Labling Nox (Kelompok 1) Fix Nih
Labling Nox (Kelompok 1) Fix Nih
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Eksisting Wilayah
Praktikum yang dilakukan berada di sekitar lokasi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
(BTKL) Medan yang beralamat di Jalan KH Wahid Hasyim 15 Babura, Medan Baru. Pada
ssaat praktikum dilaksanakan cuaca sangat cerah dan panas matahari sangat terik sehingga
memungkinkan untuk melakukan praktikum dengan baik diluar ruangan. Dimana suhu rata-
rata yang diperoleh dari perhitungan alat saat itu yaitu 39,04 oC. Untuk tekanan dihasilkan
sekitar 758,44 mmHg.
Kondisi tempat dilakukannya praktikum juga banyak dipadati oleh kendaraan yang berlalu
lalang di sepanjang jalan depan KH Wahid Hasyim 15 Babura, Medan Baru ini. Sehingga
secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil dari konsentrasi gas NOx yang dihisap oleh
alat. Akan tetapi secara keseluhuran kondisi wilayah sangat mendukung untuk dilakukan nya
pengambilan sampel untuk analisis gas NOx tersebut.
Nitrogen monoksida (NO) merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya
nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Senyawa kimia
nitrogen oksida dan nitrogen anorganik reaktif lainnya memiliki peranan penting di dalam
pembentukan berbagai pencemaran di udara seperti photochemical smog , hujan asam, dan
penipisan lapisan ozon (Manahan, 2005).
Sifat- sifat dari NOx menurut Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR,
2002)
1. Dalam jumlah yang sedikit nitrogen oksida dapat menguap dari air, tetapi hampir
seluruhnya bereaksi dengan air dan membentuk asam nitrat.
2. Saat dilepaskan ke tanah, sejumlah nitrogen oksida dapat menguap ke udara. Tetapi
hampir keseluruhan akan berubah menjadi asam nitri atau zat lainnya.
3. nitrogen oksida tidak dapat dibentuk dari rantai makanan.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh World Bank Group (1998), rata-rata konsentrasi
nitrogen dioksida didaerah perkotaan seluruh dunia berkisar anatar 20-90 g/m3 dan 400
g/m3. Untuk jalan yang benar-benar padat, pada pengukuran 1 jam dapat diperoleh
konsentrasi yang mencapai 1000 g/m3.
Baku mutu kualitas udara ambien berdsarkan US EPA untuk NO2 adalah sebesar 100 g/m3
atau 0,053 pp untuk rata-rata tahunan.
CT=K
dimana ;
C = Konsentrasi dan Nitrogen Diokside
T = Waktu pemaparan
K = Konstanta
Contoh: selama 15 menit pemaparan 420 ppm nitrogen diokside membunuh 50 % binatang-
binatang, Habbers menyebutkan satu kemungkinan yaitu 105 ppm selama 1 jam atau 26 ppm
selama 4 jam akan membunuh 50 % binatang-binatang selama terpapar. Konsentrasi NO2
yang berkisar antara 50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan paru-paru bila manusia
terpapar selama beberapa menit saja. Pada fase ini orang masih sembuh kembali dalam waktu
6 - 8 minggu. Konsentrasi 150-200 ppm dapat menyebabkan penempatan Bronchili dan
disebut Bronchilitis fibrisis obliterans. Orang dapat meninggal dalam wektu 3 - 5 minggu
setelah pemaperan. Konsentrasi lebih dari 500 ppm dapat mematikan dalam waktu 2-10 hari.
Hal ini sering dialami petani yang memasuki gudang makanan ternak (silo) dimana terjadi
akumulasi gas NO2, oleh karenanya penyakit paru-paru ini dikenal sebegai Silo fillers
disease .
disebabkan oleh gejela edema pulmonari. Konsentrasi yang lebih besar dari 800 % ppm atau
lebih rnengakibatkan kematian 100 % pada hewan percobaan dalam waktu 29 menit atau
kurang.
dampak,kondisi sosial, ekonomi, dan politik serta melakukan pengukuran lapangan sesuai
dengan kondisi.
Langkah-langkahnya : (Ratnani,2008)
1. melakukan pengkajian/identifikasi mengenal macam sumber, model dan pola penyebaran
serta pengaruhnya / dampaknya. Sumber pencemaran udara yang sering dikenal dengan
sumber emisi adalah tempat dimana pencemaran udara mulai dipancarkan keudara.
2. Model dan pola penyebaran dapat diperkirakan melalui studi pengenai kondisi fisik
sumber (tinggi cerobong, bentuk, lubang pengeluaran dan besarnya emisi) , kondisi awal
kualitas udara setempat (latar belakang), kondisi meteorologi dan topografi. Studi dampak
pencemaran udara dilakukan terhadap kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan , material,
estetika dan terhadap kemungkinan adanya perubahan iklim setempat (lokal) maupun
regional.
3. mengetahui dan mengkomonikasikan tentang pentingnya pengelolaan pencemaran udara
dengan mempertimbangkan keadaan sosial lingkungannya, yang behubungan dengan
demografi , kondisi sosial ekonomi, sosial budaya dan psikologis serta pertimbangan
ekonomi. Juga perlunya dukungan politik, baik dari segi hukum, peraturan, kebijakan
maupun administrasi untuk melindungi pelaksanaan pemantauan, pengendalian dan
pengawasan.
4. melakukan pengukuran lapangan dalam rangka pemantauan pencemaran udara diperlukan
pemilihan metoda secara tepat sesuai dengan kemampuan jaringan pengamatan, penempatan
peralatan yang diperlukan untuk mengambil sampel dan kebutuhan peralatan beserta ahlinya
untuk keperluan analisis .
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1.2 Bahan
1. Larutan penyerap NO2;
2. Larutan iodin 0,05 N;
3. Larutan asam sulfamat;
4. Larutan formaldehid;
Laboratorium Udara NOX 8
Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)
5. Larutan pararosalinin
6. Indikator amilum 0,2
BAB IV
DATA SAMPLING
Waktu
No. Suhu (0C) Tekanan Kelembaban
Sampling
BAB V
PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA
Konsentrasi NO2 :
Dari kurva kalibrasi , didapat :
- Nilai absorban NO2 adalah 0,055
- a = 0,679
- b = 0,017
Sehingga didapat :
y = ax + b
0,055 = 0,679x + 0,017
0,055 - 0,017 = 0,679x
0,038
x= 0,679
x = 0,559
C = 25,06 g/Nm3
Berdasarkan kurva kalibrasi diatas, didapatkan nilai a = 0,679 dan nilai b = 0,017 Sehingga, y
= 0,679 x + 0,017. Dan r2 = 0,99979
5.2 Analisis
Praktikum pada modul ini, praktikan mengukur konsentrasi NO2 pada udara ambien di depan
gedung Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) . Gas tersebut merupakan gas pencemar
yang umumnya ada di udara, karena banyak dihasilkan dari aktivitas manusia. Selain
mengukur konsentrasi gastersebut, praktikan juga mengukur kondisi metereologi saat
praktikum. Pengukuran kondisi metereologi ini menjadi penting dilakukan dalam praktikum
pengukuran kualitas udara karena, kondisi metereologi akan mempengaruhi konsentrasi dan
pola penyebaran zat-zat pencemar diudara.
Kondisi metereologi yang diukur saat itu meliputi nilai suhu rata-rata saat itu, yaitu 39,04 oC.
selain suhu, nilai metereologi lainnya yang diukur yaitu kelembaban, sebesar 25,92 % dan
tekanan sebesar 29,86 inHg. Selain kondisi metereologi, hal lainnya yang berpengaruh
terhadap pengukuran kualitas udara ambien yaitu banyaknya kendaraan yang melintas selama
praktikum. Karena salah satu sumber pencemar udara tersebut adalah emisi gas kendaraan
bermotor. Tentu banyaknya atau kepadatan lalu lintas selama praktikum akan mempengaruhi
konsentrasi gas pencemar yang akan diukur.
Kecilnya nilai konsentrasi gas pencemar tersebut didapatkan dapat menjadi indikator bahwa
kualitas udara di depan gedung BTKL masih bersih dan belum tercemar. Hal tersebut
dikarenakan sumber penghasil emisi tersebut masih sedikit pengaruhnya terhadap konsentrasi
NO2.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa :
a. Nilai konsentrasi NO2 yang didapat setelah dilakukan sampling pada pada hari
Senin, 12 Juni 2017 pukul 12.07 13.07 di halaman kantor Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (BTKL):
b. Kecilnya nilai konsentrasi gas pencemar tersebut didapatkan dapat menjadi indikator
bahwa kualitas udara di depan gedung BTKL masih bersih dan belum tercemar. Hal
tersebut dikarenakan sumber penghasil emisi tersebut masih sedikit pengaruhnya
terhadap konsentrasi NO2.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Memahami objek praktikum dan materi yang berkaitan dengan objek tersebut;
2. Mempersiapkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan praktikum sebelum
praktikum dimulai;
3. Sebaiknya melakukan prosedur praktikum sesuai dengan prosedur baku yang telah
ditetapkan, seperti sesuai dengan SNI.
DAFTAR PUSTAKA
Ratnani, R.D 2008. Teknik Pengendalian Pencemaran Udara yang diakibatkan oleh
partikel. Jurusan Teknik Kimia Universitas Wahid Hasyim. Vol.4 No. 2 . 31
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=134190&val=5635 (diakses 16
Juni 2017)
Smoot, D. 2000. Modelling of Nitrogen Oxides Formation and Destruction inCombustion
System Progress in Energy and Combustion Science 26. 417- 458
www.elsevier.com/locate/pecs diakses pada 15 Juni 2017
Stoker, H. S. and Seager S. L. (1972), Environmental Chemistry, Foresman and Co,
London.
SNI-19-7117.5-2005
Syech Riad, Sugiano, dan Andhika. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi akumulasi
nitrogen monoksida dan nitrogen dioksida di udara Pekanbaru. Jurusan FMIPA Fisika
Universitas Riau. Vol. 10 No. 7 .519
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JKFI/article/view/1859/1829(diakses 15 Juni
2017)
World Bank Group. 1998. Pollution Prevention and Abatement Handbook. 233-226
Manahan, S.E. 2005. Environmental Chemistry. 8th Ed. New York : CRC Press.
LAMPIRAN (DOKUMENTASI)
Gambar 2. Alat Impinger Untuk Menangkap Gas NOx di Depan Gedung Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan pada 12 Juni 2017, Sumber : Annisya Maya
Sari Srg