I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kota Malang memiliki posisi yang cukup strategis di Propinsi Jawa Timur yaitu
sebagai kota terbesar kedua setelah Kota Surabaya dan mempunyai perkembangan yang
cepat. Hal tersebut diharapkan mampu menarik wilayah sekitarnya dalam pemerataan
pembangunan. Menurut RTRW Nasional, Kota Malang termasuk dalam Pusat Kegiatan
Nasional (PKN). Kota Malang terdiri dari lima kecamatan meliputi Kecamatan Klojen,
Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Blimbing, Kecamatan Kedungkandang dan
Kecamatan Sukun. Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk dan semakin
meningkatnya volume kegiatan pemerintahan dan pembangunan di wilayah Kota
Malang, maka untuk memperlancar pelaksanaan tugas-tugas di bidang pemerintahan
dan pembangunan serta meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, dipandang
perlu dilakukan pemekaran terhadap Kecamatan dan Kelurahan yang sudah ada.
Dalam rencana struktur ruang Kota Malang, BWP Malang Timur mempunyai
fungsi primer sebagai perkantoran, perdagangan dan jasa, pusat olah raga, gedung
pertemuan, industri, dan perumahan. Sedangkan fungsi sekunder BWP Malang Timur
adalah perdagangan dan jasa, peribadatan, pendidikan dan fasilitas umum, serta ruang
terbuka hijau. BWP Malang Timur sudah mempunyai dokumen RDTR yang telah disusun
pada tahun 2011, dengan adanya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun
2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kota, maka disusunlah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) BWP Malang Timur sebagai
arahan dan pedoman dalam pengembangan wilayah Malang Timur.
1
EXECUTIVE SUMMARY
2
EXECUTIVE SUMMARY
18. Pengembangan sawah irigasi teknis dengan minimal luasan sebagai berikut:
Kelurahan Cemorokandang dengan luas 84,95 Ha;
19. Mempertahankan kawasan pertanian irigasi teknis dari pengkonversian lahan
menjadi permukiman, perdagangan, industri dan fasilitas lainnya sebagai
prioritas terakhir.
20. Wisata belanja yang meliputi pusat perbelanjaan Giant dan pertokoan di Jalan
Danau Toba;
21. Wisata sejarah/budaya meliputi wisata bangunan dan lingkungan cagar budaya
antara lain Ziarah Makam Ki Ageng Gribig di Kelurahan Madyopuro dan Punden
Mbah Gareng di pinggiran sungai Bango di Kelurahan Sawojajar;
22. Wisata buatan meliputi Taman Rekreasi Kota dan Playground di areal taman
GOR Velodrom.
23. Pengembangan fasilitas pendidikan skala kota di wilayah perencanaan; di
Kelurahan Cemorokandang dan Kelurahan Kedungkandang;
24. Pengembangan fasilitas pendidikan skala lingkungan pada msing-masing unit
lingkungan di masing-masing Kelurahan
25. Peningkatan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang ada terutama fasilitas
dengan skala pelayanan kawasan/lingkungan (puskesmas puskesmas
pembantu) di sekitar kawasan permukiman.
26. Peningkatan fasilitas skala lokal atau lingkungan di tiap Kelurahan (Puskesmas
Pembantu, Polides, Praktek Dokter/Bidan) dan di tiap lingkungan (Praktek Bidan,
Praktek Mantri, Posyandu).
B. MASALAH
Permasalahan yang terdapat di BWP Malang Timur adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya volume lalu lintas karena minimnya ruas jalan dan areal parkir
yang masih memanfaatkan badan jalan.
2. Minimnya daerah resapan dan sempitnya saluran drainase mengakibatkan
sering terjadi banjir seperti halnya dikawasan Sawojajar.
3. Minimnya lahan parkir yang disediakan oleh setiap pengelola areal perdagangan,
mengakibatkan para pengguna memanfaatan jalur pedestrian sebagai tempat
parkir
3
EXECUTIVE SUMMARY
C. URGENSI
Berikut merupakan urgensi penanganan yang terdapat di BWP Malang Timur
antara lain :
1. Peningkatan fungsi jaringan jalan lokal menjadi jalan arteri primer meliputi Jalan
Lingkar Timur berada di ruas Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Wisnu Whardana, Jalan
Mayjen Sungkono
2. Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa toko modern,
dengan pembatasan toko modern di ruas Jalan Ki Ageng Gribig, kompleks
pertokoan di Jalan Raya Sawojajar, Jalan Danau Toba, Jalan Danau Kerinci dan
Jalan Danau Sentani
4
EXECUTIVE SUMMARY
5
EXECUTIVE SUMMARY
6
EXECUTIVE SUMMARY
7
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 8 Sub Zona RTH Jalur Hijau Jalan di BWP Malang Timur
8
EXECUTIVE SUMMARY
9
EXECUTIVE SUMMARY
10
EXECUTIVE SUMMARY
c) Zona Perkantoran
1) Sub Zona Perkantoran Pemerintah
Rencana sub zona perkantoran pemerintah meliputi :
a. Sub zona perkantoran pemerintah berupa kantor kecamatan,
kantor kelurahan dan kantor dinas yang tersebar di tiap Sub BWP;
dan
b. Sub zona perkantoran pemerintah yang sudah ada dipertahankan
keberadaannya.
11
EXECUTIVE SUMMARY
d) Zona Industri
1) Sub Zona Industri Kecil
Rencana sub zona industri kecil meliputi :
a. Sub zona aneka industri yang sudah ada terdapadi Sub BWP II blok
II-B; dan
b. Sub zona aneka industri yang sudah ada dipertahankan
keberadaannya dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan
sekitarnya dan memberikan pembinaan kepada pelaku industri
untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan.
12
EXECUTIVE SUMMARY
1. Sub zona transportasi berupa sub unit terminal yang sudah ada
terdapat di Sub BWP II blok II-A; dan
2. Sub zona transportasi berupa sub unit terminal yang sudah ada
dipertahankan keberadaannya..
b. Sub zona transportasi berupa halte meliputi :
1. Sub zona transportasi berupa halte yang sudah ada terdapat di
Sub BWP I blok I-A, blok I-B; dan
2. Sub zona transportasi berupa halte dikembangkan di Sub BWP I
blok I-A blok dan blok I-B.
13
EXECUTIVE SUMMARY
14
EXECUTIVE SUMMARY
15
EXECUTIVE SUMMARY
16
EXECUTIVE SUMMARY
17
EXECUTIVE SUMMARY
18
EXECUTIVE SUMMARY
Dalam, Jalan Danau Poso, Jalan Danau Ranau, Jalan Narotama Barat, Jalan
Danau Batur, Jalan Danau Buyan, Jalan Selat Bengkalis; Jalan Danau
Limboto Utara, Jalan Simpang Danau Limboto Barat Dalam, Jalan Limboto
Timur, Jalan Simpang Danau Tondano, Jalan Danau Ngebel, Jalan Danau
Matana; Jalan Danau Sarangan, Jalan Danau Melintang, Jalan Danau
Kenambui, Jalan Danau Tigi, Jalan Danau Serang, Jalan Danau Sembuluh,
Jalan Danau Genali, Jalan Danu Buyam, Jalan Danau Seriang, Jalan Danau
Tambingan, Jalan Danau Matur, Jalan Danau Sidereng, Jalan Danau
Jempang, Jalan Danau Yamur, Jalan Danau Tes, Jalan Madyopuro Gg. X,
Jalan Simpang Kesatrian, Jalan Madyopuro VIII, Jalan Bandara Eltari
Tengah, Jalan Danau Singkarak, Jalan Danau Bedali, Jalan Selat Malaka,
Jalan Terusan Danau Sentani, Jalan Danau Paniai Utara; Jalan Danau Paniai
Dalam, Jalan Danau Belayan, Jalan Danau Amora, Jalan Danau Tursiah,
Jalan Danau Gui, Jalan Danau MaHalona, Jalan Danau Genali, Jalan Danau
Semayang X, Jalan Danau Sentani Utara, Jalan Danau Kalimutu, Jalan
Danau Lindu, Jalan Danau Sentani Tengah, Jalan Danau Bratan Timur,
Jalan Danau Rawa Pening Dalam, Jalan Danau Rawa Pening, Jalan Terusan
Danau Bratan, Jalan Danau Jempang, Jalan Danau Sentani Dalam, Jalan
Simpang Hamid Rusdi, Jalan Melati, Jalan Simpang Terusan Danau Sentani,
Jalan Danau Paniai Terusan, Jalan Selat Bengkalis, Jalan Baran Tegaron,
Jalan Kaserin, Jalan Simpang Dirgantara, Jalan H. Ali Nasrudin, Jalan Kyai
Sofian Yusuf, Jalan Kedungkandang Gg. II, Jalan Kyai Abid FA, Jalan Mayjen
Sungkono IV, Jalan Kedungkandang VII, Jalan KH. Malik Gg. VIII, Jalan
Polonia, Jalan Iswahyudi III, Jalan Iswahyudi, Jalan Iswahyudi II, Jalan
Simpang Polonia, Gg. Sukonadi V, Jalan Danau Santoso, Jalan Bandara
Juanda, Jalan Bandara Eltari Tengah, Jalan Bandara Eltari, Jalan Bandara
Timika.
19
EXECUTIVE SUMMARY
Sungai Amprong
Sungai Bango
20
EXECUTIVE SUMMARY
21
EXECUTIVE SUMMARY
22
EXECUTIVE SUMMARY
23
EXECUTIVE SUMMARY
F. PERATURAN ZONASI
Pada dasarnya peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari RDTR. Peraturan zonasi berfungsi sebagai :
a. Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air right
development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah;
c. Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
d. Acuan dalam pengenaan sanksi; dan
e. Rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan
lokasi investasi.
Peraturan zonasi bermanfaat untuk :
a. Menjamin dan menjaga kualitas ruang BWP minimal yang ditetapkan;
b. Menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona; dan
c. Meminimalkan gangguan atau dampak negatif terhadap zona.
Selanjutnya Materi Peraturan Zonasi dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni
materi wajib dan pilihan. Materi wajib yang meliputi ketentuan kegiatan dan
penggunaan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan,
ketentuan prasarana dan sarana minimal, ketentuan pelaksanaan, dan materi pilihan
yang terdiri atas ketentuan tambahan, ketentuan khusus, standar teknis, dan ketentuan
pengaturan zonasi. Materi wajib adalah materi yang harus dimuat dalam peraturan
zonasi. Sedangkan materi pilihan adalah materi yang perlu dimuat sesuai dengan
kebutuhan daerah masing-masing.
1. MATERI WAJIB
a. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi
kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan
penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas, kegiatan dan
penggunaan lahan yang bersyarat tertentu, dan kegiatan dan penggunaan
lahan yang tidak diperbolehkan pada suatu zona. Ketentuan kegiatan dan
penggunaan lahan dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun standar
yang terkait dengan pemanfaatan ruang, ketentuan dalam peraturan
bangunan setempat, dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau
komponen yang dikembangkan.
Ketentuan teknis zonasi terdiri atas :
Klasifikasi I = pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I
memiliki sifat sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan.
Pemerintah kota tidak dapat melakukan peninjauan atau pembahasan
atau tindakan lain terhadap kegiatan dan penggunaan lahan yang
termasuk dalam klasifikasi I.
Klasifikasi T = pemanfaatan bersyarat secara terbatas
24
EXECUTIVE SUMMARY
25
EXECUTIVE SUMMARY
e. Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan terdiri atas :
26
EXECUTIVE SUMMARY
2. MATERI PILIHAN
a. Ketentuan Tambahan
Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada
suatu zona untuk melengkapi aturan dasar yang sudah ditetapkan.
Ketentuan tambahan berfungsi memberikan aturan pada kondisi yang
spesifik pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar.
b. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona
yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai
dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada
zona-zona yang digambarkan di peta khusus yang memiliki pertampalan
(overlay) dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.
Komponen ketentuan khusus antara lain meliputi :
1) Zona keselamatan operasi penerbangan (KKOP);
2) Zona cagar budaya atau adat;
3) Zona rawan bencana;
4) Zona pertahanan keamanan (Hankam);
5) Zona pusat penelitian;
6) Zona pengembangan nuklir;
27
EXECUTIVE SUMMARY
c. Standar Teknis
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan/standar/ketentuan teknis yang berlaku serta berisi
panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Standar
teknis yang digunakan dalam penyusunan RDTR mengikuti Standar
Nasional Indonesia (SNI), antara lain SNI Nomor 03-1733-2004 tentang
Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Lingkungan
dan/atau standar lain. Tujuan standar teknis adalah memberikan
kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis yang diberlakukan di
setiap zona.
28