Anda di halaman 1dari 6

REVIEW POSITIVE ACCOUNTING THEORY

Ross L. Watts & Jerold L. Zimmerman

oleh: M. Kuncara B. S (Mahasiwa S3 Prodi Akuntansi UGM, NIM. 307630)

Dalam bukunya, Watt dan Zimmerman mengembangkan teori dan metodologi yang mendasari literatur
empiris ekonomi berbasis akuntansi yang bertujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena
dalam praktik akuntansi, yang kemudian disebut sebagai teori akuntansi positif (1960). Hal ini
berkebalikan dengan era sebelumnya, yang lebih menekankan pada aspek normatif, dengan standard
tertentu tanpa memperhatikan aspek hipotesis empiris yang mendasari standard tertentu.

Watt and Zimmerman mengembangkan metodologi ilmiah pada praktek akuntansi dengan dasar teori
keuangan dimana tidak ada teori yang mutlak benar atau sempurna. Sebuah teori hanya mencoba
menjelaskan fenomena praktek akuntansi secara umum, tidak dapat menjelaskan dan memprediksi
semua observasi yang ada. Variabel-variable yang mempengaruhi keberhasilan sebuah teori saling
berkompetisi untuk memberikan kegunaan bagi pengguna dan untuk mengembangkan teori lebih lanjut.

Teori akuntansi positif adalah penting bagi mereka yang harus membuat keputusan mengenai kebijakan
akuntansi seperti manajer perusahaan, akuntan publik, pemberi pinjaman, investor, analis keuangan,
regulator untuk memprediksi dan memberikan penjelasan mengenai konsekuensi dari keputusan
mereka. Para pengguna ini akan menggunakan teori yang telah dikembangkan oleh Watt dan
Zimmerman ini untuk meningkatkan kesejahteraannya sampai ditemukan teori lain yang lebih berguna.
Watt dan Zimmerman menjelaskan peranan penting dari Hipotesis Pasar Efisien (EMH) dan Capital
Asset Pricing Model (CAPM) didalam pengembangan teori akuntansi positif.

Konflik antara EMH dan hipotesis-hipotesis lain yang mendasari standar akuntansi sebelumnya telah
mempopulerkan pengembangan metodologi dan teori positif didalam literatur akuntansi. EMH
menghasilkan literatur empiris tentang hubungan antara laba akuntansi dan harga saham. Juga
hubungan antara perubahan dalam prosedur akuntansi dan harga saham. EMH juga menyebabkan
perubahan yang rational bagi pengaturan pengungkapan (disclosure) perusahaan.

EMH menyatakan bahwa persaingan informasi menyebabkan keuntungan ekonomi yang diharapkan
dari produksi dan penggunaan informasi menjadi semakin kecil. Hal ini mempopulerkan hipotesis di
tahun 1960 bahwa laporan akuntansi sebagai satu-satunya sumber informasi saham perusahaan
diragukan untuk dapat dideskripsikan. Berarti jika laba akuntansi berhubungan dengan perubahan harga
saham, maka laba tersebut dapat menjadi informasi yang berguna, dimana hal ini bertentangan dengan
literatur yang ada. Saran bahwa harga saham tidak bias didalam memperkirakan harga saham di masa
datang menjadi motivasi bagi peneliti untuk menyelidiki sejauh mana perubahan prosedur akuntansi
menyesatkan bagi pasar saham dan menjadi motivasi untuk menyelidiki hubungan antara laba akuntansi
dan harga saham.

CAPM yang diperkenalkan di akhir tahun 1960 dari bidang keuangan juga memiliki dampak signifikan
pada literatur akuntansi. CAPM mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pasar dari
sekuritas, khususnya expected cash flow dan resiko perusahaan. CAPM juga mempengaruhi hubungan
antara laba dan harga saham seperti yang diteliti oleh Ball dan Brown (1968) dan peneliti lain yang
diurailan lebih lanjut oleh Watt dan Zimmerman. CAPM dikombinasikan dengan asumsi bahwa laba
akuntansi menjadi pengganti arus kas memotivasi peneliti untuk menentukan hubungan antara
perubahan pada unexpected earning dan unexpected return pada saham perusahaan. Relasi ini diselidiki
dengan menggunakan market model untuk mengestimasi unexpected rate of return/tingkat
pengembalian saham. Market model/model pasar adalah hubungan antara tingkat pengembalian atas
aset dan tingkat pengembalian portofolio pasar yang mengikuti asumsi bahwa distribusi gabungan dari
tingkat pengembalian saham adalah bivariat normal. Estimasi dari model pasar dapat diinterpretasikan
dengan menggunakan CAPM.

Hipotesis umum didalam literatur akuntansi sebelum pengenalan EMH, CAPM dan teori positif adalah
bahwa pasar saham disesatkan oleh perubahan dalam prosedur akuntansi. Seperti hipotesis yang
bertentangan dengan EMH dimana pasar saham bereaksi dengan cara yang tidak memihak terhadap
semua informasi, termasuk informasi perubahan prosedur akuntansi. Hal ini menimbulkan upaya untuk
membedakan secara empiris dua hipotesis tersebut. EMH tidak memprediksi arah perubahan harga
saham yang terkait dengan perubahan akuntansi. Prediksi satu-satunya adalah bahwa setiap perubahan
harga saham atas perubahan akuntansi adalah tidak bias terhadap estimasi harga saham di mada
datang. Prediksi perubahan harga saham membutuhkan model valuasi. Dipengaruhi oleh literatur
keuangan, para peneliti awal mengadopsi CAPM dan asumsi yang mendasarinya bahwa tidak ada
informasi dan biaya transaksi. Hanya ada pengaruh pajak terhadap potensi aliran kas pada perubahan
prosedur akuntansi. Mereka meramalkan bahwa perubahan harga saham tidak akan berubah sesuai
dengan perubahan akuntansi kecuali perubahan tersebut perpengaruh terhadap pajak.

Mechanistic Hypothesis sebagai pesaing hipotesis EMH memiliki prediksi kontradiktif dimana
perubahan akuntansi yang meningkatkan laba akan meningkatkan harga saham. Peneliti awal berusaha
untuk membedakan antara dua prediksi yang bertentangan tersebut. Kaplan dan Roll (1972) menyelidiki
perubahan harga saham terkait dengan perubahan dalam prosedur untuk kredit pajak investasi dan
perubahan penyusutan dengan menggunakan metodologi event study diperkenalkan dengan akuntansi
oleh Ball dan Brown (1968). Ball (1972) menyelidiki pengaruh perubahan harga saham yang disebabkan
oleh semua tipe perubahan akuntansi, dengan alasan bahwa harga saham dipengaruhi oleh semua
semua jenis perubahan akuntansi.

Mengapa industri melakukan perubahan prosedur akuntansi walaupun perubahan tersebut mahal dan
tidak memiliki efek yang menguntungkan terhadap harga saham? Beberapa peneliti menggunakan biaya
asumsi tidak ada biaya informasi dan transaksi yang digunakan di dalam studi dan menggunakan biaya-
biaya tersebut untuk menjelaskan perubahan akuntansi. Studi-studi empiris atas pengaruh biaya
informasi dan transaksi pada pilihan manajer atas prosedur akuntansi diuraikan oleh Watt and
Zimmerman. Studi tentang pengaruh perubahan harga saham dalam prosedur akuntansi diuraikan oleh
Watts dan Zimmerman.

Para peneliti menggunakan rencana kompensasi untuk manajemen dan kontrak utang untuk
menghasilkan hipotesa teori kontrak tentang pilihan manajer atas prosedur akuntansi dan efek
perubahan prosedur akuntansi atas harga saham. Para peneliti menggunakan kontrak karena datanya
tersedia dan mereka berasumsi bahwa fungsi kontrak adalah untuk mengurangi biaya agensi. Rencana
kompensasi dan kontrak hutang menggunakan data akuntansi. Jika provisi kompensasi berdasarkan data
akuntansi berlakuk efektif maka akan dapat membatasi tindakan para manajer didalam mengatur
laporan akuntansi. Biaya pembatasan dan monitoring para manajer didalam mengatur laporan
keuangan tidak berarti sepenuhnya menghilangkan kebijaksanaan manajer di dalam memilih prosedur
akuntansi. Oleh karena itu, diharapkan diperoleh satu set prosedur yang dapat diterima oleh owner dan
manajer didalam memilih kebijakan prosedur akuntansi .

Kritik-kritik terhadap PAT sebenarnya merupakan diskursus yang memberikan kontribusi keilmuan
akuntansi. Kritik balik Watts dan Zimmerman (terutama dalam kritik filosofis-saintifik) yang dialamatkan
kepada mereka, dianggap tidak memiliki kontribusi apapun terhadap praktik akuntansi. Kerangka
berpikir Watts dan Zimmerman sepertinya lebih didorong oleh pragmatism utility of knowledge of
accounting research. Ukuran yang dipakai oleh Watts dan Zimmerman ditera sesuai dengan kontribusi
yang dihasilkan oleh mereka sendiri, yang menurut mereka PAT lebih memberi manfaat langsung.

Sedangkan kontribusi yang diinginkan oleh para kritikus memang berbeda, yaitu masuk pada substansi
keilmuan akuntansi dan bukan hanya terpenjara dalam praktik akuntansi an sich. Watts dan Zimmerman
memahami pentingnya nilai yang mempengaruhi akuntan. Tetapi Watts dan Zimmerman tetap tidak
memahami pengaruh yang muncul ketika nilai sosiologis-psikologis akuntan bersentuhan dengan hasil
yang diperoleh oleh akuntan dalam bentuk laporan keuangan misalnya. Dijelaskan Chua (1986),
akuntansi bukan hanya dipandang sebagai rasional teknik saja, suatu aktivitas jasa yang terpisah dari
hubungan kemasyarakatan. Tetapi, seperti dikatakan oleh Hines (1989), bahwa : accounting creates and
maintains (or can play a part in changing) the social world, is through its reflection and reinforcement of
the values of society.

Ketika akuntansi sarat nilai, yaitu ketika akuntansi konvensional masih didominasi world-view Barat,
yang terjadi dalam karakter akuntansi pasti bernilai kapitalisme, sekuler, egois, anti-altruistik. Hameed
(2000a) menggambarkan, bahwa tujuan akuntansi sebagai decision usefulness untuk investor dan
kreditor yang berorientasi pada pasar modal berasal dari world-view materialisme dan norma-norma
ekonomi kapitalisme. Hal ini ditegaskan Harahap (2001, 305-306), bahwa akuntansi barat dibangun atas
dasar filsafat materialisme-sekulerisme hasil pemikiran manusia tanpa campur tangan Allah.
Bila ditelusuri lebih jauh, akar pemikiran akuntansi konvensional tersebut berasal dari substansi Ilmu
Ekonomi, yang berprinsip pada self-interest. Self-interest adalah representasi substansi pandangan
dunia (world-view/paradigma) Barat yang sekuler dan kapitalistik. Sekularisme dalam akuntansi, ketika
melihat akuntansi modern hanya memiliki sifat materialisme. Seperti terlihat dalam laporan keuangan
yang hanya memberikan informasi tentang aktivitas perusahaan yang bersifat materi dan diukur dalam
unit uang, atau singkatnya menyajikan realitas materi saja.
Dalam artikel yang lain, The Demand for and Supply of Accounting Theoris: The Market for Excuses,
Watts and Zimmerman membahas pertanyaan-pertanyaan tentang mengapa teori akuntansi didominasi
normatif dan mengapa tidak ada teori tunggal yang berlaku umum. Dalam artikel ini, Watt dan
Zimmerman menganalisis teori akuntansi sebagai barang ekonomi yang dihasilkan sebagai respons
terhadap permintaan akan suatu teori. Permintaan tersebut dibedakan dalam regulated economy dan
unregulated economy. Peraturan Pemerintah menciptakan insentif bagi individu untuk mengusulkan
teori akuntansi yang akan mempengaruhi prosedur akuntansi untuk menjustifikasi lobi-lobi politik
mereka. Selanjutnya, intervensi pemerintah menghasilkan permintaan untuk menghasilkan bermacam-
macam teori, karena masing-masing kelompok menuntut adanya teori akuntansi yang mendukung posisi
mereka.

Keragaman posisi menghalangi adanya kesepakatan umum pada teori akuntansi dan juga teori
akuntansi yang bersifat normatif karena pada kenyataannya teori akuntansi digunakan sebagai alasan
untuk aksi politik mereka (yaitu sebagai proses politik yang menciptakan permintaan teori akuntansi
sesuai dengan yang diminta daripada teori akuntansi yang menjelaskan apa yang terjadi di dunia).
Implikasi dari teori penulis 'untuk perubahan akuntansi sastra sebagai akibat dari perubahan besar
dalam lingkungan kelembagaan yang dibandingkan dengan fenomena yang diamati.

Whittington dalam artikelnya yang berjudul Positive Accounting: A review artikel mengkritisi apa yang
dibahas oleh Watts dan Zimmerman. Whittington menyatakan bahwa Watts dan Zimmerman tidak
hanya membuat kontribusi yang substansial, tetapi juga berusaha untuk mengidentifikasi dan
mengembangkan teori akuntansi positif. Whittington menjelaskan dan merangkum argumen-argumen
yang ditulis oleh Watts and Zimmerman sebagai "Teori Akuntansi Positif". Kemudian Whittington juga
membahas keterbatasan metodologi positif seperti keterbatasan yang berkenaan dengan asumsi
mereka tentang pasar dan keterbatasan pemilihan teori positif didalam membahas teori akuntansi.
Dalam artikel yang berjudul The Methodology of positive accounting, Charles Christenson mengatakan
bahwa apa yang dinyatakan oleh Jenson, Watts dan Zimmerman telah menimbulkan sejumlah isu
metodologi. Jensen, Watts dan Zimmerman mengklaim bahwa teori akuntansi yang paling lama "tidak
ilmiah" karena pendekatan mereka lebih ke "normatif dan menganjurkan untuk mengembangkan dari
"positif" teori untuk menjelaskan praktik akuntansi yang sebenarnya.

Adapun kritik Christenson antara lain bahwa kritik Jenson, Watt & Zimmerman tentang teori akuntansi
tradisional tidaklah tepat karena kesalahan mereka didalam membedakan antara dua tingkat teori
akuntansi yang berbeda dari fenomena yang ada. Kedua, Christenson berpendapat bahwa konsep teori
"positif" didasarkan pada kesalahpahaman (berasal dari abad kesembilan belas positivisme) bahwa ilmu
pengetahuan empiris hanya bersangkutan dengan apa yang sebenarnya atau "apa yang ada". Ketiga,
"negatif" teori yang digambarkan dalam artikel Christenson ini adalah persis apa yang dibutuhkan dalam
mem-prediktif, menjelaskan, dan menggunakan penalaran normatif untuk menjelaskan fenomena yang
ada. Akhirnya, Christenson berpendapat bahwa standar yang dianjurkan oleh Jensen, Watt &
Zimmerman untuk penilaian teori mereka sendiri sangat lemah bahwa teori-teori gagal untuk memenuhi
demarkasi ilmu dari Popper (1959).

Referensi:

Positive Accounting Theory, Ross L. Watts dan Jerold L. Zimmerman, Prentice-Hall Inc, 1986

Anda mungkin juga menyukai