Anda di halaman 1dari 87

KEBIJAKAN, TATA KELOLA DAN

KONSENSUS
PENATALAKSANAAN PENYAKIT
HIV/AIDS

NUR WIDAYATI
HIV??? AIDS ??
HIV??? AIDS ???
 AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome): sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh.
 AIDS disebabkan oleh infeksi HIV.

 HIV (Human Immunodeficiency Virus) : virus yang menurunkan


kekebalan tubuh manusia dan termasuk golongan retrovirus yang
terutama ditemukan di dalam cairan tubuh, seperti darah, cairan mani,
cairan vagina dan air susu ibu.
 Akibat menurunnya kekebalan tubuh timbul berbagai penyakit
oportunistik seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru,
saluran pencernaan, otak dan kanker.
 Infeksi HIV bisa didiagnosa melalui rapid diagnostic tests (RDTs), yang
mendeteksi ada atau tidak nya antibodi HIV. Tes dapat memberikan hasil
pada hari yang sama pemeriksaan; penting untuk mendapatkan
perawatan seawal mungkin
TAHAPAN INFEKSI
Periode Jendela Infeksi Orang bisa menularkan
Biasanya 3-6 tetapi hasil tes negatif
bulan, tapi bisa dalam masa jendela ini
lebih

Masa laten bisa


berkisar antara 4 Masa laten HIV +
bulan sampai lebih
dari 10 tahun

Gangguan saraf krn Penyakit yg berkaitan dgn


HIV seperti pikun, mati AIDS HIV: Berat badan menurun,
rasa,terdapat Infeksi demam, diare
Oportunistik (IO)
AIDS is the most advanced stage of HIV infection
How is AIDS diagnosed?
The person’s immune system is severely damaged, as indicated by a CD4 count of less
than 200 cells/mm3. A CD4 count measures the number of CD4 cells in a sample of
blood. The CD4 count of a healthy person ranges from 500 to 1,600 cells/mm 3.
AND/OR The person has one or more opportunistic infections.
https://aidsinfo.nih.gov/education-materials/fact-sheets/19/46/the-stages-of-hiv-infection
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/164358/1/9789241598057_eng.pdf?ua=1
https://aidsetc.org/guide/hiv-classification-cdc-and-who-staging-systems
https://www.cdc.gov/hiv/pdf/hivtestingalgorithmrecommendation-final.pdf
https://books.google.co.id/books?id=LlTG5E64XC8C&pg=PA57&lpg=PA57&dq=hiv+aids+gejala+google+book&source=bl&ots=YYVqYr-2BO&sig=UmshRwel-
fGeEN5M-YMYTFFK1q8&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
http://i-base.info/qa/factsheets/hiv-transmission-and-testing
SIGNS AND SYMPTOMS
 The first few weeks after initial infection, individuals may
experience no symptoms or an influenza-like illness including
fever, headache, rash or sore throat.
 As the infection progressively weakens the immune system, an
individual can develop other signs and symptoms, such as
swollen lymph nodes, weight loss, fever, diarrhoea and cough.
 Without treatment, they could also develop severe illnesses such
as tuberculosis, cryptococcal meningitis, and cancers such as
lymphomas and Kaposi's sarcoma.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/
https://www.aids.gov/hiv-aids-basics/hiv-aids-101/signs-and-symptoms/
https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html
PERMASALAHAN HIV/AIDS
 Belum ada obat untuk menyembuhkan dan belum ada
vaksin yang bisa mencegah infeksi HIV.
 Pengidap HIV menjadi pembawa virus dan dapat menularkan
penyakit seumur hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan
tampak sehat.
 Biaya pengobatan mahal/ harus seumur hidup.

 Menurunkan mutu sumber daya manusia dan produktifitas


kerja, sehingga dapat mengganggu perekonomian negara.
 Penyakit ini telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia,
sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual dan
penggunaan jarum suntik terkontaminasi HIV pada pengguna
narkotika suntik (penasun)
FACT SHEET NOVEMBER 2016

GLOBAL HIV STATISTICS


36.7 million [34.0 million–39.8 million] people globally were living with HIV
(end 2015)
2.1 million [1.8 million–2.4 million] people became newly infected with HIV
(end 2015)
1.1 million [940 000–1.3 million] people died from AIDS-related illnesses
(end 2015)
78 million [69.5 million–87.6 million] people have become infected with HIV
since the start of the epidemic (end 2015)
35 million [29.6 million–40.8 million] people have died from AIDS-related
illnesses since the start of the epidemic (end 2015)

http://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet
 Sub-Saharan Africa is the most affected region, with 25.6 (23.1–28.5)
million people living with HIV (PLWH) in 2015. Also sub-Saharan Africa
accounts for two-thirds of the global total of new HIV infections.
 It is estimated that currently only 60% of people with HIV know their
status. The remaining 40% or over 14 million people need to access HIV
testing services.
 Between 2000 and 2015, new HIV infections fell by 35%, AIDS-related
deaths fell by 28% with some 8 million lives saved.
 There is no cure for HIV infection. However, effective antiretroviral
(ARV) drugs can control the virus and help prevent transmission so that
people with HIV, and those at substantial risk, can enjoy healthy, long
and productive lives.
 Expanding ART to all people living with HIV and expanding prevention
choices can help avert 21 million AIDS-related deaths and 28 million
new infections by 2030.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/
http://www.who.int/gho/hiv/hiv_013.jpg?ua=1
http://apps.who.int/gho/data/view.main.22100?lang=en
Sign up for WHO updates
Sign up for WHO updates
PEOPLE LIVING WITH HIV ACCESSING
ANTIRETROVIRAL THERAPY
As of June 2016, 18.2 million [16.1 million–19.0 million] people living
with HIV were accessing antiretroviral therapy, up from 15.8 million in
June 2015 and 7.5 million in 2010.
In 2015, around 46% [43–50%] of all people living with HIV had
access to treatment.
In 2015, some 77% [69–86%] of pregnant women living with HIV had
access to antiretroviral medicines to prevent transmission of HIV to
their babies.

http://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet
http://www.who.int/hiv/pub/arv/global-AIDS-update-2016_en.pdf
NEW HIV INFECTIONS
Worldwide, 2.1 million [1.8 million–2.4 million] people became newly
infected with HIV in 2015.
New HIV infections among children have declined by 50% since
2010.
 Worldwide, 150 000 [110 000–190 000] children became newly
infected with HIV in 2015, down from 290 000 [250 000–350 000]
in 2010.
Since 2010 there have been no declines in new HIV infections
among adults.
 Every year since 2010, around 1.9 million [1.9 million–2.2 million]
adults have become newly infected with HIV.

http://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet
http://www.who.int/hiv/pub/arv/global-AIDS-update-2016_en.pdf
AIDS-RELATED DEATHS
AIDS-related deaths have fallen by 45% since the peak in 2005.
 In 2015, 1.1 million [940 000–1.3 million] people died from AIDS-
related causes worldwide, compared to 2 million [1.7 million–2.3
million] in 2005.

HIV/TUBERCULOSIS
Tuberculosis-related deaths among people living with HIV have fallen by
32% since 2004.
 Tuberculosis remains the leading cause of death among people living
with HIV, accounting for around one in three AIDS-related deaths.
 In 2014, the percentage of identified HIV-positive tuberculosis
patients who started or continued on antiretroviral therapy reached
77%.

http://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet
http://www.who.int/hiv/pub/arv/global-AIDS-update-2016_en.pdf
http://www.who.int/hiv/pub/arv/global-AIDS-update-2016_en.pdf
PERMASALAHAN HIV/AIDS DI
INDONESIA
kasus
terdeteksi
FENOMENA GUNUNG ES

(?)
https://www.statista.com/topics/773/hiv-aids-worldwide/
https://www.statista.com/statistics/270209/countries-with-the-highest-global-hiv-prevalence/
Jumlah kumulatif kasus penderita HIV dari 1987­2014: 150.296, 
AIDS: 55.799 orang

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin%20AIDS.pdf
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-profil-kesehatan.html
http://www.aidsindonesia.or.id/elib/home/detail/1864
TRANSISI DEMOGRAFI DAN TRANSISI EPIDEMIOLOGI
USIA PRODUKTIF YG RENTAN TERINFEKSI HIV-AIDS CENDERUNG
MENINGKAT
PENANGGULANGAN HIV/AIDS
Tujuan:
menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru
menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan
oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS
meniadakan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan
AIDS (ODHA) Three Zero
meningkatkan kualitas hidup ODHA

mengurangi dampak sosial ekonomi dari HIV dan AIDS pada


individu, keluarga dan masyarakat.
THE JOINT UNITED NATIONS PROGRAMME ON
HIV AND AIDS (UNAIDS)
 pendukung utama untuk aksi global terhadap epidemik HIV
yang cepat, luas dan terkoordinasi.
 Misi UNAIDS adalah untuk memimpin, memperkuat dan
mendukung respon yang meluas terhadap HIV dan AIDS
yang termasuk mencegah transmisi HIV, menyediakan
fasilitas dan dukungan untuk orang yang sudah terlanjur
hidup dengan virus, mengurangi kerentanan seseorang dan
komunitas terhadap HIV dan mengurangi dampak epidemik.
PROGRAM PENANGGULANGAN
HIV/AIDS SECARA GLOBAL
 THE "3 BY 5" INISIATIF , yang diluncurkan oleh
UNAIDS dan WHO pada tahun 2003, adalah TARGET
global untuk mencapai 3 juta orang hidup dengan HIV/AIDS
di negara-negara ekonomi rendah dan menengah pada
akhir tahun 2005 mendapat pengobatan antiretroviral yang
memperpanjang hidup (ART).
 THE EIGHT MILLENNIUM DEVELOPMENT
GOALS (MDGs) ditetapkan tahun 2000.
Targetnya yaitu:
Tujuan 4: Menurunkan angka kematian anak
Tujuan 5: Meningkatkan kesehatan ibu
Tujuan 6: Memberantas HIV / AIDS, malaria dan
penyakit lainnya.
Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai
pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit
lainnya.
Political Declaration on HIV and AIDS
THE 2011 POLITICAL DECLARATION ON HIV AND AIDS: Intensifying
the efforts to eliminate HIV and AIDS, reaffirmed the 2006 Commitment, setting
10 targets to be achieved by 2015.
the '15 by 15' target : 15 juta orang akan tercapai dengan pengobatan HIV
pada tahun 2015.
Bersama dengan ini, UNAIDS mengembangkan sepuluh target terkait pada
'Getting to Zero' strategy 2011-2015. Visinya adalah:
nol infeksi HIV baru

nol kematian terkait AIDS

nol diskriminasi

Pada tahun 2014, terdapat 36,9 juta orang hidup dengan HIV di dunia. infeksi
HIV baru diperkirakan mencapai 2 juta, dan kematian terkait AIDS adalah 1,2
juta.
Pada Maret 2015, 15 juta orang menerima ART, mencapai '15 by 15' target,
sembilan bulan lebih cepat dari jadwal.
SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
 The Millennium Development Goals (MDGs) berakhir September 2015
and diganti dengan Post-2015 Development Framework, termasuk
Sustainable Development Goals (SDGs).
 MDGs tujuan 6 yang ditujukan pada pemberantasan HIV/AIDS, TB dan
Malaria; tujuan 4 menurunkan kematian anak; dan tujuan 5
meningkatkan kesehatan ibu diganti dengan satu tujuan kesehatan
menyeluruh yaitu.
“Tujuan 3: menjamin adanya kehidupan yang sehat, serta mendorong
kesejahteraan untuk semua orang di dunia pada semua usia”.
Tujuan baru ini mengandung target 3.3 yang bertujuan untuk mengakhiri
epidemi AIDS pada tahun 2030, dan Target 3.8 yaitu mencapai cakupan
kesehatan menyeluruh, akses ke layanan kesehatan yang berkualitas,
dan akses obat-obatan dan vaksin yang aman, efektif, berkualitas harga
terjangkau untuk semua.
90–90–90 – TARGET AMBISIUS UNTUK MENGAKHIRI EPIDEMI
AIDS
 Pada tahun 2020, 90% dari semua orang yang hidup dengan HIV
akan mengetahui status HIV mereka.
 Pada tahun 2020, 90% dari semua orang dengan diagnosa infeksi
HIV akan menerima terapi antiretroviral berkelanjutan.
 Pada tahun 2020, 90% dari semua orang yang menerima terapi
antiretroviral akan menunjukan viral suppression

Viral Suppression
When antiretroviral therapy (ART) reduces a person’s viral load (HIV RNA) to an
undetectable level (less than 200 copies per milliliter of blood). Viral suppression does
not mean a person is cured; HIV still remains in the body. If ART is discontinued, the
person’s viral load will likely return to a detectable level.

https://aidsinfo.nih.gov/education-materials/glossary/1650/viral-suppression
https://www.aids.gov/hiv-aids-basics/staying-healthy-with-hiv-aids/taking-care-of-yourself/achieving-suppressed-viral-load/
http://www.who.int/bulletin/volumes/91/5/12-112946/en/
 Target 90-90-90 merujuk pada rangkaian dimana seseorang
diperiksa, terhubung dan tetap dalam perawatan HIV, dan
menginisiasi dan mematuhi obat antiretroviral (ARV).
 Penggunaan ARV menekankan pentingnya mencapai 'viral
supression‘, titik di mana jumlah virus berkurang sampai tidak
terdeteksi dan seseorang tidak mungkin untuk menularkan HIV
kepada orang lain.
 Menindaklanjuti hasil kajian START (Timing Strategis
Antiretroviral Treatment), pedoman pengobatan HIV terbaru
WHO membuat semua orang yang hidup dengan HIV memenuhi
syarat untuk pengobatan, terlepas dari jumlah CD4.
The UNAIDS 2016-2021 Strategy menekankan
pentingnya respon global dalam menekan epidemi AIDS.
Pada tahun 2020 diharapkan:
kurang dari 500.000 orang yang terinfeksi HIV baru

kurang dari 500.000 orang yang meninggal akibat penyakit


terkait AIDS
penghapusan diskriminasi terkait HIV.
Jika tujuan ini tercapai, respon akan berada di jalur untuk
mengakhiri epidemi global HIV pada tahun 2030.
UNAIDS promotes FAST-TRACK PLAN to end global aids
threat by 2030. Target:
95-95-95 mendapatkan perawatan

Kurang dari 200.000 kasus infeksi baru pada orang dewasa

Zero discrimination (tidak ada diskriminasi)


APA YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK
MENCAPAI TARGET TERSEBUT?
 Ketidaksamaan geografis, serta stigma dan diskriminasi
berkelanjutan terhadap populasi kunci terdampak (key affected
populations), masih menjadi pencegah mereka mengakses layanan
yang dibutuhkan.
 Di kerangka kerja pasca 2015, organisasi internasional dan regional,
mitra nasional dan komunitas harus memastikan bahwa target dan
indikator baru didukung oleh komitmen keuangan dan politik, dan
bahwa pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi semua.
 Mereka yang bekerja dalam respon HIV perlu terus mempengaruhi
para pembuat kebijakan di semua tingkatan untuk memastikan
bahwa cakupan kesehatan universal didasarkan hak asasi manusia
dan pemerataan akses layanan, terutama untuk populasi kunci yang
terkena dampak.
PARTNERING FOR SUCCESS
MENGURANGI STIGMA DAN DISCRIMINASI
HIV
 Stigma dan diskriminasi termasuk sebagai hambatan utama untuk
pencegahan HIV, pengobatan, perawatan dan dukungan.
 Penelitian menunjukkan stigma dan diskriminasi menghalangi upaya
pencegahan HIV dengan menimbulkan ketakutan mencari informasi
tentang HIV, layanan dan modalitas untuk mengurangi risiko terinfeksi
dan mengadopsi perilaku yang lebih aman.
 Penelitian juga menunjukkan bahwa ketakutan terhadap stigma dan
diskriminasi, yang juga dapat dikaitkan dengan rasa takut terhadap
kekerasan, menghalangi orang yang hidup dengan HIV dari
mengungkapkan status mereka bahkan terhadap anggota keluarga dan
pasangan seksual dan melemahkan kemampuan dan keinginan mereka
untuk mengakses dan patuh terhadap pengobatan.
 Jadi, stigma dan diskriminasi melemahkan kemampuan individu
dan masyarakat untuk melindungi diri dari HIV dan orang dengan
HIV tetap sehat http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
https://books.google.co.id/books?
id=1TTu5HQS2l4C&pg=PA8&source=gbs_toc_r&c
ad=3#v=onepage&q&f=false
Definitions of stigma and discrimination 
HIV­related stigma refers to the negative beliefs, feelings and attitudes 
towards people living with HIV, groups associated with people living with 
HIV (e.g. the families of people living with HIV) and other key populations 
at higher risk of HIV infection, such as people who inject drugs, sex 
workers, men who have sex with men and transgender people. 
HIV­related discrimination refers to the unfair and unjust treatment (act 
or omission) of an individual based on his or her real or perceived HIV 
status. Discrimination in the context of HIV also includes the unfair 
treatment of other key populations, such as some social contexts, women, 
sex workers, people who inject drugs, men who have sex with men, 
transgender people, people in prisons and other closed settings and, in 
some social contexts, women, young people, migrants, refugees and 
internally displaced people. HIV­related discrimination is usually based on 
stigmatizing attitudes and beliefs about populations, behaviours, practices, 
sex, illness and death. Discrimination can be institutionalized through 
existing laws, policies and practices that negatively focus on people living 
with HIV and marginalized groups, including criminalized populations. 

http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
 UNAIDS dalam 2011–2015 Strategy mendefinisikan “Key
populations or key populations at higher risk (populasi
kunci/populasi kunci berisiko tinggi) adalah kelompok orang-orang
yang lebih mungkin terpapar HIV atau menularkan dan orang-
orang yang keterlibatannya sangat penting untuk kesuksesan
menanggapi HIV.
 Di semua negara, populasi kunci termasuk penderita HIV.

 Pria yang berhubungan seks dengan laki-laki, transgender,


pengguna narkoba suntikan dan pekerja seks dan pelanggan
mereka berada pada risiko lebih tinggi terkena HIV dibandingkan
kelompok lain. Namun, setiap negara harus mendefinisikan
populasi tertentu yang merupakan kunci untuk epidemi dan respon
mereka berdasarkan konteks epidemiologi dan sosial.

http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
Research has shown that the actionable causes of stigma and
discrimination (and their manifestations) are remarkably similar across
cultures. These causes include:
A lack of awareness regarding stigma and its harmful consequences.

Irrational fears and a lack of sufficient knowledge regarding HIV


infection.
Social judgements, prejudices and stereotypes against people living
with HIV and other key populations.
Structural determinants as well as a lack of frameworks to seek
redress for discrimination, such as through laws and policies.

http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
AKTIVITAS UTAMA DALAM MENGURANGI STIGMA
DAN DISKRIMINASI
Program yang dirancang pada tingkat struktural:
Pengkajian terhadap kondisi hukum dan reformasi hukum

Pelayanan hukum dan hak untuk mempromosikan akses terhadap


keadilan
Program di tingkat institusi:
Pembentukan dan pelaksanaan kebijakan di tempat kerja yang
menentang diskriminasi
Program kerja di pelayanan kesehatan dan pelatihan non-diskriminasi
dan etika medis yang berkaitan dengan HIV bagi tenaga kesehatan

http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
Program yang dilaksanakan di tingkat masyarakat:
oPemantauan berbasis masyarakat terhadap pelanggaran hak
(misalnya melakukan penilaian stigma dengan “People Living with
HIV Stigma Index”).
oProgram pendidikan partisipatif yang ditujukan untuk merubah sikap

masyarakat untuk menghilangkan mitos dan ketakutan yang


berhubungan dengan orang yang hidup dengan HIV dan populasi
kunci lainnya dan penularan HIV (termasuk pendidikan seksual yang
komprehensif dan evidence based, pendidikan tentang HIV,
kesetaraan gender, dan keterampilan hidup, dll).
oMelibatkanmedia dan komunikasi massa (pesan dari para
pemimpin keagamaan, melibatkan selebriti dan "edutainment").

http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
oKampanye kesadaran HIV yang responsif terhadap
kebutuhan mereka yang paling terabaikan
Penguatan kapasitas organisasi masyarakat (khususnya
jalinan orang yang hidup dengan HIV dan populasi kunci
lainnya) pada kampanye dan advokasi, dan bagaimana
mengembangkan program antistigma berbasis masyarakat.
advokasi berbasis masyarakat untuk reformasi hukum dan
kebijakan, termasuk mengembangkan dan menerapkan
sistem yang efektif untuk mengatasi keluhan.

http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
Program pada tingkat individu:
Konseling dan dukungan psikososial terkait stigma dan
diskriminasi.
Program dukungan dan perawatan terpadu untuk kualitas
hidup.
Dukungan sebaya dan kelompok dukungan (misalnya
pencegahan penularan dari ibu ke anak (Prevention of
mother-to-child transmission/PMTCT), terapi antiretroviral,
mengatasi stigma dan diskriminasi, dukungan kepatuhan,
kelompok pendukung).
Pelayanan hukum dan perbaikan diskriminasi.

http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2014unaidsguidancenote_stigma_en.pdf
PENGURANGAN STIGMA DAN DESKRIMINASI
 FGD dan interaksi masyarakat yang melibatkan orang yang hidup
dengan HIV dan anggota masyarakat yang rentan terhadap infeksi HIV;
 Penggunaan media, termasuk kampanye iklan, hiburan yang dirancang
untuk mendidik serta menghibur ("edutainment"), dan integrasi pesan
anti stigma melalui TV dan acara radio;
 Keterlibatan agama dan tokoh masyarakat, selebriti;

 Memasukan program non-diskriminasi sebagai bagian dari kebijakan


institusi atau tempat kerja di pekerjaan maupun area pendidikan
 Pengukuran stigma terkait HIV melalui People Living with HIV Stigma
Index, termasuk di layanan kesehatan dan masyarakat;
 Dukungan sebaya dikembangkan untuk dan oleh orang-orang yang
hidup dengan HIV bertujuan untuk mempromosikan kesehatan,
kesejahteraan dan hak asasi manusia
PROGRAM PENANGGULANGAN AIDS DI
INDONESIA
Intervensi Perubahan Perilaku
meningkatkan kualitas intervensi di tingkat lapangan yang dapat
membekali pengetahuan sekaligus keterampilan penerapan
intervensi efektif
Modul Pelatihan Intervensi Perubahan Perilaku (IPP) untuk
Pencegahan Penularan IMS dan HIV melalui Hubungan Seksual
Pelatihan diberikan bagi petugas lapangan yang mendampingi
berbagai kelompok berperilaku risiko tinggi seperti: Wanita
Penjaja Seks (WPS), Laki-laki yang berhubungan Seks dengan
Laki-laki lain (LSL), Waria, serta Pria berperilaku risiko tinggi

http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1549/5/BK2009-238.pdf
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN, TERKAIT DENGAN
PENANGGULANGAN IMS, HIV DAN AIDS
 Keputusan Presiden Nomor 36, tahun 1994 tentang Pembentukan
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan KPA Daerah sebagai
lembaga pemerintah yang mengkoordinasikan pelaksanaan
pengendalian AIDS
 Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya
peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS di seluruh Indonesia
 untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru
dan kematian  memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS di semua
tingkat, Anggaran dari sektor pemerintah meningkat, Masyarakat
umum termasuk LSM akan meningkatkan perannya sebagai mitra
pemerintah sampai ke tingkat desa, internasional diharapkan akan
tetap memberikan bantuan teknis dan dana.
 dll
TUJUAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV DAN
AIDS SEKTOR KESEHATAN
Tujuan Umum:
Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas
hidup ODHA serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat
HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat.
Tujuan Khusus:
1. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan menciptakan
suasana kondusif untuk mendukung upaya pengendalian HIV dan
AIDS, dengan menitik beratkan pencegahan pada sub-populasi
berperilaku risiko tinggi dan lingkungannya dengan tetap
memperhatikan sub-populasi lainnya.

http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/beranda/42-dokumen-kebijakan-policy-document/regulasi/51-
kebijakan-penanggulangan-ims-hiv-dan-aids
 2. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara
lembaga pemerintah, LSM, sektor swasta dan dunia usaha,
organisasi profesi, dan mitra internasional di pusat dan di
daerah untuk meningkatkan respon nasional terhadap HIV dan
AIDS.
 3. Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah
serta inisiatif dalam pengendalian HIV dan AIDS.

http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/beranda/42-dokumen-kebijakan-policy-document/regulasi/51-
kebijakan-penanggulangan-ims-hiv-dan-aids
KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL
 Sebagian besar kasus HIV dan AIDS terjadi pada kelompok
perilaku risiko tinggi yang merupakan kelompok yang
dimarjinalkan, maka program-program pencegahan dan
pengendalian HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan
keagamaan, adat-istiadat dan norma-norma masyarakat yang
berlaku di samping pertimbangan kesehatan.
 Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan
dengan perilaku berisiko, oleh karena itu pengendalian harus
memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku tersebut

http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/beranda/42-dokumen-kebijakan-policy-document/regulasi/51-
kebijakan-penanggulangan-ims-hiv-dan-aids
KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN HIV DAN AIDS SEKTOR
KESEHATAN
 Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100%
pada setiap hubungan seks berisiko, semata-mata hanya untuk
memutus rantai penularan HIV.
 Upaya pengendalian HIV dan AIDS merupakan upaya-upaya terpadu
dari peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit,
pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan fakta ilmiah serta
dukungan terhadap ODHA.
 Upaya pengendalian HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat,
pemerintah, dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan
LSM menjadi pelaku utama sedangkan pemerintah berkewajiban
mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang
mendukung terselenggaranya upaya pengendalian HIV dan AIDS.

http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/beranda/42-dokumen-kebijakan-policy-document/regulasi/51-
kebijakan-penanggulangan-ims-hiv-dan-aids
LAPORAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN
MILENIUM DI INDONESIA 2014

https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
UPAYA PENTING UNTUK PERCEPATAN PENCAPAIAN
MDGS
 Berdasarkan data persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki
pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS masih sangat rendah
yaitu 21 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan remaja
tentang HIV dan AIDS masih sangat rendah dan mengakibatkan
kelompok umur remaja tersebut sangat rentan terhadap penularan HIV
dan AIDS.
 Untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran serta untuk
menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS maka dilakukan upaya
khusus secara terus menerus yang difokuskan pada kelompok usia
remaja terutama untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang
penyakit HIV dan AIDS dan salah satunya adalah melalui kampanye Aku
Bangga Aku Tahu (ABAT).

https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
 Kampanye ini merupakan strategi untuk menyampaikan dan
mensosialisasikan perilaku seksual yang berisiko yang
harus dihindari sebelum adanya komitmen pernikahan dan
penyadaran tentang tata cara penularan penyakit HIV
dan AIDS.
 Kampanye ini akan dilakukan diseluruh Provinsi di Indonesia
dengan harapan agar pemerintah, dunia usaha, dan seluruh
lapisan masyarakat, khususnya generasi muda dapat lebih
mengenal serta melindungi diri dan orang lain dari risiko
penularan penyakit HIV dan AIDS.

https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
 Upaya lain yang dilakukan untuk menekan laju penyebaran penyakit
HIV dan AIDS adalah dengan peningkatan akses masyarakat
terhadap pengobatan dan penyediaan layanan terpadu atau
komprehensif HIV dan AIDS.
 Sejak tahun 2010 sampai 2014 pelayanan HIV telah diperluas ke
seluruh provinsi dan kabupaten/kota prioritas. Sampai Desember
2014, ada 1.583 layanan konseling dan testing (KT), 465 layanan
perawatan dan dukungan pengobatan (PDP), 214 Pencegahan
Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA), 1.290 Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan 90 Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM).
 Pada tahun 2014 telah dilakukan peningkatan jumlah Puskesmas
yang mampu melaksanakan inisiasi pemberian ARV. Perluasan
tes dan pengobatan layanan HIV-TB terintegrasi serta integrasi
layanan PPIA dan layanan Kesehatan Ibu dan Anak  terjadi
peningkatan jumlah ibu hamil usia 15 tahun keatas yang tes

https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
 Penerbitan berbagai peraturan daerah mengenai pencegahan
dan penanggulangan HIV dan AIDS telah diterbitkan sebagai
upaya untuk menguatkan penanggulangan HIV dan AIDS.
Sampai awal tahun 2011, telah terbit 10 Peraturan Daerah
(Perda) tingkat Provinsi; 1 Peraturan Gubernur, dan 13 Perda
Kabupaten/Kota tekait penanggulangan HIV/AIDS dan jumlah
peraturan daerah ini akan meningkat seiring dengan perjalanan
waktu dengan upaya advokasi.

https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
DESENTRALISASI OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV)
 Sejak beberapa tahun terakhir Kementerian Kesehatan RI telah
mengembangkan desentralisasi obat ARV sebagai upaya untuk
meningkatkan pengelolaan supply chain management obat ARV
sehingga diperoleh persediaan obat ARV yang cukup dalam
jumlah, waktu dan tempat yang tepat serta didukung oleh kualitas
pelaporan yang baik dan akurat.
 Dalam pelaksanaan desentralisasi, Dinas Kesehatan Provinsi
bertanggung jawab terhadap manajemen pelaporan rumah sakit dan
distribusi obat ARV di daerahnya.
 Desentralisasi obat ARV ini dimulai pada tahun 2000 di lima provinsi
yaitu: Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Papua,
dan sampai tahun 2014 sudah terdapat 24 Provinsi yang telah
melaksanakan desentralisasi obat ARV. Pada tahun 2014 juga
dikembangkan desentralisasi sampai daerah Kabupaten/ Kota.
https://www.scribd.com/doc/294394332/Laporan-MDGs-2014-Final
VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT)

VCT
Voluntary—without coercion, a person decides to take an HIV test

Counselling—about risk assessment, risk reduction, emotional support


and referral
Testing—done using an approved HIV testing protocol

The expected effect of VCT is to lower HIV transmission through


reduction in high-risk sexual behaviour, improved medical care
(particularly for sexually transmitted infections), and improved access to
care and support services for both HIV-positive and HIV-negative person

http://www.who.int/hiv/topics/vct/toolkit/components/policy/r
eview_of_policies_programmes_and_guidelines.pdf
VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING
(VCT)
 Voluntary HIV counselling and testing (VCT) is the process by which an 
individual undergoes counselling enabling him or her to make an informed 
choice about being tested for HIV. 
 This decision must be entirely the choice of the individual and he or she must 
be assured that the process will be confidential.
 HIV counselling has been defined as “a confidential dialogue between a person 
and a care provider aimed at enabling the person to cope with stress and make 
personal decisions related to HIV/AIDS. The counselling process includes an 
evaluation of personal risk of HIV transmission and facilitation of preventive 
behavior”.
 The objectives of HIV counselling are the prevention of HIV transmission and 
the emotional support of those who wish to consider HIV testing, both to help 
them make a decision about whether or not to be tested, and to provide support 
and facilitated decision­making following testing. With the consent of the client, 
counseling can be extended to spouses and/ or other sexual partners and other 
supportive family members or trusted friends where appropriate.
 Counsellors may come from a variety of backgrounds including health care 
workers, social workers, lay volunteers, people living with HIV, members of the 
community such as a teachers, village elders, or religious workers/leaders.

http://data.unaids.org/Publications/IRC-pub01/jc379-vct_en.pdf
http://data.unaids.org/Publications/IRC-pub01/jc379-vct_en.pdf
http://data.unaids.org/Publications/IRC-pub01/jc379-vct_en.pdf
VOLUNTARY COUNSELING TEST
(VCT)
 Proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing
HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini
membantu orang mengetahui status HIV.
 Konseling pra testing memberikan pengetahuan tentang HIV &
manfaat testing, pengambilan keputusan untuk testing, dan
perencanaan atas issue HIV yang akan dihadapi.
 Konseling post testing membantu seseorang untuk mengerti &
menerima status (HIV+) dan merujuk pada layanan dukungan.

https://kpa-provsu.org/vct.php
Konseling HIV/AIDS “ Dialog yang terjaga kerahasiaan antara konselor
dan klien ".
Konseling membantu orang mengetahui statusnya lebih dini,
menekankan kepada aspek perubahan perilaku, peningkatan
kemampuan menghadapi stress, ketrampilan pemecahan masalah.
Konseling HIV juga menekankan pada issue HIV terkait seperti
bagaimana hidup dengan HIV, Pencegahan HIV ke pasangan, dan
issue-issue HIV yang berkelanjutan.
KONSELOR HIV?
Full time counselor yang berlatar belakang psikologi&ilmuwan
psikologi (psychiatrists, family therapist, psikologi terapan) yang sudah
mengikuti pelatihan VCT dengan standar WHO.
Profesional dari kalangan perawat, pekerja sosial, & dokter.

Community-based dan PLWHA yang sudah terlatih (Peer).

https://kpa-provsu.org/vct.php

Anda mungkin juga menyukai