Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTRUKTUR

DASAR AGRONOMI

Mengapa Tanaman dapat Tumbuh dan Bagaimana Caranya

Murti Rahmi Palupi


A1D016204
Agroteknologi Reguler

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO
2017
Mengapa Tanaman dapat Tumbuh?

Perkembangan adalah perubahan yang dapat dilihat secara nyata dalam bentuk
organ atau organisme, seperti perubahan embrio menjadi kecambah, dari kuncup daun
menjadi daun sepenuhnya, atau dari organ reproduksi vegetatif menjadi struktur
reproduksi bunga. Pertumbuhan merupakan istilah kuantitatif, yang berkaitan dengan
perubahan ukuran dan massa. Pada sel, pertumbuhan merupakan pertambahan volume
yang tidak dapat balik. Pada jaringan dan organ, pertumbuhan secara normal
mencerminkan pertambahan jumlah sel dan ukuran sel. Pertumbuhan dapat diukur
secara kuantitatif (Hopkin dan Huner, 2008). Terdapar beberapa factor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman, yaitu factor dalam
(internal) dan factor luar (eksternal). Factor dalam terdiri dari hormone dan gen,
sementara factor luar terdiri dari nutrisi makanan, suhu, air, kelembapan dan cahaya
matahari.

Menurut Sarawa (2014), dalam proses pertumbuhan tanaman sangat


membutuhkan air, baik untuk kebutuhan menjaga turgiditas sel maupun untuk
melangsungkan metabolisme, khususnya untuk fotosintesis. Proses fotosintesis
membutuhkan air sebagai bahan baku dalam pembentukan fotosintat, khususnya
karbohidrat, dimana CO2 + H2O dengan bantuan cahaya akan membentuk C6H12O6. Air
terutama dibutuhkan pada fase cahaya sebagai sumber electron untuk membentuk
energy kimia dalam bentuk NADPH2 dan ATP. Kekurangan air merupakan salah satu
faktor abiotik yang dapat menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman
(Ghannoun, 2009).

Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa adanya
cahaya matahari kehidupan tidak akan ada. Bagi pertumbuhan tanaman ternyata
pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata ditentukan intensitasnya.
Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu tanaman per satuan
luas dan per satuan waktu (kal/cm2 /hari). Intensitas merupakan lama matahari bersinar
dalam satu hari. Pada dasarnya intensitas cahaya matahari akan berpengaruh nyata
terhadap sifat morfologi tanaman. Hal ini dikarenakan intensitas cahaya matahari
dibutuhkan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat
(Lukitasari, 2012). Pendapat di atas diperkuat oleh Salisbury dan Ross (1992), cahaya
matahari mempunyai peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis,
respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, menutup dan membukanya stomata, dan
perkecambahan tanaman, metabolisme tanaman hijau, sehingga ketersediaan cahaya
matahari menentukan tingkat produksi tanaman. Tanaman yang mendapatkan cahaya
matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat,
susunan pembuluh kayu lebih sempurna, internodia menjadi lebih pendek, daun lebih
tebal tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung. Beberapa
efek dari cahaya matahari penuh yang melebihi kebutuhan optimum akan dapat
menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi meningkat tetapi kondisi tersebut
cenderung mempertinggi daya tahan tanaman (Lukitasari, 2012).

Selain itu menurut Wahyudi et al (2014), pertumbuhan tanaman sangat


dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah. Rendahnya unsur hara di dalam
tanah akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Melalui pemupukan
unsur hara dalam tanah dapat dipenuhi. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman selama
masa pertumbuhan dan perkembangannya ada 16 unsur yang dapat dibagi menjadi
unsur hara makro dan mikro, merupakan unsur hara esensial yaitu unsur yang fungsinya
dalam tanaman tidak bisa digantikan oleh unsur lain. Unsur-unsur hara esensial seperti 6
hara makro dan 7 hara mikro dapat diserap oleh tanaman lewat tanah melalui sistem
perakaran, kecuali unsur karbon (C), oksigen (O) yang diserap oleh tanaman melalui
udara dan hidrogen (H) melalui air. Menurut Hardjowigeno (1995), air mempunyai
fungsi yang penting dalam tanah antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan
organik tanah yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman
dan sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman.

Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa pH menentukan mudah tidaknya unsur


hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH
netral, karena pada pH netral unsur hara mudah larut dalam air. Menurut Mansur dan
Tuheteru (2011) kondisi lingkungan tumbuh yang dibutuhkan oleh jabon adalah tanah
lempung, podsolik coklat dan alluvial lembab. Selanjutnya ditambahkan Soerinegara
dan Lemmens (2001) yang dikutip oleh Aprianis dan Junaedi (2009) jabon dapat hidup
pada berbagai tipe tanah, tetapi akan tumbuh baik pada kondisi lahan yang subur dengan
drainase baik.
Bagaimana cara tanaman tumbuh?

Tanaman dapat tumbuh karena adanya proses fotosintesis. Proses sintesis


karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen
dengan bantuan energi cahaya matahari disebut fotosintesis dengan persamaan reaksi
kimia berikut ini :

Berdasarkan reaksi fotosintesis di atas, CO2 dan H2O merupakan substrat dalam reaksi
fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen fotosintesis (berupa
klorofil dan pigemen-pigmen lainnya) akan menghasilkan karbohidrat dan melepaskan
oksigen. Cahaya matahari meliputi semua warna dari spektrum tampak dari merah
hingga ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang dari spektrum tampak diserap
(diabsorpsi) oleh pigmen fotosintesis. Atom O pada karbohidrat berasal dari CO2 dan
atom H pada karbohidrat berasal dari H2O.

Energi cahaya diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang
terdapat pada membran interna atau tilakoid. Pigmen fotosintesis yang utama ialah
klorofil dan karotenoid. Klorofil a dan b menunjukkan absorpsi yang sangat kuat untuk
panjang gelombang biru dan ungu, jingga dan merah (lembayung) dan menunjukkan
absorpsi yang sangat kurang untuk panjang gelombang hijau dan kuning hijau (500-600
nm) (Sasmitamihardja dan Siregar, 1996). Klorofil merupakan komponen kloroplas
yang utama dan kandungan klorofil relatif berkorelasi positif dengan laju fotosintesis
(Li et al., 2006). Klorofil disintesis di daun dan berperan untuk menangkap cahaya
matahari yang jumlahnya berbeda untuk tiap spesies. Sintesis klorofil dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur, faktor genetik,
unsur-unsur hara seperti N, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, S dan O (Hendriyani dan Setiari,
2009). Karotenoid menunjukkan absorpsi kuat untuk panjang gelombang biru dan ungu;
memantulkan dan mentransmisikan panjang gelombang hijau, kuning, lembayung,
merah (kombinasi warna-warna tersebut tampak kuning)

Kompleks protein-klorofil merupakan komponen fotosintesis yang penting (van


der Mescht et al. 1999). Radiasi cahaya yang diterima oleh tanaman dalam fotosintesis
diabsorbsi oleh klorofil dan pigmen tambahan yang merupakan kompleks protein-
klorofil. Selanjutnya energi radiasi akan ditransfer ke pusat reaksi fotosistem I dan II
yang merupakan tempat terjadinya perubahan energi cahaya menjadi energi kimia (Li et
al., 2006). Dua mekanisme yang terlibat dalam pembentukan kompleks protein-klorofil
adalah distribusi klorofil yang baru disintesis dan redistribusi klorofil yang sudah ada.
Klorofil b adalah hasil biosintesis dari klorofil a dan berperan penting dalam
reorganisasi fotosistem selama adaptasi terhadap kualitas dan intensitas cahaya. Oleh
sebab itu hilangnya klorofil a dan b berpengaruh negatif terhadap efisiensi fotosintesis
(van der Mescht et al., 1999). Fotosintesis mengalami evolusi sehingga dikenal adanya
tumbuhan C3, C4 dan CAM yang dapat diamati sebagai variasi dalam fotosintesis fase
II atau reaksi fiksasi CO2.
DAFTAR PUSTAKA

Ghannoum O. 2009. C4 Photosynthesis and Water Stress. Ann Bot 103: 635-644.

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Buku. Cetakan ke-4. Akademika Pressindo.

Jakarta. 140 p

Hopkins, W. G. Dan N. P. Huner. 2008. Introduction To Plant Physiology. John Wiley

& Sons, Inc. USA.

Lukitasari, Marhenny et al. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap

Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine Max). Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2,

2004 : 35-42.

Sallisbury,F.B. dan Ross,C.W. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing.

Company Belmont, California.

Sarawa et al. 2014. Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merr) pada

Berbagai Interval Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang. Jurnal Agroteknos.

Vol 2 No 4:78-86.

Wahyudi, Agus et al. 2014. Upaya Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Jabon

(Anthocephalus cadamba) dengan Pemberian Pupuk Kompos Kotoran Sapi pada

Beberapa Ketinggian Tempat Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913 Vol. 2 No.

2:(17-24).

Anda mungkin juga menyukai