Anda di halaman 1dari 4

'Ganja untuk obat,' terbukti atau

sekadar akal-akalan?
Jerome Wirawan dan Oki BudhiBBC Indonesia
3 Mei 2017
Kirim

Kisah seorang perempuan yang mengonsumsi ganja untuk obat.


Fidelis Ari Sudarwoto, terancam hukuman antara lima tahun penjara hingga
hukuman mati, karena menanam ganja di kebun rumahnya untuk digunakan
merawat istrinya yang menderita penyakit berat -dan akhirnya meninggal.
Kisah orang yang menggunakan ganja untuk keperluan medis.
Dengan cekatan, jari jemari Ifa bergerak melilitkan benang pada jarum rajut. Matanya
menatap tajam lilitan benang, tanpa berkedip. Bagi Ifa, aktivitas merajut adalah
kesenangan tersendiri. Dia bisa melakoni hobi tersebut setelah rutin mengonsumsi
ganja demi meredakan sakit luar biasa yang dia derita sejak tujuh tahun lalu.
Image captionIfa mengaku ganja bisa meredakan sakit luar biasa yang dialaminya.
Pada tahun 2010, Ifa didiagnosa mengidap pelebaran pembuluh darah atau aneurysma
di bagian tengkorak belakang mata. Dia mengaku telah berobat ke mana-mana, tapi
hasilnya nihil.
"Saya sudah ke berbagai rumah sakit dan berkonsultasi dengan sejumlah dokter yang
sangat ahli di bidangnya. Tapi letaknya sulit sekali, kalau dibuka tengkorak saya dan
pendarahan, itu lebih bahaya. Rumah sakit di Singapura saja sudah bilang 'Ini tidak
bisa diapa-apain'," kata Ifa.
Sidang 'ganja untuk obat:' suami pasien yang meninggal jadi terdakwa
PNS tanam ganja untuk obat istri, saatnya ganja demi kesehatan?
Parlemen Belanda mendukung RUU penanaman ganja
Selama bertahun-tahun perempuan itu menahan rasa sakit luar biasa. Penderitaannya
membuat dia berkenalan dengan ganja pada 2016.
"Tiba-tiba saya kejang, kejang yang hebat sekali sampai mulut saya berbusa. Saya
kemudian dibawa ke rumah sakit dan diopname dua minggu sekali. Saya bolak-balik
ke rumah sakit sampai semua orang di rumah ini stres. Suatu hari anak saya bilang,
'Mau nggak coba?' Dan saya mencobanya."
Image captionIfa mulai mengonsumsi ganja sebagai obat sejak 2016.
Setelah mengonsumsi ganja, Ifa mengaku merasa jauh lebih baik.
"Saya menjadi nyaman, enak tidur. Saya perhatiin, sakitnya nggak kayak ditusuuuk.
Sakitnya kadang-kadang muncul, tapi nggak sesakit sampai harus diopname,"
tuturnya.
Ifa membantah anggapan bahwa ganja yang dia konsumsi membuatnya fly.
"Itu jadi pertanyaan saya waktu saya pakai. Takutnya fly. Ternyata nggak ada sama
sekali. Jadi dia sifatnya benar-benar medis. Nggak ada fly atau high, nggak ada sama
sekali. Menyamankan, ya. Menenangkan, ya."
Bagaimanapun, tindakan Ifa dalam mengonsumsi ganja tetap saja tergolong
melanggar hukum, mengingat ganja masuk kategori narkotika yang tidak bisa dipakai
untuk keperluan medis, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang 35 Tahun 2009.
Nasib Fidelis
Jika ketahuan aparat, nasib Ifa bisa sama seperti yang dialami Fidelis Ari Sudarwoto,
seorang pegawai negeri sipil di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, yang
mendekam di sel tahanan sejak 19 Februari lalu.
Image captionGanja termasuk narkotika Golongan 1 di Indonesia, dan penyalur ganja
dapat dikenai pidana maksimal hukuman mati.
Fidelis menanam ganja untuk diberikan kepada istrinya, Yeni, yang didiagnosa
mengidap Syringomyelia -penyakit di sumsum tulang belakang. Yeni meninggal dunia
pada 25 Maret lalu setelah Fidelis ditahan.
Kepala Humas Badan Narkotika Nasional, Sulistyandriatmoko, menyatakan perbuatan
Fidelis tidak bisa dibenarkan.
"Sifat dari ganja itu, salah satunya yang jahat, kan adiktif. Sampai sejauh ini kan
belum ada yang menyatakan secara ilmiahdi dalam jurnal kah, di dalam penelitian
kahbahwa itu bisa digunakan sebagai obat."
Akan tetapi, Ifayang memilih tidak mempublikasikan identitasnyamenepis
pernyataan BNN.
"Berdasarkan apa dia nangkap saya? Ini buat obat kok, sama sekali bukan buat madat.
Salah besar kalo dia bilang itu membuat addict, madat, apa itu. Ini buat obat."
Ganja untuk obati diabetes
Sejumlah ilmuwan melakukan penelitian untuk mengkaji apakah benar ganja tidak
memberikan manfaat pada tubuh manusia.
Musri Musman, ahli kimia dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, meneliti khasiat
medis ganja terhadap penyakit diabetes.
Profesor Musri sudah melakukan kajian literatur, namun belum meneliti di lapangan.
"Ada bagian dalam zat yang terkandung di dalam ganja, terutama minyaknya, yang
bisa mereduksi atau menghambat terjadinya oksidasi. Dengan dia bersifat anti-
oksidan, maka pembentukan gula berlebihan pada darah dan tidak dapat dinetralisir
oleh insulin, itu dihambat olehnya. Dengan demikian terjadi keseimbangan gula dalam
darah," papar Musri.
Menurut Musri, dalam kajian literatur, khasiat medis ganja berasal dari senyawa kimia
dalam ganja bernama cannabinoid atau disingkat CBD.
Kolombia melegalkan penggunaan ganja untuk kesehatan
Pengadilan Meksiko melegalisasi penggunaan ganja
California legalisasi ganja dan tolak wajib kondom di film porno
CBD diyakini berdampak pada tubuh sejak 1990-an ketika sejumlah ilmuwan
menemukan keberadaan dua reseptor CBD dalam tubuh manusia. Reseptor pertama
terhubung dengan rasa nyeri, sedangkan reseptor kedua terhubung dengan sistem
kekebalan tubuh.
Kedua reseptor ini akan aktif seiring dengan masuknya CBD ke dalam tubuh dan
memicu reaksi kimia. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan hingga kini, apa
manfaatnya pada proses pemulihan penyakit dan bagaimana mekanismenya?
Dorong penelitian
Ryu Hasan, seorang dokter bedah syaraf, membenarkan temuan kedua reseptor CBD
dalam tubuh manusia, beberapa dekade lalu. Namun, menurutnya, belum ada
penelitian yang bisa menjelaskan secara rinci mekanisme CBD dalam menghilangkan
nyeri dan cara kerja CBD pada reseptor di tubuh manusia.
Lebih sederhana, kata dia, belum ada penelitian yang membuktikan ganja bisa
menyembuhkan penyakit.
"Mengurangi keluhan nyeri, iya. Banyak laporan, misalnya, orang-orang dengan
HIV/AIDS yang mengonsumsi ganja kualitas hidupnya lebih bagus. Tapi kan
sekarang diteliti, sekian ratus orang dengan HIV/AIDS mengonsumsi ganja kemudian
dibandingkan dengan pengidap HIV/AIDS yang mendapat obat standar tanpa
mengonsumsi ganja. Perbedaannya bermakna atau tidak? Ini belum ada penelitian
seperti itu," kata Ryu.
Image captionDokter bedah syaraf, Ryu Hasan, menyatakan belum ada penelitian
yang membuktikan ganja bisa menyembuhkan penyakit.
Ganja baru bisa dipertimbangkan menjadi opsi pengobatan jika sudah terbukti
menyembuhkan ribuan kasus, pengonsumsinya multi etnis, diketahui dosisnya, hingga
efek sampingnya. "Ini kan belum."
Ryu mengatakan, pada satu sisi orang-orang yang pro-legalisasi ganja mengklaim
banyak penyakit yang bisa diobati dengan ganja. Padahal, klaim tersebut belum bisa
dibuktikan secara ilmiah.
Dalam kasus Fidelis, misalnya, Ryu menekankan bahwa penyakit Syringomyelia yang
diderita mendiang Yeni tidak bisa disembuhkan ganja.
Cannabis, kata Ryu, hanya meringankan sakit tanpa mengobati sumber penyakit.
"Kalau benar Syringomyelia, maka yang bisa dilakukan adalah operasi untuk
mengangkat penumpukan cairan di sumsum tulang belakang," ucap Ryu.
Di sisi lain, pihak-pihak yang anti-ganjamenurutnya menutup mata tentang manfaat
ganja. "Padahal ganja tidak sama dengan narkotika, seperti morfin atau heroin. Belum
ada penelitian yang menyebutkan ganja menyebabkan ketagihan," kata Ryu.
Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan izin penelitian ganja pada 2015, melalui
surat yang ditandatangani Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
nomor LB.02.01/III.03/885/2015 tentang Izin Penelitian Menggunakan Cannabis.
Hingga kini penelitian tersebut belum terlaksana.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek beralasan biaya penelitian ganja besar dan banyak
hal lain untuk diteliti dibanding ganja.
"(Penelitian) mahal kan, jadi kita harus prioritas lah. Penelitian yang menghasilkan
benefitnya besar kita lakukan tapi kalau penelitian sudah mahal dan benefitnya kecil
rugi dong. Dan kita masih bisa pikir yang lain. Dan penelitian yang lain masih
banyak."
Pernyataan Menteri Kesehatan itu disayangkan Ifa, pengonsumsi ganja untuk medis.
"Yang menderita itu harusnya dibantu. Kalau memang nggak percaya khasiatnya,
bikin eksperimen. Tolong dibantu, daripada jadi meninggal. Ya semua orang pasti
meninggal, Cuma caranya jangan sampai menderita."

Anda mungkin juga menyukai