BAB IV
PEMBAHASAN
hilang saat pengkajian karena klien sudah mendapatkan pengobatan yaitu obat
Paracetamol 3X500mg, pada saat pengkajian obat tersebut dihentikan karena
klien tidak mengeluh pusing lagi. Kelemahan ditemukan pada makalah klien
mengeluh badanya lemah, klien hanya bisa baring dengan posisi semi fowler
di atas tempat tidur. Ini disebabkan karena keadaan klien yang mengalami
stroke. Sedangkan gangguan penglihatan dan memori ditemukan pada klien,
ini mungkin disebabkan klien termasuk lanjut usia yang memang sedang
masa-masa seperti itu.
7. Nyeri/ketidakberdayaan
Pada landasan teoritis ditemukan angina, nyeri tungkai, nyeri kepala, dan
nyeri abdomen. Pada makalah gejala seperti itu tidak ditemukan, mungkin ini
dikarenakan klien sudah 7 hari masuk rumah sakit dan sudah mendapatkan
perawatan untuk hal tersebut.
8. Pernapasan
Pada landasan teoritis adanya gejala dispnea, takipnea, ortopepnia, batuk,
riwayat merokok, adanya bunyi nafas tambahan dan sianosis. Pada makalah
gejala seperti itu tidak ditemukan pernapasan klien normal yaitu N: 20X/menit
dan tidak terdapat batuk, riwayat merokok dan suara napas tambahan (mengi).
Ini menandakan sistem pernapasan klien normal tidak mengalami konmplikasi
penyakit.
9. Keamanan
Pada landasan teoritis ditemukan gangguan cara berjalan. Pada makalah klien
mengalami gangguan cara berjalan, karena klien mengalami kelemahan yang
disebabkan karena keadaan klien sedang mengalami stroke.
10. Pembelajaran
Pada landasan teoritis faktor-faktor resiko keluarga yaitu: hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, Diabetes Melitus, penggunaan pil KB atau
hormon lain. Pada makalah klien dan keluarga sering bertanya pada perawat
tentang penyakit klien, anak klien tidak ada yang mengalami hipertensi dan
45
Diabetes Melitus, klien tidak menggunakan pil KB. Pada landasan teoritis dan
laporan kasus terdapat kesenjangan.
11. Pemeriksaan diagnostik.
Pada landasan teoritis untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan
pemeriksaan hemoglobin/hematokrit, kreatinin, glukosa, kalsium serum,
kolesterol dan trigliserida serum, pemeriksaan tiroid, urinalisa, asam urat,
steroid urine, IVP, foto dada serta EKG. Pada asuhan keperawatan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan hanya pemeriksaan kolesterol,
trigliserida, glukosa, kreatinin. Pemeriksaan diagnostik yang tidak dilakukan
dikarenakan alasan-alasan mungkin pertama, tanpa pemeriksaan tersebut
dokter sudah dapat menentukan diagnosa penyakit secara pasti. Kedua, dokter
sudah memberikan terapi yang sesuai walaupun tidak ditunjang oleh
pemeriksaan diagnostik tersebut. Alasan yang ketiga tidak adanya indikasi
untuk melakukan pemeriksan tersebut pada klien karena disesuaikan dengan
tanda dan gejala serta keadaan klien.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari kelompok
atau individu dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah. (Carpenito dikutip oleh
Nursalam, 2001)
Setelah dilakukan pengkajian untuk mendapatkan data, yang kemudian
dianalisa dan diidentifikasi, maka akan timbul suatu data fokus untuk
menunjang timbulnya diagnosa pada klien dengan hipertensi, baik itu
diagnosa aktual maupun potensial. Pada pemaparan landasan teoritis jika
didasarkan atas gejala yang ada, maka diagnosa yang mungkin muncul sangat
sulit untuk diperkirakan karena tergantung pada kondisi klien, mekanisme
patofisiologi, dan derajat keparahan penyakit yang timbul. Sehingga pada
46
C. PERENCANAAN
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang akan diidentifikasi pada
diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Iyer et al, (1996), dikutip
oleh Nursalam, 1996, hal 51).
Tahapan dalam perencanaan ini meliputi menentukan prioritas, menentukan
kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi (Nursalam, 2001,
hal 52). Terdapat 3 tindakan dalam tahap rencana tindakan pelimpahan (delegasi)
dan program atau perintah medis yang ditujukan untuk klien yang dalam
pelaksanaannya dibantu oleh perawat. (Nursalam, 2001).
Didalam penyusunan rencana tindakan keperawatan, penulis mengalami
kesulitan dalam hal mendapatkan literatur yang secara spesifik membahas
makalah pada klien dengan hipertensi. Adapun perencanaan yang diolah sesuai
dengan diagnosa keperawatan adalah:
Pertama, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Diagnosa ini terdapat dalam landasan teoritis sehingga perencanaan keperawatan
sesuai dengan landasan teoritis. Perencanaan yaitu: observasi kemampuan
aktivitas klien serta kaji kekuatan otot klien, menganjurkan klien untuk
membatasi aktivitas yang tidak perlu seperti pulang pergi ke WC, bantu dan
ajarkan kepada klien dalam memenuhi aktivitas klien sehari-hari (seperti makan
minum, BAB, BAK, mandi), dekatkan peralatan yang dibutuhkan klien, anjurkan
48
klien bergerak sedikit sedikit tanpa bantuan, observasi tanda-tanda vital klien
serta kolaborasi dengan dokter.
Diagnosa kedua nyeri berhubungan dengan trauma pada lengan kiri,
diagnosa ini tidak terdapat pada landasan teori. Perencanaannya yaitu kaji tingkat
nyeri klien, tanda-tanda vital.
Diagnosa ketiga yang merupakan diagnosa terakhir pada laporan kasus ini
yaitu kurang pengetahuan. Diagnosa ini terdapat landasan teoritis, tetapi tidak
semua perencanaan yang ada pada landasan teoritis terdapat pada makalah, ini
disebabkan karena disesuaikan dengan keadaan klien dan keluarga saat itu.
Perencanaannya yaitu kaji latar belakang pendidikan klien dan keluarga, kaji
sejauh mana klien dan keluarga mengetahui tentang penyakit klien. Berikan
penyuluhan, tanya ulang kembali yang telah disampaikan oleh perawat.
D. PELAKSANAAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2001, hal 63).
Tahapan ini merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan, oleh
karena itu pelaksanaannya dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan dan
mengacu pada rencana tindakan sesuai skala sangat urgent dan tidak urgent (non
urgent).
Dari semua perencanaan tiap-tiap diagnosa, dari diagnosa pertama sampai
diagnosa ketiga secara umum dapat dilaksanakan, hanya pelaksanaannya lebih
disesuaikan dengan kondisi klien, fasilitas pendukung dan kemampuan perawat
itu sendiri.
E. EVALUASI
Berdasarkan atas pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah dilakukan
penulis mencoba untuk menerangkan beberapa hasil dari evaluasi yang
didapatkan setelah merawat klien selama 2 hari. Pada intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik, masalah teratasi sebagian, ditunjukkan
49
dengan klien sudah dapat menggerakan kaki dan tangan kiri perlahan-lahan, klien
sudah tampak segar, ADL masih dibantu keluarga, kekuatan otot atas 5 3 dan
bawah 5 4-5. Untuk diagnosa kedua nyeri berhubungan dengan trauma pada
lengan kiri belum teratasi ini ditunjukan klien masih mengeluh nyeri pada lengan
kiri bila digerakan. Diagnosa ketiga kurang pengetahuan teratasi dibuktikan
dengan setelah diberikan penyuluhan tentang penyakit klien dan keluarga
mengerti.