DI SUSUN OLEH :
i
PEMBERIAN KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN
INTENSITAS NYERI BENDUNGAN PAYUDARA PADA
ASUHAN KEPERAWATAN NY. F DENGAN POST
PARTUM SECTIO CAESAREA DI RUANG
BOUGENVILL RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH:
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dam karuia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
bimbingan dan dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
terhomat:
v
4. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji I yang telah membimbing dengan
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasusu ini.
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta
7. Kedua orang tuasaya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
8. Sahabat-sahabat saya Sri Nogrohoningsih, Sri Utami, dan Tri Miatun, selama ini
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang......................................................................... 1
B. TujuanPenulisan ..................................................................... 3
C. ManfaatPenulisan ................................................................... 4
B. AsuhanKeperawatan ............................................................... 9
1. Pengkajian ...................................................................... 9
3. Perencanaan .................................................................... 10
4. Pelaksanaan .................................................................... 14
5. Evaluasi .......................................................................... 15
vii
8. Penatalakasanaan ............................................................ 18
9. Nyeri ............................................................................... 18
A. Pengkajian ............................................................................. 36
7. Terapi .............................................................................. 40
C. Intervensi ............................................................................... 42
D. Implementasi ......................................................................... 44
E. Evaluasi ................................................................................. 47
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................. 50
E. Evaluasi ................................................................................. 58
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 61
B. Saran ....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn, 2010). Sectio caesarea adalah
suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
bahwa persalinan dengan sectio caesarea adalah sekitar 10-15 % dari semua
(Alduna, 2012).
biasanya terjadi yaitu perdarahan pervagina, infeksi masa nifas, sakit kepala,
1
2
kelenjar susu sehingga pengeluaran ASI berkurang dan terjadi bendungan ASI
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan
rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena
produksi ASI pada ibu yang produksi ASI nya berlebihan, tehnik yang salah
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu, putting susu yang terbenam
akan menyulitkan bayi yang menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
puting dan areola, puting susu terlalu panjang menimbulkan kesulitan pada saat
bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
Wanita di Amerika saat ini kurang lebih 40% memilih untuk tidak
2006).
payudara yaitu salah satunya dengan memberikan kompres dingin. Hal ini
2003).
tanggal 7-8 April di RSUD Sukoharjo pada Ny. F, bahwa Ny. F mengatakan
nyeri pada payudara, bengkak, terasa panas, dan sulit menyusui membutuhkan
melakukan aplikasi penelitian dari jurnal yang diteliti oleh Kartika (2003) yang
akan dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul Pemberian
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan
1. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Rumah
payudara.
2. Tenaga Keperawatan
3. Akademik
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk institusi
dihadapi.
bendungan payudara.
5. Pembaca
bendungan payudara.
6. Penulis
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn, 2010). Sectio
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Jitowiyono,
2010).
2. Indikasi
a. Ibu
2) Disfungsi uterus
4) Plasenta previa
b. Anak
1) Janin besar
2) Gawat janin
3) Letak lintang
6
7
yaitu:
1) Sayatan melintang
di kemudian hari. Hal ini karena pada masa nifas, segmen bawah
bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil,
Menurut Sitepu (2011), sebab Sectio Caesarea ada dua yaitu yang
(b) Sectio caesarea yang tidak direncanakan. Dalam hal ini kita
d. Alergi
Biasanya resiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat
rasa sakit serta beberapa cairan infus. Oleh karena itu, biasanya sebelum
tertentu.
e. Perdarahan
darah pada pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul. Oleh
waktu pembedahan jika cabang arteri uteri ikut terbuka atau karena
berlanjut.
Selain itu, dapat juga berdampak pada organ lain dengan menimbulakn
memiliki parut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan serta
dilakukan secara sempurna resiko ini sangat kecil terjadi. Pada beberapa
dapat menggangu karena terasa nyeri dan gatal. Tidak itu saja, juga
h. Demam
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
dengan sectio caesarea, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin,
11
2. Diagnosa keperawatan
2013).
lahir, episiotomi )
3. Perencanaan
lahir, episiotomi )
Tujuan :
12
mencari bantuan)
manajemen nyeri
nyeri )
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi
Tujuan :
Intervensi
Tujuan :
Intervensi :
1) Monitor atau catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
Tujuan :
caesarea
Intervensi :
diet nutrisi
menyusui.
4. Pelaksanaan
keperawatan.
Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan
5. Evaluasi
adalah perbandingan hasil hassil yang diamati dengan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaa. Klien keluar dari siklus proses keperawatan
apabila kriteria hasil sudah tercapai. Klein akan masuk kembali ke dalam
d) Jumlah jam tidur dalam batas normal 6 atau 8 hari/ jam, Pola tidur,
kualitas dalam batas normal, Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat,
caesarea.
6. Bendungan ASI
a) Pengertian
b) Etiologi
terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI nya
3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (tehnik yang salah
mengeluarkan ASI.
19
7. Manifestasi Klinis
ditandainya dengan mammae panas serta keras pada pada perabaan nyeri
putting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu, pengeluaran susu
panas, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 38oC.
8. Penatalaksanaan
sebagai berikut :
a) Pemberian Analgetika
menyusu
9. Nyeri
a) Pengertian
Adapun masalah nyeri pada payudara yang lain pada masa pasca
b) Klasifikasi Nyeri
dari beberapa detik hingga enam bulan. Fungsi nyeri akut ialah
datang.
penyebabnya.
23
sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain. Hal ini dapat terjadi
nyeri kronis.
24
berikut :
(4) Radiasi
karena fase ini bias mempengaruhi dua fase lain. Pada fase
Fase sensasi terjadi pada saat nyeri terasa. Fase ini terjadi
2005)
1) Bimbingan Antisipasi
pada cedera.
menstransmisikan nyeri.
4) Distraksi
ditransmisikan ke otak.
5) Relaksasi
1) Pengertian
2003).
nyeri.
berikut:
3) Indikasi :
(c) Pascatonsillectomy
4) Kontra indikasi
terbuka
5) Penanganan
punggung belakang.
LAPORAN KASUS
Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang dilakukaan pada Ny. F
dengan postsectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini (KPD) di ruang
A. Pengkajian
klien Ny. F umur 24 tahun , pendidikan terakhir SMA, pekerjaan swasta, dan
Pecah Dini. Nama penanggung jawab adalah Ny. R, sebagai ibu kandung, usia
ketuban pecah dini pada tanggal 05 April 2014 pukul 21.30. Bayi lahir
dengan berat badan 3,3 kilogram, jenis kelamin laki-laki, bayi lahir normal
menyusui.
37
38
sering mual dan muntah, jenis persalinan Ny. F Partus Sectio Caesarea,
banyi Ny. F lahir laki-laki, berat badan 3300 gram, panjang badan 47 cm,
lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 34 cm. perdarahan yang keluar 100 cc.
masalah persalinan yang di alami Ny. F pada tanggal 05 April 2014 jam
ketuban pecah dini, setelah itu pada jam 21.00 WIB oleh dokter Ny. F
disarankan untuk operasi sectio caesarea. Pada jam 21.30 WIB dilakukan
satu bulan sekali, lama haid 6 sampai 7 hari, jumlah haid 1 pembalut penuh,
Berat badan bayi 3,3 kg, dengan jenis kelamin laki-laki, panjang
:100/60 mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu 36,5oC dan pernafasan 22x per
menit.
saat dikaji yaitu nyeri, penyebabnya adalah bekas sayatan luka operasi
caesar yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk yang terletak pada perut bawah
4. Data Postnatal
composmentis, berat badan 57 kg, tinggi badan 150 cm, tekanan darah
100/60 mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu 36,5o C, respirasi 22 kali/ menit.
operasi terasa nyeri, P luka post operasi sectio cesarea, quality (Q) luka
kepala bersih, rambut lurus, tidak ada jejas. Mata simetris kanan dan kiri,
tidak anemia. Hidung bersih, tidak ada polip, simetris. Telinga simetris,
tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran. Mulut simetris, bibir
lembab, tidak ada stomatitis. Leher tidak ada kaku kuduk dan pembesaran
tyroid. Pemeriksaan dada jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi
ictus cordis teraba di ICS 5, perkusi bunyi pekak, auskultasi tidak ada suara
simetris, tidak ada jejas, palpasi vocal fremitus kanan kiri sama, tidak ada
terasa nyeri, terlihat kenceng, keras, dan bengkak. Pengkajian nyeri pada
akibat bendungan asi, quality (Q) nyeri terasa kemeng, regional (R) dikedua
payudara kanan dan kiri, skala (S) skala nyeri 4, time (T) nyeri dirasakan
perkusi dan palpasi tidak dilakukan, karena ada bekas luka SC dan pasien
rubra, bau amis, pembalut tidak penuh, ganti pembalut satu kali. Ekstremitas
atas didapatkan tidak ada edema, terpasang infus Ringer Laktat (RL) 20
tetes per menit ditangan kiri, ekstremitas bawah tidak ada edema.
41
5. Keadaan mental
6. Pemeriksaan Penunjang
haemoglobin 10,2 g/dl dengan rentang nilai normal (12,2 g/dl 18,1 g/dl),
eritrosit 3,45 jt/ul dengan rentang nilai normal (4,04 jt/nl 6,13 jt/nl),
hematokrit 32,7 % dengan rentang nilai normal (37,7% - 53,7%), MCV 82,6
dengan rentang nilai normal (80 fl 97 fl), MCH 80,8 pg dengan rentang
nilai normal (27 pg 31,2 pg), MCHC 34,3 gr/dl dengan rentang nilai
normal (31,8 gr/dl 35,4 gr/dl), leukosit 12, 20 ribu/ul dengan rentang nilai
normal ( 4,5 ribu/dl 11,5 ribu/dl), trombosit 160 ribu/nl dengan rentang
nilai normal (150 ribu/nl 450 ribu/nl), RDW-CV 14,2 % dengan rentang
nilai normal (11,5% - 14,5%), neutrofil 86,2 % dengan rentang nilai normal
( 37% - 80%), total lymphosit 1 ribu/ul dengan rentang nilai normal (1% -
7. Terapi
injeksi intravena Cefotaxim 1 gram/ 12 jam untuk obat infeksi saluran nafas
42
bawah, saluran kemih, ginekologi, kulit, tulang rawan dan sendi, saluran
pencernaan dan susunan saraf pusat. Antalgin 500 gram/ 8 jam untuk
meringankan rasa sakit, terutama nyeri kolik dan sakit setelah operasi.dan
pada dehidrasi.
B. Perumusam Masalah
berhubungan dengan agen cidera fisik (post sectio caesarea). Data subyektif
pasien: pasien mengatakan luka post operasi sectio caesarea terasa nyeri, luka
seperti ditusuk-tusuk pada perut bagian bawah, skala nyeri 8 dan nyeri dirasakan
saat bergerak. Data obyektif pasien: pasien tampak menahan nyeri, terlihat tidak
rileks dan tidak nyaman, terdapat luka post sectio caesarea pada abdomen
bagian bawah kurang lebih 25 cm dan tertutup kassa. Tekanan darah 100/60
mmHg, nadi 80 kali per menit, pernapasan 22 kali per menit, suhu 37,5o C.
bendungan ASI, nyeri terasa kemeng, lokasi nyeri dikedua payudara kanan dan
kiri, skala nyeri 4, nyeri terasa saat asi penuh. Data obyektif didapatkan data
tidak bisa melakukan aktifitasnya secara mandiri, sedangkan data obyektif pasien
C. Intervensi
dengan agen cidera fisik (post sectio caesarea) penulis menegakkan intervensi
Diharapkan nyeri yang dirasakan pasien dapar berkurang dengan kriteria hasil :
ekspresi wajah rileks, skala nyeri 3, hasil tanda-tanda vital normal 120/70
mmHg, nadi 60-100 kali per menit, suhu 37o C, respirasi 12-20 kali per menit.
Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu kaji skala
keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Beri posisi
individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri. Kolaborasi
44
nyeri.
Diagnosa yang kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
dengan kriteria hasil :ekspresi wajah rileks, skala nyeri 0, tidak terjadi
bendungan asi, payudara tidak bengkak, ASI dapat keluar, dapat menyusui
bayinya kembali. Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu
kaji intensitas nyeri dengan rasional untuk mengetahui intensitas nyeri pasien,
berikan kompres dingin pada area nyeri dengan rasional kompres dingin dapat
pengurutan yang dimulai dari pangkal ke arah puting susu untuk mengurangi
ditandai dengan ADL pasien mandiri. Intervensi atau rencana tindakan yang
bantu pasien dalam proses berpindah rasionalnya adalah membantu pasien dalam
D. Implementasi
karakteristik nyeri post sectio caesarea klien dengan data subyektif yang
caesarea yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk pada perut bawah dengan skala
nyeri 8 dan dirasakan saat bergerak. Data subyektif: pasien tampak tidak nyaman
tanda vital, data subyektif: pasien mengatakan bersedia dengan, hasil tekanan
darah 100/60 mmHg, nadi 80 kali per menit, respirasi 22 kali per menit, suhu
Bendungan asi, Quality: nyeri terasa kemeng, Region: dikedua payudara kanan
dan kiri, Time: saat asi penuh. Didapatkan data obyektif pasien tampak meringis
Pada pukul 10.55 WIB memberikan kompres dingin pada area nyeri
diberikan kompres dingin, data obyektif pasien yampak tenang, pasien terlihat
sedikit menahan nyeri. Selanjutnya pada pukul 11.10 WIB mengajarkan teknik
tampak kooperatif. Pada pukul 11.15 WIB memberikan obat analgetik cefotaxim
1 gr dan antalgin 500 mg, didapatkan data subyektif pasien bersedia, data
WIB pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu mengkaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi didapatkan data subyektif pasien mengatakan masih lemah dan
belum bisa melakukan aktifitasnya secara mandiri, data obyektif pasien tampak
dibantu keluarga dalam melakukan aktifitasnya. Pada pukul 11.35 WIB yaitu
mengajarkan dan membantu pasien dalam proses berpindah miring kanan dan
untuk bergerak dan berpindah, data obyektif pasien masih tampak lemah.
keluarga pasien bersedia, data obyektif keluarga tampak membantu pasien dalam
2014 pada pukul 08.00 yaitu, mengkaji ulang nyeri SC dengan P,Q,R,S,T
pada pukul 08.20 WIB yaitu mengkaji vital sign pasien, data subyektif pasien
mengatakan bersedia, data obyektif hasil tekanan darah: 100/60 mmHg, nadi:
84x/ menit, suhu: 36,5o C, dan respirasi rate: 22x/ menit. Pada pukul 08.30 WIB
nyeri terasa kemeng, Region: dikedua payudara kanan dan kiri, skala: skala nyeri
kompres dingin pada area payudara selama 20 menit, data subyektif: pasien
tenang saat diberikan kompres dingin pada payudaranya. Pada pukul 11.00 WIB
memberikan obat analgetik cefotaxim 1 gram dan antalgin 500 mg, didapatkan
data subyektif pasien bersedia, data obyektif obat masuk melalui selang infuse.
sedikit-sedikit, data obyektif pasien tampak sudah bisa miring kanan dan kiri.
pasien dalam belajar duduk dan berdiri, didapatkan data subyektif pasien
48
bersedia, data obyektif pasien tampak sudah bisa duduk. Selanjutnya pada pukul
12.15 WIB melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien, didapatkan data
pukul 13.00 WIB mengkaji intensitas nyeri payudara, didapatkan data subyektif
nyeri terasa kemeng, Region: dikedua payudara kanan dan kiri, Skala: skala
nyeri nyeri 2,Time: saat asi penuh. Data obyektif pasien tampak tenang, sudah
tidak menahan nyeri, payudara sudah tidak tampak bengkak, bendungan ASI
E. Evaluasi
yang pertama dilakukan pada 07 April 2014 jam 14.00 WIB dengan
menjelaskan karakteristik nyeri yang dirasakannya yaitu nyeri akibat luka post
skala 8 dan dirasakan saat bergerak, Obyektif : pasien tampak menahan nyeri,
terlihat tidak rileks dan tidak nyaman. Assisment: masalah keperawatan belum
PQRST, monitor vital sign, ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi dengan tim
pada jam 14.10. Hasilnya adalah Subyektif: pasien mengatakan nyeri pada
dikedua payudara kanan dan kiri, Skala: skala nyeri 4, Time: saat asi penuh. Data
dilkakukan pada tanggal 07 April 2014 pad jam 14.00 WIB, di dapatkan
Planning: sehingga dilanjutkan intervensi dengan kaji vital sign pasien, kaji
kanan dan kiri, dan selanjutnya libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL
pasien.
Evaluasi tindakan pada tanggal 08 April 2014 pada pukul 14.00 WIB
pada diagnosa keperawatan yang pertama dengan data yang diperoleh yaitu,
Subyektif: pasien mengatakan luka bekas operasi sectio caesarea masih terasa
nyeri, luka seperti di tusuk-tusuk pada perut bagian bawah, skala nyeri 7 dan
menahan nyeri dengan TD: 100/60 mmHg, nadi 80 kali/ menit, suhu 36,7o C dan
vital sign, bimbing dalam teknik relaksasi, kolaborasi dengan tim medis
pemberian terapi obat cefotaxim 1 gram dan obat antalgin 500 mg diberikan
secara intravena.
dilakukan pada tanggal 08 April 2014 pukul 14.10 WIB , didapatkan hasil data
Quality: dikedua payudara kanan dan kiri, Skala: skala nyeri 2, Time: saat ASI
penuh. Obyektif: pasien tampak tidak menahan nyeri, payudara sudah tidak
tampak bengkak, bendungan ASI berkurang, dan ASI sudah bisa keluar lancer.
dihentikan.
ketiga masih dilakukan pada tanggl 08 April 2014 pukul 14.20 WIB didapatkan
sedikit. Obyektif: pasien sudah bisa miring kanan dan miring kiri. Assisment:
intervensi dengan ajarkan dan bantu pasien untuk belajar duduk dan berdiri dan
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas tentang aplikasi jurnal mengenai pemberian
keperawatan Ny. F dengan post partum sectio caesarea di ruang Bougenvill RSUD
A. Pengkajian
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan
dilaksanakan tanggal 7 April 2014 WIB. Dalam pengambilan kasus ini penulis
pengkajian yang melihat didasarkan data dalam status pasien dan dari keluarga.
nyeri (sectio caesarea dan bendungan payudara) nyeri seperti ditusuk- tusuk,
nyeri sectio caesarea skala nyeri 8, nyeri payudara skala 4, nyeri saat bergerak,
dari data observasi didapatkan pasien tampak meringis kesakitan, tampak lemah,
51
52
didapatkan tanda- tanda vital 100/60 mmhg, suhu 37,50 C, nadi 80x/menit,
pernafasan 22x/menit.
dan rasa nyeri didertai kenaikan suhu badan. Bendungan payudara dapat terjadi
karena adanya penyempitan duktus blatiferus pada payudara ibu dan dapat
terjadi pula bila ibu memiliki kelainan puting susu terbenam (Rukiyah dkk,
2010).
luka bekas operasi sectio caesarea terasa nyeri, dari data observasi didapatkan
luka bekas sectio caesarea di bawah umbilicus bentuk vertical tertutup kassa
steril kurang lebih 25cm. Tanda-tanda vital 110/70 mmhg, suhu 37,50 C, nadi
satu sayatan pembedahan pada post sectio caesarea yang dilakukan di bagian
bawah rahim, sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan
Keuntungannya adalah perut pada rahim kuat cukup kecil resiko menderita
rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari (Perry & Potter, 2006).
menyusui dengan benar, dari data observasi pasien tampak bingung cara
menyusui bayinya. Pada ibu yang belum bisa menyusui dengan benar atau posisi
menyusui yang salah maka akan terjadi puting susu menjadi lecet (Ambarwati
B. Diagnosa Keperawatan
April 2014 pukul 09.30 WIB, penulis dapat merumuskan tiga diagnosa
agen cidera fisik (Post Sectio Caesarea), nyeri akut adalah pengalaman sensori
jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (International Association for the Study of pain), awitan yang
tiba- tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
makan perilaku berjaga-jaga atau perilaku melindungi daerah yang nyeri, dilatasi
pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan
posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan nyeri secara verbal.
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (Post Sectio Caesarea).
54
dengan agen cidera biologis (Bendungan ASI). Batasan karakteristik nyeri akut
atau perilaku melindungi daerah yang nyeri, dilatasi pupil, fokus pada diri
sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari
C. Intervensi Keperwatan
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana
Tujuan adalah pernyataan pasien dan perilaku keluarga yang dapat diukur
SMART meliputi specific yaitu dimana tujuan harus spesifik dan tidak
dirasakan, dan di bau), achievable yaitu tujuan harus dapat dicapai, dan hasil
singkat dan realistis dengan cepat memberikan klien dan perawat suatu rasa
obat analgesik yaitu Cefotaxim 1 gram dan Antalgin 500 mg fungsi untuk
akut dapat teratasi dengan criteria hasil ekspresi wajah rileks, skala nyeri
menjadi 1, tidak terjadi bendungan ASI, payudara tidak bengkak, ASI dapat
penulis membuat rencana tindakan yaitu kaji intensitas nyeri, berikan kompres
dingin pada area nyeri, ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi pemberian analgetik.
tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan mobilitas fisik dapat teratasi
D. Implementasi Keperawatan
pasien, merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post sectio caesarea dan bendungan
payudara) adalah yang pertama mengkaji nyeri dalam hal ini mempengaruhi
pilihan. Keefektifan intervensi serta untuk mengetahui berapa berat nyeri yang
dialami pasien.
57
nafas dalam apabila nyeri timbul, dalam hal ini bertujuan untuk mengurangi rasa
yang memperkuat senstivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat
cedera dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif kompres dingin dapat
mengurangi rasa sakit pada suatu daerah setempat (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
intensitas nyeri bendungan payudara pada ibu post partum diwilayah kerja
intervensi kompres dingin selama 20 menit pada ibu yang mengalami nyeri
Penelitian Kartika (2003), tersebut juga didukung oleh sidi (2003), dalam
jurnal Astuti dan Juliansyah pemberian kompres dingin dapat mengurangi nyeri
Menurut Smith dan Duel dalam jurnal Kartika (2003), kompres dingin
dapat megurangi rasa nyeri akibat adanya bendungan payudara. Hal ini karena
meliputi perlak/ alas satu lembar, sarung tangan satu pasang, kain wol dua
lembar, termometer satu buah dan waskom berisi air dingin kemudian mengukur
suhu air dalam waskom dengan termometer 150 kemudian memasukan kain wol
merangsang serabut saraf berdiameter luas dan lebih vepat menghantar implus
gerbang spinal cord menutup, sehingga implus nyeri tidak dapat diteruskan ke
dalam pemberian analgesik yaitu cefotaxim 1 gram dan antalgin 500 mg untuk
E. Evaluasi
dilakukan pada tanggal 7 April 2014 jam 09.30 WIB pada diagnosa nyeri akut
adalah S: pasien mengatakan nyeri pada payudara, nyeri karena ada bendungan
payudara, nyeri terasa kemeng dan dikedua payudara kanan dan kiri, skala nyeri
4, saat ASI penuh. O : pasien tampak meringis menahan nyeri dan payudara
pemberian cefotaxim 1 gram dan antalgin 500 mg yaitu fungsi mengurangi nyeri
dan antibiotik.
Hasil evaluasi yang telah dilakukan pada tanggal 7 April 2014 jam 09.30
didapatkan hasil tanda-tanda vital TD: 100/60 mmHg, nadi: 84x/ menit, suhu:
36,2o C, RR: 22X/ menit. A: masalah hambatam mobilitas fisik belum teratasi.
pasien dalam berpindah miring kanan dan kiri, dan libatkan keluarga dalam
pemenuhan ADL.
Hasil evaluasi yang telah dilakukan pada tanggal 8 April 2014 jam 14.00
WIB pada diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
berkurang dan ASI sudah bisa keluar lancer. A : masalah teratasi, P : hentikan
intervensi.
Hasil evaluasi yang telah dilakukan pada tanggal 8 April 2014 jam 12.30
umum dengan metode SOAP yang hasilnya adalah S : pasien mengatakan sudah
61
masih dilanjutkan libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL, ajarkan dan bantu
pasien untuk pemenuhan ADL yang lain untuk belajar atau latihan berdiri dan
selanjutnya berjalan.
BAB V
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
asi) nyeri terasa kemeng, dikedua payudara kanan dan kiri, skala nyeri 4,
nyerisaat ASI penuh. Hasil data obyektif pasien tampak meringis menahan
nyeri dan tampak lemah, payudara terlihat kenceng, keras, dan bengkak. Di
dapatkan tanda- tanda vital 100/60 mmHg, suhu 37,50C, nadi 84x/ menit,
pernafasan 22x/menit.
2. Diagnosa
3. Intervensi
untuk pemberian obat analgesic yaitu cefotaxim 1gram dan antalgin 500 mg
62
63
4. Implementasi
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang didapatkan selama dua hari masalah keperawatan nyeri
bendungan payudara.
B. Saran
yang baik serta mampu menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana
kerjasama dengan tim kesehatan lain maupun keluarga klien, sebab peran
perawat, tim kesehatan lain, dan keluarga sangatlah besar dalam membantu
keperawatan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar- Ruzz
Media. Yogyakarta.
Brunnar dan suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Egc. Jakarta.
Brunnar dan Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Egc. Jakarta.
Icemi dan Wahyu. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta.
Judha, dkk, 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Jurnal Juliansyah. 2013. Pembengkakakan Payudara Ibu Post Seksio Caesarea Pada
Masa Menyusui Di Rumah Sakit Umum Daerah Ade Mohammad Djoen
Sintang, (online), (http://kompertis 11.net/jurnal, diakses 22 April 2014 jam
20.00 Nifas.
Marmi, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas peuperinium Care. Pustaka
Pelajar : Yogyakarta.
Oxorn. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan fisiologi. Yayasan Essentia Medica.
Yogyakarta.
Perry dan potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan edisi : 4. EGC.
Jakarta.
Rasjidi, imam. 2009. Manual Seksio Sesarea Dan laparatomi Kelainan Adneksia.
Sagung Seto. Jakarta.
Rukiyah, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II. Trans Info Media. Jakarta.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddart, Edisi 8. EGC : Jakarta
Wenny, dkk. 2011. Panduan Praktis Ibu Menyusui. Edisis 1. BestBook. Yogyakarta.
Wiknjosastro, dkk. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.