Anda di halaman 1dari 8

BAHAN DISKUSI STRATEGI PERCEPATAN PELAKSANAAN APBD PROVINSI JAWA TIMUR

UNTUK MENCAPAI REALISASI PENYERAPAN DAN KUALITAS PERTANGGUNGJAWABAN

Hasil Diskusi Kelompok 1 oleh :


1. Anas Isnaeni (NIM 165020304111002)
2. Didik Prasetiyo (NIM 165020304111003)
3. Melina Br. Hutabarat (NIM 165020304111005)

NO. URAIAN ANALISIS HASIL DISKUSI STRATEGI PERCEPATAN (SOLUSI)


1 Sering terlambat turunnya Petunjuk Kriteria : Pemerintah daerah perlu
Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang meningkatkan koordinasi dengan
dari beberapa Kementerian/Lembaga, bersumber dari pendapatan APBN yang pemerintah pusat terkait dengan
sehingga berpengaruh terhadap dialokasikan kepada daerah tertentu dengan petunjuk pelaksanaan DAK. Agar tidak
percepatan realisasi anggaran tujuan untuk membantu mendanai kegiatan menjadi hambatan, maka perlu diatur
khusus yang merupakan urusan daerah dan waktu penyusunan juklak oleh
sesuai dengan prioritas nasional. Kesesuaian pemerintah pusat
antara prioritas nasional dan urusan daerah (kementerian/lembaga terkait) untuk
mengharuskan adanya koordinasi yang bagus dapat menyelesaikan juklak DAK
dalam pelaksanaan DAK. Pemerintah pusat sebelum tahun anggaran berjalan
melalui kementerian/lembaga memberikan dimulai. Seperti untuk pekerjaan fisik
petunjuk pelaksanaan DAK sebagai pedoman yang memakan waktu pengerjaan
untuk pemerintah daerah menggunakan dana lama, maka perlu segera dibuatkan
tersebut untuk pembangunan daerah. Juklaknya dan kalau bisa sebaiknya
Penyebab : telah dikeluarkan sejak TA
Pemerintah daerah menunggu petunjuk sebelumnya, sehingga tidak
pelaksanaan DAK dari pemerintah pusat mengganggu pelakasanaannya.
(kementerian/lembaga teknis terkait) dalam Jangan sampai Juklak DAK fisik baru
melaksanakan program pembangunan daerah. dikeluarkan sekalian menunggu Juklak
Juklak ini baru diterbitkan dan diedarkan pada DAK non fisik yang secara waktu
tahun anggaran berjalan tidak pada awal tahun pengerjaannya bisa lebih cepat
anggaran, sehingga waktu pelaksanaan anggaran selesai.
menjadi sangat terbatas. Juklak tidak perlu dibuat sampai
Akibat : serinci atau detail sekali, cukup garis-
Realisasi anggaran atas DAK menjadi kurang garis besarnya saja, sebagai contoh
terserap dengan optimal. Waktu untuk realisasi standarnya, pelaporan dan
relatif sempit dan terdapat proses menunggu pengawasnya. Agar juklak tersebut
yang sangat bergantung kepada pemerintah cepat selesai, dan Daerah yang
pusat selaku penerbit juklak DAK. Pemerintah menerima pun lebih mudah
daerah juga menjadi pasif kurang mempunyai melaksanakannya karena tidak diatur
aktivitas kegiatan pada awal tahun anggaran terlalu rinci.
karena harus menunggu juklaknya dulu untuk Perhitungan porsi Dana Alokasi
dapat melaksanakan program pembangunan. Khusus memerlukan variabel
perhitungan kompleks, sehingga perlu
adanya otomatisasi perhitungan untuk
bagian-bagian yang memungkinkan.
Perhitungan porsi Dana Alokasi
Khusus juga bersifat sangat politis,
sehingga perlu meningkatkan
transparansi dalam hal
pembahasannya untuk meminimalisasi
unsur politis yang tidak
menguntungkan negara.
2 Masih terdapat persepsi yang tidak sama Kriteria : Dalam penerapan aplikasi baru,
terhadap regulasi untuk proses Setiap pengadaan barang/jasa yang dilakukan pemerintah daerah perlu segera
pengadaan barang dan jasa serta adanya oleh pemerintah daerah harus diumumkan mengupayakan untuk meminta asistensi
perubahan dari aplikasi penyusunan terlebih dahulu dalam Rencana Umum dan bimbingan teknis mengenai
Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (RUP) kepada masyarakat luas pada ketentuan dan penggunaan aplikasi RUP
Pengadaan (SIRUP) menjadi versi 2.0 awal tahun anggaran. SIRUP (Sistem Informasi terbaru kepada LKPP atau pihak yang
oleh LKPP Pusat yang memerlukan waktu Rencana Umum Pengadaan) merupakan aplikasi berkompeten lainnya. Selain itu,
pengisiannya buatan Lembaga Kebijakan Pengadaan pemerintah daerah sebaiknya melakukan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) guna membantu evaluasi atas kendala dan hambatan
pemerintah daerah mempublikasikan RUPnya. yang sering ditemui pengguna dan
RUP menjadi langkah awal sebelum dilakukannya melaporkan usulan perbaikan yang lebih
proses pengadaan lebih lanjut. sederhana dan dapat dipahami kepada
Penyebab : LKPP selaku penanggung jawab aplikasi
Terjadi perubahan mekanisme dalam SIRUP. Kelengkapan data dan
pengumuman RUP dari semula yang dilakukan administrasi terkait untuk pengisian RUP
melalui manual berubah menjadi aplikasi dengan juga perlu diperhatikan agar mendukung
upload excel dan diganti lagi menjadi SIRUP versi terjadinya proses pengadaan yang
2.0 aplikasi berbasis web-based yang diluncurkan transparan, efisien dan akuntabel.
pada akhir tahun 2016. Lembaga pemerintah tak
akan lagi menginput rencana umum pengadaan
satu tahun anggaran secara manual, namun
ditarik otomatis oleh sistem berdasarkan seluruh
isi rencana kerja anggaran/daftar pelaksanaan
anggaran. Pada versi aplikasi ini dibutuhkan
ketelitian dan data lebih rinci sehingga
pengisiannya memerlukan waktu lebih lama
untuk mengantisipasi human error
Akibat :
Pengumuman RUP kepada masyarakat luas tidak
dapat dilakukan pada awal tahun 2017
sebagaimana yang dikehendaki. Operator aplikasi
memerlukan petunjuk teknis atas penggunaan
versi terkini dari aplikasi. Terlambatnya
pengumuman pengadaan berdampak
berkelanjutan terhadap proses pengadaan,
sehingga akan terjadi penumpukan tagihan
pengadaan pada akhir tahun anggaran
3 Dalam pelaksanaan kegiatan, setelah Kriteria : Dalam hal rekanan tidak meminta
dilakukan proses pengadaan dan Menurut Perpres No 54/2010 dan direvisi Perpres uang muka kerja, hal ini tidak jadi
penetapan pemenang, banyak pihak no 4/2015, atura pemberian Uang Muka kerja masalah karena uang muka kerja
ketiga/rekanan tidak mengambil uang adalah (pasal 88 ayat 1) : bukanlah keharusan melainkan berupa
muka atau tidak mengajukan sesuai a. mobilisasi alat dan tenaga kerja; bantuan uang bagi rekanan yang
termin yang tertera dalam kontrak b. pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok memerlukan dana untuk memulai
barang/material; dan/atau pekerjaan. Dalam hal rekanan memiliki
c. persiapan teknis lain yang diperlukan bagi modal yang kuat, tidak jadi masalah
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. tanpa uang muka, asal pekerjaan
Yang besarnya adalah (pasal 89 ayat 2) untuk dapat berjalan dan selesai sesuai
Usaha Kecil paling tinggi 30% (tiga puluh kontrak.
perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Rekanan tidak mengajukan penagihan
Barang/Jasa atau untuk usaha non kecil paling pembayaran termin, yang hal ini pasti
tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari nilai akan menganggu perencanaan kas
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa. Sedangkan yang telah dibuat sesuia dengan
pembayaran untuk pekerjaan tersebut diatur kontrak perjanjian maka Petugas
dalam (pasal 89 ayat 1) yaitu pembayaran Pembuat Komitmen (PPK) dapat
bulanan, pembayaran berdasarkan tahapan mengingatkan kepada rekanan baik
penyelesaian pekerjaan (termin), atau secara lisan maupun tertulis, bahwa
pembayaran secara sekaligus setelah jadwal pengajuan termin sudah dekat,
penyelesaian pekerjaan. Dan juga ayat 4 yaitu : dekat catatan persentase (%)
Pembayaran bulanan/termin untuk Pekerjaan pekerjaan telah diselesaikan sesuai
Konstruksi, dilakukan senilai pekerjaan yang telah dengan syarat pembayaran termin.
terpasang.
Penyebab :
Banyak dijumpai rekanan atau pihak ketiga
kesulitan dalam menghitung permintaan uang
muka yang mereka perlukan, dan bagi rekanan
yang masih tergolong pengusaha kecil tetapi
memiliki pekerjaan yang banyak mereka belum
memiliki bagian keuangan sendiri yang handal,
sehngga kesulitan dalam pengadminitrasian atas
pekerjaan-pekerjaan yang mereka kerjakan
sehingga mereka sering lupa dan belum siap
untuk mengajukan penagihan pembayaran termin
kontrak.
Akibat :
Karena rekanan tidak/ terlambat dalam pengajuan
Uang muka atau pembayaran termin akan
mempengaruhi kinerja perencaan keuangan, dan
juga pelaporan penyerapan anggaran
4 Proses realisasi penyerapan anggaran Kriteria : Dilaksanakan beberapa hal yang dapat
pada masing-masing lingkup pemerintah Proses realisasi penyerapan anggaran harus menyadarkan personel pemda akan
di daerah belum bisa dijadikan tolok ukur memperhatikan target penyerapan yang dapat pentingnya penganggaran
kinerja daerah itu sendiri. Sebab masih diraih dalam pelaksanaan anggaran tahun bulanan/triwulanan untuk
banyak daerah Kabupaten/Kota belum berjalan. Target yang ditetapkan adalah target kepentingan manajerial.
bisa mengukur/menetapkan target yang telah dihitung dengan cermat dan Personel penganggaran di pemda
penyerapan untuk tiap bulan/triwulan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan perlu mendapatkan arahan dari jajaran
sesuai dengan kemampuannya. Banyak dengan kelancaran pelaksanaan anggaran. pimpinan pemda bahwa simplifikasi
Kabupaten/Kota dalam menetapkan Penyebab : ini akan berdampak buruk pada
target penyerapannya terlalu tinggi, 1. Pemahaman yang kurang mendalam yang manajerial dan harus dilaksanakan
sehingga terjadi deviasi yang besar dimiliki personel pemda terkait fungsi sebagaimana seharusnya, bukan
antara target dan penyerapannya. penganggaran sehingga kurang menganggap melakukan simplifikasi.
penting fungsi penganggaran Perlu diadakan integrasi jadwal
bulanan/triwulan, hanya merata-ratakan saja pengadaan pemda mulai dari proses
sepanjang tahun untuk periode pelelangan hingga penyelesaian
bulanan/triwulanan. Misalnya untuk target pengadaan dan pembayaran.
anggaran bulanan, anggaran tahunan yang Perlu komitmen dari pimpinan hingga
dibagi menjadi 12 bulan. staf di pemda untuk melaksanakan
2. Praktik-praktik simplifikasi yang diterapkan kegiatan/program sesuai dengan
oleh pemda dengan cara menggunakan target yang telah ditetapkan.
realisasi anggaran bulanan/triwulanan tahun Perlu dirumuskan bersama mengenai
lalu yang langsung digunakan sebagai pola batas-batas atau kategori yang
anggaran di tahun depan, tanpa melihat realistis dan reliabel terkait penetapan
adanya perubahan kebutuhan di tahun suatu pengadaan yang disebut layak
berikutnya. dan bebas korupsi.
3. Aparatur di pemda kurang memperhatikan Perlu adanya kesadaran dari pemda
pola pengadaan yang cenderung masih ataupun dorongan dari pemerintah
melambat di awal periode anggaran, sehingga pusat untuk membuat pemda dapat
anggaran untuk pos-pos belanja tertentu menyusun anggaran dengan lebih
seperti belanja modal belum dapat realistis. Misalnya dengan menetapkan
direalisasikan pada periode awal tahun batas maksimal defisit anggaran, dan
anggaran. lain-lain.
4. Rancangan program-program dan kegiatan- Perlu adanya komitmen peningkatan
kegiatan yang kurang efektif dan semangat efektifitas komunikasi dari tingkat
efisiensi yang belum maksimal di jajaran jajaran pimpinan hingga ke seluruh
pemda, membuat pemda membatalkan lapisan staf di pemda untuk
kegiatan/program tersebut yang memformulasikan target kinerja
mengakibatkan penyerapannya jauh lebih bersama, sehingga segala kegiatan
rendah dibandingkan targetnya. dan program yang direncanakan
5. Pejabat berwenang di pemda menjadi sangat dapat saling mendukung dan tidak
hati-hati dan cenderung meminimalisasi tumpang tindih.
proses pengadaan di pemda. Hal ini membuat Pemda dan pemerintah pusat harus
pemda tertentu mengalami penurunan saling bekerja sama dalam hal transfer
realisasi yang drastis dari kegiatan knowledge mengenai tata cara
pengadaan, terutama dari kegiatan yang penyusunan rencana kegiatan sedetail
jumlah Rupiahnya besar. mungkin, sehingga dapat
6. Anggaran yang disusun kurang realistis menghasilkan rencana kerja sedetail
seperti pendapatan yang cenderung mungkin baik di pempus dan di
dianggarkan sangat rendah dan anggaran pemda.
belanja dianggarkan sangat tinggi selalu Hal yang sedang diusahakan oleh
menyumbang defisit setiap tahunnya. semua pihak, termasuk pemerintah
Sehingga menjadi sulit mem-break down-nya saat ini agar proses penganggaran
menjadi anggaran yang lebih realistis pada pemda menggunakan template
periode bulanan/triwulanan. tertentu dan dilaksanakan
7. urang terintegrasinya rencana setransparan mungkin untuk
kegiatan/program antar SKPD di pemda menghindari campur tangan dari
tertentu serta kurang koordinasi saat berbagai pihak.
pelaksanaan kegiatan/program tersebut yang
menyebabkan penganggaran
kegiatan/program disusun tumpang tindih
antar SKPD yang menyebabkan pemda
kesulitan saat melaksanakan realisasinya jika
berulang-ulang dilakukan.
8. Pemda belum menyusun indikator dan
variabel pendukung kegiatan/program yang
direncakan beserta kebutuhan dananya secara
rinci dan detail, namun hanya masih berupa
target besaran saja. Hal ini membuat
perbedaan yang sangat besar antara target
dengan realisasi karena belum
memprediksikan keadaan yang akan dihadapi
secara nyata pada saat pelaksanaan
kegiatan/program.
9. Intervensi dari berbagai pihak saat
penyusunan anggaran tahunan pemda
membuat SKPD akan menghadapi
permasalahan saat melaksanakan realisasi
yang tidak sesuai dengan kemampuan atau
target yang sebenarnya ingin dan mampu
dicapainya.
Akibat :
Target penyerapan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah terlalu tinggi, sehingga terjadi
deviasi yang besar antara target dan
penyerapannya.

Anda mungkin juga menyukai