Anda di halaman 1dari 4

Penatalaksanaan Nyeri Sendi | Pengobatan

Nyeri Sendi
Penatalaksanaan Nyeri Sendi. Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
Nyeri sendi. Program penanganan melibatkan tim multidisiplin termasuk pasien sendiri
merupakan dasar bagi penatalaksanaan Nyeri sendi. Sifat kronik pada sebagian besar penyakit ini
mengharuskan pasien untuk memahaminya, mendapatkan informasi yang diperlukan dalam
pengambilan keputusan yang terbaik secara mandiri berkenaan dengan penanganan penyakit dan
memperoleh program terapi yang dapat disesuaikan dengan gaya hidupnya (Smeltzer, S. C &
Bare, B.G, 2001).

Obat-obatan digunakan pada penyakit ini adalah untuk mengendalikan inflamasi dan ada
sebagian kasus untuk memodifikasi penyakit. Ada tiga kategori dasar obat yang berkasiat untuk
mengobati reumatik yaitu: kelompok salisilat, kelompok obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
dan preparat anti reumatik yang kerjanya lambat. Obat-obatan non opioid kerapkali digunakan
untuk penanganan nyeri, khususnya sampai pada tahap awal dalam program therapi, sampai
tindakan lainnya dapat dikerjakan secara efektif. (Suyono, S., Waspadji, S., Lesmana, L., et al,
2001).

Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan nyeri berdasarkan


stimulasi fisik maupun perilaku kognitif. Penanganan fisik meliputi stimulasi kulit, stimulasi
elekktrik saraf kulit transkutan (TENS, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), akupuntur
dan pemberian placebo. Intervensi perilaku kognitif meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi,
imajinasi terbimbing, umpan balik biologis, hypnosis, dan sentuhan terapeutik. Penanganan nyeri
dengan tindakan fisik dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: Meningkatkan kenyamanan,
Memperbaiki adanya disfungsi fisik, Mengubah respons fisiologik, Menurunkan kecemasan
yang berhubungan dengan imobilitas karena nyeri atau karena adanya pembatasan aktivitas.
(Anas T, 2006).

Penatalaksanaan Nyeri Sendi | Pengobatan Nyeri Sendi


Adapun penanganan nyeri secara non-farmakologi yaitu:

1. Masase kulit. Masase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan


ketegangan otot. Rangsangan masase ini dipercaya akan merangsang serabut
berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri.
Masase adalah stimulasi kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan
bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan
sekitar 10 menit pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi
yang maksimal. Tipe masase yaitu efflurage yaitu memberikan pukulan pada
tubuh dan petrisage yaitu membuat pijatan atau cubitan besar pada kulit,
subkutan, dan otot.
Stimulasi Kontralatera. Stimulasi kontralateral adalah memberi stimulasi pada daerah
kulit di sisi yang berlawanan dari daerah terjadinya nyeri. Stimulasi kontralateral dapat
berupa garukan pada daerah yang berlawanan jika terjadi gatal, menggosok (masase) jika
kram (kejang) atau pemberian kompres dingin atau panas serta pemberian balsam atau
obat gosok. Metode ini mungkin berguna jika daerah yang mengalami nyeri tidak dapat
disentuh karena hipersensitif, tertutup perban atau gips atau terjadi nyeri bayangan atau
fantom. (Anas T, 2006)

Acupressure (Pijat Refleksi). Aqupressure dikembangkan dari ilmu pengobatan kuno


Cina dengan menggunakan system akupuntur. Terapi memberi tekanan jari-jari pada
berbagai titik organ tubuh seperti pada akupuntur. Tindakan ini merupakan tindakan
sederhana dan mudah dipelajari.

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). Stimulasi saraf elektris transkutan


unit peralatan yang dijalankan dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk
menghasilkan sensasi kesemutan, getaran, atau mendengung pada area kulit tertentu.
TENS telah digunakan baik untuk menghilangkan nyeri akut atau kronis. TENS diduga
dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor nonnyeri di area yang sama
dengan serabut yang mentransmisi nyeri.

Imobilisasi. Imobilisasi terhadap organ tubuh yang mengalami nyeri hebat mungkin dapat
meredakan nyeri. Kasus seperti arthritis rheumatoid mungkin memerlukan teknik untuk
mengatasi nyeri.

Distraksi. Distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Macam-macam distraksi yaitu Distraksi visual, distraksi pendengaran, distraksi
pernapasan, distraksi intelektual, teknik pernapasan, imajinasi terbimbing.
Relaksasi. Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
mereleksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Relaksasi memberikan efek
secara langsung terhadap fungsi tubuh, seperti: Penurunan tekanan darah, nadi, dan
frekwensi pernapasan, penurunan komsumsi oksigen oleh tubuh, penurunan ketegangan
otot, meningkatkan kemampuan konsentrasi, dan menurunkan perhatian terhadap
stimulus lingkungan.

Umpan Balik Tubuh. Umpan balik tubuh adalah (biofeedback) adalah teknik mengatasi
nyeri dengan memberikan informasi kepada klien tentang respon fisiologis tubuh
terhadap nyeri yang di alami klien (misalnya, tekanan darah atau ketegangan otot serta
EEG) dan cara untuk mengendalikan secara involunter respons tersebut.

Sentuhan Terapeutik. Teknik yang digunakan adalah perawat melakukan meditasi dalam
waktu singkat sebelum kontak dengan klien. Pada periode ini, perawat menyembunyikan
tingkat energi internal, kemudian meraba klien dan mentransmisikan energy
penyembuhan. Rasionalisasi keberhasilan metode ini tidak dapat dimengeti dengan jelas.
(Anas T, 2006).

Kompres panas. Pengertian pemberian kompres panas memberikan rasa hangat pada
klien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada tubuh yang
memerlukannya. Tujuannya memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa nyeri,
merangsang peristaltic usus, memperlancar penguluaran getah radang (eksudat), member
rasa nyaman dan tenang. (Eni Kusyati, 2006)

Penggunaan kompres panas, selain memberikan efek mengatasi atau menghilangkan sensasi
nyeri, teknik ini juga memberikan reaksi fisiologis anatara lain: meningkatkan respons inflamasi,
meningkatkan aliran darah dalam jaringan, meningkatkan pembentukan udema. (Anas T, 2006).
Penggunaan panas (aplikasi kompres panas) es baiknya dilakukan pada: Trauma yang lebih dari
48 jam, sistitis, hemoroid, nyeri punggung, arthritis, bursitis. Penggunaan kompres panas
dikontraindikasikan pada: Trauma 12-24 jam pertama, perdarahan/edema, gangguan vascular,
pleuritis.

Perlu diketahui bahwa apabila suhu yang diaplikasikan terlalu tinggi akan menimbulkan rasa
tidak nyaman dan kurang memberikan efek penurunan nyeri pada klien. Untuk itu, suhu perlu
diatur yaitu sekitar 52 C pada dewasa normal, 40-46 c pada klien dewasa tidak sadar, dan 40,5-
46 c pada anak kecil dibawah usia dua tahun. (Anas T, 2006).

Metode Kompres panas ada 2 yaitu:

a. Kompres panas basah dengan menggunakan kain basah,

b. Kompres panas kering menggunakan: Buli-buli panas (WWZ), Bantal Listrik, Busur Lampu
cahaya

Adapun tujuan kompres panas kering ini untuk mengurangi/membebaskan rasa nyeri, spasme
otot, peradangan atau kongesti,dan Memberi rasa hangat. Kompres panas kering tersebut
dilakukan pada klien yang kedinginan, atas saran dokter, persiapan aethter bad. (Eni Kusyati,
2006)

Penatalaksanaan nyeri sendi yang non farmakologis merupakan unsur yang penting, khususnya
kompres panas atau dingin untuk membantu meredakan rasa nyeri, kaku dan spasme otot. Panas
superfisial dapat diberikan dalam bentuk mandi rendam atau mandi siram dengan air hangat dan
kompres panas basah yang hangat. Manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20
sampai 30 menit sesudah aplikasi panas. Aplikasi yang lebih sering dalam waktu yang lebih
pendek merupakan cara yang paling bermanfaat (Gwaspada, 2004). Penatalaksanaan Nyeri
Sendi | Pengobatan Nyeri Sendi

Anda mungkin juga menyukai