Anda di halaman 1dari 38

Diniar S 1102013087

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Cerna Bagian Bawah

LO 1.1 Anatomi Makroskopis

Intestinum Tenue (usus halus)

Terdiri dari:

Doudenum (usus duabelas jari; doudenos =


duabelas kali)

Panjang duodenum 12 jari atau 25cm, melengkung


seperti huruf C sehingga dapat dibedakan

Pars superior duodeni


Pars descendens duodeni
Pars inferior duodeni, dapat dibedakan :
o Pars horizontalis
o Pars ascendens

Pada Duodenum bermuara

Ductus pacreaticus accessories / minor (Sartorini, tidak selalu ada)


Ductus pancreaticus major (Wirsungi), serta ductus choledochus.

Didalam dinding papilla doudeni major terdapat suatu rongga disebut ampulla yang
dindingnya terdapat suatu otot yaitu m.spinchter Oddi, yang melingkar. Bila berkonstraksi
dapat menutup muara bersama ductus tersebut

Intestinum jejunum & Intestinum ileum


Intestinum jejunum : usus kosong; jejunus = kosong
Intestinum ileum : usus berkelok-kelok; ilien = memutar
Panjangnya sekitar 6 meter

1
Diniar S 1102013087

Selain duodenum, 2/5 proximal usus intestinum tenue merupakan bagian jejunum, 3/5 distal
sisanya merupakan ileum
Dalam intestinum ileum terdapat kumpulan noduli solitarii sehingga terbentuk laminae
disebut noduli agregat atau plaques peyeri, disini tidak ada villi dan letaknya berhadapan
dengan alat penggantung ileum.
Kadang-kadang satu meter dari akhir ileum terdapat suatu tonjolan sisa ductus
omphaloenterius disebut diverticulum ilie, yaitu saluran yang menghubungkan umbilicus
dengan ileum. Bila setelah lahir masih ada disebut fistula umbilicalis.
Diameter jejunum cenderung lebih besar daripada ileum
Mesentrium jejunum cenderung lebih tebal dari pada ileum
Arteriae : berasal dari A.mesentrica superior, cabang cabangnya membentuk anyaman
yaitu arcade jejunalis da ilei A.ileocolica menuju bagian bawah ileum
Vena : senama dengan arteri
Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari N. Vagus dari plexus mesentricus superior.

Intestinum Crassum (Usus Besar)


Intestinum Crassum (crasum = tebal) , dibagi dalam colon dan intestinum rextum
Colon dapat dibagi dalam :
Colon ascendens, dimulai dari caecum. Pada ujujng caecum berbuara bagunan kecil
berupa pipa menyerupai cacing disebut appendix vermiformis
Colon transversum
Colon descendens
Colon sigmoideuim

Caecum
Seperti kantong dengan ujung buntu menonjol kebwah
Terletak pada region ileaca dextra
Dibagian bawah terdapat juncture ileocolica tempat bermuaranya ileum
Panjangnya sekitar 6cm
Pada sisi media bawah caecum terdapat appendix vermiformis:
o Bentuk seperti cacing dengan panjang 8-13 cm
o Pada orang mati dapat ditemukan beberapa tipe:
Post caecalis (65%), terletak dibelakang caecum
Diescending = pelvic type (31%), terletak dibawah ileum
Subcaecalis (2,6%), terletak dibawah caecum
Ante ilei (1,0%), terletak didepan ileum
Post ilei (0,4%) terletak di belakang ileum
o Letak diregio iliaca
o Pada orang hidup dapat ditemukan semua type, karena caecum selalu
berkontraksi sehingga ujung appendix berubah-ubah, sedangkan pada orang
mati tetap
o Pada orang hidup dapat ditemukan 2 type:
Mobile type, bias berubah-ubah dapat ditemukan pada semua type
Fixed type, tetap dapat ditemukan bila ujung appendix pada peritoneum
dan type retrocaecal
o Appendix punya penutp peritoneum yang lengkap pada bagian bawah usus
halus diesbut mesiappendix

2
Diniar S 1102013087

o Cara pemeriksaan appendix verniformis dengan sepertiga titick MC. Burney


o Letak taenia pada colon transversum :
Perlekatan alat penggantung dibelakang disebut taenia mesocolica
Perletakatan omentum majus dimuka disebut taenia omentalis
Diding caudal tidak ada alat yang melekat disebut taenia libera
o Taenia ini, berkas longitudinale, karena lebih pendek dari stratum circulare,
mengakibatkan stratum circulare melipat-lipat. Lipatan keluar disebut haustra
dan lipatan kedalam disebut plica semilunaris.
o Lekuk diantara haustra disebut incisura
o Pada caecum dilengkapi valvula ileocolica (valvula ileocaecalis) yang terdiri
dari labium superios dan labium inferior. Labium ini dibentuk oleng lipatan
stratum circular eke ventral dan dorsal membentuk frenulum

LO 1.2. Anatomi Mikroskopis

USUS HALUS
- Usus halus halus relatif panjang rata-rata 5 m
- Terdiri dari 3 segmen :
1. Duodenum
2. Jejunum
3. Ileum
- Usus halus berfungsi:
a. Mengangkut bahan makanan (chyme) dari lambung ke usus besar
b. Menyelesaikan pencernaan dengan sekret enzim yang berasal dari dinding dan kelenjar
pelengkapnya
c. Menyerap hasil akhir pencernaan ke dalam pembuluh darah dan limf pada dindingnya
d. Mensekresi hormon-hormon tertentu.

- Bangunan bangunan khusus pada mukosa


Plika sirkularis kerckring
Merupakan lipatan permanen yang berjalan spiral atau melingkar terdiri atas seluruh
tebal mukosa dengan submukosa di bagian tengahnya.
Tiap lipatan dapat melingkari 2/3 atau lebih lumen usus, tetapi jarang melingkari
seluruh lumen usus.

3
Diniar S 1102013087

Berkembang secara maksimal pada akhir duodenum dan pada bagian proksimal
jejunum, setelah itu berkurang dan menghilang pada setengah bagian distal ileum.

Vilus dan Kriptus


Vilus, merupakan tonjolankecil mirip jari atau daun pada membran mukosa
Panjangnya 0,5 1,5 mm da hanya terdapat pada usus kecil
Kontraksi sel-sel otot polos di tengah vili menyebabkan vili dapat mengkerut
dan memendek, jadi membantu aliran limf.
Pada umumnya vili memendek bila usus mengembang.
Kriptus Lieberkuhn, bangunan-bangunan berbentuk tabung bermuara di antara
dasar vili.
Susunan kriptus tidak serapat kelenjar-kelenjar lambung, ruang-ruang di
antaranya terisi oleh jaringan ikat lamina propria.

4
Diniar S 1102013087

Villus intestinal

Kriptus lieberkuhn

Mikrovili
Masing-masing mikrovili diliputi oleh membran plasma, yang lapisan luarnya
dilengkapi dengan jala filamen halus yang memberi gambaran kabur.
Selubung filamen ini mengisi ruang ruang antar mikrovili dan ujung-ujungnya
, membentuk suatu lapisan permukaan yang tidak terputus-putus, mengandung
glikoprotein, dan tahan terhadap bahan proteolitik dan mukolitik

- Epitel mukosa usus merupakan epitel silindris, tetapi berbeda dengan epitel permukaan
lambung, oleh karena terdapat lebih dari satu jenis sel.

Sel silindris ( sel absorptif)


o Terletak di atas lamina basal
o Intinya lonjong dan terletak di bagian basal sel
o Tiap sel mempunyai batas yang bergaris (striated border) atau berbentuk
sikat (brush border) yang terdiri atas mikrovili berjajar dan berhimpitan.
o Lapisan glikoprotein dibentuk oleh sel-sel silindris dan mengandung
enzim-enzi, pencernaan seperti disakarida dan dipeptidase yang memecah
gula dan peptida
o Sel silindris juga membentuk enzim fosfatase alkali dan enterokinase yang
terdapat pada lapisan permukaan.
Sel goblet
o Tersebar di antara sel-sel silindris
o Jumlahnya bertambah dari duodenum sampai ujung ileum.
o Pada umumnya dasar sel ramping berwarna gelap dan berisi inti.
o Puncaknya mengembung berbentuk khusus karena kumparan butir-butir
sekret mukus.
o Seperti sel silindris, sel goblet bermigrasi dari kriptus ke vilus
o Kemudian semakin banyak butir sekret yang ditimbun, bentuk selnya
makin menyerupai piala, dan dilepaskan diujung vilus.

5
Diniar S 1102013087

Sel enteroendokrin
o Mengeluarkan peptida
pengatur aktif yang
berhubungan dengan
sekresi lambung,
motilitas intestinal,
sekresi pankreas, dan
kontraksi kandung
empedu.
o Tersebar diantara sel-sel
absortif dan sel goblet:
Sel
gastrinintestinal
pada vili dan
kriptus
Sel penghasil
somastatin (sel D)
sepanjang usus halus
Sel penghasil cholecystokinine (sel I) crypti duodenum dan
jejunum
Sel penghasil enteroglucagon/glycentine (sel L) pada mucosa
jejunum dan ileum
Sel enterochromaffin sel EC1) sepanjang mukosa usus halus ,
penghasil serotonin dan substan P
Sel K paling sering terlihat pada crypti duodenum dan jejunum,
mengahsilkan gastric inhibitory peptide.

6
Diniar S 1102013087

Sel paneth
o Ditemukan hanya pada dasar cryptus usus halus
o Berbentuk piramid dengan dasar lebar dan puncak sempit
o Sel paneth menghasilkan lisozim suatu enzim yang mencerna dinding sel
bakteri tertentu , dan agaknya berkemampuan memfagositosis bakteri
tertentu.
o Walaupun fungsinya belum diketahui dengan pasti, ia mungkin mengatur
flora mikrobial usus.
o Sel paneth dewasa
mengandung banyak
granula dan terletak
di dasar kriptus
o Sel yang kurang
dewasa terletak agak
tinggi pada kriptus
o Pergantian sel paneth
lebih lambat (30-40
hari) dibanding
dengan sel silindris
atau sel goblet. Sel Paneth ditunjuk jarum merah
- Lamina propria
terdapat diantara kelenjar intestinal dan di tengah vilus.
Digambarkan sebagai jaringan ikat longgar yang
menjurus ke arah limfoid.
Di dalam jala serat retikulin terdapat sel retikular
primitif denga inti besar, lonjong, dan pucat, limfosit,
makrofag dan sel plasma.
Terdapat pula sejumlah besar folikel solietr atau
noduli limfatisi yang menyendiri, jumlahnya semakin
banyak pada bagian distal usus.
Membentuk agregrat besar terdiri dari 20 atau lebih
lympho nodulus disebut plaque payeri.
Dari sudut pandang imunologik, lamina propria adalah
penting dengan sel limfosit dan makrofag sebagai
sawar antara tubuh dan antigen, mikroorganisme dan
bahan asing lainnya yang selalu ada di dalam lumen usus.

- Kelenjar submukosa duodenum (Brunner) terdiri atas sel


kubis tinggi dengan inti gelap, gepeng, terletak di basal
sel dan sitoplasmanya jernih bervakuola.
- Kelenjar Brunner menghasilkan mukus basa
- Sekret asam lambung dapat menyebabkan erosi pada
mukosa duodenum, dan sekresi kelenjar submukosa
mencegah hal tersebut dengan mukusnya.

7
Diniar S 1102013087

- Sifat alkalinya diduga disebabkan oleh kapasitas bufer bikarbonat.


- Sel kelenjar Brunner mengandung urogastrone, suatu peptida yang menghambat sekresi
asam hidroklorida di dalam lambung

USUS BESAR
- Panjangnya 180 cm
- Terdiri dari :
Sekum berhubungan dengan ileum melalui katup ileosekal
Apendiks suatu divertikulum kecil dari sekum
Kolon mulai dari sekum dan dibagi dalam bagian ascenden, transversa dan
descenden
Rektum saluran anus
- Fungsi usus besar :
Absorpsi cairan
Mensekresi mukus pelumasan menjadi lebih penting karena cairan diabsorpsi
dan feses menjadi lebih keras sehingga kemungkinan merusak mukosa menjai lebih
besar.
Pencernaan yang dilakukan oleh enzim yang ada di dalam makanan.
Pembusukan oleh bakteri yang selalu ada di dalam usus besar.
- Usus besar tidak mempunyai plika dan vili
- Epitel permukaan tampak lebih rata daripada yanga ada di usus kecil
- Sel goblet jumlahnya lebih banyak.
- Batas ileosekal
o Terjadi perubahan mendadak pada mukosa, yaitu membentuk lipatn anterior dan
posterior menjadi dua daun katup.
o Terdiri dari mukosa dan submukosa yang diperkuat oleh massa otot polos
melingkar

- Apendiks
Panjangnya 25 cm
Dalam potongan melintang,
lumennya sempit dan biasanya
dengan batas yang tidak teratur.
Vili tidak ada dan kelenjar intestinal
jumlahnya sedikit dan panjang tidak
teratur
Epitel permukaan tersusun dari sel
silindris dengan striated border dan
sel gobletnya sedikit,
Di dalam kriptus terdapat sedikit sel paneth, dan banyak sel enteroendokrin.
Apendiks seringkali sebagai tempat peradangan akut dan kronis, sehingga sukar
mendapatkan apendiks yang normal. Biasanya terdapat eosinofil dan neutrofil
dalam lamina propria dan submukosa.
Dalam jumlah banyak eosinofil dan neutrofil berturut-turut menunjukkan adanya
infeksi menahun dan infeksi akut.

8
Diniar S 1102013087

- Sekum, kolon dan rektum


Kelenjar intestinal lebih dalam pada usus besar dari pada usus kecil dan letaknya
lebih berhimpitan. Di kolon dalamnya 0,5 mm, sedangkan di rektu mencapai 0,75
mm.
Sel goblet jumlahnya banyak dan sel enteroendokrinkadangkala terdapat di bawah
di dalam kelenjar.
Sel paneth tidak ada
Lamina propria di antara kelenjar sama dengan yang ada di usus halus, dan
mengandung noduli limfatisi yang letaknya tersebar meluas di submukosa.
Pada sekum dan kolon, lapisan muskularis longitudinal tidak merupakan lapisan
yang utuh tetapi membentuk 3 pta memanjang, sebagai taeniae coli.
Pada rektum lapisan longitudinal ini kembali menjadi lapisan yang utuh.
Tunika serosa, pada permukaan yang tidak melekat di dinding abdomen pagian
posterior, membentuk tonjolan-tonjolan kecil terdiri atas jaringan lemak yaitu
apendiks epiploika.

- Batas rektum anus


Disini membran mukosa membentuk lipatan-liptan memanjang disebut Kolumna
Rektalis Morgagni.
Epitel silindris tiba-tiba berubah menjadi epitel berlapis gepeng yang meluas sedikit
ke bawah sebagai daerah peralihan antara epitel usus dan kulit.
Pada anus, epitelnya mengandung lapisan tanduk dan dibawahnya terdapat kelenjar
tubulosa bercabang disebut kelenjar sirkumanal
Pada bagian bawah rektum, dan pada saluran anus, lapisan dalam muskularis
menebal, sebagai sfingter ani internum
Mengelilingi saluran anus adalah berkas-berkas otot lurik, yang membentuk
sfingter ani eksternum.
(Leeson,1996; Junqueira,2007)

9
Diniar S 1102013087

Saluran T.mukosa L. propria T.muskula T.submu T.muskul T.serosa /


ris mukosa kosa aris adv

EST+ Kriptus kel. T. adv


Duodenum SG+mikrov lieberkuhn Brunner
ili+vilus

Jejunum EST+ SG+ KL plica T.serosa


vilus semisircula
r kekringi

Ileum EST+ SG+ KL+plaque T.serosa


vilus peyeri

Rectum EST+SG> KL T.adv

Appendix EST+SG>> KL+NL T.serosa


seluruh
dinding

10
Diniar S 1102013087

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Usus

Biokimia Usus

Usus halus

Usus halus memiliki tiga bagian yaitu, usus dua belas jari (duodenum), usus tengah (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum). Suatu lubang pada dinding duodenum menghubungkan usus 12 jari
dengan saluran getah pancreas dan saluran empedu. Pankreas menghasilkan enzim tripsin, amilase,
dan lipase yang disalurkan menuju duodenum. Tripsin berfungsi merombak protein menjadi asam
amino. Amilase mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantung empedu. Getah
empedu disalurkan ke duodenum. Getah empedu berfungsi untuk menguraikan lemak menjadi asam
lemak dan gliserol.

Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian ini terjadi pencernaan
terakhir sebelum zat-zat makanan diserap. Zat-zat makanan setelah melalui jejunum menjadi bentuk
yang siap diserap. Penyerapan zat-zat makanan terjadi di ileum. Glukosa, vitamin yang larut dalam
air, asam amino, dan mineral setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh darah
dan diedarkan ke seluruh tubuh. Asam lemak, liserol, dan vitamin yang larut dalam lemak setelah
diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh getah bening dan akhirnya masuk ke dalam
pembuluh darah.

Usus besar

Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke dalam usus besar. Usus besar
terdiri atas usus buntu (appendiks), bagian yang menaik (ascending colon), bagian yang mendatar
(transverse colon), bagian yang menurun (descending colon), dan berakhir pada anus. Bahan
makanan yang sampai pada usus besar dapat dikatakan sebagai bahan sisa. Sisa tersebut terdiri atas
sejumlah besar air dan bahan makanan yang tidak dpat tercerna, misalnya selulosa.

Usus besar berfungsi mengatur kadar air pada sisa makanan. Bil kadar iar pada sisa makanan
terlalu banyak, maka dinding usus besar akan menyerap kelebihan air tersebut. Sebaliknya bila sisa
makanan kekurangan air, maka dinding usus besar akan mengeluarkan air dan mengirimnya ke sisa
makanan. Di dalam usus besar terdapat banyak sekali mikroorganisme yang membantu
membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-
gas yang berbau disebut tinja (feses) dan dikeluarkan melalui anus.

PENCERNAAN KARBOHIDRAT

Pencernaan karbohidrat terjadi terutama di usus kecil. Enzim amilase yang disekresi pank-reas,
dengan pH optimum 7 memerlukan ion Cl secara mutlak, menghidrolisis amilosa menjadi maltosa
dan glukosa. Amilum (starch) dan glikogen yang telah mengalami hidrasi (hydrated starch) akan
dicerna oleh amilase pankreas dan menghasilkan maltosa [-Glk(1 4)Glk], trisa-karida maltotriosa
[-Glk(1 4) Glk(1 4) Glk], a-limit dextrins dan sedikit glukosa. Dapat juga menghasilkan
isomaltosa.
Amilase merupakan endopolisakaridase jadi tidak bisa memotong glukosa yang terletak di ujung
cabang; -amilse tidak bisa memutus ikatan -(1 4) pada glukosa yang terletak pada titik cabang

Enzim-enzim yang dapat menghidrolisis disakarida terdapat pada "brush border", dengan nama
umum disakaridase. Hasil utama hidrolisis disakarida adalah glukosa, galaktosa, dan fruk-tosa.
Monosakarida yang telah diserap masuk ke vena porta setelah melalui hepar dan jantung beredar
keseluruh tubuh. Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia, akhirnya akan dikeluarkan
bersama/membentuk feses.

11
Diniar S 1102013087

Monosakarida diserap dengan kecepatan yang berbeda. Urutan menurut kecepatannya adalah
sebagai berikut : galaktosa, glukosa, fruktosa, mannosa, xilosa (xylosa) dan arabinosa. Galak-tosa
dan glukosa diserap secara aktif.

Fungsi Usus

Usus Halus (intestinum tenue)

Usus halus mempunyai 2 fungsi utama pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua
akitivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses ini.

Usus Besar (intestinum crissum)

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi
usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah nampir lengkap
pada kolon. bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses
yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.

LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Usus

Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan
zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan molekul-
molekul. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena merupakan molekul
polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung
hidrofilik menghadap keluar menuju medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-
vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak dipertahankan dalam larutan sampai mereka dapat di absorbsi oleh permukaan sel
epitel.

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enteriukus).
Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan
sambil diabsorbsi. Enzim-enzim utama pencernaan adalah kelenjar ludah menghasilkan amylase
(ptyalin) ludah; kelenjar ludah menghasilkan pepsin dan lipase lambung; mukosa duodenum
menghasilkan enterokinase; kelenjar eksokrin pankreas menghasilkan tripsin, kemotripsin,
karbosipeptidase, nuclase, lipase pankreas; amilase pankreas; hati menghasilkan asam empedu
(bukan enzim), kelenjar usus menghasilkan aminopeptidase, dipeptidase, maltase, lactase, sukrosa,
lipase usus, nucleotidase.

Dua hormon penting dalam pengaturan usus. Lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum
menyebabkan kontraksi kantong empedu yang diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil
pencemaan tak lengkap yang bersentuhan dengan mukosa duodenum, merangsang sekresi getah
pankreas yang kaya akan enzim; hal ini diperantarai oleh kerja pankreozimin.

Parikreozimin dan kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama, yang
mempunyai efek berbeda, hurmon ini dinamakan CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini
CCK-PZ). Hormon ini dihasilkan oleh mukosa duodenum.

Asam yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan dikeluarkan hormon lain, sekretin dan
jumlah yang keluarkan sebanding dengan asam yang mengalir melalui duodenum. Sekretin

12
Diniar S 1102013087

merangsang sekresi getah yang mengandung bikarbonat dari pankreas, dan empedu dari hati.Sekretin
memperbesar kerja CCK.

Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas,
hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakkan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke
ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinue isi lambung.

Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pengamatan karbohidrat, lemak dan protein (gula
sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui dindirig usus ke sirkulasi darah dan
limfe untuk digunakan oleh sel- sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.
Absorbsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian besar
kurang dimengerti.

Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam duodenum dan abscrbsi kalsium memerlukan
vitamin D, vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K) diabsorbsi dalam duodenum dan
memerlukan garam-garam empedu. Asam folat dan vitamin-vitamin lain yang larut dalam air juga
diabsorbsi di duodenum. Absorbsi gula, asam-asam amino dan lemak sebagian besar diselesaikan
menjelang kimus mencapai jejunum. Absorbsivitamin B12 berlangsung pda ileum terminal melalui
mekanisme transport khusus yang memerlukan faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam-asam
empedu yang dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan
lemak, akan diabsorbsi pada ileum terminal dan masuk kembali ke hati. Siklus ini dinamakan sirkulasi
enterohepatik garam-garam empedu dan sangat penting dalam mempertahankan cadangan empedu.

Dengan demikian asam-asam atau garam-garam empedu mampu bekerja mencenakan leniak berkali-
kali sebelum dikeluarkan dalam feses.

Penyakit atau reseksi ileum terminal dapat menyebabkan deifisiensi garam-garam empedu dan
mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam- garam empedu dalam jumlah besar ke dalam
kolon menyebabkan iritasi kolon dan diare.

Usus Besar

Kolon mengabsorbsi sckitar 600 ml air per/ hari, bandingkan dengan usus halus yang mengabsorbsi
sekitar 8 000 ml. Kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 2000 ml/hari. Bila jumlah ini dilampaui,
misalnya karena adanya kiriman yang berlebihan dan ileum, maka akan terjadi diare.

Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 g, 75% diantaranya berupa air. Sisanya terdiri
dari residu makanan yang tidak diabsorpsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas, dan mineral yang
tidak diabsorbsi.

Sedikitnya pencernaan yang terjadi di usus besar terutama diakibatkan oleh bakteri dan bukan karena
kerja enzim. Usus besar mengsekresikan mucus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini
bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa.

Bakteri usus besar munsintesis vitamin K. dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh bakteri dari
sisa-sisa protein menjadi asam amino dan zat- zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol,
fenol dan asam lemak.

Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2 dan CH4 membantu pembentukan flatus di kolon.
Beberapa subtansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lainnya diabsorpsi dan diangkut ke
hati di mana zat-zat ini akan diubah manjadi senyawa yzng kurang toksik dan diekskresikan melalui
kemih. Fermentasi bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskan CO2 , H2 dan CH4 yang merupakan
komponen flatus. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1.000 ml flatus. Kelebihan gas dapat

13
Diniar S 1102013087

terjadi pada aerofagia (menelan udara secara berlebihan) dan pada peningkatan gas di dalam
lumenusus, yang biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan. Makanan yang mudah
membentuk gas seperti kacang-kacangan mengandung banyakkarbohidrat yang tidak dapat dicerna.

Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar yarg khas adalah
gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau haustra teregang dan dari waktu ke waktu otot
sirkular akan berkontrasi untuk mengosongkannya. Pergerakannya tidak progresif, tetapi
menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan meremas-remas sehingga memberi cukup waktu
untuk absorbsi. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif;

(1) kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan,
menyumbat beberapa haustra, dan

(2) penstaltik massa, merupakan kontraksi yang mengbatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini
menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai
tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan, khususnya setelah makanan
pertama masuk pada hari itu.

d. Fisiologi Defekasi

Propulsi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi.
Defekasi dikendalikan oleh stingier ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh
sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol volunter. Refleks defekasi
terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula spinalis.

Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan bertanggung
jawab atas kontraksi rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang mengalami
distensi -berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus
anorektal menghilang. Otot-otot sfingter intema dan ekstema berelaksasi pada waktu anus tertarik
atas melebihi tinggi massa feses. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan
intraabdomen yang terjadi akibat kontraksi volunter otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan
kontraksi secara terus- menerus dari otol-otot abdomen (menuver ata'i peregangan valsava). Defekasi
dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot sfingtcr ekstema dan levator ani. Dinding rektum
secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang. Kelainan dari proses
defekasi adalah konstipasi dan diare. Konstipasi terjadi karena kegagalan pengosongan rektum saal
terjadi peristaltik massa.

Bila defekasi tidak sempurna, rektum relaksasi dan hasrat untuk defekasi hilang. Air tetap terus
diabsorpsi dari massa feses, menyebabkan feses menjadi keras, sehingga defekasi selaniutnya lebih
sukar. Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/ hari),
serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi (feses cair) hal ini biasanya
dihubungkan dengan dorongan, ketidaknyamanan perianal, inkontinensia atau kombinasi dari faktor-
faklor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorbsi mukosa atau
motilitas dapat menyebabkan diare. Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian
hormone tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik kemoterapi dan antasida), pemberian makanan
per selang, gangguan metabolik dan endokrin (diabetes, addisnn, tirotoksikosis) serta proses infeksi
virus/bakteri (disentri, shigelosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang dihubungkan
dengan diare adalah gangguan nutrisi dan malabsorbsi (sindrom usus peka, kolitis ulseratif, enteritis
regional, dan penyakit seliaka) defisit sfingter anal, sindrom, zollinger - ellison, paralitik ileus dan
obstruksi usus.

Frekuensi defekasi meningkat bsrsamaan dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses.
Pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh usus (borborigimus), anoreksia dan haus. Kontraksi

14
Diniar S 1102013087

spasmodik vang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus (tenesmus), dapat terjadi pada
setiap defekasi.

Feses berair adalah karakteristik dari penyakit usus halus, sedangkan feses semi padat lebih sering
dihubungkan dengan gangguan kolon. Feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan
malabsorbsi usus, dan adanya mukus dan pus dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi atau
kolitis.

LO 3. Memahami dan Menjelaskan Ileus Obstruktif

LO 3.1 Definisi

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus
biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian
dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat
yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.

LO 3.2 Epidemiologi

Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006).
Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel,
2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang
dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen
Kesehatan Indonesia
LO 3.3 Etiologi

1. Perlengketan :
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pasda jaringan parut
setelah pembedahan abdomen

2. Intusepsi :
Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat
penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan
peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anaka-anak
dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus
tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum
dan anus.

Gbr Intusepsi intestinal

15
Diniar S 1102013087

3. Volvulus :
Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat
juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya

Gbr Menunjukan bentuk normal intestin (atas warna pink) dan intestin yang mengalami
volvulus (bawah warna ungu)
Tindakan bedah, infeksi dan bahkan endometriosis sering menyebabkan peradangan
peritoneum loka atau generalisata (peritonitis). Pada penyembuhan dapat terjadi perlekatan
antara segmen usus atau dinding abdomen dan tempat operasi.

4. Hernia :
Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen atau defek di
dinding rongga peritoneum yang memungkinkan terbentukkan tonjolan peritoneum mirip
kantong yang dilapisi serosa

5. Tumor :
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan
tekanan pada dinding usus.

6. Inkarserasi (terperangkap) massa visera yang meningkat di dalam hernia sehingga massa
tersebut terperangkap akibat adanya stasis dan edema secara permanen.

7. Strangulasi gangguan lebih lanjut dimana pasokan darah dan drainase menyebabkan infark
segmen yang terperangkap

LO 3.4 Klasifikasi

16
Diniar S 1102013087

Ada dua tipe obstruksi yaitu :


1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus
obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang
melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.

2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)


Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus
terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis,
distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson.

Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok :


a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.

Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar


1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh
darah.
2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh
darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai
dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung
usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.

Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua :


1. Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum
2. Ileus obstruktif usus besar

Obstruksi mekanik, menurut lokalisasinya dibagi menjadi :


1. Obstruksi mekanik rendah
Obstruksi mulai dari caecum sampai anorektal. Obstruksi ini paling banyak disebabkan oleh
tumor ganas, penyebab lainnya adalah :
- Volvulus
- Scibala
- Paralise colon distal (pseudoparalise)
2. Obstruksi mekanik tinggi
Menurut letaknya dapat dibedakan menjadi :
a. Obstruksi diatas pylorus, dapat disebabkan :
- Stenosis pylorus
- Strictur
- Obstruksi oleh karena keganasan
- Bezoar
Pada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah : muntah-muntah dimana muntahannya
dapat dirasakan seperti asam lambung, serangan rasa nyeri lebih sering, distensi abdomen
agak kurang.

b. Obstruksi dibawah pylorus. Obstruksi terjadi mulai dari pylorus sampai ileocaecal
junction, obstruksi ini sering ditemukan pada :

17
Diniar S 1102013087

- Adhesion (perlengketan)
- Hernia interna
- Volvulus
- Gumpalan Ascaris
Pada obstruksi ini muntahannya faeculent (feces) warna kuning seperti tinja. Serangan nyeri
perut agak jarang, tetapi perut lebih distensi.

LO 3.5 Patofisiologi

Etiologi1 penyumbatan intestinal penyempitan lumen usus pasase lumen usus terganggu

Bagian proksimal3 obstrusi tersumbat Pengumpulan isi lumen2

Distensi4

Tekanan intralumen sekresi kelenjar pencernaan aliran air dan Na+

Iskemik akumulasi cairan dan gas - Dehidrasi


terus bertambah - Hipotensi

Kehilangan cairan ke
Peritoneum seluruh bagian obstruksi
menyumbat

Nekrosis

Permabilitas hiperperistaltik

- Kolik abdomen
- Muntah

Kehilangan cairan dan elektrolit

- Perfusi jaringan
- Asidosis metabolit
- Syok hipovolumik

LO 3.6 Manifestasi klinis

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :


1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).

Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung :


1. Lokasi obstruksi

18
Diniar S 1102013087

2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus

Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik,
pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai
ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa.

Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi bersifat kolik.
Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul setiap 4 sampai 5 menit
dalam ileus obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit pada ileus obstruktif usus besar.
Nyeri dari ileus obstruktif usus halus biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen,
sedangkan yang dari ileus obstruktif usus besar biasanya tampil dengan nyeri intaumbilikus.
Dengan berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang peristaltik
menjadi jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh pegal
generalisata menetap di keseluruhan abdomen.

Jika nyeri abdomen terlokalisasi baik, parah, menetap dan tanpa remisi, maka ileus obstruksi
strangulata harus dicurigai. Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi
yang memuntahkan apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti oleh cairan
duodenum, yang kebanyakan cairan empedu. Setelah mereda, maka muntah tergantung atas tingkat
ileus obstruktif. Jika ileus obstruktif usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan
terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak
terlihat distensi. Jika ileus obstruktif usus besar, maka muntah timbul lambat dan setelah muncul
distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai hasil pertumbuhan bakteri
berlebihan sekunder terhadap stagnasi. Karena panjang usus yang terisi dengan isi demikian, maka
muntah tidak mendekompresi total usus di atas obstruksi (Sabiston, 1995).

Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan makin membesar
bila semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltik terkadang dapat dilihat. Gejala ini
terlambat pada ileus obstruktif usus besar dan bisa minimal atau absen pada keadaan oklusi
pembuluh darah mesenterikus.

Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut ( dimana feses dan gas tidak
bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa keluar) (Winslet, 2002). Kegagalan
mengerluarkan gas dan feses per rektum juga suatu gambaran khas ileus obstruktif. Tetapi
setelah timbul obstruksi, usus distal terhadap titik ini harus mengeluarkan isinya sebelum terlihat
obstipasi. Sehingga dalam ileus obstruktif usus halus, usus dalam panjang bermakna dibiarkan tanpa
terancam di usus besar. Lewatnya isi usus dalam bagian usus besar ini memerlukan waktu,
sehingga mungkin tidak ada obstipasi, selama beberapa hari. Sebaliknya, jika ileus obstruktif usus
besar, maka obstipasi akan terlihat lebih dini. Dalam ileus obstuksi sebagian, diare merupakan
gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi (Sabiston, 1995).

Dehidarasi umumnya terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan muntah yang
berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit kering dan lidah kering,
pengisian aliran vena yang jelek dan mata gantung dengan oliguria. Nilai BUN dan hematokrit
meningkat memberikan gambaran polisitemia sekunder.

19
Diniar S 1102013087

Hipokalemia bukan merupakan gejala yang sering pada ileus obstruktif sederhana.
Peningkatan nilai potasium, amilase atau laktat dehidrogenase di dalam serum dapat sebagai
pertanda strangulasi, begitu juga leukositosis atau leukopenia. Pireksia di dalam ileus obstruktif
dapat digunaklan sebagai petanda:
1. Mulainya terjadi iskemia
2. Perforasi usus
3. Inflamasi yang berhubungan denga penyakit obsruksi

Hipotermi menandakan terjadinya syok septikemia. Nyeri tekan abdomen yang terlokalisir
menandakan iskemia yang mengancam atau sudah terjadi. Perkembangan peritonitis menandakan
infark atau perforasi.

Sangat penting untuk membedakan antara ileus obstruktif dengan strangulasi dengan tanpa
strangulasi, karena termasuk operasi emergensi. Penegakan diagnosa hanya tergantung gejala
kilnis. Sebagai catatan perlu diperhatikan (Winslet, 2002):
1. Kehadiran syok menandakan iskemia yang sedang berlansung
2. Pada strangulasi yang mengancam, nyeri tidak pernah hilang total
3. Gejala-gejala biasanya muncul secara mendadak dan selalu berulang
4. Kemunculan dan adanya gejala nyeri tekan lokal merupakan tanda yang sangat penting,
tetapi, nyeri tekan yang tidak jelas memerlukan penilaian rutin.

Pada ileus obstruktif tanpa strangulasi kemungkinan bisa terdapat area dengan nyeri
tekan lokal pada tempat yang mengalami obstruksi; pada strangulasi selalu ada nyeri tekan
lokal yang berhubungan dengan kekakuan abdomen.
1. Nyeri tekan umum dan kehadiran kekakuan abdomen/rebound tenderness menandakan
perlunya laparotomy segera.
2. Pada kasus ileus obstruktif dimana nyeri tetap asa walaupun telah diterapi konservatif,
walaupun tanpa gejala-gejala di atas, strangulasi tetap harus didiagnosa.
3. Ketika srangulasi muncul pada hernia eksternal dimana benjolan tegang, lunak,
ireponibel, tidak hanya membesar karena reflek batuk dan benjolan semakin membesar.
Pada ileus obstruksi usus besar juga menimbulkan sakit kolik abdomen yang sama
kualitasnya dengan sakit ileus obstruktif usus halus, tetapi intensitasnya lebih rendah. Keluhan
rasa sakit kadang-kadang tidak ada pada penderita lanjut usia yang pandai menahan nafsu.
Muntah-muntah terjadi lambat, khususnya bila katup ileocaecal kompeten. Muntah-muntah
fekulen paradoks sangat jarang. Riwayat perubahan kebiasaan berdefekasi dan darah dalam
feses yang baru terjadi sering terjadi karena karsinoma dan divertikulitis adalah penyebab yang
paling sering. Konstipasi menjadi progresif, dan obstipasi dengan ketidakmapuan mengeluarkan gas

20
Diniar S 1102013087

terjadi. Gejala-gejala akut dapat timbul setelah satu minggu .

LO 3.7 Diagnosis dan Diagnosis banding

Anamnesis

Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan penyebabnya,
misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia.
Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus
obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi usus halus
berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor
kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut
abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus

21
Diniar S 1102013087

(Gambar 2.4) yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan
muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik (Sabiston,
1995; Sabara, 2007)

2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri
tekan, yang mencakup defance musculair involunter atau rebound dan pembengkakan
atau massa yang abnormal.

3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing logam
bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari
dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik
(sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri
usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata.

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan colok dubur


Pada tahap-tahap pemeriksaan dengan metode colok dubur (rectal toucher: baca; rektal tuse)
untuk menilai adakah nyeri tekan, massa abnormal, pembesaran prostat, tinja, darah, atau lendir.
Colok dubur juga untuk memeriksa kemungkinan adanya hemoroid (wasir atau ambeien). Otot
lingkar dubur atau sphincter ani diperiksa bagaimana kekuatannya atau tonusnya. Pada laki-laki
diperiksa apakah ada hidrokel atau varikokel. Hidrokel adalah suatu penumpukan cairan pada
kantung buah zakar atau skrotum. Varikokel adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena)
pada leher buah zakar yang menimbulkan rasa nyeri dan bisa menyebabkan kemandulan.
Pengobatan varikoket dengan tindakan operasi.

Pada pemeriksaan ini, kita dapat memilih posisi pasien sbb:


a. Left lateral prone position

22
Diniar S 1102013087

Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi anal kanal dan rektum. Tetapi
posisi ini kurang sesuai untuk pemeriksaan peritoneum.
b. Litothomy position
Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak memerlukan
pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan prostate dan vesika
seminalis karena memudahkan akses pada cavum peritoneal.
c. Knee-chest position
Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.
d. Standing elbow-knee position, posisi ini jarang digunakan.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat
membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal,
ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi,
leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan.

Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% -
50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non strangulata.

Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi.

Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.

Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila ada tanda - tanda shock, dehidrasi dan ketosis

PEMERIKSAAN ENDOSKOPI

Endoskop adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan endoskopi. Alat ini berbentuk pipa kecil
panjang yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh, misalnya ke lambung, ke dalam sendi, atau ke
rongga tubuh lainnya. Di dalam pipa tersebut terdapat dua buah serat optik. Satu untuk menghasilkan
cahaya agar bagian tubuh di depan ujung endoskop terlihat jelas, sedangkan serat lainnya berfungsi
sebagai penghantar gambar yang ditangkap oleh kamera. Di samping kedua serat optik tersebut,
terdapat satu buah bagian lagi yang bisa digunakan sebagai saluran untuk pemberian obat dan untuk
memasukkan atau menghisap cairan. Selain itu, bagian tersebut juga dapat dipasangi alat-alat medis
seperti gunting kecil, sikat kecil, dll.

Endoskopi dilakukan pada keadaan:


1.keluhan saluran cerna yang berulang(kronis atau berat).dilakukan tindakan gastroskopi
2.pendarahan saluran cerna atas(muntah darah dan buang air besar berwarna hitam) dilakukan
tindakan gastroskopi
3.pendarahan saluran cerna bawah.dilakukan kolonoskopi
4.adanya perubahan kebiasaan pada waktu buang air besar.dilakukan tindakan kolonoskopi.
5.pengobatan varices(pelebaran) pembuluh darah pada tenggorokan.dilakukan tindakan gastroskopi.

Endoskop biasanya digunakan bersama layar monitor sehingga gambaran organ yang diperiksa tidak
hanya dilihat sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Gambar yang diperoleh
selama pemeriksaan biasanya direkam untuk dokumentasi atau evaluasi lebih lanjut.

23
Diniar S 1102013087

Endoskopi juga sangat berperan dalam menentukan penyebab pendarahan saluran cerna
yang sulit ditentukan berdasarkan pemeriksaan radiologis. Beberapa lesi (terlihat putih
atau pucat) yang tak terlihat pada pemeriksaan radiologis dapat diketahui dengan
pemeriksaan endoskopi. Berdasarkan fungsinya endoskopi terbagi dua yakni endoskopi
diagnostik dan endoskopi terapeutik. Endoskopi diagnostik berperan dalam menentukan
penyebab pendarahan dan lokasi lesi yang terjadi, sedangkan endoskopi terapeutik berperan untuk
menghentikan pendarahan yang terjadi. Endoskopi pada saluran cerna dibagi menjadi dua bagian
besar, yakni endoskopi saluran cerna atas (esofagoduodenoskopi ) dan saluran cerna bawah
(kolonoskopi). Disusul sekarang ada kapsul endoskop.

Endoskopi tidak hanya berfungsi sebagai alat periksa tetapi juga untuk
melakukan tindakan medis seperti pengangkatan polip, penjahitan, dan
lain-lain. Selain itu, endoskopi juga dapat digunakan untuk mengambil
sampel jaringan jika dicurigai jaringan tersebut terkena kanker atau
gangguan lainnya.

Beberapa jenis gangguan yang dapat dilihat dengan endoskopi antara lain : abses, sirosis biliaris,
perdarahan, bronkhitis, kanker, kista, batu empedu, tumor, polip, tukak, dan lain-lain.

24
Diniar S 1102013087

Prosedur medis yang menggunakan endoskopi mempunyai berbagai macam nama, tergantung jenis
dan organ yang diperiksa. Berikut beberapa contohnya :
1. Thorakoskopi, pemeriksaan pleura, rongga pleura, mediastinum dan perikardium (bagian-
bagian paru-paru dan jantung).
2. Proktoskopi (sigmoidoskopi dan proktosigmoidoskopi), untuk memeriksa rektum dan kolon
sigmoid.
3. Laringoskopi, untuk memeriksa laring (salah satu bagian saluran napas).
4. Laparoskopi, untuk melihat lambung, hati, dan organ-organ lain di dalam rongga perut.
5. Gastroskopi, untuk melihat dinding dalam esofagus, lambung, dan usus halus.
6. Sistoskopi, untuk melihat saluran kencing, kandung kencing dan prostat.
7. Kolposkopi, untuk memeriksa vagina dan mulut rahim.
8. Kolonoskopi, untuk memeriksa usus besar.
9. Bronkhoskopi, untuk melihat trachea dan cabang-cabang bronkhus (bagian dari saluran
napas)
10. Arthroskopi, untuk melihat sendi

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

a. Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi dekubitus) dan posisi
tegak thoraks

Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus ( diameter > 3 cm ), adanya air-
fluid level pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas foto
abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai 70-80% namun spesifisitasnya
rendah. Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:

1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi

2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi

3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels

4) Posisi supine dapat ditemukan :

a) distensi usus

b) step-ladder sign

5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet

6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung usus yang
berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang oedem.

7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.(Moses, 2008)

Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran serupa dengan obstruksi usus halus.
Temuan negatif palsu dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada di
proksimal usus halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak ada udara.
Dengan demikian menghalangi tampaknya air-fluid level atau distensi usus. Keadaan selanjutnya
berhubungan dengan obstruksi gelung tertutup. Meskipun terdapat kekurangan tersebut, foto

25
Diniar S 1102013087

abdomen tetap merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien dengan obstruksi usus halus
karena kegunaannya yang luas namun memakan biaya yang sedikit.

Tabel 2.4 Perbedaan Radiologi obstruksi intestinal dan ileus

Temuan Radiologis Osbtruksi Mekanik Ileus

Air-fluid Level Present proximal to Prominent throughout


obstruction

Gas in small intestine Large bowel shape loops; Gas present diffusely;
stepladder pattern moveable

gas ini colon Absent or diminished Increase throughout

Thickened bowel wall Present if chronic or Present with inflamation


strangulation

Intraabdominal fluid Rare Often present

Diapraghm Slightly elevated; normal Elevated; decrease motion


motion

Gastrointestinal contrast Rapid progression to point of Slow progression to colon


media obstruction

Gambar 2.6 Dilatasi usus (Nobie, 2009) Gambar 2.7 Multipel air fluid level dan

string of pearls sign (Nobie, 2009)

26
Diniar S 1102013087

Gambar 2.8 Herring bone appearance Gambar 2.9 Coffee bean appearance

Gambar 2.10 Step ledder sign (Nobie, 2009)

b. Enteroclysis

Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga untuk membedakan obstruksi
parsial dan total. Cara ini berguna jika pada foto polos abdomen memperlihatkan gambaran normal
namun dengan klinis menunjukkan adanya obstruksi atau jika penemuan foto polos abdomen tidak
spesifik. Pada pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi oleh karena metastase, tumor rekuren
dan kerusakan akibat radiasi. Enteroclysis memberikan nilai prediksi negative yang tinggi dan dapat
dilakukan dengan dua kontras. Barium merupakan kontras yang sering digunakan. Barium sangat
berguna dan aman untuk mendiagnosa obstruksi dimana tidak terjadi iskemia usus maupun perforasi.
Namun, penggunaan barium berhubungan dengan terjadinya peritonitis dan penggunaannya harus
dihindari bila dicurigai terjadi perforasi. (Nobie, 2009)

27
Diniar S 1102013087

Gambar 2.11 Intususepsi (coiled-spring appearance).(Khan,2009)

c. CT-Scan

CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi strangulate dan menyingkirkan
penyebab akut abdomen lain terutama jika klinis dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT-scan juga
dapat membedakan penyebab obstruksi intestinal, seperti adhesi, hernia karena penyebab ekstrinsik
dari neoplasma dan penyakit Chron karena penyebab intrinsik. Obstruksi ditandai dengan diametes
usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian proksimal menjadi bagian yang kolaps dengan diameter sekitar
1 cm. (Nobie, 2009)

Tingkat sensitifitas CT scan sekitar 80-90% sedangkan tingkat spesifisitasnya sekitar 70-905 untuk
mendeteksi adanya obstruksi intestinal. Temuan berupa zona transisi dengan dilatasi usus proksimal,
dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tak dapat melewati bagian obstruksi dan
kolon yang mengandung sedikit cairan dan gas. CT scan juga dapat memberikan gambaran adanya
strangulasi dan obstruksi gelung tertutup. Obstruksi Gelung tertutup diketahui melalui gambaran
dilatasi bentuk U atau bentuk C akibat distribusi radial vasa mesenteric yang berpusat pada tempat
puntiran. Strangulasi ditandai dengan penebalan dinding usus, intestinal pneumatosis (udara
didinding usus), gas pada vena portal dan kurangnya uptake kontras intravena ke dalam dinding dari
bowel yang affected. CT scan juga digunakan untuk evaluasi menyeluruh dari abdomen dan pada
akhirnya mengetahui etiologi dari obstruksi.

Keterbatasan CT scan ini terletak pada tingkat sensitivitasnya yang rendah (<50%) untuk mendeteksi
grade ringan atau obstruksi usus halus parsial. Zona transisi yang tipis akan sulit untuk diidentifikasi.
(Nobie, 2009)

28
Diniar S 1102013087

Gambar 2.12 CT Scan Ileus Obstruktif akibat tumor mesenterium

Gambar 2.13 CT Scan Ileus Obstruksi Akibat Intususepsi : tampak distensi usus halus yang tidak
diikuti dengan distensi kolon (Vriesman dan Robin, 2005)

d. CT enterography (CT enteroclysis)

Pemeriksaan ini menggantikan enteroclysis pada penggunaan klinis. Pemeriksaan ini merupakan
pilihan pada ileus obstruksi intermiten atau pada pasien dengan riwayat komplikasi pembedahan
(seperti tumor, operasi besar). Pada pemeriksaan ini memperlihatkan seluruh penebalan dinding usus
dan dapat dilakukan evaluasi pada mesenterium dan lemak perinerfon. Pemeriksaan ini
menggunakan teknologi CT-scan dan disertai dengan penggunaan kontras dalam jumlah besar. CT
enteroclysis lebih akurat disbanding dengan pemeriksaan CT biasa dalam menentukan penyebab
obstruksi (89% vs 50%), dan juga lokasi obstruksi (100% vs 94%).(Nobie, 2009)

e. MRI

Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi adanya obstruksi. MRI juga
efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi dari obstruksi. Namun, MRI memiliki keterbatasan
antara lain kurang terjangkau dalam hal transport pasien dan kurang dapat menggambarkan massa
dan inflamasi. (Nobie, 2009)

29
Diniar S 1102013087

Gambar 2.14 Kehamilan dengan ileus obstruktif

f. USG

Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dari obstruksi dengan melihat pergerakan
dari usus halus. Pada pasien dengan ilues obtruksi, USG dapat dengan jelas memperlihatkan usus
yang distensi. USG dapat dengan akurat menunjukkan lokasi dari usus yang distensi. Tidak seperti
teknik radiologi yang lain, USG dapat memperlihatkan peristaltic, hal ini dapat membantu
membedakan obstruksi mekanik dari ileus paralitik. Pemeriksaan USG lebih murah dan mudah jika
dibandingkan dengan CT-scan, dan spesifitasnya dilaporkan mencapai 100%. (Nobie, 2009)

Gambar 2.15 USG Abdomen tumor dinding epigastrium (Khan, 2009)

Gambar 2.16 USG Longitudinal dari abdomen bagian bawah menunjukkan distensi multiple dari
usus halus akibat invaginasi (Hagen-Ansert, 2010)

30
Diniar S 1102013087

Penatalaksanaan Operasi dan Medikamentosa

a) Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :

1. Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai pencapaian
tingkat normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati pengeluaran
urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan
laboratoriumberurutan.

2. Dekompressi tractus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen dengan


tujuan untuk dekompressi lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus, dan
membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan,sehingga mengurangi
distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intalumen.

3. Pemberian antibiotika untuk pencegahan pertumbuhan bakteri berlebihan bersama dengan


produk endotoksin dan eksotoksin.

b) Operatif
Tergantung dari etiologi masing-masing :

Adhesi
Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali.

Hernia inkarserata
Dapat dilakukan Herniotomi untuk membebaskan usus dari jepitan.

Neoplasma
Operasi berupa pengangkatan tumor. Pada tumor jinak pasase usus harus dipulihkan kembali,
sedangkan pada tumor ganas sedapat mungkin dilakukan reseksi radikal.

Askariasis
Jika terdapat obstruksi lengkap, atau jika pengobatan konservatif tidak berhasil dapat
dilakukan operasi dengan jalan enterotomi untuk mengeluarkan cacing, tapi apabila usus sudah
robek, atau mengalami ganggren dilakukan reseksi bagian usus yang bersangkutan.

Carsinoma Colon
Operasi dengan jalan reseksi luas pada lesi dan limfatik regionalnya. Apabila obstruksi
mekanik jelas terjadi, maka diperlukan persiapan Colostomi atau Sekostomi.

Divertikel
Reseksi bagian colon yang mengandung divertikel dapat dikerjakan secara elektif setelah
divertikulitis menyembuh. Dapat dianjurkan untuk menempatkan colostomy serendah
mungkin, lebih disukai dalam colon desendens, atau colon sigmoideum. Untuk memungkinkan
evaluasi melalui colostomy dan mencegah peradangan lebih lanjut pada tempat abses.
Reseksi sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartman dengan colostomy sementara. Cara
ini, dipilih untuk menghindari resiko tinggi gangguan penyembuhan luka anastomosis yang
dibuat primer dilingkungan radang. Prosedur Hartman jauh lebih aman karena anastomosis
baru dikerjakan setelah rongga perut dan lapangan bedah bebas kontaminasi dan radang.

Volvulus
Pada volvulus sekum dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang terpelintir
dengan melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga berefek fiksasi terhadap
sekum dengan cara adhesi. Jika sekum dapat hidup dan tidak terdistensi tegang, maka detorsi

31
Diniar S 1102013087

dan fiksasi sekum di qudran bawah bisa dicapai.


Pada volvulus sigmoid jika tidak terdapat strangulasi, dapat dilakukan reposisi sigmoidoskopi.
Cara ini sering meniadakan volvulus dini yang diikuti oleh keluarnya flatus. Reposisi
sigmoidodkopi yang berhasil pada volvulus dapat dicapai sekitar 80% pasien. Jika strangulasi
ditemukan saat laparatomi, maka reseksi gelung sigmoideum yang gangrenous yang disertai
dengan colostomi double barrel atau coloctomi ujung bersama penutup tunggal rectum
(kantong Hartman) harus dilakukan.

Intusussepsi
Sebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan terlebih dahulu dengan reduksi barium enema,
jika tidak ada tanda obstruksi lanjut atau perforasi usus halus.
Bila reduksi dengan enema tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan operasi berupa eksplorai
abdomen melalui suatu insisi transversal pada quadran kanan bawah. Intusussepsi tersebut
kemudian direduksi dengan kompressi retrograde dari intusussepsi secara hati-hati. Reseksi
usus diindikasikan bila usus tersebut tidak dapat direduksi atau usus tersebut ganggren.

PENATALAKSANAAN
A.Terapiumum
1.Istirahat

Dirawat di ruangan gawat darurat


Segera pasang sonde lambung (NGT)
Selang rectal
Pasang kateter

2.Diet

Pasien puasa
Nutrisi perenteral total sampai ada bising usus atau mulai flatus

3.Medikamentosa

OBAT ANTIEMETIK
Antagonis reseptor H1
Antagonis reseptor muskarinik
Antagonis reseptor dopamin
Antagonis reseptor serotonin
Cannabinoid
Steroid

Antagonis reseptor H1
Cinnarizine, cyclizine, dimenhydrinate, promethazine
Tidak dapat digunakan utk mual-muntah krn rangsangan pada CTZ
Efektif utk mabuk kendaraan dan mual-muntah krn rangsangan pada lambung
Diberikan sebelum timbul gejala mual-muntah
Puncak antiemetik : 4 jam, bertahan selama 24 jam
KI : wanita hamil trimester I (kec. Promethazine)

Antagonis reseptor muskarinik


Hyoscine
Untuk mual-muntah krn gangguan labirin dan rangsangan lokal di lambung
Tidak dapat digunakan utk mual muntah krn rangsangan pada CTZ
Puncak antiemetik : 1-2 jam
ES : drowsiness, mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin

32
Diniar S 1102013087

Antagonis reseptor dopamin


Metoklopramid
Domperidone Phenothiazine

Metoklopramid
Bekerja di CTZ
P.o., T1/2 4 jam, ekskresi via urine
ES : krn blokade reseptor dopamin di SSP gangguan pergerakan pada anak2 dan dewasa muda,
mengantuk, fatigue/lemah
Stimulasi release prolaktin galaktore dan gangguan menstruasi
Efek pada motilitas usus diare

Domperidone
Antagonis reseptor D2
Antiemetik untuk vomitting postoperatif dan akibat kemoterapi kanker
ES : diare

Phenothiazine
Neuroleptik : chlorpromazine, prochlorperazine, trifluoperazine dpt sebagai antiemetik
Triethylperazine hny sbg antiemetik
Dapat digunakan utk vomitting krn rangsangan pada CTZ
Tidak efektif utk muntah krn rangsangan di lambung
Cara kerja antagonis reseptor D2 di CTZ, menghambat reseptor histamin dan muskarinik
Pemberian p.o., rektal, atau parenteral

Antagonis serotonin
Serotonin (5-hidroksitriptamin) a direlease oleh CNS atau lambung a transmitter emesis
Antagonis serotonin : ondansetron, granisetron
Sangat baik utk terapi mual-muntah akibat obat sitotoksik
Pemberian p.o, injeksi IV pelan, infus
T1/2 5 jam
ES : sakit kepala, gangguan GIT

Cannabinoid
Nabilone derivat cannabinol sintetik menurunkan muntah krn rangsangan pada CTZ
Pemberian : p.o, absorpsi baik
T1/2 120 menit, ekskresi via urine dan feses
ES : jarang, a. l. drowsiness, dizziness, mulut kering, perubahanmood, hipotensi postural,
halusinasi, dan reaksi psikotik

Steroid
Dosis tinggi, dpt digunakan sendiri atau kombinasi dgn obat lain
Glukokortikoid deksametason dan metilprednisolon
Mekanisme kerja blm diketahui
Sinergisme dg ondansetron

MOTILITAS GIT
1. MENINGKATKAN PERGERAKAN :
PENCAHAR
TANPA EFEK PENCAHAR

PENCAHAR
BULK LAXATIVE meningkatkan volume residu padat yg tidak diabsorpsi
OSMOTIC LAXATIVE meningkatkan jumlah air

33
Diniar S 1102013087

FAECAL SOFTENER mengubah konsistensi faeces


STIMULANT PURGATIVE meningkatkan motilitas dan sekresi

Bulk Laxative
Metilselulose, sterculia, agar, bran, ispaghula husk
Polimer polisakarida a tidak dapat dipecah
Mekanisme kerja a menahan air di lumen usus merangsang peristaltis a beberapa hari
ES : ringan

Osmotic Laxative
Pencahar salin dan laktulosa cairan yg absorpsinya jelek meningkatkan volume cairan di
lumen bowel mempercepat transfer makanan ke usus halus massa yg sangat besar masuk kolon
distensi ekspulsi faeces
Pencahar salin garam MgSO4 dan Mg(OH)2
Laktulosa disakarida semisintetik fruktosa dan galaktosa bakteri di kolon fermentasi
asam laktat dan asam asetat osmotik laksatif
Efek baru timbul 1 2 hari

Faecal Softener
Docusate sodium
Menghasilkan feses yg lebih lumak
Efek stimulan laksatif lemah

Stimulant Purgative
Bisacodyl, sodium picosulfat, preparat senna
Meningkatkan peristaltis dengan cara stimulasi mukosa usus
ES : kram abdomen, jangka panjang atonia colon
Bisacodyl p.o. atau suppositoria efek laksan 15-30 menit
Sodium picosulfat p.o.
Preparat senna dosis tunggal efek laksan dalam 8 jam

OBAT YG MENINGKATKAN MOTILITAS GIT

DOMPERIDONE
Antagonis reseptor D2 a antiemetik
Memblok adrenoreseptor a-1 dan menurunkan efek relaksannya a menurunkan tekanan sfingter
esofagus bawah a meningkatkan motilitas GIT
Tidak menstimulasi sekresi asam lambung
Digunakan untuk gangguan pengosongan lambung dan refluks esofagitis kronis
ES : hiperprolaktinemia

METOKLOPRAMID
Efek sentral antiemetik
Efek lokal percepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresi asam lambung
Efeknya kecil pada motilitas usus bag. bawah
Digunakan untuk refluks gastroesofagus dan gangguan pengosongan lambung
Tidak dapat digunakan untuk ileus paralitik

CISAPRIDE
Menstimulasi release ACh pada pleksus myenterik di GIT bag. atas
Digunakan utk refluks esofagitis dan gangguan pengosongan lambung
Tidak mempunyai efek antiemetik
ES : diare, kram abdomen, takikardi (jarang)

34
Diniar S 1102013087

Diagnosis Banding

Ileus dapat disebabkan oleh adanya proses dalam intraabdominal dan retroperitoneal, termasuk
iskemik usus, kolik ureter, fraktur pelvis dan setelah operasi abdomen. Jika terjadi ileus paralitik,
nyeri biasanya tidak terlalu berat dan lebih konstan.

Obstipasi dan distensi abdomen menunjukkan adanya obstruksi usus besar. Muntah jarang terjadi
dan nyeri tidak bersifat kolik. Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan adanya hasil foto roentgen
yang menunjukkan adanya obstruksi dilatasi kolon bagian proksimal.

Obstruksi usus halus dapat dikacaukan dengan gastroenteritis akut, apendisitis akut dan pankreatitis
akut. Obstruksi strangulasi mempunyai keluhan yang mirip dengan pankreatitis akut, enteritis
iskemik atau penyumbatan vaskular mesenterika yang berhubungan dengan trombosis vena. Ileus
obstruksi harus dibedakan dengan ileus paralitik.

LO 3.9 Komplikasi

Peritonitis septikemia
Syok hipovolemia
Perforasi usus
ganguan elektrolit
pnemonia aspirasi dari proses muntah
sepsis
nekrosis usus
perfusi usus

LO 3.10 PENCEGAHAN

A. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial merupakan upaya pencegahan pada orang-orang yang belum memiliki faktor
risiko terhadap ileus obstruktif. Biasa dilakukan dengan promosi kesehatan atau memberikan

35
Diniar S 1102013087

pendidikan kesehatan yang berkaitan ileus obstruktif atau dengan melakukan penyuluhan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam menjaga kesehatannya oleh
kemampuan masyarakat.

B. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya mempertahankan orang yang agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer berarti mencegah terjadinya ileus
obstruktif. Upaya pencegahan ini dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan pada masyarakat.

Pencegahan primer yang dilakukan antara lain:


a. Bergaya hidup sehat dengan cara menjaga diri dan lingkungannya
b. Dengan meningkatkan asupan makanan bergizi yang meningkatkan daya tahan tubuh
c. Diet Serat
Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insidens
timbulnya berbagai macam penyakit. Hasil penelitian membuktikan bahwa diet tinggi
serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.
d. Untuk membantu mencegah kanker kolorektal, makan diet seimbang rendah lemak
dengan banyak sayur dan buah, tidak merokok, dan segera untuk skrining kanker
kolorektal setahun sekali setelah usia 50 tahun.
e. Untuk mencegah hernia, hindari angkat berat, yang meningkatkan tekanan di dalam
perut dan mungkin memaksa satu bagian dari usus untuk menonjol melalui daerah
rentan dinding perut Anda.

C. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan terhadap ileus obstruktif adalah dengan cara mendeteksi
secara dini, dan mengadakan penatalaksanaan medik untuk mengatasi akibat fatal ileus obstruktif.

D. Pencegahan Tersier

Tujuan pencegahan tertier adalah untuk mengurangi ketidakmampuan, mencegah kecacatan dan
menghindari komplikasi yang dapat memperparah keadaan. Tindakan perawatan post operasi serta
melakukan mobilitas/ambulasi sedini mungkin.

LO 3.11 Prognosis
Obstruksi yang tak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian sekitar 5%.Kebanyakan
yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi yang disertai dengan strangulasi
mempunyai angka kematian 8%. Kalau operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah
timbulnya gejala yang bersangkutan.

LI 4. Memahami dan menjelaskan ajaran Islam mengenai tindakan bedah dan operasi

Terkadang seorang muslim diuji oleh Allah dengan suatu penyakit, dia ingin sembuh dari penyakit
tersebut, dia mengetahui bahwa berobat dianjurkan, akan tetapi penyakit di mana dia diuji oleh
Allah dengannya, jalan menuju kepada kesembuhannya menurut para dokter adalah operasi.
Pertanyaannya bagaimana pandangan syariat terhadap operasi medis yang umumnya adalah
tindakan pembedahan?

36
Diniar S 1102013087

Dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah menetapkan dibolehkannya operasi medis dengan
syarat-syaratnya, dan bahwa tidak ada dosa atas seorang muslim melakukannya untuk meraih
kesembuhan dari penyakit yang Allah ujikan kepadanya dengan izin Allah.

Adapun dalil-dalil tersebut maka ia sebagai berikut:

Firman Allah, Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Al-Maidah: 32). Dalam ayat ini Allah memuji
orang yang berusaha menghidupkan dan menyelamatkan jiwa dari kematian dan sudah dimaklumi
bahwa dalam banyak kasus operasi medis menjadi sebab terselamatkannya jiwa dari kematian yang
hampir dipastikan.

. Adapun dari sunnah maka ada beberapa hadits yang bisa dijadikan pijakan dalam menetapkan
dibolehkannya operasi medis, di antaranya:

1. Hadits hijamah (berbekam)

Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari). Dari Jabir bahwa dia
menjenguk orang sakit. Dia berkata, Aku tidak meninggalkan tempat ini sebelum kamu
berbekam karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Padanya terdapat kesembuhan. (HR.
Al-Bukhari). Hadits tersebut menetapkannya disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi bahwa
hijamah dilakukan dengan membedah atau menyayat tempat tertentu pada tubuh untuk menyedot
darah kotor dan membuangnya. Jadi disyariatkannya hijamah merupakan dasar dibolehkannya
membedah tubuh untuk membuang penyakit atau penyebab penyakit.

2. Hadits Jabir bin Abdullah .

Syariat Islam tidak melarang operasi medis secara mutlak dan tidak membolehkan secara mutlak,
syariat meletakkan larangan pada tempatnya dan pembolehan pada tempatnya, masing-
masing diberi hak dan kadarnya. Jika operasi medis memenuhi syarat-syarat yang diletakkan syariat
maka dibolehkan karena dalam kondisi ini target yang diharapkan yaitu kesembuhan dengan izin
Allah bisa diwujudkan, sebaliknya jika tim medis berpandangan bahwa operasi tidak bermanfaat,
tidak mewujudkan sasarannya atau justru menambah penderitaan penderita maka dalam kondisi ini
syariat melarangnya.

Inilah syarat-syarat dibolehkannya operasi medis yang diletakkan oleh fuqaha Islam dalam buku-
buku mereka, syarat-syarat ini diambil dari dasar-dasar kaidah syariat.

1) Hendaknya operasi medis disyariatkan.

2) Hendaknya penderita membutuhkannya.

3) Hendaknya penderita mengizinkan.

4) Hendaknya tim medis menguasai.

5) Hendaknya peluang keberhasilan lebih besar.

6) Hendaknya tidak ada cara lain yang lebih minim mudharatnya.

7) Hendaknya operasi medis berakibat baik.

8) Hendaknya operasi tidak berakibat lebih buruk daripada penyakit penderita.

37
Diniar S 1102013087

38

Anda mungkin juga menyukai