Anda di halaman 1dari 13

PNEUMONIA

1. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2005).
Menurut Muttaqin (2008) pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang
terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri,
virus, dan bendabenda asing.
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. (Mansjoer, 2000)

2. ETIOLOGI PNEUMONIA
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus,
jamur, dan protozoa. Daftar mikroorganisme dan masalah patologis yang menyebabkan
pneumonia (Jeremy, 2007) :
Infeksi Bakteri: Streptococcus pneumonia. Haemophillus influenz, Klebsiella pneumonia,
Pseudomonas aeruginosa, Gram-negatif (E. Coli)
Infeksi Atipikal: Mycoplasma pneumonia, Legionella pneumophillia, Coxiella burnetii,
Chlamydia psittaci.
Infeksi Jamur : Aspergillus, Histoplasmosis, Candida, Nocardia
Infeksi Virus: Influenza, Coxsackie, Adenovirus, Sinsitial respiratori
Infeksi Protozoa : Pneumocytis carinii, Toksoplasmosis, Amebiasis
Penyebab Lain : Aspirasi, Pneumonia lipoid, Bronkiektasis, Fibrosis kistik

3. FAKTOR RESIKO PNEUMONIA


Faktor resiko pneumonia antara lain:
a. Umur > 65 tahun
b. Tinggal di rumah perawatan tertentu (panti jompo)
c. Alkoholismus : meningkatkan resiko kolonisasi kuman, mengganggu reflex batuk,
mengganggu transport mukosiliar dan gangguan terhadap pertahanan sistem seluler
d. Malnutrisi : menurunkan immunoglobulin A dan gangguan terhadap fungsi makrofag
e. Kebiasaan merokok juga mengganggu transport mukosiliar dan sistempertahanan
selular dan humoral.
f. Keadaan kemungkinan terjadinya aspirasi misalnya gangguan kesadaran, penderita
yang sedang diintubasi
g. Adanya penyakit penyakit penyerta: PPOK, kardiovaskuler, DM, gangguan
neurologis.
h. Infeksi saluran nafas bagian atas: + 1/3 1/ 2 pneumonia didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas/infeksi virus

4. EPIDEMIOLOGI PNEUMONIA
Insidensi tahunan: 5-11 kasus per 1.000 orang dewasa; 15-45% perlu di rawatdirumah
sakit (1-4 kasus), dan 5-10% diobati di ICU. Insidensi paling tinggi padapasien yang
sangat muda dan usia lanjut. Mortalitas: 5-12% pada pasien yangdirawat di rumah sakit;
25-50% pada pasien ICU (Jeremy, 2007). Di UnitedStates, insidensi untuk penyakit ini
mencapai 12 kasus tiap 1.000 orang dewasa.Kematian untuk pasien rawat jalan kurang
dari 1%, tetapi kematian pada pasienyang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu
sekitar 14% (Alberta MedicalAssociation, 2002). Di negara berkembang sekitar 10-20%
pasien yangmemerlukan perawatan di rumah sakit dan angka kematian diantara
pasientersebut lebih tinggi, yaitu sekitar 30-40% (Sajinadiyasa, 2011). Di
Indonesiasendiri, insidensi penyakit ini cukup tinggi sekitar 5-35% dengan
kematianmencapai 20-50% (Farmacia, 2006).
Pneumococcus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumococcus dengan
serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%,
sedangkan pada anak ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan
pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia
lobaris hampir selalu disebabkan oleh Pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa
dan anak besar, sedangkan bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan
bayi.
Pneumonia klinis terdeteksi relatif lebih tinggi pada laki-laki dan satu
setengah kali lebih banyak di perdesaan dibandingkan di perkotaan.
Pneumonia cenderung lebih tinggi pada kelompok yang memiliki pendidikan dan
tingkat ekonomi rendah

5. KLASIFIKASI PNEUMONIA
Berdasarkan Umur
a. Kelompok umur < 2 bulan
Pneumonia berat \
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya
menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor
pada anak yang tenang, mengi, demam (38C atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah
(di bawah 35,5 C), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding
dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan
abdomen tegang.
Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak
terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun
Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat
minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai
sianosis sentral dan dapat minum.
Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada.
Bila hanya disertai nafas cepat dengan batasan :
(a) Untuk usia 2 bulan kurang 12 bulan = 50 kali per menit.
(b) Untuk usia 1 tahun 5 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia (batuk pilek biasa),
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding
dada.Bila tidak ditemukan tarikan dinding dadabagian bawah kedalam atau nafas
cepat (batuk pilek biasa). Tandabahaya untuk golongan umur 2 bulan 5 tahun
adalah : tidakdapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing dan gizi
buruk.
Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-14
hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat
penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan
(WHO, 2003).

Berdasarkan klinis dan epideologis :


a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
Komunitas-acquired pneumonia (CAP) adalah pneumonia menular pada orang yang
belum baru saja dirawat di rumah sakit. CAP adalah jenis yang paling umum pada
pneumonia. Penyebab paling umum dari CAP bervariasi tergantung pada usia seseorang,
namun mereka biasanya terinfeksi Streptococcus pneumoniae, virus, bakteri atipikal, dan
Haemophilus influenzae. Secara keseluruhan, Streptococcus pneumoniae merupakan
penyebab paling umum pneumonia komunitas di seluruh dunia.Bakteri Gram-negatif
menyebabkan CAP di tertentu pada populasi berisiko.CAP adalah penyebab paling umum
keempat kematian di Inggris dan keenam di Amerika Serikat.Istilah "pneumonia berjalan"
telah digunakan untuk menggambarkan jenis komunitas-pneumonia keparahan kurang
(karena fakta bahwa penderita dapat terus "berjalan" daripada memerlukan rawat
inap).Pneumonia berjalan biasanya disebabkan oleh bakteri atipikal pneumonia
Mycoplasma.
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)
Hospital-acquired pneumonia, juga disebut pneumonia nosokomial, adalah
pneumonia diperoleh selama atau setelah rawat inap untuk penyakit lain atau prosedur
dengan onset setidaknya 72 jam setelah masuk. Penyebab, mikrobiologi, pengobatan dan
prognosis berbeda dari orang-orang dari komunitas-pneumonia. Sampai dengan 5% dari
pasien dirawat di rumah sakit untuk penyebab lain kemudian mengembangkan pneumonia.
Pasien rawat inap mungkin memiliki banyak faktor risiko pneumonia, termasuk ventilasi
mekanik, malnutrisi berkepanjangan, jantung dan paru-paru yang mendasari penyakit,
penurunan jumlah asam lambung, dan gangguan kekebalan.Selain itu, mikroorganisme
seseorang terkena di rumah sakit sering berbeda dari orang-orang di rumah.Di rumah sakit
didapat mikroorganisme termasuk bakteri resisten seperti MRSA, Pseudomonas,
Enterobacter, dan Serratia.Karena individu dengan pneumonia di rumah sakit biasanya
memiliki penyakit yang mendasari dan terkena bakteri berbahaya lagi, cenderung lebih
mematikan daripada komunitas-pneumonia.Ventilator terkait pneumonia (VAP) adalah
bagian dari hospital-acquired pneumonia. VAP adalah pneumonia yang terjadi setelah
setidaknya 48 jam intubasi dan ventilasi mekanik.
c. Pneumonia aspirasi
Pneumonia Aspirasi merupakan infeksi paru-paru yang diakibatkan oleh terhirupnya
seseuatu ke dalam saluran pernapasan.Partikel kecil dari mulut yang masuk ke saluran
pernapasan biasanya akan dikeluarkan terlebih dahulu sebelum masuk ke paru-paru oleh
mekanisme pertahanan normal atau mengakibatkan peradangan maupun infeksi. Bila
partikel tidak bisa dikeluarkan maka bisa mengakibatkan pneumonia.

Berdasarkan bakteri penyebab


a. Pneumonia bakterial / tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga
mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental,
pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus
adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan
terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak
paru-paru.
Beberapa bakteri mempunyaitendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya
Klebsiella pada penderita alkoholik,Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
Tanda dan gejalanya bersifat akut, demam tinggi, menggigil, batukproduktif, nyeri
dada.Radiologis lobar atau segmental, leukositosis. Biasanya disebabkan
bakteriekstraseluler, S. pneumonia, S.piogenes dan H. influenza. Jika terjadi infeksi,
sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari
lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi
cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah.Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia bakteri tersebut.
b. Pneumonia atipikal,
Disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia tidak akut, demam tanpa
menggigil, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, ronkhi basah yang difus, leukositosis ringan.
Penyebab biasanya; Mycoplasma pneumoniae, Legionella pneumophila, Chlamydia
pneumoniae
c. Pneumonia virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri
hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan
pneumonia juga).Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena
bakteri.Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi
superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah
tua
d. Pneumonia jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderitadengan daya
tahan lemah (immunocompromised).

Berdasarkan predileksi infeksi


a. Pneumonia lobaris.
Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua.Pneumonia yang
terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan olehobstruksi
bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan
b. Bronkopneumonia.
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru.Bisa
kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau
orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan
cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen)
dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan
oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh
bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar
penyembuhannya.Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan
bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.
c. Pneumonia interstisial
Pneumonia interstisial adalah kondisi pernapasan langka yang ditandai dengan
pembentukan membran hialin di paru-paru.Pneumonia interstisial adalah peradangan paru-
paru kronis yang sering terjadi pada perokok atau mantan perokok.

6. PATOFISIOLOGI
(terlampir)

7. MANIFESTASI KLINIS PNEUMONIA


Tanda-tandapenyakitpneumonia padabalitaantara lain :
Batuknonproduktif
Ingus (nasal discharge)
Suaranapaslemah
Penggunaanotot bantu napas
Demam
Cyanosis (kebiru-biruan)
Thorax photo menujukkaninfiltrasimelebar
Sakitkepala
Kekakuandannyeriotot
Sesaknapas
Menggigil
Berkeringat
Lelah
Terkadangkulitmenjadilembab
Mualdanmuntah
Gejalapenyakitpneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental,
terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala
lain sepertinyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik
Inspeksi: perlu diperhatikan adanya takipnea, dispnea, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk yang semula non produktif menjaddi
prroduktif, serta nyeri dada pada saat inspirasi. Perlu diperhatikan juga adanya tarikan
dinding dada ke dalam. Pada pneumonia berat tarikan dinding dada ke dalam akan
nampak jelas.
Palpasi: terdapat suara redup pada sisi yang sakit, hati kemungkinan membesar,
fremitus meningkat pada sisi yang sakit, serta nadi mengalami peningkatan atau
tachycardia.Perkusi: suara redup pada sisi yang sakit.
Auskultasi: auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan mendekatkan telinga ke
hidung atau mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara
auskultasi dengan menggunakan stetoskop akan terdengar suara napas berkuran, ronchi
halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial,
egotomi, kadang terdengar bising gesek pleura. (Mansjoer, 2000)
Pemeriksaan laboratorium
a. AGD (analisa gas darah)
b. Test hematologi
Hitung leukosit: 18.000-40.000/mm3
Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri
LED meningkat
Pemeriksaan radiologi
Terdapat bercak-bercak infiltrate yang tersebar (broncho pneumoniaatau yang meliputi
satu atau sebagian besar lobus.
Pemeriksaan penunjang lain:
a. Kultur swab tenggorokan: merupakan tes gold standar. Jenis pemeriksaan ini sering
dilakukan. Namun, pemeriksaan ini tidak bias membedakan fase infektif dan
kolonisasi. Dan membutuhkan waktu 24-48 jam untuk mendapatkan hasilnya.
b. Tes infeksi jamur: menggunakan slide dengan pewarnaan KOH
c. Tes monospot: merupakan tes antibody heterofil. Tes ini digunakan untuk mengetahui
adanya mononucleosis dan dapat mendeteksi penyakit dalam waktu 5 hari hingga 3
minggu setelah infeksi.
d. Tes deteksi antigen cepat: tes ini mempunyai spesifitas yang tinggi, namun
sensitivitasnya rendah.
e. Heterophil aglutinogen assay (Muttaqin, 2008)

9. PENATALAKSANAAN MEDIS PASIEN DENGAN PNEUMONIA


Pengobatan pneumonia termasuk pemebrian antibiotik yang sesuai seperti yang
ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Penisilin gram merupakan antibiotik pilian untuk
infeksi oleh S. Pneumoniae. Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin,
sefarosprorin, generasi kedua dan ketiga, penisilin lainnya, dan trimetropimsulfatmetoksazol.
Pneumonia mikroplasma memberikan respon terhadap eritromisin, tetrasiklin, dan
derivat tetrasiklin.Pneumonia atipikal lainnya mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan
tidak memberikan respon terhadap antimikrobial.Pneumositis carinii memberikan respon
terhadap pentamidin antimektroprim- sufametoksazol (bactrim, TMP-SMZ) inhalasi lembab,
hangat sangat membentu dalam menghilangkan iritasi bronkial. Asuhan keperawatan dan
pengobatan (dengan pengecualian terapi antimikobial) sama dengan yang diberikan untuk
pasien yang mengalami pneumonia akibat bakteri.
Penatalaksanaan keperawatan pasien menjalani tirah baring sampai infeksi
menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Jika dirawat di Rumah Sakit, pasien diamati
dengan cermat dan secara continue sampai kondisi klinis membaik. Jika terjadi hipoksemia,
pasien diberikan oksigen. Analisis gas darah arteri dilakukan untuk menentukan kebutuhan
akan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen. Lakukan fisioterapi
tanskutan dan penghisapan setiap 2 sampai 4 jam.Cek cairan parenteral dan lakukan terapi
antipiretik prn untuk kontrol demam dan terapi antibiotik.

10. PENCEGAHAN PNEUMONIA


Pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau mengurangi faktor
resiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu dengan pendidikan kesehatan di
komunitas,perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan pedoman
diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif, dan
waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat.
Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan
cakupan imunisasi, dan pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi
faktor resiko. (Kartasamita, 2010).
Menurut Kartasamita (2010), usaha untuk mencegah pneumonia ada 2 yaitu:
a. Pencegahan Non spesifik, yaitu:
Meningkatkan derajat sosio-ekonomi.
Menurunkan kemiskinan.
Meningkatkan tingkat pendidikan.
Menurunkan angka balita kurang gizi.
Meningkatkan derajat kesehatan.
Menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Lingkungan yang bersih, bebas polusi
b. Pencegahan Spesifik
Cegah berat bayi lahir ringan (BBLR).
Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang.
Berikan imunisasi
Vaksinasi yang tersedia untuk mencegah secara langsung pneumoniaadalah
vaksin pertussis (ada dalam DTP), campak, Hib (haemophilusinfluenzae type b) dan
pneumococcus (PCV).Dua vaksin diantaranya, yaitu pertussis dan campak telah
masuk ke dalam program vaksinasi nasional di berbagai negara, termasuk
Indonesia.Sedangkan Hib dan pneumokokus sudah dianjurkan oleh WHO dan menurut
laporan, kedua vaksin ini dapat mencegah kematian 1.075.000 anak setahun.Namun,
karena harganya mahal belum banyak negara yang memasukkan kedua vaksin
tersebut ke dalam program nasional imunisasi.
Selain itu pencegahan pneumonia yang dapat dilakukan antara lain:
1. Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama
kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
2. Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi,
sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2
tahun.Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung
faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap
infeksi virus dan bakteri.Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih
tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang
memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri,
Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
4. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk
mencegah terjadinyapenyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan
napas cepat/sesak napas.
5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan
cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat
lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca
panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang
memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan,
karena itujauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas
seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena
bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.
Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat.
Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir pada
hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.

11. KOMPLIKASI PNEUMONIA


Komplikasi yang paling sering disebabkan oleh pneumonia karena bakteri daripada
pneumonia karena virus.Komplikasi yang penting meliputi :
a. Gagal nafas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia
seringkesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas
tanpabantuan agar tetap hidup.Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu
sepertimesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus lain pemasangan
endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress
syndrome (ARDS).Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam paru-parusegera
diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan
kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli, harus membuat ventilasi mekanik yang
dibutuhkan.
b. Syok sepsis dan septik
Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari pneumonia.Sepsis
terjadikarena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui
sekresisitokin.Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptoccocus
pneumoniamerupakan salah satu penyebabnya.Individu dengan sepsis atau septik
membutuhkan unitperawatan intensif di rumah sakit.Mereka membutuhkan cairan infus dan
obat-obatanuntuk membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai
rendah.Sepsisdapat menyebabkan kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara masalah lain
dan seringmenyebabkan kematian.
c. Effusi pleura, empyema dan abces
Ada kalanya,infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan
bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru (rongga pleura).
Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut empyema.
Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering diambildengan jarum
(toracentesis) dan diperiksa, tergantung dari hasil pemeriksaan ini.
Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini,sering memerlukan selang pada dada. Pada
kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan.Jika cairan tidak dapat dikeluarkan,
mungkin infeksi berlangsung lama, karena antibiotik tidak menembus dengan baik ke dalam
rongga pleura.
Jarang,bakteri akan menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut
abses.Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau
CTscan.Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung
beberapatipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada paru,tetapi
kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth.Jakarta : EGC.
S, Retno Asih. 2006. Kuliah Pneumonia. Surabaya:FakultasKedokteranUnair RSU
Dr. Soetomo
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien (Proses Keperawatan Diagnosis
Dan Evaluasi ) Patient Care Standards Edisi V Vol. 4. Jakarta : EGC
USU. 2010.Asuhan Keperawatan pada Sistem Pernapasan. (online).
http://ocw.usu.ac.id/course/download/129-KEPERAWATAN-
ANAK/ka_1_slide_asuhan_keperawatan_pada_sistem_pernapasan.pdf. Diakses
pada tanggal 3 Oktober 2016, pukul 11:30.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Medical


Ruang 23i RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:
KOMANG SANISCA NUANSAMEGAROSTINI
135070200131003
KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

Anda mungkin juga menyukai