prevent transmission so that
people with HIV, and those at substantial risk, can enjoy healthy, long
and productive lives.
Expanding ART to all people living with HIV and expanding prevention
choices can help avert 21 million AIDS-related deaths and 28 million
new infections by 2030.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/
http://www.who.int/gho/hiv/hiv_013.jpg?ua=1
http://apps.who.int/gho/data/view.main.22100?lang=en
Sign up for WHO updates
Sign up for WHO updates
PEOPLE LIVING WITH HIV ACCESSING
ANTIRETROVIRAL THERAPY
As of June 2016, 18.2 million [16.1 million–19.0 million] people living
with HIV were accessing antiretroviral therapy, up from 15.8 million in
June 2015 and 7.5 million in 2010.
In 2015, around 46% [43–50%] of all people living with HIV had
access to treatment.
In 2015, some 77% [69–86%] of pregnant women living with HIV had
access to antiretroviral medicines to prevent transmission of HIV to
their babies.
http://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet
http://www.who.int/hiv/pub/arv/global-AIDS-update-2016_en.pdf
NEW HIV INFECTIONS
Worldwide, 2.1 million [1.8 million–2.4 million] people became newly
infected with HIV in 2015.
New HIV infections among children have declined by 50% since
2010.
Worldwide, 150 000 [110 000–190 000] children became newly
infected with HIV in 2015, down from 290 000 [250 000–350 000]
in 2010.
Since 2010 there have been no declines in new HIV infections
among adults.
Every year since 2010, around 1.9 million [1.9 million–2.2 million]
adults have become newly infected with HIV.
http://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet
http://www.who.int/hiv/pub/arv/global-AIDS-update-2016_en.pdf
AIDS-RELATED DEATHS
AIDS-related deaths have fallen by 45% since the peak in 2005.
In 2015, 1.1 million [940 000–1.3 million] people died from AIDS-
related causes worldwide, compared to 2 million [1.7 million–2.3
million] in 2005.
HIV/TUBERCULOSIS
Tuberculosis-related deaths among people living with HIV have fallen by
32% since 2004.
Tuberculosis remains the leading cause of death among people living
with HIV, accounting for around one in three AIDS-related deaths.
In 2014, the percentage of identified HIV-positive tuberculosis
patients who started or continued on antiretroviral therapy reached
77%.
http://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet
http://www.who.int/hiv/pub/arv/global-AIDS-update-2016_en.pdf
http://www.who.int/hiv/pub/arv/global-AIDS-update-2016_en.pdf
PERMASALAHAN HIV/AIDS DI
INDONESIA
kasus
terdeteksi
FENOMENA GUNUNG ES
(?)
https://www.statista.com/topics/773/hiv-aids-worldwide/
https://www.statista.com/statistics/270209/countries-with-the-highest-global-hiv-prevalence/
Jumlah kumulatif kasus penderita HIV dari 19872014: 150.296,
AIDS: 55.799 orang
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin%20AIDS.pdf
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-profil-kesehatan.html
http://www.aidsindonesia.or.id/elib/home/detail/1864
TRANSISI DEMOGRAFI DAN TRANSISI EPIDEMIOLOGI
USIA PRODUKTIF YG RENTAN TERINFEKSI HIV-AIDS CENDERUNG
MENINGKAT
PENANGGULANGAN HIV/AIDS
Tujuan:
menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru
menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan
oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS
meniadakan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan
AIDS (ODHA) Three Zero
meningkatkan kualitas hidup ODHA
nol diskriminasi
Pada tahun 2014, terdapat 36,9 juta orang hidup dengan HIV di dunia. infeksi
HIV baru diperkirakan mencapai 2 juta, dan kematian terkait AIDS adalah 1,2
juta.
Pada Maret 2015, 15 juta orang menerima ART, mencapai '15 by 15' target,
sembilan bulan lebih cepat dari jadwal.
SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
The Millennium Development Goals (MDGs) berakhir September 2015
and diganti dengan Post-2015 Development Framework, termasuk
Sustainable Development Goals (SDGs).
MDGs tujuan 6 yang ditujukan pada pemberantasan HIV/AIDS, TB dan
Malaria; tujuan 4 menurunkan kematian anak; dan tujuan 5
meningkatkan kesehatan ibu diganti dengan satu tujuan kesehatan
menyeluruh yaitu.
“Tujuan 3: menjamin adanya kehidupan yang sehat, serta mendorong
kesejahteraan untuk semua orang di dunia pada semua usia”.
Tujuan baru ini mengandung target 3.3 yang bertujuan untuk mengakhiri
epidemi AIDS pada tahun 2030, dan Target 3.8 yaitu mencapai cakupan
kesehatan menyeluruh, akses ke layanan kesehatan yang berkualitas,
dan akses obat-obatan dan vaksin yang aman, efektif, berkualitas harga
terjangkau untuk semua.
90–90–90 – TARGET AMBISIUS UNTUK MENGAKHIRI EPIDEMI
AIDS
Pada tahun 2020, 90% dari semua orang yang hidup dengan HIV
akan mengetahui status HIV mereka.
Pada tahun 2020, 90% dari semua orang dengan diagnosa infeksi
HIV akan menerima terapi antiretroviral berkelanjutan.
Pada tahun 2020, 90% dari semua orang yang menerima terapi
antiretroviral akan menunjukan viral suppression
Viral Suppression
When antiretroviral therapy (ART) reduces a person’s viral load (HIV RNA) to an
undetectable level (less than 200 copies per milliliter of blood). Viral suppression does
not mean a person is cured; HIV still remains in the body. If ART is discontinued, the
person’s viral load will likely return to a detectable level.
https://aidsinfo.nih.gov/education-materials/glossary/1650/viral-suppression
https://www.aids.gov/hiv-aids-basics/staying-healthy-with-hiv-aids/taking-care-of-yourself/achieving-suppressed-viral-load/
http://www.who.int/bulletin/volumes/91/5/12-112946/en/
Target 90-90-90 merujuk pada rangkaian dimana seseorang
diperiksa, terhubung dan tetap dalam perawatan HIV, dan
menginisiasi dan mematuhi obat antiretroviral (ARV).
Penggunaan ARV menekankan pentingnya mencapai 'viral
supression‘, titik di mana jumlah virus berkurang sampai tidak
terdeteksi dan seseorang tidak mungkin untuk menularkan HIV
kepada orang lain.
Menindaklanjuti hasil kajian START (Timing Strategis
Antiretroviral Treatment), pedoman pengobatan HIV terbaru
WHO membuat semua orang yang hidup dengan HIV memenuhi
syarat untuk pengobatan, terlepas dari jumlah CD4.
The UNAIDS 2016-2021 Strategy menekankan
pentingnya respon global dalam menekan epidemi AIDS.
Pada tahun 2020 diharapkan:
kurang dari 500.000 orang yang terinfeksi HIV baru
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
UNAIDS dalam 2011–2015 Strategy mendefinisikan “Key
populations or key populations at higher risk (populasi
kunci/populasi kunci berisiko tinggi) adalah kelompok orang-orang
yang lebih mungkin terpapar HIV atau menularkan dan orang-
orang yang keterlibatannya sangat penting untuk kesuksesan
menanggapi HIV.
Di semua negara, populasi kunci termasuk penderita HIV.
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
Research has shown that the actionable causes of stigma and
discrimination (and their manifestations) are remarkably similar across
cultures. These causes include:
A lack of awareness regarding stigma and its harmful consequences.
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
AKTIVITAS UTAMA DALAM MENGURANGI STIGMA
DAN DISKRIMINASI
Program yang dirancang pada tingkat struktural:
Pengkajian terhadap kondisi hukum dan reformasi hukum
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
Program yang dilaksanakan di tingkat masyarakat:
oPemantauan berbasis masyarakat terhadap pelanggaran hak
(misalnya melakukan penilaian stigma dengan “People Living with
HIV Stigma Index”).
oProgram pendidikan partisipatif yang ditujukan untuk merubah sikap
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
oKampanye kesadaran HIV yang responsif terhadap
kebutuhan mereka yang paling terabaikan
Penguatan kapasitas organisasi masyarakat (khususnya
jalinan orang yang hidup dengan HIV dan populasi kunci
lainnya) pada kampanye dan advokasi, dan bagaimana
mengembangkan program antistigma berbasis masyarakat.
advokasi berbasis masyarakat untuk reformasi hukum dan
kebijakan, termasuk mengembangkan dan menerapkan
sistem yang efektif untuk mengatasi keluhan.
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
Program pada tingkat individu:
Konseling dan dukungan psikososial terkait stigma dan
diskriminasi.
Program dukungan dan perawatan terpadu untuk kualitas
hidup.
Dukungan sebaya dan kelompok dukungan (misalnya
pencegahan penularan dari ibu ke anak (Prevention of
mother-to-child transmission/PMTCT), terapi antiretroviral,
mengatasi stigma dan diskriminasi, dukungan kepatuhan,
kelompok pendukung).
Pelayanan hukum dan perbaikan diskriminasi.
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
PENGURANGAN STIGMA DAN DESKRIMINASI
FGD dan interaksi masyarakat yang melibatkan orang yang hidup
dengan HIV dan anggota masyarakat yang rentan terhadap infeksi HIV;
Penggunaan media, termasuk kampanye iklan, hiburan yang dirancang
untuk mendidik serta menghibur ("edutainment"), dan integrasi pesan
anti stigma melalui TV dan acara radio;
Keterlibatan agama dan tokoh masyarakat, selebriti;
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1549/5/BK2009-238.pdf
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN, TERKAIT DENGAN
PENANGGULANGAN IMS, HIV DAN AIDS
Keputusan Presiden Nomor 36, tahun 1994 tentang Pembentukan
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan KPA Daerah sebagai
lembaga pemerintah yang mengkoordinasikan pelaksanaan
pengendalian AIDS
Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya
peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS di seluruh Indonesia
untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru
dan kematian memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS di semua
tingkat, Anggaran dari sektor pemerintah meningkat, Masyarakat
umum termasuk LSM akan meningkatkan perannya sebagai mitra
pemerintah sampai ke tingkat desa, internasional diharapkan akan
tetap memberikan bantuan teknis dan dana.
dll
TUJUAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV DAN
AIDS SEKTOR KESEHATAN
Tujuan Umum:
Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas
hidup ODHA serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat
HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat.
Tujuan Khusus:
1. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan menciptakan
suasana kondusif untuk mendukung upaya pengendalian HIV dan
AIDS, dengan menitik beratkan pencegahan pada sub-populasi
berperilaku risiko tinggi dan lingkungannya dengan tetap
memperhatikan sub-populasi lainnya.
http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/beranda/42-dokumen-kebijakan-policy-document/regulasi/51-
kebijakan-penanggulangan-ims-hiv-dan-aids
2. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara
lembaga pemerintah, LSM, sektor swasta dan dunia usaha,
organisasi profesi, dan mitra internasional di pusat dan di
daerah untuk meningkatkan respon nasional terhadap HIV dan
AIDS.
3. Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah
serta inisiatif dalam pengendalian HIV dan AIDS.
http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/beranda/42-dokumen-kebijakan-policy-document/regulasi/51-
kebijakan-penanggulangan-ims-hiv-dan-aids
KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL
Sebagian besar kasus HIV dan AIDS terjadi pada kelompok
perilaku risiko tinggi yang merupakan kelompok yang
dimarjinalkan, maka program-program pencegahan dan
pengendalian HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan
keagamaan, adat-istiadat dan norma-norma masyarakat yang
berlaku di samping pertimbangan kesehatan.
Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan
dengan perilaku berisiko, oleh karena itu pengendalian harus
memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku tersebut
http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/beranda/42-dokumen-kebijakan-policy-document/regulasi/51-
kebijakan-penanggulangan-ims-hiv-dan-aids
KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN HIV DAN AIDS SEKTOR
KESEHATAN
Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100%
pada setiap hubungan seks berisiko, semata-mata hanya untuk
memutus rantai penularan HIV.
Upaya pengendalian HIV dan AIDS merupakan upaya-upaya terpadu
dari peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit,
pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan fakta ilmiah serta
dukungan terhadap ODHA.
Upaya pengendalian HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat,
pemerintah, dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan
LSM menjadi pelaku utama sedangkan pemerintah berkewajiban
mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang
mendukung terselenggaranya upaya pengendalian HIV dan AIDS.
http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/beranda/42-dokumen-kebijakan-policy-document/regulasi/51-
kebijakan-penanggulangan-ims-hiv-dan-aids
LAPORAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN
MILENIUM DI INDONESIA 2014
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
UPAYA PENTING UNTUK PERCEPATAN PENCAPAIAN
MDGS
Berdasarkan data persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki
pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS masih sangat rendah
yaitu 21 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan remaja
tentang HIV dan AIDS masih sangat rendah dan mengakibatkan
kelompok umur remaja tersebut sangat rentan terhadap penularan HIV
dan AIDS.
Untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran serta untuk
menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS maka dilakukan upaya
khusus secara terus menerus yang difokuskan pada kelompok usia
remaja terutama untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang
penyakit HIV dan AIDS dan salah satunya adalah melalui kampanye Aku
Bangga Aku Tahu (ABAT).
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
Kampanye ini merupakan strategi untuk menyampaikan dan
mensosialisasikan perilaku seksual yang berisiko yang
harus dihindari sebelum adanya komitmen pernikahan dan
penyadaran tentang tata cara penularan penyakit HIV
dan AIDS.
Kampanye ini akan dilakukan diseluruh Provinsi di Indonesia
dengan harapan agar pemerintah, dunia usaha, dan seluruh
lapisan masyarakat, khususnya generasi muda dapat lebih
mengenal serta melindungi diri dan orang lain dari risiko
penularan penyakit HIV dan AIDS.
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
Upaya lain yang dilakukan untuk menekan laju penyebaran penyakit
HIV dan AIDS adalah dengan peningkatan akses masyarakat
terhadap pengobatan dan penyediaan layanan terpadu atau
komprehensif HIV dan AIDS.
Sejak tahun 2010 sampai 2014 pelayanan HIV telah diperluas ke
seluruh provinsi dan kabupaten/kota prioritas. Sampai Desember
2014, ada 1.583 layanan konseling dan testing (KT), 465 layanan
perawatan dan dukungan pengobatan (PDP), 214 Pencegahan
Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA), 1.290 Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan 90 Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM).
Pada tahun 2014 telah dilakukan peningkatan jumlah Puskesmas
yang mampu melaksanakan inisiasi pemberian ARV. Perluasan
tes dan pengobatan layanan HIV-TB terintegrasi serta integrasi
layanan PPIA dan layanan Kesehatan Ibu dan Anak terjadi
peningkatan jumlah ibu hamil usia 15 tahun keatas yang tes
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
Penerbitan berbagai peraturan daerah mengenai pencegahan
dan penanggulangan HIV dan AIDS telah diterbitkan sebagai
upaya untuk menguatkan penanggulangan HIV dan AIDS.
Sampai awal tahun 2011, telah terbit 10 Peraturan Daerah
(Perda) tingkat Provinsi; 1 Peraturan Gubernur, dan 13 Perda
Kabupaten/Kota tekait penanggulangan HIV/AIDS dan jumlah
peraturan daerah ini akan meningkat seiring dengan perjalanan
waktu dengan upaya advokasi.
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
DESENTRALISASI OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV)
Sejak beberapa tahun terakhir Kementerian Kesehatan RI telah
mengembangkan desentralisasi obat ARV sebagai upaya untuk
meningkatkan pengelolaan supply chain management obat ARV
sehingga diperoleh persediaan obat ARV yang cukup dalam
jumlah, waktu dan tempat yang tepat serta didukung oleh kualitas
pelaporan yang baik dan akurat.
Dalam pelaksanaan desentralisasi, Dinas Kesehatan Provinsi
bertanggung jawab terhadap manajemen pelaporan rumah sakit dan
distribusi obat ARV di daerahnya.
Desentralisasi obat ARV ini dimulai pada tahun 2000 di lima provinsi
yaitu: Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Papua,
dan sampai tahun 2014 sudah terdapat 24 Provinsi yang telah
melaksanakan desentralisasi obat ARV. Pada tahun 2014 juga
dikembangkan desentralisasi sampai daerah Kabupaten/ Kota.
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT)
VCT
Voluntary—without coercion, a person decides to take an HIV test
http://www.who.int/hiv/topics/vct/toolkit/components/policy/r
eview_of_policies_programmes_and_guidelines.pdf
VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING
(VCT)
Voluntary HIV counselling and testing (VCT) is the process by which an
individual undergoes counselling enabling him or her to make an informed
choice about being tested for HIV.
This decision must be entirely the choice of the individual and he or she must
be assured that the process will be confidential.
HIV counselling has been defined as “a confidential dialogue between a person
and a care provider aimed at enabling the person to cope with stress and make
personal decisions related to HIV/AIDS. The counselling process includes an
evaluation of personal risk of HIV transmission and facilitation of preventive
behavior”.
The objectives of HIV counselling are the prevention of HIV transmission and
the emotional support of those who wish to consider HIV testing, both to help
them make a decision about whether or not to be tested, and to provide support
and facilitated decisionmaking following testing. With the consent of the client,
counseling can be extended to spouses and/ or other sexual partners and other
supportive family members or trusted friends where appropriate.
Counsellors may come from a variety of backgrounds including health care
workers, social workers, lay volunteers, people living with HIV, members of the
community such as a teachers, village elders, or religious workers/leaders.
http://data.unaids.org/Publications/IRC-pub01/jc379-vct_en.pdf
http://data.unaids.org/Publications/IRC-pub01/jc379-vct_en.pdf
http://data.unaids.org/Publications/IRC-pub01/jc379-vct_en.pdf
VOLUNTARY COUNSELING TEST
(VCT)
Proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing
HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini
membantu orang mengetahui status HIV.
Konseling pra testing memberikan pengetahuan tentang HIV &
manfaat testing, pengambilan keputusan untuk testing, dan
perencanaan atas issue HIV yang akan dihadapi.
Konseling post testing membantu seseorang untuk mengerti &
menerima status (HIV+) dan merujuk pada layanan dukungan.
https://kpa-provsu.org/vct.php
Konseling HIV/AIDS “ Dialog yang terjaga kerahasiaan antara konselor
dan klien ".
Konseling membantu orang mengetahui statusnya lebih dini,
menekankan kepada aspek perubahan perilaku, peningkatan
kemampuan menghadapi stress, ketrampilan pemecahan masalah.
Konseling HIV juga menekankan pada issue HIV terkait seperti
bagaimana hidup dengan HIV, Pencegahan HIV ke pasangan, dan
issue-issue HIV yang berkelanjutan.
KONSELOR HIV?
Full time counselor yang berlatar belakang psikologi&ilmuwan
psikologi (psychiatrists, family therapist, psikologi terapan) yang sudah
mengikuti pelatihan VCT dengan standar WHO.
Profesional dari kalangan perawat, pekerja sosial, & dokter.
https://kpa-provsu.org/vct.php