Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Negara merupakan organisasi sekelompok orang yang bersama-sama
mendiami dan tinggal di satu wilayah dan mengakui suatu pemerintahan. Unsur-
unsur terbentuknya suatu negara secara konstitutif adalah wilayah, rakyat, dan
pemerintahan. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 26 ayat 1, warga negara Indonesia
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
bertempat tinggal di Indonesia, dan mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan
bersikap setia kepada NKRI yang disahkan dengan UU. Indonesia menganut
sistem pemerintahan demokrasi sesuai dengan Pancasila. Dimana warga
negaranya diberi kebebasan untuk menyalurkan aspirasinya tetapi tentunya dalam
konteks yang positif. Sistem demokrasi ini menandakan bahwa Indonesia sangat
menghargai warga negaranya sebagai mahluk ciptaan Allah SWT dan mengakui
persamaan derajat manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar tentang sebuah negara dan bagaimana teori tentang
terbentuknya negara?
2. Bagaimana hubungan negara dengan warga negaranya dan agamanya?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang konsep dasar dan teori tentang terbentuknya negara.
2. Mengetahui tentang hubungan negara dengan warga negaranya dan agamanya.
3. Bagaimana hubungan itu di masa order baru dan pasca order baru.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Tentang Negara


Secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi diantara
satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam
satu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini
mengandung nilai konstruktif yang pada galibnya dimiliki oleh suatu negara
berdaulat: Masyarakat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Lebih lanjut
dari pengertian di atas negara identik dengan hak dan wewenang.
Tujuan sebuah negara dapat bermacam-macam dintaranya;
a. Memperluas kekuasaan
b. Menyelenggarakan kepentingan umum
c. Mencapai kesejahteraan hukum
Fungsi-Fungsi Negara:
a. Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat
b. Melaksanakan ketertiban
c. Pertahanan dan keamanan
d. Menegakkan keadilan

Dalam konsep dan ajaran Plato, tujuan negara adalah untuk memajukan
kesusilaan manusia, sebagai perseorangan dan sebagai mahluk sosial.
Menurut Ibnu Arabi, tujuan negara adalah agar manusia bisa menjalankan
kehidupnnya dengan baik, jauh dari sengketa dan menjaga intervensi pihak-pihak
asing.

2
Sedangkan dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial yang telah tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
1945.
Unsur-unsur Negara
Ada empat unsur dalam suatu negara yaitu;
a. Rakyat
b. Wilayah
c. Pemerintah
d. Pengakuan negara lain ( pengakuan secara de facto dan de jure)
Menurut Mahfud M.D ketiga unsur ini disebut juga dengan unsur konstutif.

B. Teori Tentang Terbentuknya Negara


1. Teori kontak sosial
Teori kontak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan bahwa
negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi sosial
masyarakat:
a. Thomas hobbes (1588-1679)
Bagi Hobbes keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan yang aman dan
sejahtera tapi sebaliknya. Oleh karena itu dibutuhkan kontak atau perjanjian
bersama individu-individu yang tadinya hidup dalam keadaan alamiah berjanji
akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau
sebuah badan yang disebut negara.
b. John Locke ( 1632-1704)
Berbeda dengan Hobbes john Lock menanggap bahwa keadaan yang alamiah
sebagai suatu keadaan yang damai, penuh komitmen baik dan saling menolong
antara individu dalam masyarakat. Tetapi ia berpendapat bahwa keadaan ideal
tersebut memiliki potensi kekacauan lantaran tidak adanya organisasi dan
pimpinan yang mengatur kehidupan mereka.
c. Jean Jacques Rouseau

3
Berbeda dengan keduanya, menurut Rouseau keberadaan suatu negara bersandar
pada perjanjian warga negara untuk mengikatkan diri dengan suatu pemerintah
yag dilakukan melalui organisasi politik. Menurutnya pemerintahan dasar
konraktual, melainkan hanya organisasi politiklah yang dibentuk melalui kontak.

2. Teori Ketuhanan (Teokrasi)


Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak pemerintah yang dimiliki oleh para
raja adalah berasal dari Tuhan. Mereka mendapat mandat Tuhan untuk bertahta
sebagai penguasa. Para raja mengklaim sebagai wakil Tuhan di dunia yang
mempertanggung jawabkan kekuasaannya hanya pada Tuhan, bukan kepada
manusia.

3. Teori kekuatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya
dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi
pembenaran (raison detre) dari terbentuknya suatu negara. Melalui proses
penaklukan suatu negara. Dengan kata lain, terbentuknya suatu negara karena
pertarungan kekuatan dimana sang pemenang memiliki kekuatan untuk membuat
suatu negara.

Bentuk-bentuk Negara
Negara memiliki bentuk yang berbeda-beda diantaranya;
1. Negara kesatuan
Merupakan suatu bentuk negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu
pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi dalam dua macam sistem
pemerintahan yaitu pemerintahan sentral dan otonomi.
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintahan yang
langsung dipimpin oleh pemerintahan pusat, dan pemerintahan dibawahnya
melaksanakan kebijakan pemerintahan pusat. ( Pemerintahan Orde Baru)

4
b. Negara kesatuan dalam sistem desentralisasi adalah kepala daerah diberikan
kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintah diwilayahnya
sendiri.

2. Negara Serikat
Merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara bagian dari
sebuah negara serikat. Pada mulanya negara tersebut telah merdeka, berdaulat dan
berdiri sendiri, namun setelah bergaung dengan negara serikat dengan sendirinya
negara tersebut melepaskan sebagian dari kekuasaannya dan menyerahkannya
kepada negara serikat.
Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk negara dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu;
a. Monarki
Pemerintahan monarki adalah pemerintahan yang dikepalai oleh seorang raja
atau ratu. Dalam praktiknya monarki memiliki dua jenis yaitu monarki absolut
dan monarki konstitusional.
b. Oligarki
merupakan pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa
dari golongan atu kelompok tertentu.
c. Demokrasi
Merupakan bentuk pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyat dan
bersandar pada kedauatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada pilihan
dan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan umum.
C. Warga Negara Indonesia
Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan (UUKI) 2006, yang dimaksud
dengan warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Yang merupakan warga negara Indonesia
menurut UUKI 2006 (pasal 4, 5, 6) sebagai beriku;
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perudang-undangan dan/ atau
berdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.

5
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara
Indonesia
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
Indonesia dan ibu warga negara asing.
d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing
dan ibu warga negara Indonesia.

Selanjutnya, Pasal 5 UUKI 2006 tentang status Anak Warga Negara


Indonesia menyatakan;
1. Anak warga negara Indonesia yang lahir diluar perkawinan yang sah,
sebelum berusia 18 tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegraan asing tetap diakui sebagai warga negara Indonesia.
2. Anak warga negara Indonesia yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah
sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap
diakui sebagai warga negara Indonesia.
Sedangkan tentang pilihan menjadi warga negara bagi anak yang dimaksud
pada pasal-pasal sebelumnya dijelaskan dalam Pasal 6 UUKI 2006, sebagai
berikut;
1. Dalam hal status kewarganegaraan republik Indonesia terhadap anak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan Pasal 5 berakibat
anak berkewarganearaan ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin anak
tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.
2. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat secara tertulis dan disampikan kepada pejabat dengan melampirkan
dokumen sebagaimana ditentukan didalam peraturan perundang-undangan.
3. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagai mana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan dalam waktu paling lambat tiga (3) tahun setelah anak berusia
delapan belas tahun atau sudah kawin.
D. Hubungan Negara dengan Warga Negara
Hubungan antara negara dan warga negara sangat erat. Negara Indonesia
sesuai dengan konstitusi, misalnya berkewajiban untuk menjamin dan melindungi
seluruh warga negara Indonesia tanpa kecuali. Secara jelas dalam UUD Pasal 33,

6
misalnya, (ayat 1) disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara. (Ayat 2) negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memperdayakan masyarakat yang lemah dan tak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan. Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas layanan umum yang layak (ayat 3).

E. Hubungan Agama dengan Negara


Hubungan agama dan negara dalam konteks dunia Islam masih menjadi
perdebatan yang yang intensif dikalangan para pakar muslim hingga kini.
Perdebatan Islam dan negara berangkat dari pandangan dominan Islam sebagai
kehidupan manusia, termasuk persoalan politik. Dari pandangan Islam sebagai
agama yang komprehensif ini pada dasarnya dalam Islam tidak terdapat konsep
pemisahan antara agama dan negara. Argumen ini sering dikaitkan dengan posisi
Nabi Muhammad di Madinah. Di Madinah Nabi mempunyai peran ganda yaitu
sebagai pemimpin Umat Islam dan sebagai kepala negara.
1. Paradigma Integralistik
Paradigma ini menganut paham dan konsep agama dan negara merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan dua lembaga
yang menyatu (integrated). Paham ini jua memberikan penegasan bahwa negara
merupakan suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama.
2. Paradigma Simbiotik
Menurut paradigma simbiotik hubungan agama dan negara berada pada
posisi saling membutuhkan dan bersifat timbal balik (simbiosis mutualita). Dalam
pandangan ini, agama membutuhkan negara sebagai instrumen dalam
melestarikan dan mengembangkan agama. Begitu juga sebaliknya, negara juga
memerlukan agama sebagai sumber moral, etika, dan spiritualitas warga negara.
3. Paradigma Sekularistik
Paradigma sekularistik ini beranggapan bahwa terjadi pemisahan yang
jelas antara agama dan negara. Agama dan negara merupakan dua bentuk yang
berbeda dan satu sama lain memiliki garapan masing-masing, sehingga
keberadaannya harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan

7
intervensi. Negara adalah kesatuan publik, sementara agama merupakan wilayah
pribadi masing-masing warga negara.

F. Hubungan Negara dan Agama; Pengalaman Islam di Indonesia


Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di
dunia tetapi Indonesia bukanlah negara Islam. Dari inilah perdebatan tentang pola
hubungan Islam dan negara di Indonesia merupakan perdebatan politik yang tidak
kunjung selesai. Perdebatan soal pola hubungan Islam dan negara ini telah muncul
dalam perdebatan publik sebelum Indonesia merdeka. Perdebatan tentang Islam
dan Nasionalisme antara tokoh nasionalis muslim dan nasionalis sekuler pada
1920-an merupakan babak awal pergumulan Islam dan negara pada kurun-kurun
selanjutnya.

G. Islam dan Negara Orde Baru


Naiknya Presiden Soeharto melahirkan babak baru hubungan Islam dan
negara Indonesia. Menurut Imam Aziz, pola hubungan antara keduanya secara
umum dapat digolongkan kedalam dua pola yaitu;
1. Antagonistik
Hubungan Antagonistik merupakan hubungan yang mencirikan adanya
ketegangan antara Islam dan Negara Orde Baru
2. Akomodatif
Menunjukkan kecenderungan saling membutuhkan antara kelompok Islam dan
Negara Orde baru, bahkan terdapat kesamaan untuk mengurangi konflik antara
keduanya.

H. Islam dan Negara Orde Baru : Bersama Membangun Demokrasi dan


Mencegah Disintegrasi Bangsa
Peran agama, khususnya Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia
sangat strategis bagi proses transformasi demokrasi saat ini. Pada saat yang sama
Islam bisa berperan mencegah disintegrasi bangsa sepanjang pemeluknya mampu
bersifat inklusif dan toleran terhadap kodrat kemajemukan Indonesia. Sebalikny
jika umat Islam bersikap eksklusif dan cenderung memaksakan kehendak, dengan

8
alasan mayoritas, tidak mustahil kemayoritasan umat Islam akan lebih berpotensi
menjelma sebagai ancaman disintegrasi dari pada kekuatan integratif bangsa.

BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Tidak akan ada negara tanpa warga negara. Warga negara merupakan
unsur terpenting dalam hal terbentuknya negara. Warga negara dan negara
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan
dan memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang berupa hubungan timbal
balik. Warga negara mempunyai kewajiban untuk menjaga nama baik negara dan
membelanya. Sedangkan negara mempunyai kewajiban untuk memenuhi dan
mensejahterakan kehidupan warga negaranya. Sementara untuk hak, warga negara
memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak dari
negara, sedangkan negara memiliki hak untuk mendapatkan pembelaan dan
penjagaan nama baik dari warga negaranya. Dapat disimpulkan bahwa hak negara
merupakan kewajiban warga negara dan sebaliknya kewajiban negara merupakan
hak warga negara.
Selain itu, tentunya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik,
memiliki banyak kewajiban yang harus kita laksanakan untuk negara. Diantaranya
yang terpenting adalah mematuhi hukum-hukum yang berlaku. Negara membuat
suatu peraturan dan hukum, pasti bertujuan yang baik untuk kelangsungan hidup
dan tertatanya suatu negara. Hukum di Indonesia jika diklasifikasikan menurut
wujudnya ada 2, yaitu Hukum tertulis (UUD, UU, Perpu, PP) dan Hukum tidak
tertulis (Inpres, Kepres).
Menanggapi dan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan negaranya,
maka terwujudlah Indonesia yang aman, tentram, damai, dan sejahtera. Marilah
kita saling menghargai satu sama lain demi Indonesia.
B. Saran

9
Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus
diperintah dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara
tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara yang mudah
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti:
1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling)
2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri
3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan atau PKN
4. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan
Pramuka.
Dan masih banyak lagi cara untuk membela negara. Selain itu dengan
melakukan kegiatan-kegiatan di atas, kita juga dapat menumbuhkan rasa bangga
dan cinta terhadap tanah air Indonesia.
Sikap saling menghargai antar warga negara dan negaranya (pemerintah)
sangat diperlukan untuk terciptanya dan terwujudnya tujuan NKRI yang
tercantum di UUD 1945. Apabila warga negara mematuhi hukum dan peraturan
negara, dan negara (pemerintah).

10
Daftar Pustaka

A.Ubaedillah dan Abdul Rozak. 2012. Pancasila,Demokrasi, HAM. Dan


Masyarakat Madani. Jakarta: Prenadamedia Group.
Prof. Dr. Abdul Aziz Wahab, M.A dan Prof. Dr. Sapriya, M. Ed. 2011. Teori dan
Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:Penerbit Alfabeta.

Dr. H. Syaiful Bakhri, S.H., M. H. 2010. Ilmu Negara dalam konteks Negara
hukum Modern. Yogyakarta : Anggota IKAPI DIY.

Srijanti - A. Rahman H.I. - Purwanto - S. K. Pendidikan Kewarganegaraan untuk


Mahasiswa. Jakarta: GrahaIlmu.

11

Anda mungkin juga menyukai