Anda di halaman 1dari 9

Kata pengantar

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul Hukum melaksanakan ibadah puasa dan
hikmahnya bagi ummat islam, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bilamana isi
makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT
memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Semoga makalah ini bermanfaat.

Amin

Yogyakarta, 10 Maret 2013

Penulis

Daftar isi
Pengantar penulis 2

Daftarisi 3

Bab I Pendahuluan 4

1. Latar belakang masalah 4


2. Pokok masalah 4
3. Tujuan 5
4. Isi yang akan diuraikan 5
Bab II Isi Makalah 6

1. Definisi puasa 6
2. Macam-macam puasa dari segi hukum 6
3. Syarat wajib puasa 9
4. Syarat syah puasa 10
5. Rukun-rukun puasa 10
6. Hal-hal yang membatalkan puasa dan mengurangi nilai puasa 10
7. Adab-adab berpuasa 12
8. Halangan puasa 13
9. Hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa 15
10. Meng-qadha puasa Ramadhan 15
11. Hikmah puasa 17
Bab III Kesimpulan 19

Bab IV Daftar Pustaka 20

BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah satunya ialah puasa, yang mana
puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib
melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat islam yang tidak melaksanakannya, karena apa? Itu
semua karena mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga masih banyak
yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan benar.
Banyak orang-orang yang melakasanakan puasa hanya sekedar melaksanakan, tanpa mengetahui syarat sahnya
puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Hasilnya,pada saat mereka berpuasa mereka hanyalah mendapatkan
rasa lapar saja. Sangatlah rugi bagi kita jika sudah berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala. Seperti yang
dikatakan hadits: urung rampung

Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu puasa, manfaat puasa, hikmah puasa,
dan alasan mengapa kita wajib menjalankannya.

1. Pokok Masalah
Sebagai orang muslim sangatlah wajib bagi kita untuk mengetahui, bahkan untuk paham betul apa itu puasa,
sarat sahnya puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, dan manfaat, serta hikmah puasa bagi kita.

Dan berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka kami mendapatkan beberapa pokok
permasalahan di dalam pembahasan ini. Diantaranya ialah:

Penyebab orang-orang tidak menjalankan ibadah puasa

Berpuasa tanpa mengetahui apa syarat dan ketentuan puasa

Bagaimana cara berpuasa tanpa mengurangi aktivitas kita

Tidak mengetahui fidyah yang akan dibayar jika meninggalkan puasa

1. Tujuan makalah
Adapun tujuan dari makalah ini kami buat adalah :

Agar ummat islam selalu melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan benar.

Bisa melaksanakan puasa dengan ikhlas

Untuk mengetahui semua hal yang membahas tentang puasa dan bersangkut paut dengan puasa

1. Isi yang diuraikan


Pengertian puasa secara bahasa dan syari.

Rukun dan syarat puasa

Hal-hal yang membatalkan dan yang mengurangi puasa nilai puasa

Adab berpuasa

Macam-macam puasa

Halangan puasa

Hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa

Meng-qadha puasa Ramadhan

Hikmah puasa
BAB II
ISI MAKALAH
A. DEFINISI PUASA
Shaum (puasa) berasal dari kata bahasa arab yaitu shaama-yashuumu, yang bermakna menahan
atau sering juga disebut al-imsak. Yaitu menahan diri dari segala apa yang membatalkan puasa.

Adapun puasa dalam pengertian terminology (istilah) agama adalah menahan diri dari makan, minum dan
semua perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, dengan syarat-
syarat tertentu.

B. MACAM-MACAM PUASA DARI SEGI


HUKUM
Ulama madzhab Maliki, Syafii dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu terbagi menjadi empat macam, yaitu
:

1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar.
2. Puasa sunnah (mandub)
3. Puasa makruh
4. Puasa haram
Yang Pertama Ialah Puasa Wajib (Fardhu)

1. Puasa wajib atau fardhu yaitu puasa pada bulan ramadhan.


Telah kita ketahui bahwasanya puasa fardhu ialah puasa ramadhan yang dilakukan secara tepat waktu artinya
pada bulan Ramadhan secara ada dan demikian pula yang dikerjakan secara qadha. Termasuk puasa fardhu
lagi ialah puasa kifarat dan puasa yang dinazarkan. Ketentuan ini telah disepakati menurut para imam-imam
madzhab, meskipun sebagian ulama hanafiyah berbeda pendapat dalam hal puasa yang dinazarkan. Mereka ini
mengatakan bahwa puasa nazar itu puasa wajib bukan puasa fardhu.

1. Puasa ramadhan dan dalil dasarnya


Puasa ramadhan adalah fardhu ain bagi setiap orang mukllaf yang mampu berpuasa. Puasa ramdhan tersebut
mulai diwajibkan pada tanggal 10 syaban satu setengah tahun setelah hijrah. Tentang dalil dasarnya yang
menyatakan kewajiban puasa ramadhan ialah Al-quran, hadits dan ijma. Dalil dari Al-quran iala firma Allah
swt :

Artinya : (bulan yang diwajibkan berpuasa didalamnya) ialah bu;lan ramdhan, yang didlamanya diturunkan
(permulaan) Al-quran.(Al-baqarah 185)

Yang kedua ialah puasa sunnah (mandub)


Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan apabila kita tinggalkan atau tidak kita
kita kerjakan tidak berdosa.

Berikut contoh-contoh puasa sunnat:

Puasa hari Tasua asyura hari-hari putih dan sebagainya

Puasa sunnah diantaranya ialah berpuasa pada bulan Muharram. Yang lebih utama adalah tanggal ke 9 dan ke
10 bulan tersebut.

Puasa hari arafah

Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan hari itu disebut hari arafah. Disunnahkannya,
pada hari itu bagi selain orang yang sedang melaksanakan ibadah haji.
Puasa hari senin dan kamis

Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap minggu dan di dalam melakukan puasa dua hari itu
mengandung kebaikan pada tubuh. Hal demikian tak ada keraguan lagi.

Puasa 6 hari di bulan syawal

Disunnhakan berpuasa selama 6 hari dari bulan syawal secara mutlak dengan tanpa syarat-syarat

Puasa sehari dan berbuka sehari

Disunnahkan bagi oramg yang mampu agar berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari. Diterangkan bahwa puasa
semacam ini merupakan salah satu macam puasa sunnah yang lebih utama.

Puasa bulan rajab, syaban dan bulan-bulan mulia yang lain.

Disunnahkan berpuasa pada bulan rajab dan syaban menurut kesepakatan tiga kalangan imam-imam madzhab.

Adapun bulan-bulan mulia yaitu ada 4, dan yang tiga berturut-turut yakni: Dzulqadah, dzulhijjah dan
Muharram, dan yang satu sendiri yakni bulan Rajab, maka berpuasa pada bulan-bulan tersebut memang
disunnahkan .

Bila seseorang memulai berpuasa sunnah lalu membatalkannya

Menyempurnakan puasa sunnah setelah dimulai dan meng-qadha nya jika dibatalkan adalah disunnahkan
menurut ulama syafiiyyah dan hanafiyyah.

Yang Ketiga Ialah Puasa Makruh


Puasa hari jumat secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari perayaan besar yang keduanya
disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau sesudahnya selama hal itu tidak bertepatan dengan kebiasaan,
maka puasa itu dimakruhkan menurut tiga kelompok imam madzhab. Namun ulama madzhab syafiI
mengatakan : tidak dimakruhkan berpuasa pada kedua hari itu secara mutlaq.

Yang keempat ialah puasa haram

Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika kita berpuasa maka kita
akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah
menentukan hukum agama telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah :

1. Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya kurban (idul adha)
2. Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat tentang hal ini(fiqih empat madzhab
hal 385)
3. Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat, atau dengan tanpa kerelaan
sang suami bila ia tidak memberikan izin secara terang-terangan. Kecuali jika sang suami memang tidak
memerlukan istrinya, misalnya suami sedang pergi, atau sedang ihram, atau sedang beritikaf.
C. Syarat Wajib Puasa
Beragama Islam

Baligh (telah mencapai umur dewasa)

Berakal

Mumayyiz

Berupaya untuk mengerjakannya.

Sehat

Tidak musafir

D. Syarat Sah Puasa


Beragama Islam

Berakal

Tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan anak) bagi kaum wanita

Hari yang sah berpuasa.

E. Rukun-rukun puasa
1. Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan(puasa wajib) atau hari yang hendak
berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah mulai daripada terbenamnya matahari sehingga terbit fajar.
Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sehingga masuk matahari.
F. Hal-hal yang membatalkan puasa dan
mengurangi nilai puasa
Beberapa hal yang membatalkan dan mengurangi nilai puasa:

1. Makan
Ayat yang menjelaskan tentang batalnya puasa karena makan adalah Surah Al-baqarah ayat 187.

Artinya : dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu
adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak
dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlam hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai(datang)
malam.

1. Minum
2. Hubungan seksual
Sama seperti surat diatas tapi yang membedakan adalah konsekuensi hukumnya yang lebih berat yaitu bagi
suami istri yamg vberhubungan sex saat puasa Ramadhan maka ia harus membebaskan budak jika punya, atau
jika tidak punya, berpuasalah selama 2 bulan berturut-turut, atau jika tidak mampu, memberi makan fakir miskin
60 orang, dan mengganti puasanya. Adapun jika bermimpi di siang hari atau bangun kesiangan padahal dia lupa
mandi zunub maka hal itu tidak membatalkan puasa.

1. Muntah dengan sengaja


Hadist yang menjelaskan tentang muntah yang disengaja yang artinya : Barang siapa yang muntah maka tidak
ada kewajiban mengganti terhadapnya. Namun barang siapa muntah denjgan sengaja maka hendaklah ia
menggantinya. (HR. Tirmidzi, abu daud, ibn mazah, dari abu hurairah)
1. Keluar darah haidh dan nifas sebagai konsekwensi dari syarat syahnya puasa.
2. Gila saat sedang puasa
Sedangkan hal yang mengurangi nilai puasa adalah mengerjakan hal-hal yang memang dibenci oleh Allah swt,
seperti bertengkar berkata jorok, berperilaku curang, atau berbuat sesuatu yang tidak ada manfaatnya dan
semacamnya.

Intinya, bila seluruh panca indera dan anggota badannya tidak ikut dipuasakan terhadap hal-hal yang memang
dibenci bahkan dilarang oleh allah swt maka dapat mengurangi bahkan menghilangkan bobot puasanya,
sehingga dia termasuk orang yang merugi.

G. Adab-adab berpuasa
1. Niat karena Allah swt semata.
Niat ini cukup dalam hati tanpa diucapkan. Akan tetapi banyak ulama yang berbeda pendapat tentang hal ini.
Yang pertama ialah menurut imam hanbali, menurut beliau niat cukup pada awal puasa saja untuk satu bulan
penuh. Kedua, ialah menurut imam Maliki yang mengatakan niat bisa dimulai ketika awal ramadhan sekaligus.
Yang terakhir yaitu menurut imam Syafii yang mengatakan bahwa niat dilakukan setiap malam atau bertepatan
dengan terbitnya fajar shadiq. Bahkan jika semisal ada seseorang yang berniat puasa satu tahun yang lalu itupun
sebenarnya sudah bisa dikatakan niat.

Berbeda halnya dengan puasa wajib, untuk puasa sunat kebanyakan ulama membolehkan berniat puasa pada
siang hari, sebagaimana riwayat dari Aisyah bahwa Rosululloh saw pernah datang kepadanya dan bertanya
apakah kamu punya sesuatu (maksudnya makanan?) jawab aisyah tidak! Kata Nabi saw kalau begitu saya
puasa saja. Dan dari riwayat tersebut dapat disimpulkanb bahwa niat puasa sunat bisa dilakukan pada siang
hari.

1. Makan sahur
Nabi saw bersabda yang artinya sahurlah kalian, karena pada sahur itu terdapat berkah (HR. Jamaah
kecuali abu Daud, dari Anas ra). Dari riwayat tersebut sudahlah jelas bahwa sahur pada saat akan berbuasa
sangatlah dianjurkan.

Sedangkan waktu makan sahur yang disunatkan dan yang paling baik menurut Nabi saw yaitu diakhir malam.

1. Menjahui hal-hal yang dapat membatalkan puasa atau mengurangi nilai puasa.
Selain yang telah disebutkan di atas berkumur secara berlebihan saat berwudu juga termasuk salah satu hal yang
bisa mengurangi nilai puasa. Seperti sabda Nabi saw yang artinya sempurnakanlah dalam berwudhu, sela-
selailah diantara jari-jemarimu dan smpikanlah (ke dalam-dalam) dalam berkumur, kecualai kamu berpuasa. (
HR. Imam yang lima, dari Laqith bin Shabirah).

1. Berbuka puasa dengan segera.


Bila waktu berbuka sudah tiba, sangat dianjurkan untuk menygerakannya. Hal ini karena Nabi saw bersabda
yang artinaya: manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. Segerakanlah
berbuka karena orang Yahudi mengakhirkannya.

H. Halangan puasa
Beberapa uzur (halangan) yang membolehkan berbuka(tidak berpuasa)

1. Sakit dan menderita kepayahan yang sangat


Beberapa uzur atau halangan yang membolehkan orang yang berpuasa, berbuka atau membatalkan puasanya
diantaranya ialah sakit. Apabila orang yang berpuasa jatuh sakit dan ia merasa khawatir bertambah sakit jika
berpuasa atau ia khawatir terlambat kesembuhannya, atau ia malah menderita kepayahan yang sangat jika
berpuasa maka ia diperbolehkan berbuka.

1. Khawatirnya wanita hamil dan wanita menyusui terhadap bahaya bila berpuasa.
Apabila wanita hamil dan wanita menyusui merasa khawatir ditimpa bahaya akibat berpuasa yang kelak akan
menimpa pada diri mereka dan anak mereka sekaligus, atau pada dirinya saja, atau pada anak mereka saja, maka
mereka diperbolehkan tidak berpuasa(berbuka).

1. Berbuka sebab bepergian


Diperbolehkan berbuka(tidak berpuasa) bagi orang yang bepergian dengan syarat bepergiannya itu dalam jarak
yang jauh yang membolehkan shalat qashar, sesuai dengan ketentuannya. Dan dengan syarat hendaknya ia telah
mulai pergi sebelum terbit fajar, yaitu sekiranya ia bisa sampai di tempat dimana ia memulai meng-qashar shalat
sebelum terbit fajar. Apabila keadaan pergi itu yang membolehlkan meng-qashar shalat, maka ia tidak boleh
berbuka.

1. Puasa wanita yang sedang haidh dan nifas


Apanila wanita yang sedang berpuasa datang bulan atau haidh, atau nifas, maka wajiblah berbuka dan haramlah
baginya berpuassa. Jikalau ia memaksakan diri berpuasa, maka puasanya adalah batal dan dalam hal ini ia
berkewajiban meng-qadha.

1. Orang yang ditimpa kelaparan atau kehausan yang sangat.


Adapun kelaparan dan kedahagaan yang sangat yang dengan kedua-duanya itu seorang seseorang tidak kuat
berpuasa, maka bagi orang yang tertimpa hal seperti itu boleh berbuka dan ia berkewajiban meng-qadha.

1. Orang yang sudah lanjut usia


Orang yang telah berusia lanjut, yang tidak kuat melakukan puasa pada seluruh masa dalam setahun, ia boleh
berbuka, artinya ia boleh tidak berpuasa Ramadhan, tetapi ia berkewajiban membayar fidyah, yaitu memberi
makan orang miskin.

Orang yang sudah lanjut usia tidak berkewajiban meng-qadha. Sebab sudah tidak mampu melakukan puasa.

1. Orang yang ditimpa penyakit gila disaat berpuasa.


Apabila orang yang berpuasa ditimpa penyakit gila, meskipun hanya sekejap mata, maka ia tidak berkewajiban
berpuasa dan puasanya tidak sah. Kewajiban atas meng-qadaha puasanya itu dijelaskan oleh imam syafiI
sebagai berikut: bila ia sengaja dengan penyakit gilanya misalnya di malam harinya secara sengaja memakan
sesuatu benda yang pagi harinya bisa menghilangkan akalnya, maka ia berkewajiban meng-qadha hari-hari
dimana ia gila. Tetapi kalau ia tidak bersengaja gila, maka ia tidak berkewajiban meng-qadha.

I. Hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa


Disunnahkan bagi orang yang berpuasa itu beberapa hal, yaitu:

1. Bersegera untuk berbuka setelah nyata-nyata matahari terbenam. Dan berbuka itu dilakukan sebelum
shalat. Dan disunnahkan berbuka itu dengan kurma basah, atau kurma kering, atau manisan atau air.
Hendaknya yang dibuat berbuka itu ganjil, yaitu tiga atau lebih.
2. Berdoa setelah berbuka dengan doa yang telah diajarkan oleh Nabi SAW.
3. Makan sahur dengan sesuatu makanan walaupun sedikit. Meskipun hanya seteguk air. Seperti sabda Nabi
SAW yang menjelaskan tentang makan sahur itu adalah berkah.
4. Mencegah lisan dari omongan yang tidak berfaidah. Sedangkan mencegah lisan dari hal yang haram
seperti menggunjing (ghibah) dan adu domba, maka hal itu adalah wajib setiap saat, dan hal itu lebih
dikukuhkan pada bulan Ramadhan.
5. Memperbanyak sedekah dan berbuat baik kepada sanak saudara, kaum fakir dan miskin.
6. Menyibukkan diri dalam menunutut ilmu, membaca Al-Quran, berzikir, membaca shalawat atas Nabi
SAW. Bilamana ada kesempatan untuknya baik siang hari maupun malamnya.
7. Beritikaf.
J. Meng-qadha puasa Ramadhan
Barang siapa berkewajiban meng-qadha puasa Ramadhan karena membatalkannya secara sengaja, atau karena
suatu sebab dari beberapa sebab terdahulu, maka ia berkewajiban meng-qadha sebagai pengganti hari-hari yang
ia batalkan dan ia qadha pada masa yang diperbolehkan melakukan puasa sunnah. Jadi tidak dianggap
mencukupi meng-qadha puasa Ramadhan pada hari-hari yang dilarang berpuasa padanya. Seperti hari raya,
baik idul fitri maupun idul adha. Juga tidak dianggap mencukupi pada hari-hari yang memang ditentukan untuk
berpuasa fardhu, seperti bulan ramadhan yang sedang tiba waktunya, hari-hari nazar yang ditentukan, misalnya
ia bernazar akan berpuasa sepuluh hari diawal bulan bulan Dzulqodah. Jadi meng-qadha puasa ramadhan pada
hari-hari itu tidak bisa dinilai mencukupi. Sebab telah ditentukan untuk nazar. Demikianlah menurut kalangan
ulama Malikiyah dan Syafiiyyah.

Begitu juga tidak bisa mencukupi melakukan qadha pada bulan Ramadhan yang sedang tiba saatnya. Sebab
bulan tersebut ditentukan untuk menunaikan kewajiban puasa secara khusus. Jadi tidak bisa untuk dibuat
melakukan puasa selainnya. Melakukan puasa qadha dianggap sah pada hari syak, karena pada hari itu
melakukan puasa sunnah dianggap sah. Ketentuan meng-qadha ialah dengan cara mengikuti jumlah puasa yang
terluput(tertinggal), bukan mengikuti hilal atau tanggal bulan. Jadi kalau seseorang meninggalkan puasa selama
30 hari atau sebulan penuh, maka ia harus meng-qadha(berpuasa) selama 30 hari juga. Jika dalam bulan yang ia
puasa tersebut ada 29 hari, maka ia harus menambah 1 hari lagi.

Bagi yang mempunyai kewajiban meng-qadha puasa disunnahkan untuk segera meng-qadha puasanya.
Disunnahkan juga agar dilakukan secara berturut-turut dalam melakukannya. Dan berkewajiban juga meng-
qadha secara segera apabila Ramadhan yang selanjutnya akan segera tiba. Barang siapa mengundur-undur
qadha hingga bulan Ramadhan keduanya tiba maka ia berkewajiban membayar fidyah sebagai tambahan atas
kewajiban meng-qadha. Yang dimaksud fidyah ialah memberi makanan orang miskin untuk setiap hari dari
hari-hari qadha. Ukurannya ialah sebagaimana yang diberikan kepada orang miskin dalam kifarat.

Cara mengeluarkan fidyah

Maksud Fidyah ialah satu cupak makanan asasi tempatan yang disedekahkan kepada fakir miskin mewakilli satu
hari yang tertinggal puasa Ramadhan padanya. Makanan asasi masyarakat Malaysia adalah beras, maka wajib
menyedekahkan secupak beras kepada fakir miskin bagi mewakili sehari puasa. Ukuran secupak beras secara
lebih kurang sebanyak 670gram. Contohnya sipulan telah meninggalkan puasanya sebanyak 5 hari, maka dia
wajib membayar Fidyahnya sebanyak 5 cupak beras kepada fakir miskin. Firman Allah yang bermaksud :

(Puasa Yang Diwajibkan itu ialah beberapa hari Yang tertentu; maka sesiapa di antara kamu Yang sakit, atau
Dalam musafir, (bolehlah ia berbuka), kemudian wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari Yang dibuka) itu pada
hari-hari Yang lain; dan wajib atas orang-orang Yang tidak terdaya berpuasa (kerana tua dan sebagainya)
membayar Fidyah Iaitu memberi makan orang miskin. maka sesiapa Yang Dengan sukarela memberikan
(bayaran Fidyah) lebih dari Yang ditentukan itu, maka itu adalah suatu kebaikan baginya; dan (Walaupun
demikian) berpuasa itu lebih baik bagi kamu daripada memberi Fidyah), kalau kamu mengetahui. (Al-Baqarah
: 184)

Fidyah dikenakan kepada orang yang tidak mampu berpuasa dan memang tidak boleh berpuasa lagi. Maka
dengan itu Islam telah memberikan keringanan (rukshoh) kepada mereka yang tidak boleh berpuasa dengan cara
membayar Fidyah yaitu memberikan secupak beras kepada orang fakir miskin. Begitu juga kepada orang yang
meninggalkan puasa dan tidak menggantikan puasanya sehingga menjelang puasa Ramadhan kembali (setahun),
maka dengan itu mereka dikehendaki berpuasa dan juga wajib memberikan secupak beras kepada fakir miskin.
Begitu juga pada tahun seterusnya. Fidyah akan naik setiap tahun selagi mana orang tersebut tidak
menggantikan puasanya.

K. Hikmah puasa
Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap individu maupun social, terhadap
ruhani maupun jasmani.

Terhadap ruhani, puasa juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa mengendalikan hawa nafsu
yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu melatih kepekaan dan kepedulian social manusia dengan
merasakan langsung rasa lapar yang sering di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu
mereka dengan memperbanyak shadaqah.

Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan ketahanan jasmani kita, karena pertama,
umumnya penyakit bersumber dari makanan, dan kedua, sebenarnya Allah SWT menciptakan makhluq-Nya
termasuk manusia sudah ada kadarnya. Allah memberikan kelebihan demikian pula keterbatasan pada manusia,
termasuk keterbatasan pada soal kadar makan-minumnya.

Berikut ini hikmah yang kita dapatkan setelah berjuang seharian sacara umum:

1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari kita dilatih disiplin bagai
tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka
kita berbuka, waktu sholat tarawih, iktikaf, baca quran kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu
disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.
2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup. Di bulan
Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah,
dan amal-amal sunat.
3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti persaudaraan, dan
silaturahmi.
4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah.
5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan.
6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah. Setiap langkah
kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada
saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala
sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai
ibadah.
7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan, terutama yang
mengandung dosa.
8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan rintangan.
9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana.
10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas nikmat-nikmat yang
diberikan pada kita.
Dan masih banyak lagi manfaat atau hikmah puasa yang lain baik di dalam bidang kesehatan dan lain-lain.

BAB IV
Kesimpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk melaksanakan puasa dengan ikhlas
tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan
atau pujian dari orang lain, maka puasa kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa
lapar dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi
seluruh ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman
Allah swt yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa(Q.S Al-Baqarah)

Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt. Allah telah memberikan kita
banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan ibadah puasa ini, jadi jika kita berpuasa sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah kami sebutkan diatas, kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan
betapa banyak faidah dan manfaat yang kita dapatkan dari berpuasa ini.

Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan puasa, karena puasa ini
mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan apapun pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah
ibadah.

BAB IV
Daftar pustaka

1. Kuliah fiqh ibadah oleh Syakir Jamaluddin, MA.


2. Fiqih Empat Madzhab (bagian ibadah) oleh Drs. H. Moh. Zuhri, Dipil. Tafl dkk.
3. Buku puasa lahir dan batin oleh Malaki Tabrizi
4. Terjemah ihya ulumiddin( jilid II) oleh imam ghazali

Anda mungkin juga menyukai