Anda di halaman 1dari 13

Tugas KGD

Rupture / Aneurisma

Nama : Belly Bowie.P

Nim : 2015003

Dosen Pembimbing : Ns.Arlina Jamaran,M.Kep

Akademi Keperawatan YPTK


Solok

2015/2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah, yang

didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media dan tunika

intima, sehingga menyerupai tonjolan/balon. Dinding pembuluh darah pada aneurisma ini

biasanya menjadi lebih tipis dan mudah pecah. Sebenarnya aneurisma dapat terjadi di

pembuluh darah mana saja di tubuh kita. Komplikasi dari aneurisma dapat menyebabkan

terjadinya pecahnya pembuluh darah di otak, yang juga dikenal dengan stroke. Sayangnya,

kasus ini belum banyak diketahui di Indonesia dan data tentang penyakit ini masih sangat

sedikit. Di dalam makalah ini membahas Asuhan Keperawatan Aneurisma.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Aneurisma?

2. Bagaimana manifestasi klinis dari Aneurisma?

3. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Aneurisma?

C. Tujuan

1. Memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

2. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian Aneurisma.

3. Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan teoritis Aneurisma.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Aneurisma merupakan dilatasi lokal permanen dari suatu arteri sehingga arteri tersebut

berukuran 1,5 kali dari diameter normal. Suatu aneurisma palsu atau pseudoaneurisma

merupakan perluasan hematoma yang berpulsasi sebagai kelanjutan dan lumen pembuluh

darah. Keadaan ini tidak memiliki lapisan epitel.

B. Macam-macam Aneurisma

Aneurisma dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya antara lain :

1. Aneurisma Sakular atau Fusiform adalah aneurisma mirip kantong menonjol dan

berhubungan dengan dinding arteri melalui suatu leher yang sempit. Apabila seluruh segmen

arteri mengalami dilatasi, maka terjadilah Aneurisma fusiform.

2. Aneurisma Mikotik adalah aneurisma yang disebabkan oleh infeksi lokal. Aneurisma

jenis ini jarang ditemukan.

3. Aneurisma Palsu adalah akumulasi darah ekstravaskuler disertai disrupsi dari ketiga

lapisan dinding arteri. Dinding dari aneurisma palsu adalah trombus dan jaringan yang

berdekatan.

Selain berdasarkan bentuk Aneurisma juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempatnya

antara lain :

1. Aneurisma aorta abdominalis

Aneurisma aorta abdominalis biasanya menyerang mulai dari bawah arteri renalis dan

meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan arteri iliaka. Aneurisma ini jarang
meluas keatas ke arteri renalis, melibatkan cabang-cabang visera mayor dari aorta.

Aneurisma ini sering terjadi pada penderita tekanan darah tinggi, ukurannya lebih besar

dari 7,5 cm dan bisa pecah. (Diameter normal dari aorta adalah 1,8-2,5 cm).

2. Aneurisma aorta torakalis

Aneurisma aorta torakalis adalah pelebaran atau dilatasi pembuluh darah aorta

yang biasanya menyerang aorta torasika desendens dibawah arteri subklavia kiri,

aorta asendens diatas katup aorta, dan arkus aorta. Aorta desendens paling sering

terserang. Pada salah satu bentuk aneurisma torakalis yang khusus, pelebaran

aorta terjadi di tempatnya keluar dari jantung. Pelebaran ini bisa menyebabkan

kelainan fungsi katup antara jantung dan aorta (katup aorta), sehingga pada saat

katup menutup, darah kembali merembes ke jantung. Aneurisma aorta torakalis

sebanyak kurang dari 10% dari seluruh aneurisma aorta. Aneurisma aorta torakalis

paling lazim diakibatkan oleh regenerasi dinding media; sifilis merupakan

penyebab yang paling jarang. Vaskulitis dan nekrosis dinding medial kistik,

seperti terjadi pada sindroma Marfan, juga dapat mengakibatkan aneurisma aorta.

Aneurisma traumatik dapat terjadi di ligamentum arteriosus di atas arteri

subklavia ketika dinding aorta terputar secara tidak lengkap sebagai akibat

kecelakaan deselerasi cepat.

3. Aneurisma Intrakanial

Aneurisma intrakranial (serebral) adalah dilatasi dinding arteri serebral yang

berkembang sebagai hasil dari kelemahan dinding arteri.

C. Manifestasi klinis

a) Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:

Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi


Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada lengan.

Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan

Nadi perifer lemah atau asimetris

b) Manifestasi klinis khusus untuk aneurisma aorta abdominalis :

Massa abdominalis pulsasi abnormal (gambaran paling menonjol)

Keluhan-keluhan perasaan denyut jantung pada abdomen bilang terlentang

Nyeri punggung bawah atau abdomen

Desiran (bunyi mendesis) pada auskultasi massa dengan diafragma stetoskop

c) Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunjukan tekanan massa

terhadap struktur intratorakal) :

Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien ditempatkan pada

posisi terlentang. Pada anuerisma diseksi, nyeri mengikuti arah dimana pemisah

berlanjut

Perbedaan bermakna pada pembacaan TD diantara lengan

Dispnea dan batuk (menunjukan tekanan terhadap trakea)

Suara sesak (menunjukan tekanan terhadap saraf laring)

Disfagia (menunjukan tekanan terhadap esofagus)

d) Manifestasi klinis khusus pada aneurisma intrakranial :

Adanya nyeri dan kaku leher bagian belakang dan medula spinalis akibat adanya iritasi

meningen.

Gangguan penglihatan ( hilangnya penglihatan, diplopia, ptosis ) terjadi pada

saat aneurisma berdekatan dengan saraf okulomotorius.

Dapat terjadi tinitus, pusing, dan hemiparesis.


D. Patofisiologi

Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah. Hal ini

mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, taruma atau proses penyakit. Apabila timbul

aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar ukurannya. Faktor resiko meliputi

prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi. Lebih dari separuh penderita mengalami

hipertensi.

Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan pada

intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi. Aneurisma diseksi sering

dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi disebabkan oleh

ruptur lapisan intima mengakbitkan darah mengalami diseksi di lapisan media. Ruptur dapat

terjadi melalui adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan intima, sehingga

memungkinkan darah masuk kembali ke jalur utamanya, mengakibatkan diseksi kronis atau

diseksi tersebut dapat menyebabkan oklusi cabang-cabang aorta. Kematian biasanya

disebabkan oleh hematoma yang ruptur ke luar.

E. Etiologi

Ada bakat atau bawaan lemahnya dinding pembuluh darah. Ini bisa terjadi pada

pembuluh darah manapun diseluruh tubuh. Akan jadi fatal kalau dinding pembuluh darah

yang lemah itu terdapat di otak.

Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai pembuluh

darah.

Terjadi peradangan pada aorta

Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindroma marfan

Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan

kelainan pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata.
Risiko ini menjadi semakin tinggi pada penderita tekanan darah tinggi, orang dengan

tingkat stres tinggi maupun perokok.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan radiologis membantu mendefinisikan lokasi dan memastikan adanya dan

ukuran anuerisma.

2. Aortogram memastikan diagnosa aneurisma.

3. EKG, enzim jantung, dan ekokardiogram dilakukan untuk mengesampingkan

penyakit jantung sebagai penyebab nyeri dada.

4. Angiography. Angiography juga menggunakan pewarna khusus menyuntikkan ke

dalam aliran darah unutk membuat dalam dari arteri muncul pada gambar x-ray.

Sebuah angiogram menunjukan jumlah kerusakan dan halangan dalam pembuluh

darah.

G. Penatalaksanaan medis umum

Farmako terapi :

Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau kurang.

Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan

menurunkan kontraktilitas miokard.

Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma atau

pasien menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan meliputi eksisi dan

pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk memperbaiki

kontinuitas vaskular.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEURISMA

A. Pengkajian

1. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, tekanan

darah, nadi, dan respirasi.

2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a. Kepala : (Mata, hidung, telinga, gigi, dan mulut)

b. Leher : Ada tidaknya pembesaran tyroid.

c. Dada : Inspeksi kesimetrisan dada, palpasi pergerakan

dada, perkusi, auskultasi suara nafas dan bunyi

jantung S1 dan S2.

d. Genitalia : Infeksi kebersihan

e. Ekstremitas : Kesimetrisan, pergerakan, tonus otot, ada tidaknya

edema.

f. Sistem Neurologik

Reaksi pupil, fungsi sensorik dan motorik, defisit saraf kranial (gerakan mata ekstraokuler,

fasiaol droop, adanya ptosis), kesukaran bicara, gangguan penglihatan atau penurunan

neurologik dan sakit kepala.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan CT scan : fungsi lumbal yang menunjukan adanya darah dalam cairan.
b. Angiografi serebral : menunjukan lokasi dan ukuran anuerisma

B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi serebral sehubungan dengan perdarahan dari aneurisma.

2. Perubahan sensori atau persepsi sehubungan dengan pembatasan kewaspadaan

subarakhnoid.

3. Ansietas sehubungan dengan penyakitnya atau hambatan pada subarakhnoid

C. Intervensi

1. Diagnosa keperawatan :

Perubahan perfusi serebral sehubungan dengan perdarahan dari aneurisma.

Tujuan :

Memperbaiki perfusi jaringan serebral

Intervensi :

a. Kaji penurunan neurologi, peningkatan TIK, dan Vasospasme

Rasional : Memudahkan untuk melakukan tindakan keperawatan

b. Observasi TD, denyut nadi setiap satu jam sekali

Rasional : agar tidak mengalami peningkatan, jika TD meningkat dapat memperparah

penyakit dan proses penyembuhan lebih lama.

c. Kaji respon pupil dan fungsi motorik

Rasional : Mengetahui lebih dini penurunan fungsi sensorik dan motoriknya

d. Pantau status respiratorik karena adanya penurunan tekanan O2


Rasional : Supaya tidak mengalami alkalosisi dan asidosis respiratorik

e. Berikan lingkungan yang tidak menstimulus terjadinya TIK dan perdarahan

Rasional : TIK dan pendarahan dapat memperburuk keadaan

f. Anjurkan untuk tirah baring

Rasionalnya : Untuk mengurang resiko terjadinya peningkatan TIK

g. Tinggikan tempat tidur bagian kepala dengan ketinggian sedang

Rasional : Memberikan aliran vena dan menurunkan TIK

2. Diagnosa Keperawatan :

Perubahan sensori atau persepsi sehubungan dengan pembatasan kewaspadaan

subarakhnoid.

Tujuan :

Mengurangi gangguan sensorik atau persepsi

Intervensi :

a. Orientasikan pada realitas ( waktu, tempat, orang )

Rasional : Membantu untuk mempertahankan orientasi

b. Beri stimulus sensorik secara minimal

Rasional : Klien dapat mengingat terus terhadap stimulus yang diberikan

3. Diagnosa Keperawatan :

Ansietas sehubungan dengan penyakitnyaatau hambatan pada subarakhnoid

Tujuan :

Mengurangi ansietas klien


Intervensi :

a. Berikan informasi tentang rencana tindakan keperawatan

Rasional : Memberikan ketenangan dan membantu meminimalkan ansietas

b. Berikan dukungan.

Rasional : Dengan diberi dukungan klien tidak merasa sendiri dan dapat mengurangi rasa

takut.

BAB IV

PENUTUP

Aneurisma adalah pelebaran abnormal dari sebuah arteri yang berhubungan dengan

kelemahan pada dinding arteri. Aneurisma dapat diklasifikasikan berdasarkan tempatnya

yaitu : aneurisma aorta torakal, aneurisma aorta abdominalis, dan aneurisma intrakranial.

Aneurisma adalah penyakit yang serius karena dapat ruptur, mengakibatkan perdarahan dan

kematian.
B. Saran

Aneurisma adalah penyakit yang serius dan dapat menyebabkan kematian, maka dari itu

jagalah kesehatan kita, setiap orang pasti mempunyai risiko untuk mendapatkan aneurisma,

Marilah kita hindari terlalu banyak makanan yang berlemak, kolesterol tinggi, konsumsi

berlebihan konsumsi garam meja/dapur, hindari emosi, olah raga teratur dan pastinya pola

hidup sehat. Dan dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat

memahami bagaimana tentang penyakit aneurisma


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gray, Huon H. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta : ERLANGGA

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Smeltzer, Suzanne C. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.

Vol.2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai