09e02696 PDF
09e02696 PDF
SKRIPSI
Oleh:
SYUKRAINI IRZA
NIM 050804029
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
LEMBAR PENGESAHAN
oleh :
SYUKRAINI IRZA
NIM 050804029
Disetujui Oleh:
Disahkan Oleh:
Dekan,
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA MASYARAKAT
NAGARI BUNGO TANJUNG, SUMATERA BARAT
ABSTRAK
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
RISK FACTORS OF HYPERTENSION ANALYSIS AT NAGARI BUNGO
TANJUNG SOCIETY, WEST SUMATERA
ABSTRACT
Hypertension was a disease which have got attention from all circle
society, due to it impact both in a short-range or long-range. Hypertension caused
the death of 7,1 milion people in the world because it is a primary risk factor of
stroke, heart-failure, and kidney disease. Hypertension is rising up cause the
interaction of present risk factors that someone had. This research is aimed to
study the risk factors of hypertension at Nagari Bungo Tanjung.
The research conducted in Nagari Bungo Tanjung, Batipuh District, Tanah
Datar, West Sumatera, on February-March 2009. This researchs design is cross-
sectional and the sample coming from entire society in Nagari Bungo Tanjung
who is fulfill inclusion criteria and do not fulfill exclusion criteria. Sample
conducted by accidental sampling.
Data obtained through kuesioner and direct interview and also physical
examination, that is measurement of subjects height and weight. Data analized
step by step including univariate analysis, bivariate analysis by using Chi-Square
Test, and multivariate analysis by using Backward Wald method on binary
logistic regression at SPSS Version 15.0 programme.
The result of this research showed that the risk factors of hypertension in
Nagari Bungo Tanjung society was age (OR = 17.726; CI 95% = 4.82 - 65.2),
gender (OR = 5.333; CI 95% = 1.42 - 20.05), cigarette smoking (OR = 6.920; CI
95% = 1.81 - 26.42), obesity (OR = 3.051; CI 95% = 1.17 - 7.96), sodium intake
(OR = 5.660; CI 95% = 1.13 - 28.45), fat intake (OR = 8.743; CI 95% = 1.18 -
64.5), genetic (OR = 7.912; CI 95% = 2.73 - 22.97), and complication disease
(OR = 21.690; CI 95% = 1.661 - 283.21), while alcohol concumption did not had
effect on hypertension. The primary risk factor in Nagari Bungo Tanjung society
is age (Wald = 18.720).
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
ABSTRACT ................................................................................................. iv
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
2.3.2 Jenis Kelamin.............................................................. 10
2.3.8 Merokok.................................................................. 12
2.3.10 Stress....................................................................... 13
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
3.5 Instrumen Penelitian ........................................................... 25
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
4.6.3 Hubungan Merokok dengan Hipertensi ................... 45
LAMPIRAN ................................................................................................. 60
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Umur 18 tahun menurut JNC VII dan
JNC VI.................................................................................................. 8
4.13 Hasil uji regresi logistik ganda metode Backward Wald beberapa
variabel yang berhubungan dengan kondisi tekanan darah subjek....... 41
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
3. Kuesioner Penelitian.................................................................................. 70
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
BAB I
PENDAHULUAN
seluruh dunia, yaitu sekitar 13% dari total kematian, dan prevalensinya hampir
stroke, jantung dan ginjal. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat
pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai
silent killer. Bahkan sering ditemukan penderita yang telah mengalami berbagai
komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Hipertensi
hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan
baik (Anonima, 2007). Diperkirakan pada tahun 2025 nanti kasus hipertensi
terutama di negara berkembang akan mengalami kenaikan sekitar 80% dari 639
juta kasus di tahun 2000, yaitu menjadi 1,15 milyar kasus. Prediksi ini didasarkan
pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty,
2007).
orang. Prevalensi pada daerah urban dan rural berkisar antara 17-21% dan hanya
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi pada dewasa adalah 6-15%
dan 50% di antara orang dewasa yang menderita hipertensi tidak menyadari
berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90%
untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan
Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan hal tersebut, namun konsumsi
lemak dan natrium yang tinggi diduga merupakan faktor risiko utama, di samping
faktor risiko lainnya yang tidak dapat dikontrol seperti faktor usia, jenis kelamin,
dan genetik/keturunan.
Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Masyarakat daerah ini diduga
bersantan dan jeroan di daerah ini cukup tinggi serta cenderung memiliki pola
hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Pola hidup yang demikian sebenarnya telah disadari oleh sebagian besar
Informasi yang jelas mengenai bahaya pola hidup yang tidak sehat serta faktor
hipertensi baik rawat jalan maupun rawat inap selama periode Agustus -
Desember 2008 adalah 273 orang. Sementara dari dua buah Puskesmas di Kec.
Batipuh tercatat pasien hipertensi sepanjang tahun 2008 berjumlah 45 orang, dan
karena yang bersangkutan tidak memeriksakannya. Selain itu, hingga saat ini di
daerah Bungo Tanjung belum ada data mengenai tingkat prevalensi hipertensi,
Bungo Tanjung. Dalam hal ini, kondisi tekanan darah merupakan variabel terikat
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
(dependent variable). Faktor risiko sebagai variabel bebas (independent variable),
dibagi menjadi beberapa sub variabel, yaitu usia, jenis kelamin, obesitas,
sebagai berikut:
a. apa saja yang menjadi faktor risiko utama hipertensi di Bungo Tanjung?
terdeteksi?
1.4 Hipotesis
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
a. faktor risiko utama hipertensi di Bungo Tanjung adalah usia, jenis
terdeteksi.
terobati.
Tanjung.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
e. sebagai landasan bagi pemerintah terutama profesional kesehatan untuk
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia
80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tekanan darah
juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, di mana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam
satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada
VII) hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan/atau
batas tersebut memiliki risiko dua kali lipat untuk menderita hipertensi
darah umur 18 tahun menurut JNC VII dan JNC VI ditunjukkan Tabel 2.1.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Umur 18 tahun menurut
JNC VII dan JNC VI
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup 90% dari kasus
tunggal, melainkan karena berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu faktor
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
yang paling mungkin berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial adalah
faktor genetik karena hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga.
sekunder dari berbagai penyakit atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
2006).
faktor risiko. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat
keparahan dari faktor risiko yang dapat dikontrol seperti stres, obesitas, nutrisi
serta gaya hidup; serta faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti genetik,
2.3.1 Usia
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
arteri akibat penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku yang dimulai pada usia 45
tahun. Selain itu juga terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik serta
kurangnya sensitivitas baroreseptor (pengatur tekanan darah) dan peran ginjal aliran
darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Kumar, et al., 2005).
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
kehilangan hormon estrogen sehingga pada usia di atas 45-55 tahun prevalensi
terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak
2008).
2.3.4 Etnis
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang
berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun
pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas
2.3.5 Obesitas
lebih dari berat badan ideal. Obesitas mempunyai korelasi positif dengan
hipertensi. Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar
khas pada populasi pasien hipertensi. Curah jantung dan volume darah pasien
mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Akibat
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang
bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya
yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
2.3.7 Konsumsi Natrium
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang
rendah. Apabila asupan garam kurang dari 3 g/hari, maka prevalensi hipertensinya
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Konsumsi
garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari yang setara dengan 110 mmol
natrium atau 2400 mg/hari. Asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan
2.3.8 Merokok
akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari.
Seseorang yang merokok lebih dari satu pak (15 batang) rokok sehari menjadi 2
kali lebih rentan untuk menderita hipertensi dan penyakit kardiovaskular dari pada
minuman kopi, teh dan cola akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
bekerja lebih cepat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
2.3.10 Stres
melalui aktivasi saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta
lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup
organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul berupa hipertensi atau
penyakit maag. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu
dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali (Anonim e, 2009).
darah yang berhubungan dengan tekanan darah. Bila seseorang mengalami emosi
yang hebat, maka sebagai respon korteks adrenal mengekskresi epinefrin yang
diubah oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme) menjadi angiotensin II,
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
2002).
Gambar 2.1.
sampai bertahun-tahun. Oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Corwin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
a. nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
c. ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik meliputi
untuk melihat pembesaran ginjal, massa intra abdominal, dan pulsasi aorta yang
abnormal; palpasi ektremitas bawah untuk melihat adanya edema dan denyut nadi,
serta penilaian neurologis (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida untuk melihat adanya risiko
aterogenesis, serta pemeriksaan kadar asam urat berkaitan dengan terapi yang
pembuluh darah aorta serta memberikan informasi tentang status kerja jantung
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah
angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus merubah gaya hidup. Di samping
dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, modifikasi gaya hidup
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-
e. menghentikan rokok.
yoga.
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah
dengan dua obat. Hal yang harus diperhatikan adalah risiko untuk hipotensi
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Golongan obat yang digunakan untuk pengobatan hipertensi adalah (Ayu,
a. diuretik
Diuretik tiazid merupakan terapi lini pertama yang diberikan untuk mengobati
hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan
darah dan juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Di sisi lain diuretik
diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif
pada orang kulit hitam, lanjut usia, kegemukan, penderita gagal jantung atau
klortalidon.
b. penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-
sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan
efektif diberikan pada penderita usia muda, penderita yang pernah mengalami
pektoris (nyeri dada) dan sakit kepala migrain. Sedangkan golongan alfa
Selain itu penghambat adrenergik juga ada obat-obat golongan agonis alfa
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
c. angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada orang kulit putih, usia
muda, penderita gagal jantung, penderita dengan protein dalam air kemihnya
yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik,
pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
d. angiotensin-II-bloker
kandesartan.
e. antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
kulit hitam, lanjut usia, penderita angina pektoris (nyeri dada), denyut jantung
yang cepat sakit kepala migren. Contoh: amlodipin maleat, amlodipin busilat,
f. vasodilator
golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-
dan dihidralazin.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi suatu efek atau penyakit
pada suatu waktu, oleh karena itu disebut juga dengan studi prevalensi. Prinsip
penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko)
dan variabel tergantung (efek) melalui pengukuran sesaat atau hanya satu kali
saja, di mana faktor risiko serta efek tersebut diukur secara bersamaan pada waktu
observasi dan yang dinilai adalah subjek yang baru dan yang sudah lama
menderita efek yang diselidiki. Hasil penelitian berupa odds ratio (OR) atau rasio
prevalensi yaitu perbandingan antara prevalensi penyakit atau efek pada subjek
dari kelompok yang mempunyai faktor risiko, dengan prevalensi penyakit atau
efek pada subjek yang tidak mempunyai faktor risiko (Ghazali, et al., 2006).
3.2.1 Populasi
setengah populasi nagari dan luas daerah yang juga lebih dari setengah luas nagari
secara keseluruhan. Ketiga jorong tersebut adalah Jorong Balai Akad, Jorong
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Subjek yang dipilih adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah warga yang berusia
22 tahun ke atas dan kriteria eksklusi adalah warga yang berusia di bawah 22
3.2.2 Sampel
sampel secara kebetulan. Siapa saja yang secara kebetulan bertemu di lapangan
sehingga tidak memerlukan teknik khusus dalam hal pengambilan sampel. Selain
itu, teknik ini sangat mudah dilakukan. Pengambilan besar sampel dalam
pq
n = t2 (Boelaert et al., 1995; Notoadmodjo, 2005)
d2
385 orang. Namun karena besar sampel yang diperoleh lebih besar dari
berikut:
n
revised n = (Boelaert et al., 1995)
1 + (n / N )
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
di mana n = 385 dan N adalah jumlah populasi total, yaitu 1434 orang, sehingga
besar sampel yang diperlukan adalah 303 orang. Tetapi rata-rata jumlah penduduk
pada ketiga jorong tersebut di atas tidak sama, oleh karena itu distribusi besar
244 x
a. Jorong Balai Akad : = , maka besar sampel = 52 orang
1434 303
749 x
b. Jorong Haru : = , maka besar sampel = 158 orang
1434 303
441 x
c. Jorong Jambak : = , maka besar sampel = 93 orang
1434 303
Batipuh, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat, pada bulan Februari-Maret 2009.
berikut:
diastolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor (faktor risiko). Hipertensi
Treatment of High Blood Pressure (JNC) VII sebagai tekanan darah yang lebih
tinggi dari 140/90 mmHg (National High Blood Pressure Education Program,
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
didasarkan pada definisi JNC VII. Penelitian ini tidak mengelompokkan subjek
sekunder.
b. Faktor risiko : suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat
memicu timbulnya suatu penyakit spesifik, dalam hal ini adalah hipertensi.
Faktor risiko hipertensi yang diukur dalam penelitian ini adalah usia, jenis
menyertai. Faktor risiko hipertensi yang tidak diukur adalah faktor stres dan
a. Usia subjek dihitung sejak tahun lahir sampai dengan ulang tahun terakhir,
dibuat skala nominal; kelompok usia 40 tahun dan > 40 tahun; berturut -turut
b. Jenis kelamin subjek dibuat skala nominal dengan kode 0 untuk laki-laki dan 1
untuk perempuan.
c. Obesitas adalah keadaan kelebihan berat badan subjek yang ditentukan melalui
penetapan Body Mass Index (BMI), yaitu berat badan (kg) dibagi dengan
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
kuadrat tinggi badan (m2). Subjek dengan BMI 27 dikategorikan obes itas
(dengan kode 1) sedangkan < 27 dikategorikan tidak obesitas (dengan kode 0).
merokok dalam sehari, terutama pada saat belum menderita hipertensi, dibuat
skala nominal yaitu perokok (kode 1) dan bukan perokok (kode 0).
f. Pola makan/diet, yaitu pola konsumsi natrium dan lemak per minggu yang
diukur melalui total skor dari daftar pertanyaan yang berkaitan dengan
rendah (kode 0) bila total skor asupan natrium berkisar antara 1-17 dan total
skor asupan lemak antara 1-27, serta konsumsi tinggi (kode 1) bila total skor
asupan natrium antara 18-36 dan total skor asupan lemak antara 28-54.
yang menderita hipertensi. Keluarga yang dimaksud adalah kerabat tingkat atas
subjek, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, paman, dan bibi. Selanjutnya dibuat
skala nominal yaitu ada riwayat keluarga (kode 1) dan tidak ada riwayat
h. Riwayat penyakit adalah status subjek berkaitan dengan penyakit lain yang
melitus, asam urat, gagal ginjal, gagal jantung, jantung koroner, kolesterol
tinggi, dan stroke. Selanjutnya dibuat skala nominal untuk tidak ada penyakit
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
(kode 0), penyakit tunggal (kode 1), dan penyakit komplikasi (kode 2).
Sumber data dalam penelitian yaitu data primer berupa kuesioner dan
wawancara serta pemeriksaan fisik berupa pengukuran tekanan darah, tinggi dan
berat badan subjek. Pengukuran tekanan darah dilakukan sendiri oleh peneliti
pedoman pengukuran tekanan darah yang lazim. Jawaban subjek dan data
faktor risiko utama dengan menggunakan uji regresi logistik berganda metode
Backward Wald. Regresi logistik berganda merupakan jenis analisis statistik yang
lazim digunakan pada studi cross-sectional dengan beberapa faktor risiko untuk
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
numerik maupun nominal; dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotom
program SPSS Version 15.0. Adapun informasi yang akan diperoleh setelah
(undetected condition).
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
3.8 Alat dan Bahan Penelitian
a. Spygmomanometer
b. Stetoskop
Stetoskop yang digunakan dalam penelitian ini adalah stetoskop merk GEA.
Metline yang digunakan adalah jenis plastic tape measuring merk butterfly
d. Timbangan
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nama Nagari Bungo Tanjung berasal dari nama sebuah tumbuhan yaitu
Bungo Tanjuang (bunga tanjung). Batangnya sangat besar dan liat, memiliki
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan langka dan tidak banyak lagi dijumpai di
Tahun berdirinya Nagari Bungo Tanjung tidak diketahui dengan pasti, tapi
sesungguhnya Nagari Bungo Tanjung telah ada jauh sebelum zaman kolonialisme
Belanda. Keberadaan Nagari Bungo Tanjung sering diceritakan oleh para tetua
Menurut cerita rakyat, pada suatu ketika yang tidak diketahui dengan pasti
bawah pohon bunga tanjung. Musyawarah ini ditujukan untuk pembagian tanah
ulayat. Salah seorang ninik mamak menganjurkan patahlah bungo Tanjung yang
dimaksudkan sebagai alas duduk di atas tanah. Inilah asal mula nama Pitalah,
Bungo Tanjung, dan Tanjung Barulak Ilia (sekarang lebih dikenal dengan
Tanjung Barulak).
(satu adat) yang dikenal dengan Pangulu Anam Baleh (5 di Bungo Tanjung, 5 di
Pitalah, dan 6 di Tanjung Barulak). Sesama suku di tiga nagari ini tidak boleh
menikah. Begitu juga dengan acara Batagak Pangulu, kepala kerbau diberikan
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Secara geografis, saat ini Nagari Bungo Tanjung terletak di kecamatan
Batipuh, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat, memiliki luas daerah 18 km2 .
adalah 4.644 jiwa terdiri dari 2.290 jiwa pria dan 2.354 jiwa wanita. Mata
pegawai negeri. Agama yang dianut adalah agama Islam. Suku kaum dalam
(setingkat Kepala Desa) yang saat ini dijabat oleh M. Dt. Sinaro Batuah, S.Ag
untuk periode 2009-2015. Setiap jorong dalam nagari dipimpin oleh seorang Wali
Jorong (setingkat kepala dusun). Nagari Bungo Tanjung terdiri dari tujuh jorong,
yaitu Jorong Balai Akad, Jorong Haru, Jorong Jambak, Jorong Ampia Rayo,
Jorong Padang Kunyit, Jorong Guguk Nyaring, dan Jorong Kapuh. Segala urusan
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
SMA/Sederajat; 30,03% bekerja sebagai wiraswasta; dan 53,47% memiliki
yang telah dibagikan, diperoleh bahwa 78 ( 25%) dari 303 orang subjek yang
diteliti merupakan penderita hipertensi, tetapi tidak ada satu pun kejadian
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
hipertensi yang tidak terdeteksi. Gambaran umum kondisi tekanan darah subjek
Tekanan Darah
Tidak
No Gambaran Klinis Hipertensi Total %
Hipertensi
Jumlah % Jumlah %
1 Merasakan gejala
Pernah 165 69,92 71 30,08 236 77,89
Tidak Pernah 60 89,55 7 10,45 67 22,11
2 Respon terhadap gejala*
A 56 66,67 28 33,33 84 35,59
B 25 48,08 27 51,92 52 22,03
C 26 81,25 6 18,75 32 13,56
D 0,00 3 100,00 3 1,27
E 10 76,92 3 23,08 13 5,51
F 40 90,91 4 9,09 44 18,64
G 8 100,00 0 0,00 8 3,39
3 Memeriksa Tekanan Darah
Pernah 205 72,44 78 27,56 283 93,40
Tidak Pernah 20 100,00 0 0,00 20 6,60
4 Diagnosis Tekanan Darah Tinggi
Pernah 25 24,27 78 75,73 103 36,40
Tidak Pernah 180 100,00 0 0,00 180 63,60
5 Menerima Pengobatan
Pernah 25 24,27 78 75,73 103 100,00
Tidak Pernah 0 0,00 0 0,00 0 0,00
6 Pengobatan Rutin
Iya 0 0,00 20 100 20 19,42
Tidak 25 30,12 58 69,88 83 80,58
7 Alasan Tidak Berobat Rutin**
A 0 0,00 13 100,00 13 15,66
B 0 0,00 11 100,00 11 13,25
C 0 0,00 0 0,00 0 0,00
D 0,00 8 100,00 8 9,64
Lainnya 25 49,02 26 50,98 51 61,45
*Keterangan: A (berobat ke puskesmas/rumah sakit), B (berobat ke dokter/dokter spesialis), C
(membeli obat sakit kepala di warung/toko obat), D (membeli obat penurun tekanan darah di toko obat),
E (membuat obat/ramuan alami untuk menghilangkan rasa sakit), F (beristirahat), G (dibiarkan saja).
**Keterangan: A (biaya berobat mahal), B (tidak mau berpantangan makan/selera), C (tidak suka
dengan rasa obat/selalu muntah jika minum obat), D (memilih obat kampung), E (lainnya seperti malas
dan merasa telah sehat).
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
(30,08%) di antaranya merupakan penderita hipertensi. Subjek hipertensi
b. secara umum respon subjek terhadap gejala yang mereka rasakan adalah
pada subjek yang menderita hipertensi, namun jumlahnya tidak berbeda jauh
c. 93,40% dari subjek mengaku pernah memeriksakan tekanan darah. Hal ini
d. sebanyak 283 subjek yang pernah memeriksakan tekanan darah, 103 orang
e. dari 103 orang subjek yang pernah didiagnosis hipertensi diketahui ternyata
minimal dua kali pada waktu yang berbeda dan perbedaan tekanan darah di
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
f. hanya 20 orang (19,42%) subjek yang menjalani pengobatan rutin untuk
rutin dari pihak medis dengan berbagai alasan. Hal ini menunjukkan bahwa
g. alasan utama 58 orang subjek yang menderita hipertensi memilih untuk tidak
merasa sudah sehat, dan tidak pernah lagi merasakan kondisi tekanan darahnya
hanya akan berobat bila kondisinya cukup parah dan perlu pengobatan segera.
perbedaannya, tapi sebaliknya tidak ada satu pun yang memilih alasan C. Hal
ini berarti tidak ada hubungannya dengan kondisi fisiologis subjek untuk
Tekanan Darah
Tidak Hipertensi Hipertensi
%
% %
Kelompok % terhadap % terhadap
terhadap terhadap Total Nilai p
Usia total terhadap total
Jumlah total Jumlah total
kelompok total subjek
tidak kelompok
usia hipertensi
hipertensi usia
40 104 46,22 96,30 4 5,13 3,70 108 35,64
> 40 121 53,78 62,05 74 94,87 37,95 195 64,36 0,000
Total 225 100,00 74,26 78 100,00 25,74 303 100,00
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Berdasarkan Tabel 4.3 nampak bahwa jumlah subjek dengan usia > 40 tahun lebih
banyak dibandingkan dengan usia 40 tahun, hal ini sesuai dengan data statistik
KB Kec. Batipuh bahwa penduduk Bungo Tanjung sebagian besar berusia di atas
40 tahun. Kejadian hipertensi lebih banyak dialami oleh subjek pada kelompok
usia > 40 tahun. Hal ini berarti bahwa risiko hipertensi semakin meningkat seiring
pertambahan usia.
Hasil analisis bivariat dengan Chi-square Test antara variabel usia dengan
Tekanan Darah
Tidak Hipertensi Hipertensi
%
%
Jenis % % % terhadap
terhadap Total Nilai p
Kelamin terhadap terhadap terhadap total
Jumlah total Jumlah
total jenis total total jenis subjek
tidak
kelamin hipertensi kelamin
hipertensi
Pria 106 47,11 80,30 26 33,33 18,94 132 43,56
Wanita 119 52,89 69,59 52 66,67 30,41 171 56,44 0,034
Total 225 100,00 74,26 78 100,00 25,74 303 100,00
Berdasarkan Tabel 4.4 nampak bahwa secara umum subjek adalah wanita
(56,44%) dan kejadian hipertensi lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan
pria; dengan persentase 66,67% pada wanita dan 33,33% pada pria.
secara statistik (nilai p < 0,05), sehingga faktor jenis kelamin berhubungan
dengan hipertensi.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
4.4.3 Faktor Merokok
Secara umum subjek penelitian ini adalah bukan perokok (65,02%) dan
kejadian hipertensi pun lebih banyak dialami oleh subjek yang bukan perokok
data ini terlihat bahwa penderita hipertensi umumnya adalah bukan perokok
(Tabel 4.5).
Tekanan Darah
Tidak Hipertensi Hipertensi
%
% % %
Konsumsi % terhadap
terhadap terhadap terhadap Total Nilai p
Rokok terhadap total
Jumlah total total Jumlah total
total subjek
tidak konusmsi konsumsi
hipertensi
hipertensi rokok rokok
Bukan
154 68,44 78,17 43 55,13 21,83 197 65,02
Perokok
0,034
Perokok 71 31,55 66,98 35 44,87 33,02 106 34,98
Total 225 100,00 74,26 78 100,00 25,74 303 100,00
secara statistik (nilai p < 0,05), sehingga faktor merokok berhubungan dengan
hipertensi.
(93,4%) dan semua subjek yang mengkonsumsi alkohol tidak menderita hipertensi
(Tabel 4.6).
Tekanan Darah
Tidak Hipertensi Hipertensi
%
% % %
Konsumsi % terhadap
terhadap terhadap terhadap Total Nilai p
Alkohol terhadap total
Jumlah total total Jumlah total
total subjek
tidak konsumsi konsumsi
hipertensi
hipertensi alkohol alkohol
Tidak 205 68,44 72,44 78 100,00 27,56 283 93,40
Ya 20 31,55 100,00 0 0.00 0,00 20 6,60 0,006
Total 225 100,00 74,26 78 100,00 25,74 303 100,00
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Hasil analisis bivariat dengan Chi-square Test antara variabel konsumsi
secara statistik (nilai p < 0,05), sehingga faktor konsumsi alkohol berhubungan
dengan hipertensi.
Tanjung tidak mengalami obesitas, yaitu sebanyak 67,33% dari seluruh subjek
lebih tinggi (67,95%) dibandingkan subjek yang tidak mengalami obesitas (Tabel
4.7).
Tekanan Darah
Tidak Hipertensi Hipertensi
%
Kategori % %
% % terhadap
Berat terhadap terhadap Total Nilai p
terhadap terhadap total
Badan Jumlah total total Jumlah
total total berat subjek
tidak berat
hipertensi badan
hipertensi badan
Tidak
179 79,56 87,75 25 32,05 12,25 204 67,33
Obesitas
0,000
Obesitas 46 20,44 46,46 53 67,95 53,54 99 32,67
Total 225 100,00 74,26 78 100,00 25,74 303 100,00
statistik (nilai p < 0,05), sehingga faktor obesitas berhubungan dengan hipertensi.
natrium di daerah Bungo Tanjung cukup tinggi (53,47%), tetapi sangat sedikit
konsumsi natrium di daerah ini merata. Namun, jumlah subjek yang menderita
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
hipertensi dengan tingkat konsumsi natrium tinggi lebih banyak, yaitu 75 orang
(96,15%), dibandingkan subjek dengan tingkat konsumsi natrium rendah. Hal ini
berarti bahwa subjek yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah yang tinggi
Tekanan Darah
Tidak Hipertensi Hipertensi
%
% % %
Konsumsi % terhadap
terhadap terhadap terhadap Total Nilai p
Natrium terhadap total
Jumlah total total Jumlah total
total subjek
tidak konsumsi konsumsi
hipertensi
hipertensi natrium natrium
Rendah 138 61,33 97,87 3 3,85 2,13 141 46,53
Tinggi 87 38,67 53,70 75 96,15 46,30 162 53,47 0,000
Total 225 100,00 74,26 78 100,00 25,74 303 100,00
bermakna secara statistik (nilai p < 0,05), sehingga faktor konsumsi natrium
Bungo Tanjung merata. Namun kejadian hipertensi lebih banyak dialami subjek
Tekanan Darah
Tidak Hipertensi Hipertensi
%
% % %
Konsumsi % terhadap
terhadap terhadap terhadap Total Nilai p
Natrium terhadap total
Jumlah total total Jumlah total
total subjek
tidak konsumsi konsumsi
hipertensi
hipertensi lemak lemak
Rendah 127 56,44 98,45 2 2,56 1,55 129 42,57
Tinggi 98 43,56 56,32 76 97,44 43,68 174 57,43 0,000
Total 225 100,00 74,26 78 100,00 25,74 303 100,00
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Hasil analisis bivariat dengan Chi-square Test antara variabel tingkat
bermakna secara statistik (nilai p < 0,05), sehingga faktor konsumsi lemak
dalam keluarga sangat besar, yaitu 87,2%; sedangkan yang tidak memiliki riwayat
hipertensi dalam keluarga hanya 12,8%. Hal ini berarti bahwa faktor riwayat
4.10).
secara statistik (nilai p < 0,05), sehingga faktor riwayat keluarga berhubungan
dengan hipertensi.
lebih banyak dibandingkan dengan yang menderita penyakit. Namun 33% dari
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
degeneratif yang diderita; dan kejadian hipertensi pada subjek tersebut cukup
besar, yaitu 21,79% dari seluruh subjek yang menderita hipertensi (Tabel 4.11).
Artinya, lebih kurang seperlima dari penderita hipertensi tidak mengetahui adanya
merupakan penderita hipertensi (Tabel 4.11). Hal ini berarti bahwa adanya
Tekanan Darah
Tidak Hipertensi Hipertensi
%
% % % %
Riwayat terhadap
terhadap terhadap terhadap terhadap Total Nilai p
Penyakit total
Jumlah total total Jumlah total total
subjek
tidak riwayat hipertensi riwayat
hipertensi penyakit penyakit
Tidak ada 101 44,89 81,45 23 29,49 18,55 124 40,92
Tidak tahu 85 37,78 85,00 15 19,23 15,00 100 33,00
Penyakit
37 16,44 63,79 21 26,92 36,21 58 19,14
Tunggal 0,000
Penyakit
2 0,89 9,52 19 24,36 90,48 21 6,93
Komplikasi
Total 225 100,00 74,26 78 100,00 25,74 303 100,00
secara statistik (nilai p < 0,05), sehingga faktor riwayat penyakit berhubungan
dengan hipertensi.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Secara umum, rangkuman hasil analisis bivariat beberapa variabel yang
berhubungan dengan kondisi tekanan darah subjek ditunjukkan pada Tabel 4.12.
variabel tersebut dan untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh, maka
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
seluruh variabel independen dianalisis secara multivariat dengan regresi logistik
kondisi tekanan darah dengan metode Backward Wald ditunjukkan pada Tabel
4.13.
Tabel 4.13 Hasil uji regresi logistik ganda metode backward wald
beberapa variabel yang berhubungan dengan
kondisi tekanan darah subjek
95% Confidence
Signifi- Exp (B)
Variabel yang Interval (CI) untuk
B SE Wald kansi / Odds
berpengaruh Exp (B)
(P) Ratio
Lower Upper
Usia 2,875 0,664 18,720 0,000 17,726 4,819 65,195
Jenis Kelamin 1,674 0,676 6,138 0,013 5,333 1,419 20,050
Konsumsi Rokok 1,934 0,683 8,011 0,005 6,920 1,813 26,417
Konsumsi Alkohol -20,696 7371,912 0,000 0,998 0,000 0,000 -
Obesitas 1,115 0,489 5,198 0,023 3,051 1,169 7,959
Konsumsi Natrium 1,733 0,824 4,427 0,035 5,660 1,126 28,449
Konsumsi Lemak 2,168 1,020 4,519 0,034 8,743 1,184 64,546
Riwayat Keluarga 2,068 0,544 14,468 0,000 7,912 2,725 22,971
Riwayat Penyakit - - 5,868 0,118 - - -
Penyakit Tunggal -0,061 0,540 0,013 0,910 0,941 0,326 2,711
Penyakit 283,209
3,077 1,311 5,509 0,019 21,690 1,661
Komplikasi
Tidak tahu 0,166 0,555 0,090 0,765 1,181 0,398 3,508
Konstan -10,259 1,525 45,251 0,000 0,000 - -
-2 log L = 137,780
Cox and Snell R Square = 0,496
Nagelkerke R Square = 0,730
Sumber: Hasil penelitian diolah
subjek. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kondisi tekanan darah subjek
adalah variabel usia (Wald = 18,720) kemudian diikuti oleh variabel riwayat
keluarga (Wald = 14,468). Model persamaan statistik yang diperoleh dari hasil
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
p
ln = -10,529 + 2,875 usia + 1,674 jenis kelamin + 1,934 konsumsi rokok +
1- p
1,115 obesitas + 1,733 konsumsi natrium + 2,168 konsumsi lemak
+ 2,068 riwayat keluarga + 3,077 penyakit komplikasi
4.6 Pembahasan
pengaruh yang paling besar terhadap kejadian hipertensi. Risiko untuk mengalami
hipertensi bagi subjek berusia > 40 tahun adalah 17,726 kali lebih besar
usia, maka tekanan darah juga akan meningkat yang disebabkan beberapa perubahan
fisiologis. Setelah usia 45 tahun terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas
simpatik. Dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan
zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik (TDS) meningkat karena
kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan usia sampai
dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik (TDD) meningkat sampai dekade
kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Di samping itu,
pada usia lanjut sensitivitas pengatur tekanan darah yaitu refleks baroreseptor mulai
berkurang, demikian juga halnya dengan peran ginjal, di mana aliran darah ginjal dan
Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Anderson (1999), yang
menemukan bahwa TDS dan TDD meningkat seiring dengan bertambahnya usia
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
dan bahwa TDS akan terus meningkat setelah dekade ketujuh sementara TDD
tidak lagi mengalami peningkatan. Dalam penelitian ini juga diteliti hubungan
usia dengan kadar renin plasma, norepinefrin, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan
dengan meningkatnya usia maka kadar renin plasma akan berkurang sedangkan
Dengan bertambahnya IMT, maka kadar kreatinin klirens akan meningkat yang
sedangkan kadar renin plasma makin berkurang dengan bertambahnya IMT. Hasil
penelitian Anderson tersebut juga sesuai dengan penelitian Kaplan (1964) yang
plasma.
dan PON1.
risiko aterosklerosis dan jantung koroner karena dapat mencegah transfer protein
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
dengan mempengaruhi ekspresi gen terikat p53-Noxa. Gen lainnya yang
ini diaktifkan secara transkripsi oleh kerusakan DNA dan mungkin juga berperan
2005).
hipertensi bagi wanita adalah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan pria. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Sugiri di Jawa Tengah, di mana prevalensi
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut di mana jumlah hormon estrogen tersebut makin
berkurang secara alami seiring dengan meningkatnya usia, yang umumnya mulai
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
4.6.3 Hubungan Merokok dengan Hipertensi
hipertensi bagi subjek perokok adalah 6,9 kali lebih besar dibandingkan dengan
yang bukan perokok. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa tekanan darah pada perokok lebih tinggi daripada
bukan perokok, seperti pada penelitian Elliot and Simpson, 1980; Dyer et al.,
1982; Bolinder and de Faire, 1998; Bowman, et al., (2004), dan Dochi, et al.,
(2009). Tetapi di sisi lain juga terdapat banyak penelitian yang menunjukkan
Rosengren and Wilhelmsen, 1987; Green, et al., 1991; Imamura, et al., 1996;
berat badan. Selain itu, kotinin yang merupakan metabolit utama nikotin juga
demikian, hubungan merokok dengan tekanan darah hingga saat ini masih
diperoleh peningkatan yang signifikan terhadap risiko hipertensi pada wanita yang
inflamasi. Baik pada mantan perokok maupun perokok aktif terjadi peningkatan
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
mengakibatkan disfungsi endotelium, kerusakan pembuluh darah, ataupun
terjadinya pembentukan plak, dan kekakuan pada dinding arteri yang berujung
Sementara itu, dari penelitian Dochi, et al., (2009) di Jepang yang terpusat
pada tiga titik obeservasi yaitu hipertensi (TDS 140 mmHg dan TDD 90
mmHg), hipertensi sistolik (TDS 140 mmHg ) dan hipertensi diastolik (TDD
hipertensi sistolik, tetapi tidak dengan hipertensi diastolik. Rasio perokok dan
bukan perokok adalah 1,13 pada penderita hipertensi (CI 95%: 1,03 - 1,23) dan
1,15 pada penderita hipertensi sistolik (CI 95%: 1,05 - 1,25). Sebagai tambahan,
beberapa faktor lain yang juga merupakan risiko hipertensi seperti IMT, kolesterol
Penelitian lain yang juga sejalan dengan kedua studi di atas adalah
zat tersebut pada penderita hipertensi jauh lebih tinggi dibandingkan pada orang
normotensif dan demikian juga halnya pada penderita hipertensi yang merupakan
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
ketiga zat tersebut akan mengakibatkan kerusakan endotelium vaskular yang
hampir mendekati 1. Hal ini disebabkan karena dari seluruh subjek yang diteliti
dan mengkonsumsi alkohol tidak satu pun yang menderita hipertensi. Konsumsi
alkohol merupakan gaya hidup modern yang cenderung dilakoni oleh remaja dan
pedesaan seperti Bungo Tanjung gaya hidup yang demikian tidak begitu
hipertensi. Konsumsi secara berlebihan alkohol dan kafein yang terdapat dalam
minuman kopi, teh dan kola akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada
bekerja lebih cepat sehingga mengalirkan lebih banyak darah pada setiap detiknya
hipertensi bagi subjek yang tergolong obesitas adalah 3 kali lebih besar
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami obesitas. Obesitas berarti
disimpan dalam bentuk lemak pada jaringan sub kutan usus, jantung, paru-paru
dan hati sehingga menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak in aktif dan
jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
tekanan darah yang setara. Kegemukan dan obesitas disebabkan oleh pola makan
Para ahli kesehatan telah membukt ikan bahwa hal-hal yang menyebabkan
obese retensi natrium disebabkan oleh faktor genetik, namun berbagai penelitian
menemukan bahwa retensi natrium disebabkan karena pola makan dan gaya
hidup. Selain itu dapat diterangkan pula bahwa pada individu obese jumlah darah
yang beredar (cardiac output) dan reabsorbsi natrium di ginjal akan naik,
Lee, et al., (2005) menemukan hubungan yang sangat kuat antara IMT
dengan insiden hipertensi pada masyarakat Korea, yaitu pada subjek dengan IMT
> 27 dan risiko hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
4.6.6 Hubungan Konsumsi Natrium dengan Hipertensi
hipertensi bagi subjek yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah yang tinggi
adalah 5,6 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi
natrium dalam jumlah yang rendah. Natrium memiliki hubungan yang sebanding
maka akan terjadi peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
berbeda-beda.
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang
yang terletak di membran luminal seperti halnya pompa natrium yang terletak di
membran basolateral dan menyediakan energi untuk transpor tersebut. Selain itu
suatu zat endogen yang disebut digitalis-like factor yang identik dengan ouabain
sebagai respon terhadap asupan natrium yang tinggi. Pada penderita hipertensi
primer ditemukan kadar digitalis-like factor yang tinggi di dalam plasma dan
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
retensi natrium dengan cara meningkatkan aktivitas pompa natrium ginjal
hipertensi bagi subjek yang mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang tinggi
adalah 8,7 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang
bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh yang berasal
dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman
lambat sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompakan darah
TDD dan kadar LDL yang tinggi merupakan faktor penyebab terjadinya
stroke. Apabila tekanan darah tinggi diabaikan dan konsumsi lemak tidak
kolesterol tinggi juga memiliki risiko tinggi untuk menderita hipertensi dan dapat
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
4.6.8 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Hipertensi
hipertensi bagi subjek dengan riwayat keluarga hipertensi adalah 7,9 kali lebih
besar dibandingkan dengan subjek tanpa ada riwayat keluarga yang mengalami
terhadap natrium. Individu dengan riwayat orang tua hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak
2008).
gen yang terlibat dalam regulasi vaskular dan reabsorpsi natrium oleh ginjal. Efek
kompleks. Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan faktor genetik, di
mana banyak gen turut berperan pada perkembangan gangguan hipertensi. Faktor
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
genetik menyumbangkan 30% terhadap perubahan tekanan darah pada populasi
yang berbeda. Gen yang berperan pada patofisiologi hipertensi menurut Fisher
a. gen simerik yang mengandung promotor gen 11-hidroksilase dan gen urutan
b. saluran natrium endotel yang sensitif terhadap amilorid yang terdapat pada
komplikasi adalah 21,7 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang tidak
juga memiliki riwayat penyakit degeneratif lain seperti asam urat, diabetes
melitus, gagal ginjal, dan jantung koroner. Namun gambaran yang jelas mengenai
hubungan hipertensi dengan berbagai penyakit degeneratif lainnya hingga saat ini
masih diperdebatkan oleh para ahli kesehatan. Korelasi yang jelas hingga saat ini
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah
angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal
dan faktor lain seperti hormon, natrium, dan volume sirkulasi darah. Selain itu,
usia dan obesitas juga berperan dalam insiden hipertensi. Semakin tua seseorang,
aktivitas fisik akan berkurang yang bisa mengarah pada kegemukan dan obesitas.
Konsumsi lemak tinggi mengarah pada obesitas akan memaksa jantung dan organ
Tanjung adalah hasil interaksi dari beberapa faktor risiko. Apabila seseorang
memiliki lebih dari satu faktor risiko, maka kecenderungan menderita hipertensi
bagi orang tersebut lebih besar, sesuai dengan persamaan logistik yang diperoleh
dari penelitian.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
subjek antara lain; 22,77 % berusia 41-50 tahun; 56,44 % perempuan; 28,05 %
Gambaran klinis kondisi tekanan darah dari 303 subjek yang diteliti adalah
ketika didiagnosis hipertensi. Namun 25 orang dari 103 orang subjek yang pernah
17,726; CI 95% = 4,82 - 65,2). Risiko hipertensi 17 kali lebih tinggi pada
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
26,42), jenis kelamin (Wald = 6,138; OR = 5,333; CI 95% = 1,42 -
Risiko hipertensi 7,9 kali lebih tinggi pada subjek dengan riwayat keluarga
hipertensi; 6,9 kali lebih tinggi pada perokok; 5,3 kali lebih tinggi pada
wanita; 21,7 kali lebih tinggi pada subjek dengan riwayat penyakit
komplikasi; 3 kali lebih tinggi pada subjek obesitas; 8,7 kali lebih tinggi
pada subjek dengan tingkat konsumsi lemak tinggi; dan 5,7 kali lebih
c. dari 303 orang subjek yang diteliti tidak ditemukan penderita hipertensi di
5.2 Saran
hipertensi secara menyeluruh di setiap jorong yang ada di Nagari Bungo Tanjung
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
DAFTAR PUSTAKA
Adrogue, H.J., and Madias, N.E. (2007). Sodium and Potassium in the
Pathogenesis of Hypertension. The New England Journal of Medicine.
356: p1966-1978
http://content.nejm.org/cgi/reprint/356/19/1966.pdf
Diakses: 15 April 2009, pukul 16.17 WIB.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Anggraini, A.D., Annes Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan,
S.S. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008.
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmed-faktor-
yang-berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf
Diakses: 25 Mei 2009, pukul 14.38 WIB.
Boelaert, M., Davis, A., LeLin, B., Michelet, M.J., Ritmeijer, K., Der Kam, S.V.,
and Vautier, F. (1995). Nutrition Guidelines. 1st Edition. Medecins Sans
Frontieres. Paris. Hal. 49-51.
Bowman, T.S., Gaziano, J.M., Buring, J.E., and Sesso, H.D. (2004).
A Prospective Study of Cigarette Smoking and Risk of Incident
Hypertension in Women. Available at:
http://www.fondazionecuore.it/PremioStresa%5C6.%20BOWMAN%20T
ESTO.pdf
Diakses: 7 Agustus 2009, pukul 11.55 WIB.
Dochi, M., Sakata, K., Oishi, M., Tanaka, K., Kobayashi, E., and Suwazono, Y.
(2009). Smoking as an Independent Risk Factor for Hypertension: A 14-
Year Longitudinal Study in Male Japanese Workers. Tohoku J. Exp. Med,
217, p 37-43
http://www.jstage.jst.go.jp/article/tjem/217/1/37/_pdf
Diakses: 10 Agustus 2009, pukul 11.46 WIB.
Ghazali, M.V., Sastromihardjo, S., Soedjarwo, S.R., Soelaryo, T., dan Pramulyo,
H. (2006). Studi Cross-Sectional. dalam: Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Ed. Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael. Edisi
Kedua. Cetakan Kedua. CV. Agung Seto. Jakarta. Hal. 97-98, 106.
Kaplan, N.M., and Silah, J.K. (1964). The Effect of Angiotensin II on the Blood
Pressure in Humans with Hypertensive Disease. Journal of Clinical
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Investigation. Vol. 43. No. 4. p 659-669.
http://hyper.ahajournals.org/cgi/reprint/36/2/226?maxtoshow=&HITS=10
&hit=10&RESULTFORMAT=&fulltext=Hypertension+in+Elderly+NM+
Kaplan&searchid=1&FIRSTINDEX=10&resourcetype=HWCIT
Diakses: 15 Mei 2009, pukul 10.25 WIB.
Lee, S.H., Kim, Y.K., Sunwoo, S., and Huh, B.Y. (2005). A Retrospective Cohort
Study on Obesity and Hypertension Risk among Korean Adults. Korean
Medical Science. Vol.20. p 188-195.
http://www.kafm.or.kr/file/paper/2005_lee.pdf
Diakses: 10 Agustus 2009, pukul 11.39 WIB.
National High Blood Pressure Education Program. (2003). The Seventh Report of
The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. NIH Publication.
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf
Diakses: 25 Mei 2009, pukul 15.25 WIB.
Strauss, E., Gluszek, J., Pawlak, A.L. (2005). Age and Hypertension Related
Changes in Genotypes of MTHFR 677C > T, 1298A > C and PON1-108C
> T Snps In Men With Coronary Arteri Disease. Journal of Physiology and
Pharmacology, Vol. 56, Supp 2, p 65-75.
http://www.jpp.krakow.pl/journal/archive/0305_s2/pdf/65_0305_s2_articl
e.pdf
Diakses: 10 Agustus 2009, pukul 11.42 WIB.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Tjay, T.H. & Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting; Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Penerbit PT Elex
Media Komputindo. Jakarta. Hal. 509-510.
Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi Ketiga. Graha
Ilmu. Yogyakarta. Hal. 257-270.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Lampiran 1. Hasil Analisis Bivariat Beberapa Variabel Bebas terhadap Kondisi
Tekanan Darah Subjek dengan Menggunakan Uji Chi-Square
pada Program SPSS
Crosstabs
Ca se P rocessing Sum ma ry
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kelompok Umur * Kondisi
303 100,0% 0 ,0% 303 100,0%
Tekanan Darah
Jenis K elamin * Kondis i
303 100,0% 0 ,0% 303 100,0%
Tekanan Darah
Konsumsi Rok ok *
303 100,0% 0 ,0% 303 100,0%
Kondis i Tekanan Darah
Konsumsi Alkohol *
303 100,0% 0 ,0% 303 100,0%
Kondis i Tekanan Darah
Obesit as * Kondisi
303 100,0% 0 ,0% 303 100,0%
Tekanan Darah
Tingkat Konsumsi
Natrium * K ondisi 303 100,0% 0 ,0% 303 100,0%
Tekanan Darah
Tingkat Konsumsi Lemak
303 100,0% 0 ,0% 303 100,0%
* K ondisi Tekanan Darah
Riwayat K eluarga *
303 100,0% 0 ,0% 303 100,0%
Kondis i Tekanan Darah
Riwayat P enyakit *
303 100,0% 0 ,0% 303 100,0%
Kondis i Tekanan Darah
Chi-Square Tests
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Jenis Kelamin * Kondisi Tekanan Darah
Crosstab
Chi-Square Tests
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Obesitas * Kondisi Tekanan Darah
Crosstab
Chi-Square Tests
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Riwayat Keluarga * Kondisi Tekanan Darah
Crosstab
Chi-Square Tests
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Riwayat Penyakit * Kondisi Tekanan Darah
Crosstab
As ymp. Si g.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-S quare 58,752a 3 ,000
Lik elihood Rati o 53,004 3 ,000
Linear-by-Linear
4,245 1 ,039
As soc iation
N of V alid Cases 303
a. 0 c ells (,0% ) have expected count less than 5. The
mi nimum expected count is 5,41.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Lampiran 2. Hasil Analisis Multivariat Beberapa Variabel yang Berhubungan
dengan Kondisi Tekanan Darah Subjek Menggunakan Regresi
Logistik Berganda Metode Backward Wald pada Program SPSS
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Anal ysis 303 100,0
Mis sing Cases 0 ,0
Total 303 100,0
Unselected Cas es 0 ,0
Total 303 100,0
a. If weight is in effect, s ee class ification table for the total
number of cases.
Parameter coding
Frequency (1) (2) (3)
Riwayat Penyakit Tidak ada 124 ,000 ,000 ,000
Penyakit Tunggal 58 1,000 ,000 ,000
Penyakit Komplikasi 21 ,000 1,000 ,000
Tidak tahu 100 ,000 ,000 1,000
Jenis Kelamin Laki-laki 132 ,000
Perempuan 171 1,000
Konsumsi Rokok Tidak 197 ,000
Ya 106 1,000
Konsumsi Alkohol Tidak 283 ,000
Ya 20 1,000
Obesitas Tidak 204 ,000
Ya 99 1,000
Tingkat Konsumsi Rendah 141 ,000
Natrium Tinggi 162 1,000
Riwayat Keluarga Tidak ada 114 ,000
Ada 189 1,000
Tingkat Konsumsi Rendah 129 ,000
Lemak Tinggi 174 1,000
Kelompok Umur < 40 tahun 108 ,000
> 40 tahun 195 1,000
Predic ted
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Va riables not in the Equa tion
Sc ore df Sig.
St ep Variables Umur(1) 42,640 1 ,000
0 Gender(1) 4,472 1 ,034
Merok ok(1) 4,516 1 ,034
Alkohol(1) 7,423 1 ,006
Obesit as(1) 59,418 1 ,000
Natrium(1) 76,936 1 ,000
Lemak (1) 68,777 1 ,000
Genetik(1) 27,535 1 ,000
Penyakit 58,752 3 ,000
Penyakit(1) 4,109 1 ,043
Penyakit(2) 49,463 1 ,000
Penyakit(3) 9,011 1 ,003
Overall Statistics 155,709 11 ,000
Chi-square df Si g.
St ep 1 St ep 207,850 11 ,000
Bl ock 207,850 11 ,000
Model 207,850 11 ,000
St ep 2a St ep -12,457 1 ,000
Bl ock 195,394 10 ,000
Model 195,394 10 ,000
a. A negative Chi -squares val ue indicates that the
Chi-squares value has dec reas ed from the
previous s tep.
Classification Table a
Predicted
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Va riables in the Equa tion
b
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 2a Variabl es Alkohol(1) 9,070 1 ,003
Overall Statistics 9,070 1 ,003
a. Variabl e(s) rem oved on s tep 2: Alkohol.
b. Adding the mos t significant variable will res ult i n a m odel which dupli cates a
pri or m odel .
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang hal-hal yang
menjadi faktor resiko atau penyebab utama hipertensi di Bungo Tanjuang. Hasil
dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah dalam
upaya pencegahan hipertensi dan penatalaksanaannya di Nagari Bungo Tanjuang.
BAGIAN I
Isi dan jawablah daftar pertanyaan berikut ini dengan menuliskan tanda () pada
kotak.
1. Umur Anda:
22 30 tahun 51 60 tahun
31 40 tahun 60 tahun ke atas
41 50 tahun
2. Jenis kelamin Anda:
Laki-laki Perempuan
3. Pendidikan terakhir Anda:
Tidak tamat SD/Sederajat Tamat SMA/MA/SMK/STM/Sederajat
Tamat SD/Sederajat Tamat Sarjana/Diploma
Tamat SMP/MTs/Sederajat
4. Pekerjaan Anda:
Petani/Buruh Tani Pegawai Negeri
Sopir Pegawai Swasta
Tukang/buruh kayu Pelajar/Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga Tidak bekerja
Wiraswasta/Dagang Lainnya (tuliskan) : ..
5. Penghasilan Anda dalam sebulan:
Kurang dari Rp. 500.000,- Rp. 2.500.000,- sampai
Rp. 3.500.000,-
Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.500.000,- Rp. 3.500.000,- sampai
Rp. 5.000.000,-
Rp. 1.500.000,- sampai Rp. 2.500.000,- Lebih dari Rp. 5.000.000,-
6. Apakah Anda merokok?
Ya Tidak (langsung ke No.8)
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
9. Tinggi Badan Anda : .. cm
10. Berat Badan Anda : .. kg
11. Tekanan Darah Anda : / mmHg
12. Dari daftar makanan berikut, seberapa sering Anda memakannya dalam
seminggu? Berikan tanda () pada kolom yang sesuai dengan jawaban Anda.
Jika tidak setiap minggu, tuliskan jawaban Anda pada kolom LAINNYA,
misalnya sekali 2 minggu atau sekali sebulan.
Banyaknya mengkonsumsi dalam seminggu
No Jenis makanan Setiap 4-5 3 2 1 Tidak Lainnya
hari hari hari hari hari pernah
Nasi
Kentang
1 Ubi
Roti
Mie
Tahu
Tempe
Jengkol
Kacang-kacangan
2 Ikan asin
Ikan air tawar
Ikan dan makanan
laut
Ayam
Daging sapi
Jeroan
Daging kambing
Masakan digulai
Masakan digoreng
Masakan
3
dipanggang
Masakan yang
digoreng dengan
minyak sisa
Telur
Susu
Bayam, tomat,
4 kangkung, kol,
wortel, sawi
Pepaya, apel,
5 belimbing, jeruk,
semangka, mangga
Penyedap rasa
Ikan sarden
6 Minuman kaleng
Makanan ringan
yang asin
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
BAGIAN II
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf
yang menjadi pilihan jawaban Anda atau dengan menuliskan jawaban pada titik-
titik yang tersedia.
1. Pernahkah Anda mendengar istilah darah tinggi?
a. Pernah b. Tidak (langsung ke No.3)
2. Adakah keluarga dekat Anda (ayah, ibu, mamak, etek, nenek, dsb) yang
menderita darah tinggi?
a. Ada b. Tidak
3. Di antara penyakit berikut, manakah yang Anda alami saat ini? (Jika lebih
dari satu penyakit, berikan tanda (X) pada setiap hurufnya)
a. Diabetes mellitus (gula) f. Kolesterol tinggi
b. Asam urat g. Stroke
c. Gagal ginjal h. Tidak tahu
d. Gagal jantung i. Tidak ada
e. Jantung koroner
4. Pernahkah Anda merasa mudah marah, pusing, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, dan sukar tidur?
a. Pernah b. Tidak (lanjut ke No.6)
5. Lalu apa yang Anda lakukan? (Pilih salah satu jawaban saja)
a. Berobat ke puskesmas/rumah sakit
b. Berobat ke dokter spesialis/dokter yang Anda percaya
c. Membeli obat sakit kepala di warung/toko obat
d. Membeli obat penurun tekanan darah di toko obat
e. Membuat obat alami/ramuan alami untuk menghilangkan rasa sakit
f. Beristirahat
g. Dibiarkan saja
6. Pernahkah Anda memeriksakan tekanan darah ke dokter/ bidan/ perawat/
mantari?
a. Pernah (lanjut ke No.8) b. Tidak
7. Kenapa Anda tidak memeriksakannya?
Jawab .... (lanjutkan ke No.13)
8. Pernahkah dokter/bidan/perawat yang memeriksa mengatakan bahwa tekanan
darah Anda tinggi?
a. Pernah b. Tidak (lanjut ke No.13)
9. Pernahkah Anda menerima pengobatan darah tinggi dari dokter/ bidan/
perawat/ mantari?
a. Pernah (lanjut ke No.11) b. Tidak
10. Kenapa Anda tidak menerima pengobatan tersebut? (Pilih sau jawaban saja
lalu lanjutkan ke No.13)
a. Obatnya mahal
b. Obat kampung lebih bagus
c. Obatnya tidak tersedia di puskesmas/apotik rumah sakit
d. Lainnya (tuliskan) .
11. Apakah sekarang Anda sedang menjalani pengobatan rutin untuk mengobati
darah tinggi?
a. Iya (lanjut ke No.13) b. Tidak
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
12. Kenapa Anda tidak melanjutkan pengobatan darah tinggi Anda?
a. Biaya berobat mahal
b. Tidak mau berpantangan makan/selera, karena dokter sering melarang
makan/minum sesuatu
c. Tidak suka dengan rasa obat/ selalu muntah jika minum obat
d. Berobat ke dokter/bidan itu terlalu lama sembuhnya, jadi lebih baik obat
kampung saja.
e. Lainnya (tuliskan)
13. Terima kasih banyak atas partisipasi Anda mengisi kuesioner ini. Semoga
penelitian ini terlaksana dengan baik dan memberikan banyak manfaat kepada
masyarakat Bungo Tanjuang di masa yang akan datang. Jagalah kesehatan
Anda dengan mengurangi makanan berlemak dan banyak mengandung garam,
tidak merokok dan minum alkohol, serta banyak-banyaklah makan buah-
buahan dan sayur-sayuran.
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Lampiran 4. Surat Izin Pengambilan Data di RSUD Padangpanjang
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian di Nagari Bungo Tanjuang
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Lampiran 6. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di Nagari
Bungo Tanjung
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.
Lampiran 7. Peta Nagari Bungo Tanjung
Syukraini Irza : Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat,
2009.