Anda di halaman 1dari 5

Ruang Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kota Samarinda

Setelah ditetapkan sebagai peraturan daerah, RTRW perlu dimasyarakatkan, kemudian dilanjutkan
Bab 6 dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) pada kawasan-kawasan yang
dianggap perlu dengan skala dan kedalaman yang lebih detail. Karena RTRW merupakan produk rencana
yang bersifat arahan secara makro, maka perlu disusun rencana yang lebih detail, terutama agar rencana
MEKANISME PENGELOLAAN TATA RUANG
dapat dilaksanakan secara operasional.

6.1.1 Penetapan dan Pengesahan RTRW


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda yang telah disusun perlu didukung oleh Sebelum dilaksanakan, RTRW Kota Samarinda perlu ditetapkan dahulu dalam bentuk Peraturan
arahan dalam mekanisme pengelolaan tata ruang Kota Samarinda dalam kurun waktu 10 tahun. Untuk Daerah (Perda) Kota Samarinda. Penetapan RTRW menjadi Perda pada dasarnya dimaksudkan agar
menjamin keefektifan mekanisme pengelolaan tata ruang ini, perlu ditunjang aspek legalisasi sesuai dengan RTRW mempunyai kekuatan hukum dan dukungan politis, sehingga dapat dioperasionalkan dan dipatuhi
peraturan perundangan yang belaku, aspek kelembagaan yang akan mengoperasikannya, pelaksanaan oleh semua pihak di daerah.
pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang, dan peninjauan kembali RTRW Kota Samarinda.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, proses penetapan dan pengesahan
RTRW Kota Samarinda sebagai Peraturan Daerah terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
6.1 Aspek Legalisasi dan Kelembagaan
A. Penetapan RTRW Kota Samarinda sebagai Perda Kota Samarinda
Aspek legalisasi RTRW merupakan landasan penting sebelum RTRW Kota Samarinda dilaksanakan a. Konsep RTRW Kota Samarinda yang telah disempurnakan, dilaporkan kepada Walikota untuk
dan berfungsi sebagai kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang Kota Samarinda. Dengan legalisasi RTRW diproses menjadi Rancangan Peraturan Daerah
berarti memberi kejelasan hukum RTRW tersebut dalam pelaksanaan serta pemberian sanksinya. b. Pokok-pokok rumusan sebagai muatan hukum yang terkandung di dalam RTRW Kota Samarinda
RTRW Kota Samarinda yang telah disusun oleh Pemerintah Kota Samarinda akan dibahas dan termasuk peta merupakan masukan bagi penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
disempurnakan dengan melibatkan instansi vertikal dan dinas-dinas terkait di daerah serta wakil masyarakat. c. Rancangan Peraturan Daerah diajukan kepada DPRD Kota Samarinda, kemudian dibahas dan
Kehadiran instansi terkait dalam rapat-rapat pembahasan dan penyempurnaan konsep RTRW dengan ditetapkan menjadi Peraturan Daerah oleh DPRD Kota Samarinda dan Walikota.
rencana-rencana sektoral yang sudah ada (misal TGHK, RTGT, dan sebagainya) atau bahkan dengan d. Bentuk dari Peraturan Daerah ini mengikuti ketentuan yang berlaku.
konsep dan kegiatan proyek usulan yang diajukan. Walaupun demikian, manfaat formal dari RTRW ini tidak e. Peraturan Daerah ditetapkan selambat-lambatnya 6 bulan setelah Rancangan Peraturan Daerah
dapat dirasakan dengan efektif sebelum RTRW mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan, iklim diajukan.
administratif pemerintah yang mendukung (termasuk sistem informasinya) dan sumber biaya pengelolaan B. Penempatan dalam Peraturan Daerah
yang memadai, serta struktur kelembagaan yang terintegrasi dan operasional. a. Peraturan Daerah yang telah disahkan, ditempatkan dalam Lembaran Daerah

Penetapan RTRW sebagai Peraturan Daerah merupakan langkah pertama yang harus dilaksanakan b. Peraturan Daerah mempunyai kekuatan hukum dan mengikat setelah diundangkan dalam

setelah RTRW Kota Samarinda disusun. Aspek legalisasi ini menjadi prasyarat mendasar dalam proses Lembaran Daerah Kota Samarinda.

implementasi RTRW sebagai produk rencana yang secara hukum akan mengikat. Dalam hubungan ini,
faktor koordinasi antar instansi di daerah menjadi bagian penting yang menentukan apakah mekanisme C. Pemasyarakatan RTRW

pengelolaan tata ruang dapat dilaksanakan dengan konsisten atau tidak. Tahap pemasyarakatan RTRW Kota Samarinda mempunyai arti penting bagi keberhasilan
pengelolaan tata ruang Kota Samarinda. Pada dasarnya tahap ini terdiri dari dua bagian, yaitu saat

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)


Kota Samarinda VI-1
Ruang Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Samarinda

proses penyusunan RTRW hingga ditetapkan sebagai peraturan daerah, dan pada pelaksanaannya E. Aspek Kelembagaan
setelah ditetapkan dan disahkan sampai saat peninjauan kembali setiap kurun lima tahun. Pelaksanaan RTRW Kota Samarinda perlu didukung oleh aspek kelembagaan di daerah, yang
akan lebih berfungsi koordinatif dan operasional. Dalam kaitan ini, fungsi koordinasi pengelolaan tata
Pada tahap pertama, usaha pemasyarakatan RTRW diarahkan dengan melibatkan berbagai
ruang dilakukan oleh Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD). Fungsi koordinasi
instansi terkait serta wakil masyarakat (DPRD) dalam rapat-rapat koordinasi untuk perumusan masalah-
perencanaan dan operasional akan dilakukan oleh Bappeda Kota Samarinda sebagai badan yang
masalah pokok di daerah, perumusan konsep rencana, serta pembahasan dan penyempurnaan RTRW.
bertugas membantu Walikota dalam melaksanakan koordinasi di bidang perencanaan pembangunan,
Pada tahap kedua, pemasyarakatan RTRW dilakukan dengan menyampaikan informasi secara luas
serta penilaian atas pelaksanaan pembangunan. Hal ini juga sesuai dengan wewenang Walikota
mengenai arahan pemanfaatan ruang pada tingkat Kota Samarinda berdasarkan RTRW.
Samarinda dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004.
Peran pemerintah daerah (di bawah koordinasi Bappeda Kota Samarinda) dalam
memasyarakatkan RTRW mempunyai pengaruh besar, yang akan menentukan tingkat keberhasilan Adanya kemungkinan benturan kepentingan sektoral, khususnya dalam konflik pemanfaatan ruang
pelaksanaannya. Pemerintah Kota Samarinda berkewajiban mengumumkan dan menyebarluaskan (lahan skala besar), maka kesesuaian aspek legal dari RTRW ini, perlu juga dilihat dari koordinasi perangkat
RTRW Kota Samarinda secara efektif dan efisien, agar masyarakat dapat terlibat sepenuhnya dalam vertikal instansi pusat yang ada di daerah (Kantor-kantor Departemen) sehingga memungkinkan
perwujudan tata ruang sebagaimana yang dikehendaki dalam rencana. operasionalisasi RTRW secara terpadu.
Masyarakat perlu mendapatkan informasi selengkapnya tentang adanya kegiatan penyusunan Melalui aspek kelembagaan seperti diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa operasionalisasi RTRW di
rencana, mulai dari proses penyusunan sampai produk akhir RTRW Kota Samarinda. Yang perlu wilayah Kota Samarinda akan dapat dilakukan. Dalam hal ini terlihat adanya keterkaitan yang erat dari aspek
diketahui masyarakat adalah beberapa kekakuan rencana (misalnya dalam hal pemanfaatan ruang pada legal dengan aspek administratif dan kelembagaan, sehingga RTRW yang telah ditetapkan dapat terlaksana
kawasan lindung) dan kefleksibelitasan pemanfaatan ruang berdasarkan tingkat kepentingan tertentu secara efektif.
(skala prioritas) pada kawasan budidaya. Dalam hal ini, mekanise pengelolaan tata ruang harus jelas
dan mempunyai kepastian hukum bagi masyarakat yang menjadikan RTRW sebagai acuan atau arahan 6.2 Pemantauan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
investasi. Salah satu unsur penting dalam pengelolaan tata ruang adalah pemantauan dan pengendalian
pemanfaatan ruang, agar selalu sesuai dengan RTRW Kota Samarinda yang telah dijadikan peraturan
daerah. Hal ini perlu dilakukan karena banyaknya pihak yang terlibat dalam pelaksanaan RTRW Kota
D. Tindak Lanjut Penyusunan RDTR Kawasan
Samarinda, yaitu :
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, RTRW Kota Samarinda ini perlu dijabarkan lagi
Pemerintah, baik itu Pemerintah Kota Samarinda maupun departemen/instansi sektoral, melalui
dalam RDTRK. RDTRK ini pada dasarnya lebih bersifat fungsional, untuk pengembangan sektor
penyusunan program-program dan proyek-proyek pembangunan lima tahunan dan tahunan sesuai
tertentu, sehingga wilayah perencanaannya tidak perlu sama dengan wilayah administratif. Dalam
dengan kepentingan masing-masing.
kaitan ini, konsistensi antara RTRW dengan RDTRK yang akan disusun perlu dijaga secara maksimal,
Masyarakat luas, baik itu perorangan maupun swasta yang menanamkan investasinya di daerah Kota
sehingga keterpaduan kegiatan pada wilayah Kota Samarinda dapat terjamin
Samarinda.

Selain sebagai acuan bagi penyusunan rencana tata ruang yang lebih rinci. RTRW juga akan Sehubungan dengan hal itu, maka kegiatan pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang
menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kota Samarinda dan sangat perlu dilakukan agar Kota Samarinda dapat berjalan dengan efektif dan sesuai dengan yang
Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kota Samarinda pada periode berikutnya. direncanakan.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)


Kota Samarinda VI-2
Ruang Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Samarinda

6.2.1 Pemantauan Pemanfaatan Ruang Pengendalian pemanfaatan ruang perlu dilakukan karena adanya kemungkinan terjadi konflik antara
kawasan lindung dengan kawasan budidaya dan/atau antara kawasan budidaya dengan kawasan budidaya
Kegiatan pemantauan pemanfaatan ruang merupakan salah satu bentuk dari seluruh kegiatan
lainnya. Kasus-kasus yang dapat menjadi permasalahan yaitu konflik antara :
pengelolaan pemanfaatan ruang. Pemantuan perlu dilakukan oleh berbagai instansi yang terkait dengan
rencana dengan status/usaha tanah
kepentingan pemanfaatan dan pengendalian ruang, seperti instansi tata ruang di daerah maupun instansi
rencana dengan proyek-proyek pembangunan
lainnya di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Samarinda.
rencana dengan penggunaan tanah yang sedang berlangsung.
Pemantauan ini merupakan kegiatan memonitor dan/atau mengawasi pemanfaatan ruang Kota
Samarinda baik itu kegiatan yang baru akan berlangsung maupun perubahan-perubahan pemanfaatan Berkaitan dengan adanya kawasan lindung di Kota Samarinda, maka kegiatan pengendalian yang
ruang yang terjadi. Semuanya itu disesuaikan dengan RTRW Kota Samarinda sebagai pedoman dapat dilakukan pada kawasan ini yaitu:
pemanfaatan ruang Kota Samarinda. Dalam hal ini tercakup juga kegiatan memonitor dan mengawasi setiap pemantapan fungsi lindung pada kawasan lindung yang masih dapat dipertahankan,
usulan atau pengajuan pemanfaatan ruang dalam proses perijinan pemanfaatan ruang dalam skala besar di
pengembalian fungsi lindung pada kawasan yang mengalami tumpang tindih dengan kegiatan budidaya
Kota Samarinda. Pemantauan dapat dilakukan melalui proses perijinan lokasi, terutama bagi kegiatan yang
atau lahan kritis yang dapat mengganggu fungsi lindung,
memanfaatkan ruang dalam skala besar.
pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya pada kawasan lindung yang telah ditetapkan,
Di samping itu tercakup pula kegiatan mengumpulkan dan memperbaharui (up dating) data. Kegiatan pembatasan kegiatan budidaya yang sudah ada (yang masih dapat ditolerir) pada kawasan lindung,
ini dimaksudkan untuk memberi masukan bagi peninjauan kembali/evaluasi RTRW yang dilakukan setiap 5 sehingga tidak berkembang lebih jauh, dengan tindakan konservasi secara intensif,
tahun. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan suatu sistem data base yang terkoordinir dengan baik dan pemindahan kegiatan budidaya yang dapat mengganggu fungsi lindung sebagai upaya penertiban pada
dapat dengan cepat mengantisipasi perubahan-perubahan yang terus terjadi. kawasan lindung.

Di samping sistem pengelolaan data, dibutuhkan pula pengembangan suatu sistem


Pada kawasan budidaya, tindakan pengendalian yang dapat dilakukan yaitu:
organisasi/kelembagaan dari aparat pemerintah Kota Samarinda agar upaya pemantauan pemanfaatan
ruang Kota Samarinda dapat berjalan dengan lebih efektif. Sistem ini haruslah efektif dan efisien darii segi pengarahan lokasi kegiatan budidaya melalui mekanisme perijinan (untuk kawasan berskala besar) baik

struktur organisasi maupun tata kerjanya. Untuk itu tenaga stafnya perlu dibina terutama dalam hal itu dengan pendekatan insentif maupun disinsentif,

kualitasnya. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi peningkatan kemampuan Pemerintah Kota Samarinda pelarangan/pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya yang tidak sesuai dengan rencana,

dalam menyelenggarakan upaya pengelolaan tata ruang Kota Samarinda secara berkesinambungan. pembatasan kegiatan lain yang sudah ada dengan ketentuan tidak dilakukan pengembangannya lebih
lanjut,

6.2.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang penyelesaian masalah konflik antara kegiatan budidaya (status penguasaan lahan, proyek
pembangunan, penggunaan yang telah berlangsung lama) melalui berbagai ketentuan yang berlaku,
Pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW Kota Samarinda pada dasarnya berkaitan
misalnya dengan SKB Menteri-menteri yang terkait.
erat dengan adanya kawasan lindung dan budidaya di Kota Samarinda. Kegiatan pemantauan seperti yang
telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, merupakan tahap awal dari upaya pengendalian pemanfaatan Dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang Kota Samarinda, peranan koordinasi dalam
ruang. Berdasarkan hasil pemantauan barulah dapat dilakukan kegiatan pengawasan untuk menghindari pemerintah Kota Samarinda juga sangat penting. Secara instansional, hal ini dilakukan oleh Bappeda Kota
terjadinya konflik pemanfaatan ruang, serta kegiatan penertiban sebagai tindakan penanganan masalah tata Samarinda, serta Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Kota Samarinda yang keanggotaannya
ruang. meliputi instansi-instansi Bappeda Kota Samarinda, serta Dinas lainnya (Pekerjaan Umum, Kehutanan,
Pertanian, Perindustrian, Pertambangan, dan Pariwisata).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kota Samarinda VI-3
Ruang Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Samarinda

6.3 Peninjauan Kembali RTRW 6.5 Kebijaksanaan Penataan Ruang

Pada dasarnya pembangunan yang berlangsung di suatu wilayah maupun kondisi sosial ekonomi Pelaksanaan RTRW Kota Samarinda dengan rincian seperti telah diuraikan pada bagian
masyarakatnya tidaklah bersifat statis, melainkan terus mengalami perubahan dan memiliki dinamika sebelumnya, pada dasarnya perlu didukung oleh berbagai kebijaksanaan penunjang untuk perwujudannya.
tersendiri yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. RTRW Kota Samarinda yang diharapkan Kebijaksanaan penunjang ini baik bersifat keruangan (spatial) yang secara langsung melalui arahan
dapat menjadi pedoman keruangan bagi kegiatan-kegiatan pembangunan di Kota Samarinda, harus dapat menunjang upaya perwujudan struktur tata ruang Kota Samarinda, maupun bukan keruangan (non-spatial)
mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi, agar tetap sesuai dengan dinamika pembangunan daerah. yang secara tidak langsung menunjang perwujudan struktur tata ruang Kota Samarinda.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya dilakukan peninjauan kembali atau evaluasi terhadap RTRW yang telah
dirumuskan, paling lama setiap 5 (lima) tahun sekali atau bilamana dianggap perlu.
6.5.1 Kebijaksanaan Penunjang yang Bersifat Keruangan
Kegiatan evaluasi RTRW dimaksudkan untuk menyempurnakan atau merevisi materi-materi rencana Dalam rangka perwujudan rencana struktur tata ruang Kota Samarinda, kebijaksanaan penunjang
dengan pertimbangan kondisi dan perubahan-perubahan yang telah terjadi di daerah. Apabila terdapat yang bersifat keruangan adalah kebijaksanaan penatagunaan tanah. Hal ini karena disadari bahwa tanah
penyimpangan yang mendasar dalam hal pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam rencana atau ruang daratan beserta sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya merupakan unsur yang utama,
misalnya kebijakan pemerintah, perkembangan sosial ekonomi, penemuan teknologi baru dan sebagainya, sehingga pemanfaatannya perlu diarahkan dalam konteks tata ruang dengan senantiasa memperhatikan
maka penyempurnaan atau penyesuaian terhadap materi RTRW perlu dilakukan. Sehubungan dengan hal asas lestari, optimal serta seimbang.
ini, peninjauan kembali merupakan upaya untuk menjaga fleksibelitas rencana tata ruang agar selalu dapat
Secara umum pokok-pokok kebijaksanaan penatagunaan tanah yang diuraikan ini diharapkan akan
sejalan dengan perkembangan yang terjadi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
menjadi masukan bagi penyusunan atau evaluasi terhadap Rencana Tata Guna Tanah (RTGT) pada tingkat
tata ruang Kota Samarinda.
Kota Samarinda yang terdiri dari rencana penyediaan, peruntukan dan penggunaan tanah sehingga
Kegiatan peninjauan kembali merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kota Samarinda melalui tercermin keterkaitan RTRW Kota Samarinda dan RTGT.
TKPRD yang keanggotaannya meliputi berbagai instansi sehingga tim ini bersifat koordinatif antar instansi.
1. Kebijaksanaan penatagunaan tanah pada kawasan lindung :
Mengacu pada tujuan pemantapan kawasan lindung, pokok-pokok kebijaksanaan penatagunaan tanah
6.4 Pembiayaan Pelaksanaan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang sebagai penunjangnya adalah:
Dalam pelaksanaannya, arahan pemanfaatan ruang Kota Samarinda agar sesuai RTRW yang Menyelesaikan permasalahan tumpang-tindih dan konflik penggunaan tanah berdasarkan
telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah membutuhkan biaya-biaya bagi pelaksanaan dan ketentuan/peraturan yang ada.
pengendaliannya. Biaya-biaya tersebut mencakup biaya untuk memproses peraturan daerah tentang RTRW. Pengendalian secara ketat terhadap cara penggunaan tanah oleh penduduk atau proyek
Pemasyarakatan RTRW, pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang, serta peninjauan kembali atau pembangunan (sektoral) tertentu yang diperbolehkan agar tidak mengganggu fungsi lindung.
evaluasi RTRW. Secara kuantitas, jumlah yang dibutuhkan relatif cukup besar. Sumber pembiayaan Pada kawasan lindung yang di atasnya telah terdapat kawasan budidaya (non-lindung) perlu
diharapkan berasal dari sumber-sumber pendapatan daerah (PAD) melalui APBD Kota Samarinda. Namun dilakukan tindakan penanganan hak atas tanah, pemindahan penduduk, upaya
tidak tertutup kemungkinan meminta bantuan teknis dari pusat, apabila kemampuan pendanaan daerah konservasi/rehabilitasi tanah, pembatasan kegiatan secara bertahap ke luar kawasan lindung.
terbatas. Bantuan teknis ini sifatnya menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang memiliki kepentingan
nasional di daerah. Di samping itu dapat juga diupayakan adanya partisipasi pihak swasta atau suatu bentuk 2. Kebijaksanaan penatagunaan tanah pada kawasan budidaya
kerjasama pemerintah daerah swasta dalam pembiayaan pengelolaan tata ruang di Kota Samarinda. Mengacu pada tujuan pengembangan kawasan budidaya, kebijaksanaan penatagunaan tanah sebagai
penunjangnya dibedakan menurut tingkat pemanfaatan ruang kawasan, yaitu bersifat sebagai penyangga

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)


Kota Samarinda VI-4
Ruang Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Samarinda

kawasan lindung (hutan produksi) dan kawasan budidaya intensif (pertanian tanaman pangan, perkebunan, Antisipasi tersebut dapat dilakukan melalui penerapan kebijaksanaan penyebaran penduduk melalui
perindustrian, pariwisata, permukiman). Pokok-pokok kebijaksanaan adalah : upaya-upaya penyebaran atau pendistribusian penduduk yang lebih merata antar kecamatan di wilayah Kota
Penggunaan tanah pada kawasan budidaya yang bersifat sebagai penyangga kawasan lindung di Samarinda. Upaya-upaya penyebaran atau pendistribusian yang lebih merata ini dapat dilakukan melalui :
atasnya (hutan produksi) perlu disertai dengan upaya-upaya konservasi tanah secara ketat. Program-program relokasi bagi penduduk yang tinggal di pemukiman kumuh di bantaran sungai.
Penggunaan tanah di kawasan budidaya yang bersifat intensif pada dasarnya lebih longgar dengan Penyebaran atau pendistribusian fasilitas sosial ekonomi, dan
mempertimbangkan azas konvertibilitas penggunaan tanah. Meskipun demikian pengalihan antar Pengembangan kegiatan-kegiatan perekonomian atau program-program pembangunan ekonomi
penggunaan (dari yang kurang intensif ke tingkat yang lebih intensif) perlu dikendalikan melalui berskala besar yang bersifat padat karya di daerah-daerah yang penduduknya relatif masih jarang.
mekanisme perizinan (pencadangan tanah, perizinan lokasi).
3. Pokok-pokok kebijaksanaan penatagunaan tanah bagi kawasan lindung dan kawasan budidaya yang B. Kebijaksanaan Pengembangan Perekonomian dan Investasi
mengacu pada RTRW Kota Samarinda harus dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Tata Guna Tanah, Kebijaksanaan penunjang di bidang perekonomian akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
yang terdiri dari : pengembangan wilayah Kota Samarinda secara umum. Dalam hal ini, berdasarkan tujuan pengembangan
Rencana Persediaan Tanah, sebagai rencana dasar yang menggambarkan kawasan yang dilarang wilayah yang menekankan pada pemerataan dengan terus mengejar pertumbuhan, maka beberapa
diusahakan (kawasan lindung) dan kawasan yang dapat diusahakan (kawasan budidaya). kebijaksanaan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ekonomi adalah :
Rencana Peruntukan Tanah, sebagai arahan letak kegiatan pembangunan utama dan penunjang Pengembangan struktur perekonomian wilayah yang lebih seimbang dengan meningkatkan diversifikasi
sesuai dengan strategi pembangunan daerah jangka panjang ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada beberapa komoditas utama saja, sekaligus perluasan
Rencana Penggunaan Tanah, sebagai rencana letak dari proyek-proyek pembangunan yang akan pasarnya.
dilaksanakan dalam jangka menengah, melalui kegiatan pembebasan tanah, pencadangan tanah, Pemanfaatan potensi sumber daya alam yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk
serta izin lokasi oleh pemeritnah daerah. pengembangan sektor/subsektor strategis terutama melalui pembangunan infrastruktur, insentif-
disinsentif bagi investasi swasta.
6.5.2 Kebijaksanaan Penunjang yang Bersifat Bukan Keruangan Kebijaksanaan pengembangan ekonomi yang berkaitan dengan keruangan akan dapat berakibat
Kebijaksanaan penunjang yang bersifat bukan keruangan untuk mewujudkan struktur tata ruang timbal balik. Kebijaksanaan ekonomi akan dapat menjadi salah satu cara untuk mempengaruhi perwujudan
Kota Samarinda mencakup kebijaksanaan kependudukan dan kebijaksanaan perekonomian/investasi. struktur tata ruang dan sebaliknya arahan struktur tata ruang dapat menggiring kepada pengembangan
ekonomi secara lebih pesat. Untuk itu upaya pemantauan terhadap pelaksanaan rencana struktur tata ruang
A. Kebijaksanaan Kependudukan
Kota Samarinda ini perlu dilakukan terus menerus sehingga penyesuaian rencana yang dilakukan secara
Kebijaksanaan kependudukan mencakup pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan
berkala (5 tahunan) memperhatikan dinamika perkembangan yang terjadi.
penyebaran penduduk Kota Samarinda dalam kurun waktu rencana. Jika dilihat dari daya dukung ruang
pada masing-masing kecamatan, persebaran penduduk pada masing-masing kecamatan tersebut masih
belum melampaui daya dukung ruang yang ada. Namun demikian, kecenderungan persebaran penduduk
yang tidak merata tersebut perlu diantisipasi agar di masa mendatang kesenjangan jumlah dan kepadatan
penduduk antar kecamatan di Kota Samarinda tidak bertambah besar yang selanjutnya akan berimplikasi
terhadap bertambahnya tekanan penduduk terhadap lingkungan hidup dan pemanfaatan potensi sumber
daya alam.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)


Kota Samarinda VI-5

Anda mungkin juga menyukai