Anda di halaman 1dari 57

BAB I

KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan merupakan fungsi penting dari

manajemen.Pengambilan keputusan merupakan bagian dari seluruh kegiatan

manajemen seperti dalam bagian kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

staffing, pengarahan, dan pengendalian.Pengambilan keputusan sangat penting

dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin

(manajer).Pengambilan keputusan (decision making) diproses oleh pengambilan

keputusan (decision maker) yang hasilnya disebut sebagai keputusan (decision).

1.1.Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah sebuah proses untuk memilih sebuah

alternatif atau pilihan terbaik dari serangkaian alternatif yang ada.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan menganalisis berbagai alternatif

dan mencapai sebuah keputusan tentang apa yang harus dilakukan dan tidak

boleh dilakukan dari pada keadaan tertentu. Pengambilan keputusan bertujuan

untuk memperoleh sebuah kesimpulan atau keputusan final yang dterapkan

sebagai solusi dari sebuah masalah. Pengertian keputusan menurut beberapa

ahli:

1. George R. Terry

According to George R. Terry, Decision making is the selection based on

some criteriafrom two or more possible alternatives(Singla, 2010)

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua atau

lebih alternatif yang ada.

1
2. Koontz and ODonnel

According to Koontz and ODonnel, Decision making is the actual

selection from among alternativesof a course of action(Singla, 2010)

Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif

mengenai suatu cara bertindak yang merupakan inti dari perencanaan. Suatu

rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber

yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.

3. Louis A. Allen

According to Louis A. Allen, Decision making is the work which a

manajer performs to arrive at conclusion and judgement(Singla, 2010)

Pengambilan keputusan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang

manajer untuk mendapatkan solusi dan pertimbangan.

Berdasarkan pengertian-pengertian menurut para ahli, pengambilan

keputusan merupakan pemilihan alternatif terbaik yang dari beberapa

alternatif yang ada sehingga dapat dijadikan sebagai solusi dari suatu

masalah.

1.2.Pendekatan Pengambilan Keputusan

Setiap hari seorang individuakan dihadapkan pada kondisi yang

membutuhkan suatu pengambilan keputusan.Untuk mengambil sebuah

keputusan diperlukan suatu pendekatan sehingga keputusan tersebut dapat

diperoleh. Intuitif dan rational adalah dua cara yang dapat dilakukan oleh

seorang individu sebagai pendekatan untuk melakukan pengambilan

keputusan.

2
1. Intuitive Approach

Intuisi adalah kemampuan untuk memahami suatu situasi atau

informasi tanpa perlu melakukan penalaran.Pengambilan keputusan melalui

pendekatan intuisi adalah upaya pengambilan keputusan dengan

menggunakan naluri atau perasaannya. Seorang manajer yang hanya

mengandalkan intuisi dan mengabaikan fakta yang ada dalam pengambilan

keputusan akan menimbulkan suatu masalah. Apabila masalah datang,

maka pembuat keputusan akan menjadi sangat emosional.

Intuisi boleh mengambil bagian dalam pengambilan keputusan

namun tetap tidak boleh mengabaikan fakta-fakta yang ada. Hal ini karena

apabila intuisi mengambil seluruh bagian dalam pengambilan keputusan dan

fakta-fakta diabaikan, keputusan yang dibuat akan menjadi buruk. Selain itu,

dengan mengabaikan fakta-fakta dan informasi yang ada akan menimbulkan

permasalahan baru.

2. Rational approach

Pada pendekatan rasional, seorang individu akan melakukan

analisis melalui informasi-informasi faktual dan melalui proses yang runtut

untuk menghasilkan suatu keputusan. Terdapat dua tipe pendekatan

rasional:

a. The optimizing approach

Tahap tahap pendekatan optimal:

a. Menemukan kebutuhan yang diperlukan oleh keputusan

b. Mengurutkan kriteria yang harus ada dalam sebuah keputusan

c. Mengumpulkan data dan informasi yang ada

3
d. Mengidentifikasi alternatif yang memungkinkan

e. Mengevaluasi apakah altenatif yang telah ada sesuai dengan kriteria

yang telah diperlukan

f. Memilih alternatif yang terbaik

Untuk mengambil sebuah keputusan diperlukan penyusunan

kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk sebuah keputusan.Kriteria

harus disusun berurutan sesuai dengan tingkat

kepentingannya.Kemudian mengumpulkan data-data faktual yang

berkaitan dengan pengambilan keputusan. Sehingga alternatif terbaik

dapat terpilih berdasarkan kesesuaian dengan kriteria yang telah

disusun.

b. The satisficing approach

Believing the assumptions of the optimizing approach to be

generally unrealistic, Herbert Simon, in attempting to understand how

managerial decision are actually made, formulated his principle of

bounded rationality. This principle states, The capacity of the human

mind for formulating and solving complex problem very small compared

with the size of the problem whose solution is required for objectively

rational behavior or even for a reasonable approximation to such

objective rationality"(Rue and Byars, 2005)

Herbert Simon dalam upaya untuk memahami bagaimana

keputusan manajerial sebenarnya dibuat, merumuskan prinsip rasional

terikat.Prinsip ini menyatakan Kapasitas pikiran manusia dalam

merumuskan dan memecahkan masalah yang kompleks sangat kecil

4
dibandingkan dengan besarnya masalah yang solusinya diperlukan

perilaku obyektif rasional atau bahkan pendekatan yang masuk akal

untuk rasionalitas tujuan tersebut.

Pada dasarnya prinsip rasional terikat bahwa rasionalitas manusia

memiliki definisi yang terbatas. Berdasarkan prinsip ini, Simon

mengusulkan model keputusan "manusia administrasi " , yang membuat

beberapa asumsi.

Asumsi pertama yaitu dasar dari prinsip rasional terikat. Asumsi

kedua yaitu mengikuti asumsi pertama yaitu apabila rasionalitas manusia

terbatas, maka seseorang akan membuat keputusan berdasarkan

pengetahuan yang terbatas dan tidak lengkap. Asumsi ketiga yaitu

apabila pengetahuan alternatif pembuat keputusan tidak lengkap, maka

pembuat keputusan tidak dapat membuat keputusan secara optimal

namun hanya dapat satisfice.Optimal berarti memilih altenatif terbaik,

sedangkan satistficing berarti memilih alternatif pertama yang memenuhi

standar minimum kepuasan pembuat keputusan.Asumsi ke empat

didasarkan pada keyakinan bahwa alternatif yang memuaskan ditentukan

oleh tingkat aspirasi seseorang.Tingkat aspirasi mengacu pada kinerja

seseorang yang diharapkan dapat dicapai sebelum sukses atau gagal.

5
The Satisficing Approach Diagram

Satisfied with best


alternative found so far? decision

Search for additional alternative

Value of the Value of new


Current level
best previous alternative
of aspiration
alternatif found

Source: Leslie W. Rue and Lloyd L. Byars, The Satisficing

Approach In Management: Skills and Appliation, McGraw-Hill,

20015, p.69

1.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan adalah hasil dari interaksi antara

karakteristik individu dan lingkungan fisik serta sosial. Hal ini menjadi

faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Adapun

faktor-faktor tersebut yaitu:

1. Pembuat keputusan (Decision maker)

Pembuat keputusan adalah salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.Persepsi seseorang dapat

6
menjadi hal yang sangat mempengaruhi seseorang dalam

menginterpretasikan sebuah informasi.Self-esteem juga dapat

mempengaruhi upaya dalam pengambilan keputusan dan rasa

kepercayaan diri.Terdapat dua karakteristik dalam diri individu yang

perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan.

a. Keterbatasan kognitif

Keterbatasan kognitif adalah jumlah informasi yang dapat

diterima oleh seseorang dalam waktu tertentu.Seseorang dengan

tingkat intelegensi yang tinggi dapat membuat keputusan dengan lebih

baik. Hal ini karena cara orang dengan tingkat intelegensi lebih tinggi

dalam menggunakan keterbatasan kognitifnya berbeda dengan orang

yang tingkat intelegensinya rendah. Orang dengan tingkat intelegensi

lebih tinggi mampu menerima informasi lebih banyak.Meskipun orang

dengan tingkat intelegensi dapat menerima informasi lebih banyak,

bukan berarti orang yang memiliki tingkat intelegensi tinggi mampu

mnerima informasi dengan jumlah yang sangat banyak.

Dengan melakukan latihan dan praktik maka seseorang dapat

mengatasi beberapa efek negatif dari keterbatasan kognitif pada saat

pengambilan keputusan.

b. Gaya pengambilan keputusan

Gaya pengambilan keputusan adalah suatu karakter yang ada

dalam diri seorang pembuat keputusan untuk mengolah

informasi.Gaya pengambilan keputusan ini merupakan hasil interaksi

dari kecerdasan, kepribadian, dan pengalaman yang telah didapatkan.

7
M. J. Driver dan A.J. Rowe telah mengusulkan dua dimensi pokok

yang bervariasi dan kompleks yaitu jumlah informasi yang digunakan

dan fokus yaitu jumlah aternatif yang dikembangkan. Dua dimensi ini

membentuk empat gaya pengambilan keputusan yaitu decisive,

flexible, hierarchic, dan integrative.

Decision-Making Styles According to M.J. Driver and A. J. Rowe

Complexity: Amount of Information used


Moderately low High

Focus: One Decisive Hierarchic


Example: Example:
Number of Harry S Truman Richard M Nixon
Alternatives
Developed Flexible Integrative
Many Example: Example:
Franklin D Roosevelt Adlai Stevenson

Source: M.J. Driver and A. J. Rowe, Decision-Making Styles, A New

Approach to Management Decision Making. In G.L. Cooper, ed,

Behavioral Prolems in Organizations Englewood Cliffs, N.J. Prentice-

Hall, Inc, 1979, p.151

Pembuat keputusan decisive hanya melihat informasi yang

cukup untuk mengidentifikasi sebuah alternatif.Gaya pengambilan

keputusan decisive berorientasi pada tindakan. Pembuat keputusan

flexible menunjukkan preferensi untuk memiliki sejumlah pilihan

dengan menghasilkan sejumlah alternatif. Pembuat keputusan

hierarchial mencari dan mengevaluasi banyak informasi tentang

8
sebuah alternatif.Gaya pengambilan keputusan hierarchial

berorientasi pada informasi.Pembuat keputusan integrative

mengumpulkan informasi dan menghasilkan beberapa alternatif

sebelum memutuskan.

Keputusan akan menjadi lebih baik apabila gaya pengambilan

keputusan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan situasi. Meskipun

terdapat berbagai jenis gaya keputusan, tetapi tidak ada istilah gaya

keputusan terbaik. Manajer dengan kesempatan untuk

mengembangkan berbagai gaya pengambilan keputusan dan strategi

akan lebih efektif daripada terbatas dalam pendekatan.

2. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik juga merupakan faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan. Kondisi lingkungan fisik yang buruk akan

menambah beban pembuat keputusan saat proses pengambilan

keputusan. Hal ini dapat mengakibatkan keputusan yang dihasilkan

kurang optimal karena pembuat keputusan kurang dapat berkonsentrasi

pada lingkungan fisik yang tidak nyaman.

3. Lingkungan sosial

Perilaku pada lingkungan sosial lebih berpengaruh daripada

perilaku saat proses pengambilan sosial. Kekuatan sosial berpengaruh

bagaimana seorang pembuat keputusan mendapatkan informasi, seberapa

bagus informasi tersebut, bagaimana informasi tersebut digunakan, dan

memutuskan alternatif yang layak untuk digunakan. Seorang manajer

harus berhubungan tiga kekuatan sosial yaitu

9
a. Manusia, nilai-nilai dan perilakunya, status dan kekuatan hubungan,

dan jaringan komunikasi informal.

b. Organisasi, struktur, tujuan, tradisi, dll

c. Lingkungan, ekonomi, kondisi pasar, politik, pemerintahan,

kesempatan

Environmental Factor Influencing Decision Making In An

Organization Diagram

Organizational groups
Advisory commites
Labor union
Informal groups

Individual within Personal Traits


Decision
organization Personality
Subordinates making Background
Superiors Experience

Organization itself
Position
Structure
Purpose
Tradition

Source: Leslie W. Rue and Lloyd L. Byars, Environmental factor

influencing decision making in an organization, In Management: Skills

and Appliation, McGraw-Hill, 20015, p.70

10
1.4 Conclusion

Decision making is a process to select the best alternative or best

choice from a series of alternatives. The purpose of decision making is

obtaining a conclusion or a final decision which can be implemented as a

solution of a problem. There are two approaches in decision making. They

are the approach by relying on intuition and rationality. Decision making can

be influenced by many factors. These factors are derived from the decision

maker's self and environmental of the decision maker.

11
BAB II

SIKLUS DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

2.1. Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan merupakan tahap-tahap yang harus dilalui

atau digunakan untuk membuat keputusan. Tahap-tahap ini merupakan

kerangka dasar, sehingga setiap tahap dapat dikembangkan lagi menjadi

beberapa sub tahap (disebut langkah) yang lebih khusus atau spesifik dan

lebih operasional.

2.1.1. Menurut Herbert A. Simon

Simon (1960) mengajukan model yang menggambarkan proses

pengambilan keputusan. Proses ini terdiri atas tiga fase, yaitu :

A. Intelligence

Inteligensi dalam pengambilan keputusan meliputi scanning

(pemindaian) lingkungan, baik secara intermiten ataupun terus-

menerus. Inteligensi mencakup berbagai aktivitas yang menekankan

identifikasi situasi atau peluang-peluang masalah.

a. Identifikasi Masalah (Peluang)

Fase inteligensi dimulai identifikasi terhadap tujuan dan

sasaran organisasional yang berkaitan dengan isu yang

diperhatikan (misal manajemen inventori, seleksi kerja,

kurangnya atau tidak tepatnya kehadiran Web), dan determinasi

apakah tujuan tersebut telah terpenuhi. Masalah terjadi

karenaketidakpuasan terhadap status quo. Ketidakpuasan

merupakan hasil dari perbedaaan antara apa yang kita inginkan

12
(harapkan) dan apa yang terjadi. Pada fase pertama ini,

seseorang berusaha menentukan apakah ada suatu masalah,

mengidentifikasi gejala- gejalanya, menentukan keluasannya,

dan mendefinisikannya secara eksplisit.

Eksistensi masalah dapat ditentukan dengan memonitor

dan menganalisis tingkat produktivitas organisasi. Ukuran

produktivitas dan konstruksi sebuah model didasarkan pada data

riil. Menentukan apakah masalah benar-benar ada, dimana

masalah tersebut, dan seberapa signifikan, dapat dilakukan

setelah investigasi awal selesai dilakukan. Poin kunci adalah

apakah sistem informasi melaporkan masalah atau hanya

melaporkan gejala-gejala dari sebuah masalah.

b. Klasifikasi Masalah

Klasifikasi masalah adalah konseptualisasi terhadap

suatu masalah dalam rangka menempatkannya dalam suatu

kategori yang dapat didefinisikan, barangkali mengarah kepada

suatu pendekatan solusi standar. Pendekatan yang penting

mengklasifikasikan masalah-masalah sesuai tingkat strukturisasi

pada masalah tersebut.

c. Kepemilikan Masalah

Menentukan kepemilikan masalah merupakan hal

penting pada fase inteligensi. Sebuah masalah ada di dalam

sebuah organisasi hanya jika seseorang atau beberapa kelompok

mengambil tanggung jawab untuk mengatasinya dan jika

13
organisasi punya kemampuan untuk memecahkannya. Ketika

kepemilikan masalah tida ditentukan, maka seseorang tidak

melakukan tugasnya atau masalah akan diidentifikasi sebagai

masalah orang lain. Oleh karena itu, penting bagi seseorang

untuk secara sukarela memilikinya atau menugaskannya

kepada orang lain. Fase inteligensi berakhir dengan pernyataan

masalah secara formal.

B. Design

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan,

dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini

meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi, dan

menguji kelayakan solusi.

a. Memilih Sebuah Prinsip Pilihan

Prinsip pilihan adalah sebuah kriteria yang

menggambarkan akseptabilitas dari sebuah solusi (kemampuan

untuk data diterima). Pada sebuah model, prinsip tersebut adalah

sebuah variabel hasil. Memilih sebuah prinsip pilihan bukanlah

bagian dari fase pilihan, namun melibatkan bagaimana kita

membangun sasaran pengambilan keputusan kita dan

bagaimana sasaran tersebut disatukan ke dalam suatu model.

b. Mengembangkan Alternatif-alternatif

Bagian signifikan dari proses pembangunan model adalah

menghasilkan berbagai alternatif. Pencarian terhadap berbagai

alternatif biasanya terjadi setelah kriteria untuk mengevaluasi

14
alternatif dilakukan. Sekuensi ini dapat mengurangi pencarian

alternatif dan usaha yang dikeluarkan untuk mengevaluasinya,

namun mengidentifikasi alternatif-alternatif potensial kadang-

kadang dapat membantu mengidentifikasi kriteria.

c. Mengukur Hasil Akhir

Nilai dari sebuah alternatif dievaluasi dalam hal

pencapaian tujuan. Kadang-kadang suatu hasil dinyatakan secara

langsung dalam istilah tujuan. Sebagai contoh, laba adalah hasil

akhir, maksimalisasi laba adalah suatu tujuan, dan keduanya

dinyatakan dalam terminologi dollar. Hasil akhir seperti

keputusan pelanggan dapat diukur dengan jumlah keluhan,

dengan tingkat loyalitas terhadap sebuah produk, atau dengan

rating hasil survei.

C. Choice

Pilihan merupakan tindakan pengambilan keputusan yang

kritis. Fase pilihan adalah fase di mana dibuat suatu keputusan yang

nyata dan diambil suatu komitmen untuk mengikuti suatu tindakan

tertentu. Batas antara fase pilihan dan desain sering tidak jelas

karena aktivitas tertentu dapat dilakukan selama kedua fase tersebut

dankarena orang dapat sering kembali dari aktivitas pilihan ke

aktivitas desain. Sebagai contoh, seseorang dapat menghasilkan

alternatif baru selagi mengevaluasi alternatif yang ada. Fase pilihan

meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi

yang tepat untuk model. Sebuah solusi untuk sebuah model adalah

15
sekumpulan nilai spesifik untuk variabel-variabel keputusan dalam

suatu alternatif yang telah dipilih.

Memecahkan sebuah model tidak sama halnya dengan

memecahkan masalah yang direpresentasikan oleh model. Solusi

untuk model menghasilkan sebuah solusi yang direkomendasikan

untuk masalah. Masalah dianggap dipecahkan hanya jika solusi yang

direkomendasikan sukses diterapkan. Pemecahan sebuah model

pengambilan keputusan melibatkan pencarian terhadap suatu

tindakan yang tepat. Pendekatan pencarian melibatkan teknik

analitik (memecahkan suatu formula), algoritma (prosedur langkah-

demi-langkah), heuristik (aturan utama), dan blind search

(menembak didalam gelap, idealnya dalam suatu cara yang logis).

Masing-masing alternatif harus dievaluasi. Jika suatu

alternatif mempunyai berbagai tujuan, maka semua tujuan harus

diuji dan seimbang jika dihadapkan dengan yang lainnya. Analisis

sensitivitas digunakan untuk menentukan ketangguhan sembarang

alternatif yang diberikan (sedikit perubahan dalam perameter

idealnya mendorong ke sedikit atau tidak ada perubahan dalam

alternatif yang dipilih).

Menurut Simon, proses pengambilan keputusan meliputi

tiga fase utama yaitu inteligensi, desain, dan kriteria. Ia Kemudian

menambahkan fase keempat yakini implementasi (Turban, 2005).

D. Implementation

16
Tahap pengambilan keputusan untuk dilaksanakan. Begitu

solusi yang diusulkan tampak masuk akal, maka kita siap untuk

masuk kepada fase terakhir yakni fase implementasi keputusan.

Pada hakikatnya implementasi suatu solusi yang diusulkan untuk

suatu masalah adalah inisiasi terhadap hal baru, atau pengenalan

terhadap perubahan. Hasil implementasi yang berhasil adalah dapat

dipecahkannya masalah riil. Sedangkan kegagalan implementasi

mengharuskan kita kembali ke fase sabelumnya.

Skema Tahapan Pengambilan Keputusan Menurut Herbert A. Simon

Source: Turban et al., (2007:54), Decision Support and Business

Intelligence Systems. 8th Edition.

17
2.1.2. Menurut Richard I. Levin,

Proses pengambilan keputusan terdiri atas 6 tahap, yaitu

sebagai berikut :

a) Observasi

Tahap ini berupa (aktivitas proses) kunjungan lapangan,

konferensi, observasi, dan riset yang dapat menjadi informasi dan

data penunjang.

b) Analisis dan Pengenalan Masalah

Tahap ini dapat berupa (aktivitas proses) penentuan

penggunaan, penentuan tujuan, dan penentuan batasan-batasan

yang dapat menjadi pedoman atau petunjuk yang jelas untuk

mencari pemecahan yang dibutuhkan.

c) Pengembangan Model

Tahap ini dapat berupa (aktivitas proses) peralatan

pengambilan keputusan antar hubungan model matematik, riset

yang dapat menjadi (output proses) model yang berfungsi di bawah

batasan lingkungan yang telah ditetapkan.

d) Memilih Data Masukan yang Sesuai

Tahap ini dapat berupa data internal dan eksternal,

kenyataan, pendapat, serta data bank komputer yang dapat menjadi

(output process) input yang memadai untuk mengerjakan dan

menguji model yang digunakan.

e) Perumusan dan Pengujian

18
Tahap ini berupa pengujian, batasan, dan pembuktian yang

dapat menjadi pemecahan yang membantu pencapaian tujuan.

f) Penerapan Pemecahan

Tahap ini berupa pembahasan perilaku, pelontaran ide,

pelibatan manajemen, serta penjelasan yang menjadi pemahaman

manajemen untuk menunjang model operasi dalam jangka yang

lebih panjang.

2.1.3. Menurut Sir Francis Bacon

Proses pengambilan keputusan terdiri dari 6 tahap, yaitu :

1. Merumuskan/mendefinisikan masalah

Suatu usaha untuk mencari permasalahn yang sebenarnya.

2. Pengumpulan informasi relevan

Pencarian faktor-faktor yang mungkin terjadi sehingga dapat

diketahui penyebab timbulnya masalah.

3. Mencari alternatif tindakan

Pencarian kemungkinan yang dapat tempuh berdasarkan data dan

permasalahan yang ada.

4. Analisis alternatif

Penganalisisan setiap alternatif menurut kriteria tertentu yang

sifatnya kualitatif atau kuantitatif.

5. Memilih alternatif terbaik

Pemilihan alternatif terbaik dilakuakan atas kriteria tertentu dan

skala prioritas tertentu.

6. Melaksanakan putusan dan evaluasi hasil

19
Tahap melaksanakan/mengambil tindakan. Umumnya tindakan ini

dituangkan ke dalam rencana tindakan. Evaluasi hasil memberikan

masukan/umpan balik yang berguna untuk memperbaiki keputusan

atau merubah tujuan semula karena telah terjadi perubahan-

perubahan.

2.1.4. Menurut Scott dan Mitchell

Sedangkan menurut Scott dan Mitchell, Proses pengambilan

keputusan meliputi:

1) Proses pencarian/penemuan tujuan

2) Formulasi tujuan

3) Pemilihan Alternatif

4) Mengevaluasi hasil-hasil

2.1.5. Menurut Elbing

Pendekatan komprehensif lainnya adalah dengan menggunakan

analisis sistem, Menurut Elbing ada lima langkah dalam proses

pengambilan keputusan:

1) Identifikasi dan diagnosa masalah

2) Pengumpulan dan analisis data yang relevan

3) Pengembangan dan evaluasi alternatif-alternatif

4) Pemilihan alternatif terbaik

5) Implementasi keputusan dan evaluasi terhadap hasil-hasil

2.2. Model Proses Pengambilan Keputusan

Model adalah percontohan yang mengandung unsue yang bersifat

penyederhanaan untuk dapat ditiru. Pengambilan keputusan itu sendiri

20
merupakan suatu proses beruntun yang memerlukan penggunaan model

secara tepat.

Pentingnya model dalam suatu pengambila keputusan, anatara lain

sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-

unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang akan

dipecahkan/diselesaikan itu.

2) Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan

diantara unsur-unsur itu.

3) Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan

antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk

matematika.

4) Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan proses yang membutuhkan

penggunaan model yang tepat. Pengambilan keputusan itu berusaha

menggeser keputusan yang semula tanpa perhitungan menjadi keputusan

yang penuh perhitungan.

Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisian situasi

atau sistem yang kompleks. Jadi dengan model, situasi/sistem yang

kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang

esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan

penggunaan model dapat mmberikan kerangka pengelolaan dalam

pengambilan keputusan.

21
Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan proses berurutan

yang membutuhkan penggunaan model yang tepat. Pengambilan

keputusan berusaha menggeser keputusan yang semula tanpa perhitungan

menjadi keputusan yang penuh perhitungan.

2.2.1. Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan

Klasifikasi model pengambilan keputusan dapat digolongkan

berdasarkan:

1) Tujuannya

2) Bidang penerapannya (field of application)

3) Tingkatannya (level)

4) Ciri waktunya (time character)

5) Bentuknya (form)

6) Pengembangan analitik (analytic development)

7) Kompleksitas (complexity)

8) Formalisasi (formalization)

2.2.2. Macam Model Pengambilan Keputusan Menurut Quade

Menurut Quade model kedalam dua tipe yaitu model kuantitatif

dan model kualitatif.

1) Model Kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah

serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian

hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau

analisis lainnya, atau merupakan intruksi bagi komputer yang

berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok

model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi dan

22
kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa

menggunakan pertimbangan atau instuis mengenai proses dunia

nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk

pemecahannya.

2) Model kualitatif berdasarkan atas asumsi-asumsi yang

ketepatannya agak kurang jika dibandingkan dengan model

kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari

deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dengan pertimbangan

yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang

pemecahannya dibuatkan model

2.2.3. Macam Model Pengambilan Keputusan Menurut Robert D. Spech

Robert D. Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis

kebijakan pengambilan keputusan kedalam 5 kategori yakni sebagai

berikut:

1) Model Matematika

Model matematika ini menggunakan teknik seperti

misalnya, linear programming (linear and dynamic programming),

teori jaringan kerja (network theory) dan sebagainya. Komputer

dapat digunakan, begitu pula halnya dengan kalkulator dapat juga

digunakan tetapi hanya sebagai alat Bantu perhitungan saja, bukan

sebagai simulator (tiruan yang memegang peranan penting).

Dengan demikian, faktor matematika tetap merupakan faktor

penentu, yang memegang peranan utama dalam penyelesaian dalam

menetapkan kebijakan dan pengambilan keputusan.

23
2) Model Simulasi Komputer

Model ini merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya.

Ada yang dibuat dengan peralatan dan ukuran sama persis dengan

yang sesungguhnya, misalnya simulasi cockpit pesawat terbang

boeing 747, dimana calon pilot melatih diri melalui cockpit tiruan

tersebut.

3) Model Permainan Operasional

Manusia dapat beperan apa saja dalam suatu model,

misalnya dapat berperan sebagai perancang (designer) dapat juga

berperan sebagai pemakai, pemberi data. Tetapi dalam model

permainan operasional ini, manusia berperan sebagai elemen atau

unsure. Pada model permainan operasional, manusia digunakan

atau dijadikan objek yang harus mengambil keputusan. Informasi

diperoleh dari komputer atau video games. Jadi,komputer atau

video gamessebagai penyaji masalah, kemudian manusia mampu

menyelesaikan masalah tersebut.

4) Model Verbal

Model verbal adalah model pengambilan keputusan

berdasarkan analogi, yang lebih bersifat bukan kuantiatatif.

Dari analog itu kemudian dibuat kesimpulan yang kemudian

lagi untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang

nonkuantitatif

5) Model Fisik

24
Model fisik merupakan serangkaian keputusan dalam

program pembangunan dan pengembangan yang cukup

kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan secara

serentak, dalam arti tidak usah beruntun, dan bagian-bagian

mana yang harus beruntun menunggu bagian tertentu harus

selesai lebih dulu baru dapat mengerjakan bagian berikutnya.

Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang

insinyur daripada policy maker.

2.2.4. Macam Model Pengambilan Keputusan Menurut Gullet dan Hicks

Gullet dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model

pengambilan keputusan antara lain, sebagai berikut :

1) Model Probabilitas

Model probabilitas pada umumnya model-model

keputusannya merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai

harapan memberi hasil tertentu (the concept of probability and

expected). Adapun yang dimaksud dengan probabillitas adalah

kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the

chance of particular event occurring). Demikian juga halnya dengan

probabilitas statistic atau proporsi statistik dikembangkan melalui

pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari

populasi tersebut. Sample itu sendiri merupakan bagian yang

dianggap mewakili keseluruhan populasi.

25
2) Konsep tentang Nilai-nilai Harapan

Konsep tentang nilai harapan ini khususnya dapat digunakan

dalam pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti

menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungakan

bagi situasi dan kondisi yang akan datang. Adapun nilai yang

diharapkan (nilai harapan) dari setiap peristiwa yang terjadi

merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan

nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah dimana

terjadinya peristiwa yang diharapkan masih diragukan.

3) Model matrik

Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and

expected value) ada juga model lainnya. Model lain tersebut

misalnya adalah model matriks (the payoff matrix model ). Model

matrik merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi antara

strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.

Model matrik terdiri atas dua hal, yakni baris dan lajur. Baris

(row) bentuknya mendatar sedangkan lajur (column) bentuknya

menegak (vertical). Pada sisi baris berisi macam alternative strategi

yang digelarkan oleh pengambilan keputusan sedangkan pada sisi

lajuir berisi kondisi dan nilai harapan dalam kondisi dan situasi yang

berlainan.

4) Model Pohon Keputusan

Pohon keputusan ini biasanya dipergunakan untuk

memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam proyek yang

26
sedang ditangani. Welch dan Corner memberikan definisi pohon

keputusan (decision tree) adalah diagram sederhana yang

menunjukan kemungkinan konsekuensi dari keputusan alternatif.

Pohon keputusan berisi tentang simpul keputusan, simpul

kesempatan, hasil dari kombinasi, dan kemungkinan-kemungkinan

akibat dari peristiwa yang terjadi. Hal yang penting dalam pohon

keputusan adalah pengambilan keputusan itu haruslah secara aktif

memilih dan mempertimbangkannya betul-betul alternatif mana

yang akan dijadikan keputusan.

5) Model Kurva Indiferen

Ada juga pengambilan keputusan yang membutuhkan

penilaian yang lebih bersifat subjektif. Model yang kiranya cocok

untuk keputusan yang demikian ini menggunakan analisis kurva

indiferen. Kurva indiferen (indifference curve) merupakan kurva

(berbentuk garis) dimana setiap titik yang berada pada garis kurva

tersebut mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang sama.

Misalnya, penggunaan barang X dan Y meskipun kombinasi jumlah

masing-masing berbeda, namun apabila semuanya itu berada pada

titik kurva indiferen, kepuasannya sama.

6) Model Simulasi Komputer

Menurut model ini, pengambilan keputusan diperlukan

rancang bangun (design) yang biasanya menggunakan computer,

yang mampu menirukan apa-apa yang dilakukan oleh organisasi.

Banyak variabel yang dapat dijadikan model, namun biasanya sulit

27
untuk dapat mengukur dengan tepat masing-masing variabel

independent, apakah ada huibungan dan pengaruh terhadap variabel

independent, kalau ada berapa besarnya.

Dengan menggunakan komputer, hal ini lebih mudah lebih

dihitung dan diketahui berapa besarnya pengaruh variabel terhadap

independent. Sebab dengan menggunakan bantuan computer

jangkauan pikiran dan pemikirannya secara operasional menjadi

lebih luas dan penjang serta mampu memecahkan permasalahan

yang kompleks.

2.3. Kondisi dalam Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan keputusan para manajer sering dipaksa untuk

mengambil berbagai keputusan tanpa tersedianya informasi yang

sempurna, keakurasian dan varibilitas informasi yang diterima oleh para

manajer pada hakikatnya di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu: Kepastian,

risiko, ketidakpastian, dan konflik.

2.3.1. Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Pasti

Suatu keputusan disebut diambil kondisi kepastian apabila

hasil dari setiap alternatif tindakan dapat ditentukan dengan pasti.

Dalam kondisi pasti ini, pengambil keputusan secara pasti

mengetahui apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

Alternatif yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi/hasil.

Artinya hasil dari setiap alternatif tindakan tersebut dapat ditentukan

dengan pasti. Ini disebabkan karena keutusan yang akan diambil

tersebut didukung oleh informasi yang lengkap, sehingga dapat

28
diramalkan secara tepat atau eksak hasil dari tindakan. Biasanya

selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah

rutin, karena kejadian tertentu di masa yang akan datang dijamin

terjadi.

2.3.2. Pengambilan Keputusan dalam Kondisi berisiko

Pengambilan keputusan dalam kondisi berisiko adalah suatu

kejadian atau keadaan dimana terjadi dua kemungkinan hasil

(berhasil/gagal) yang akan terjadi jika mengambil suatu keputusan

dalam suatu peristiwa.

Adalah pengambilan keputusan dimana berlangsung hal

sebagai berikut:

a. Alternatif yang harus dipilih mengandung lebih dari satu

kemungkinan hasil.

b. Pengambilan keputusan memiliki lebih dari satu alternatif

tindakan.

c. Diasumsikan bahwa pengambilan keputusan mengetahui

peluang yang akan terjadi terhadap berbagai tindakan dan

hasil.

d. Risiko terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat

diketahui dengan pasti, walaupun diketahui nilai

probabilitasnya.

2.3.3. Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Tidak Pasti

Pengambilan keputusan pada kondisi ketidakpastian (decision

making under uncertainty) mengasumsikan pengambil keputusan tidak

29
tahu dengan pasti hasil yang mungkin terjadi dari setiap alternatif,

bahkan probabilitasnya sekalipun.

Pengambilan keputusan dalam kondisi ini terjadi jika:

a. Tidak diketahui sama sekali hal jumlah kondisi yang

mungkin timbul serta kemungkinan munculnya kondisi-

kondisi itu.

b. Pengambilan keputusan tidak dapat menentukan

probabilitas terjadinya berbagai kondisi atau hasil yang

keluar.

c. Hal yang diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi.

Tingkat ketidakpastian keputusan macam ini dapat dikurangi

dengan beberapa cara yaitu:

a. Mencari informasi lebih banyak,

b. Melalui riset atau penelitian,

c. Penggunaan probabilitas subyektif

Teknik pemecahannya adalah menggunakan beberapa

metodeyaitu antara lain metode maximin, maximax,metode

laplace, metode minimax regret dan dibantu dengan tabel hasil

(Pay off table).

2.3.4. Pengambilan Keputusan dalam kondisi Konflik

Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik terjadi apabila

alternatif keputusan yang harus dipilih atau diambil berasal dari

pertentangan atau persaingan dari dua atau lebih pengambil keputusan.

Pengambilan keputusan saling bersaing dengan pengambil keputusan

30
lainnya yang rasional, tanggap dan bertujuan untuk memenangkan

persaingan tersebut. Suatu keputusan diambil dalam kondisi konflik

apabila yang kita hadapi bukan situasi-situasi/kondisi-kondisi/pelang-

peluang, tetapi pihak-pihak atau organisasi-organisasi lain yang juga

memiliki kepentigan dalam keputusan-keputusan yang hendak kita

ambil. Namun demikian, pihak-pihak lain itu menghendaki agar

keputusan yang diambil tidak merugikan mereka. Pengambil keputusan

bertindak sebagai pemain dalam suatu permainan.

Dari poin-poin diatas dapat kita ketahui bahwa dalam proses

pengambilan keputusan hendaknya di awali dengan jenis keputusan

yang akan diambil, setelah kita mengetahui jenisnya barulah kita

tentukan langkah pengambilan keputusan yang meliputi proses

identifikasi, penetapan parameter, alternatif, kriteria serta mengevaluasi

hasilnya atau disebut tahap implementasi. Sehingga pada akhirnya

terciptalah sebuah keputusan yang adil dan menguntungkan kedua belah

pihak. Jika manajemen organisasi seperti itu seharusnya tidak ada lagi

penyelewengan kekuasaan dalam pengambilan keputusan.

2.4 Conclusion

Decision-making involves a number of steps which need to be taken in

a logical manner. Process needs to be followed in order to

takerational/scientific/result oriented decisions. Decision-making process

prescribes some rulesand guidelines as to how a decision should be

taken/made. This involves many stepslogically arranged, require the use of

31
proper decision-making model, and make decisions in a variety of conditions

circumstances

32
BAB III

JENIS, BENTUK DAN TIPE KEPUTUSAN

3.1 Jenis Keputusan

a. Keputusan Strategis

Keputusan strategis adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen

puncak dalam sebuah perusahaan.Menurut kelompok kami, Keputusan

strategis ini merupakan keputusan tertinggi yang berhubungan dengan

mati atau hidupnya suatu organisasi, itulah alasan mengapa keputusan ini

dibuat oleh menajer tingkat atas.

b. Keputusan Taktis

Keputusan Taktis adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen

menengah.Keputusan ini menyatukan antara keputusan strategis oleh

manajer tingkat atas dengan keputusan operasional manajer tingkat

pertama.Keputusan taktis seringkali berupa tindakan berskala kecil yang

bermanfaat untuk tujuan jangka panjang.

c. Keputusan Operasional

Keputusan Operasional adalah keputusan yang dibuat oleh tingkat

manajemen yang paling bawah.Keputusan ini berkaitan dengan fungsi

sehari-hari organisasi.Misalnya, manajer tingkat pertama diharapkan untuk

mengikuti kebijakan keselamatan perusahaan dan aturan untuk menangani

masalah disiplin, keluhan, dan tugas kerja. Pada tingkat manajemen ini,

pengambilan keputusan biasanya hanya melibatkan kebijaksanaan ringan

dan memberikan kesempatan yang relatif terbatas untuk latihan kreativitas

dan penilaian independen

33
3.2 Bentuk Keputusan

a. Keputusan Individu

Keputusan Individu adalah keputusan dilakukan oleh perorangan

dan biasanya diambil oleh pimpinan/manajer perorangan sesuai dengan

wewenangnya.Keputusan individu ini biasanya merupakan keputusan

yang diputuskan secara sepihak oleh seorang pimpinan atau manajer.

b. Keputusan Kelompok

Keputusan kelompok adalah keputusan yang dilakukan oleh

kelompok/organisasi berdasarkan pada pengambilan keputusan secara

individu anggota kelompok.Keputusan ini biasanya berasal dari pendapat

setiap anggota kelompok dimana keputusan akhir ditentukan secara

bersama-sama.Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kelompok

lebih baik daripada dilakukan oleh individu karena interaksi antar anggota

kelompok dapat menghasilkan suatu gagasan atau ide yang sebelumnya

tidak terpikir oleh anggota yang lainnya.

Apabila dilihat keefektifan dan efisiensi antar pengambilan

keputusan kelompok atau individu, maka hal tergantung kepada kriteria

apa yang dipakai sebagai ukuran efektif. Bila diukur dengan derajat

akurasi, barangkali keputusan kelompok lebih akurat.Fakta membuktikan

keputusan kelompok lebih baik daripada keputusan individu.Tetapi tidak

berarti bahwa secara bersama kelompok lebih bermutu dari

perseorangan.Bila dimaksud dengan efektif adalah ukuran kecepatan maka

keputusan individual jadi lebih efektif.Kalau kreativitas yang jadi ukuran

keefektifan maka keputusan kelompok adalah lebih efektif. Ukuran

34
keefektifan lain, mungkin dukungan persetujuan, maka keputusan

kelompok jadi lebih efektif. Contoh keputusan kelompok adalah rapat

merupakan salah satu alat terpenting untuk mencapai informasi dan

mengambil keputusan.

3.3 Tipe Keputusan

Herbert Simon membedakan antara 2 jenis keputusan, yaitu :

a. Keputusan Terprogram

Keputusan terprogram adalah keputusan yang terstruktur atau

yang muncul berulang-ulang dan rutin, Keputusan terprogram

memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana

suatu kinerja sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini tersedia

dengan baik. Dalam realitas, keputusan terprogram mampu

diselesaikan ditingkat lini paling rendah tanpa harus membutuhkan

masukan Keputusan dari pihak atasan, seperti para middle dan top

management.Contoh Keputusan yang terprogram adalah pekerjaan

yang dilaksanakan dengan rancangan SOP (Standard Operating

Procedure) yang sudah dibuat sedemikian rupa.

b. Keputusan Tidak Terprogram

Keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang pertama

kali muncul dan tidak terstruktur.Keputusan tersebut memerlukan

penanganan khusus untuk memecahkan masalah, karena belum ada

pedoman khusus dalam menangani masalah tersebut. Keputusan ini

tidak mempunyai suatu aturan yang baku. Kebanyakan keputusan ini

bersifat Iebih rumit dan membutuhkan kompetensi khusus untuk

35
menyelesaikannya, seperti top manajemen dan para konsultan dengan

tingkat skill tinggi. Contoh keputusan yang tidak terprogram adalah

kasus-kasus khusus, kajian strategis, dan berbagai masalah yang

membawa dampak besar bagi organisasi.

Perbedaan Keputusan Terprogram dan Keputusan Tidak Terprogram:

Keputusan Terprogram Keputusan Tidak Terprogram

Tipe Sering, berulang, rutin, banyak Baru, tidak terstruktur,

Masalah kepastian mengenai hubungan banyak ketidakpastian

sebab-akibat mengenai hubungan sebab-

akibat

Prosedur Tergantungan pada kebijakan, Keharusan untuk berkreasi,

aturan, dan prosedur yang pasti intuisi, pemecahan masalah

secara kreatif

Contoh Perusahaan bisnis: penataan Perusahaan Bisnis :

persediaan ulang. Penggolongan ke produk-

Universitas: Menentukan rata-rata produk baru dan pasar

prestasi Universitas : Pembangunan

Kesehatan : Prosedur dalam fasilitas kelas baru

pengakuan pasien Kesehatan : Pembelian

Pemerintan : sistempromosi peralatan eksperimen

pegawai negeri Pemerintah

Source : J. Gibson, J. Ivancevich, and J. Donelly, Jr., Organization, 5th ed.

(Plano TX:BPI, 1985)

36
3.4 Conclusion

A manager must know about the kind, form and type of decisions that

may be taken in the future. Type of decisions consists of strategic decisions,

tactical decisions and operational decisions. Form of decision consist of

individual decisions and group decisions. And type of decisions consists of

programmed decisions and non programmed decisions.

37
BAB IV

EFEKTIVITAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambil keputusan yang baik tidak membuat banyak keputusan. Cukup

membuat keputusn yang bisa membuat perbedaan, dan mereka tahu kapan

keputusan diperlukan Pengambil keputusan yang baik tahu bagaimana

mendefinisikan masalah dan juga emiliki potensi, langkah-langkah serta unsure-

unsur tersendiri dalam pengambilan keputusan. (Peter F. Drucker, 1999)

4.1 Pengertian efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah

populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna

atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai

tujuan atau sasaran yang telah ditentukan didalam setiap organisasi, kegiatan

ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran seperti

yang telah ditentukan.

Georgopolous dan Tannembaum, mengemukakan:

Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu

organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga

mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain,

penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan

Steers mengemukakan bahwa:

Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem

dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan

38
sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa

memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya.

Fraser (1994, p. 104) defined it thus:

Effectiveness. This is a measure of the match between stated goals and their

achievement. It is always possible to achieve easy, low-standard goals. In

other words, quality in higher education cannot only be a question of

achievements outputs but must also involve judgements about the goals

(part of inputs)

Erlendsson (2002) defines effectiveness as:

the extent to which objectives are met (doing the right things).

The UNESCO definition is:

Effectiveness (educational): An output of specific review/analyses (e.g., the

WASC Educational Effectiveness Review or its Reports on Institutional

Effectiveness) that measure (the quality of) the achievement of a specific

educational goal or the degree to which a higher education institution can be

expected to achieve specific requirements. It is different from efficiency,

which is measured by the volume of output or input used. As a primary

measure of success of a programme or of a higher education institution, clear

indicators, meaningful information, and evidence best reflecting institutional

effectiveness with respect to student learning and academic achievement have

to be gathered through various procedures (inspection, observation, site

visits, etc.). Engaging in the measurement of educational effectiveness creates

a value-added process through quality assurance and accreditation review

39
and contributes to building, within the institution, a culture of evidence.

(Vlsceanu et al., 2004, p. 37)

Wojtczak (2002) defines effectiveness in the context of medial

education:

Effectiveness: A measure of the extent to which a specific intervention,

procedure, regimen, or service, when deployed in the field in routine

circumstances, does what it is intended to do for a specified population. In

the health field, it is a measure of output from those health services that

contribute towards reducing the dimension of a problem or improving an

unsatisfactory situation.

Efektivitas dapat disimpulkan sebagai suatu ukuran yang menyatakan

seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, dan waktu) yang telah dicapai oleh

manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui

konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan

apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan

manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini, efektivitas merupakan

pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki

secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran

(output). Dalam hal ini sumber daya yang dimaksud meliputi ketersediaan

personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu

kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan

prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan

dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

40
4.2 Unsur-Unsur atau Komponen-Komponen Pengambilan Keputusan

Efektif

Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui

unsur-unsur / komponen-komponen dari pengambilan keputusan. Martin Starr

menyebutkan unsur-unsur atau komponen-komponen pengambilan keputusan

sebagai berikut :

1. Tujuan dari pengambilan keputusan

Tujuan harus ditegaskan dalam pengambilan keputusan.Apa tujuannya

mengambil keputusan itu. Misalnya kalau kita akan membeli mobil baru,

yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan membeli mobil tersebut,

untuk apa?. Dengan membeli mobil baru, maka pengangkutan akan

menjadi lebih lancar dan tidak khawatir mogok, lebih ekonomis dan lain

sebagainya.

2. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah

Mengadakan identifikasi alternatif-alternatif yang akan dipilih untuk

mencapai tujuan tersebut, perlu kiranya membuat daftar macam-macam

tindakan yang memungkinkan untuk mengadakan pilihan.

3. Perhitungan faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau

diluar jangkauan manusia (uncontrollable events)

Faktor semacam ini juga harus diperhitungkan.Keberhasilan pemilihan

alternatif itu baru dapat diketahui setelah putusan itu dilaksanakan. Waktu

yang akan datang tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu,

kemampuan pemimpin untuk memperkirakan masa mendatang sangat

menentukan terhadap berhasil atau tidaknya keputusan yang

41
akandipilihnya. Misalnya, dalam pembelian mobil baru, kita tidak

mengetahui apakah waktu mendatang akan ada kenaikan harga bensin atau

tidak. Kenaikan harga bensin memang berpengaruh terhadap perhitungan

ekonomis bagi mobil komersial.Jadi kemungkinan ini pun harus sudah ikut

diperhitungkan.

4. Dibutuhkan sarana atau alat untuk mengukur atau mengevaluasi hasil dari

suatu pengambilan keputusan.

Alternatif-alternatif keputusan dan peristiwa diluar jangkauan manusia itu

perlu dirinci dengan menggunakan alat atau sarana untuk mengukur yang

akan diperoleh atau pengeluaran yang perlu dilakukan dari setiap

kombinasi alternatif keputusan dan peristiwa diluar jangkauan manusia itu.

Jadi, misalkan kita memiliki 3 alternatif dan 4 peristiwa diluar jangkauan

manusia, maka kita perlu menetapkan 12 hasil, dimana setiap alternatif

dapat menghasilkan satu hasil yang dikaitkan dengan 4 kemungkinan

peristiwa diluar jangkauan manusia.

4.3 Conclusion

Effectiveness is a measure that states how far the target (quality,

quantity, and time) that has been achieved by the management. There four

elements of decision making, there are the purpose of decision making,

identification of alternatives decision to solve the problem, the calculation

factors beyond reach, as well as measuring instruments or evaluating the

results of the decision making.

42
BAB V

DATA, INFORMASI, DAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

5.1 Pengertian Data, Informasi, dan Sistem Informasi Manajemen

Data merupakan fakta dan angka yang menyampaikan sesuatu atau

informasi yang spesifik, tetapi tidak diatur dengan cara apapun dan tidak

memberikan informasi lebih lanjut mengenai pola, konteks, dll .Menurut

Thierauf,Data merupakan fakta-fakta dan angka yang tidak terstruktur yang

memiliki dampak pada tipe manajer.

Informasi merupakan data yang diulas menjadi informasi, harus

dikontekstualisasikan, dikategorikan, dihitung dan disajikan secara ringkas

dan jelas (Davenport & Prusak 2000).Sehingga, Informasi memberikan

gambaran atau penjelasan yang lebih luas, yaitu data dengan menyajikan

relevansi dan tujuan (Bali et al 2009).Pada dasarnya informasi ditemukan

dalam jawaban pertanyaan 5W+1H yaitu who, what, where, when, and how

many (Ackoff 1999).

Perbedaan antara data dan informasi:

Data merupakan hasil pertimbangan atau perhitungan dari sebuah dokumen

yang berisi table dan angka. Sedangkan Informasi merupakan hasil pembacaan

atau penafsiran dari angka-angka pada data, sebagai contoh seorang karyawan

yang mengakui nama dan sifat produk, dan memberitahukan bahwa angka

berada di bawah angka tahun lalu, yang menunjukkan tren menurun. Data

tersebut telah menjadi Informasi.

43
Dengan demikian, informasi adalah data yang diberikan konteks dan

dimaknai.(Fahey dan Prusak 1998).

Definisi Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah jaringan

informasi yang dibutuhkan pimpinan dalam menjalankan tugasnya, terutama

dalam mengambil keputusan. Sudah barang tentu kalau disebutkan

dibutuhkan pimpinan, berarti pula dibutuhkan juga oleh organisasi, sebab

tugas pimpinan bukan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, melainkan

untuk kepentingan organisasi; untuk mencapai tujuan organisasinya.

Tekanan Sistem Informasi Manajemen itu pada sistemnya, bukan pada

manajemennya. Namun agar SIM itu berlangsung dengan efektif dan efisien

maka tetap perlu dikelola (managed) sebaik-baiknya. SIM merupakan suatu

pemikiran terus menerus untuk selalu mencari dan menemukan sistem

informasi yang lebih baik.kemudian pelaksanaannya perlu dikelola dengan

baik pula.

5.2 Peran Data dan Informasi

Kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dengan

cepat dan tepat merupakan hal penting dalam daya saing dan pertumbuhan bagi

perusahaan. Dalam Hal tersebut, penggunaan data dan informasi sangat

dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan. Berikut peran data dalam

proses perencanaan strategis yang jelas di sebagian besar karya ilmiah;

1) Peran dalam Mengoptimalkan Proses Keputusan

Data sangat penting dalam membuat keputusan strategis berdasarkan

fakta. Misalnya, untuk mengevaluasi faktor pendorong penjualan seluruh

produk, daerah dan kerangka waktu, pengambil keputusan memerlukan

44
fakta untuk menganalisis proses penjualan. Setelah data tersedia,

terintegrasi, dan akurat, maka proses pengambilan keputusan dioptimalkan

dengan lebih cepat dan membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit.

Pemanfaatan sumber daya yang optimal difasilitasi oleh pemilihan

informasi, berdasarkan kualitas data yang mengoptimalkan proses

pengambilan keputusan strategis (Hammond et al, 2006).

2) Peran dalam Meningkatkan Kepatuhan Regulatory(Aturan)

Organisasi Astute mengumpulkan data dari seluruh bisnis demi

mencapai satu versi kebenaran untuk membantu meningkatkan

kemampuan dalam mematuhi peraturan pemerintah.Panduan data untuk

mengambil keputusan harus sesuai dengan hukum dan badan pengawas,

sebagai standar hukum dan peraturan pemerrintah.

3) Peran dalam Membantu Lebih Cepat dan Tepat dalam Mengambil

Keputusan

Untuk mengoptimalkan peluang, bisnis sangat perlu untuk membuat

perhitungan dengan cepat dalam pengambilan keputusan.Cotohnya,

banyak organisasi yang sukses, bergantung pada data warehouse untuk

menyediakan mereka informasi penting seperti posisi kas, produk dan

profitabilitas pelanggan. Data warehouse menawarkan solusi data yang

dirancang untuk membantu perusahaan dari semua ukuran menganalisis

dan menggunakan informasi untuk membuat keputusan yang lebih baik.

Data warehouse membantu dalam pengambilan keputusan yang

memungkinkan perusahaan untuk dengan mudah membangun solusi yang

mengintegrasikan data, sehingga karyawan dapat membuat keputusan

45
berdasarkan data lengkap berdasarkan fakta. Hal ini membuat perusahaan

lebih cerdik dan gesit karena mereka menggunakan data yang dapat

diandalkan.(Dowd, 2005).

4) Peran dalam Mengurangi Biaya

Dengan menggunakan data yang dapat diandalkan, perusahaan telah

mampu menghapus dan atau mengurangi kemacetan dalam proses

pengambilan keputusan strategis. Hal ini memfasilitasi dalam alokasi

sumber daya yang tepat, sehingga mengurangi biaya yang terkait dengan

ketidakefisienan.

5) Peran dalam Pengurangan Ketidakpastian atau Risiko

Pendekatan data secara rasional berupaya untuk menghapus

ketidakpastian yang mengasumsikan bahwa keputusan yang tepat

bersumber pada pemahaman informasi dengan baik tentang apa yang

terjadi. Pemahaman tersebut diperoleh melalui pengumpulan data

menyeluruh dan analisis objektif data.Data tersebut dapat menghilangkan

keraguan dan memberikan keyakinan yang dihasilkan untuk motivasi

dalam mencapai kesuksesan.(Trainer, 2004).

6) Peran dalam Mengidentifikasi Keputusan yang Tepat

Pengambilan keputusan adalah memilih alternatif terbaik pada suatu

pilihan solusi permasalahan.Data membantu dalam evaluasi alternatif

praktis dalam pengambilan keputusan yang tepat.(Lassen, 2007).

7) Peran dalam Maksimalisasi Utility Organisasi

Informasi adalah pusat untuk model pilihan yang rasional. Dean dan

Sharfman (1993) berpendapat bahwa, pada kenyataannya rasionalitas

46
sebagai pengumpulan dan analisis data untuk membuat keputusan.

Perspektif ini mengasumsikan bahwa informasi ditafsirkan yang secara

objektif, akan memberikan pilihan yang memaksimalkan utilitas dari

sebuah organisasi. Gyawali, Stewart dan Grant (1997) berpendapat bahwa

ketersediaan kualitas data dapat menyebabkan pembelajaran organisasi,

yang menghasilkan keputusan yang lebih baik.Sebaliknya, kurangnya data

dapat menghambat atau menghalangi pembuatan keputusan yang tepat.

8) Peran dalam Ketepatan Waktu dan Akurasi Keputusan

Howard (2001) menegaskan bahwa tujuannya adalah untuk "...

mengurangi ketidakpastian dalam pembuatan keputusan ... ".Demikian

pula, Seybert (1991) melihat pengambilan keputusan dalam penelitian

harus menggunakan data yang tepat dan waktu yang akurat.Data yang

mendasari dalam pengambilan keputusan strategis lebih difokuskan pada

realitas, akurasi dan ketepatan waktu.

9) Peran dalam Organizing, Sensing(Memproses) dan Diagnosa Masalah

Data membantu organisasi untuk peka terhadap masalah di

lingkungannya, mendiagnosa penyebab, menilai solusi potensial, dan

kemudian menilai efektivitas keputusan.

10) Peran dalam Menciptakan Kualitas Pengambilan Keputusan

Kualitas proses pengambilan keputusan strategis adalah bergantung

pada kualitas informasi pendukung. Kualitas sering dianggap sebagai

atribut subjektif, tetapi Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO

2008) menunjukkan bahwa kualitas bisa diukur.Ketika seseorang

mengatakan bahwa 'Kualitas' hanyalah subjektif, ini menyiratkan kualitas

47
yang imajiner dan karena itu dapat diabaikan dalam melakukan

pertimbangan. Tapi kualitas juga merupakan cara mendefinisikan sesuai

dengan spesifikasi. Hal tersebut merupakan peran utama kualitas data.

11) Peran dalam Manajemen Informasi

Arus informasi dalam perusahaan diatur oleh prosedur, untuk

manajemen informasi.Beberapa perusahaan outsourcing mencari informasi

untuk informasi khusus layanan perusahaan. Tetapi assist data dalam

manajemen informasi di organisasi harus dibuat secara tegas dan relevan.

12) Peran dalam Manajemen Perubahan

Perubahan kondisi lingkungan telah membawa perubahan dalam

penyampaian informasi yang digunakan dalam perusahaan.Dalam

beberapa kasus, kekuatan lingkungan tentu memaksa perusahaan untuk

mengubah keputusan.Perusahaan dapat membuat perubahan keputusan

yang sudah popular dengan menggunakan data, dengan menerima dan

melaksanakan alternatif pilihan yang layak. Secara umum, keseluruhan

proses perubahan dalam organisasi adalah keputusan strategis adventure.

13) Peran dalam Otonomi Pengambil Keputusan

Jika pengambil keputusan strategis tidak bebas untuk membuat dan

mengambil keputusan sendiri, sehingga harus mengikuti perintah kantor

pusat atau laporan kembali ke kantor pusat sebelum keputusan dapat

berlaku, terdapat kurangnya 'nilai strategis' yang terlibat. Namun, kepala

arahan kantor pusat memberikan kebebasan yang cukup untuk eksekutif

lokal, sehingga keputusan lokal dengan signifikansi strategis masih

48
dibutuhkan. Para pengambil keputusan mendapatkan wewenang dari

jumlah data yang ada pada mereka dan dapat diandalkan.

5.3 Macam Informasi

Macam informasi dapat dibedakan berdasarkn struktur, dapat pula

dibedakan berdasarkan fungsi bidangnya.

1.) Berdasarkan Struktur

Yaitu macam informasi bedasarkan tingkatan

pimpinan.Macaminforasi yang dibutuhkan oleh pegambilan keputusan

manajerial itu tergantung pada tingkatan pimpinan dalam organisasi.

Ada tiga macamkeputusan sesuai dengan tingkatan manajerialnya,

yakni : keputusan strategis, keputusan taktis, dan keputusan teknis.

Informasi dapat disusun secara sistematis dengan menggunakan

komputer agar lebih efisien.Sebagian besar penggunaan komputer ini

dalam kaitannya dengan SIM masih diletakkan pada manajemen

tingkat menengah dan bawah dengan menekankan pada pengendalian

jangka pendek. Misalnya untuk pengendalian persediaan bahan,

urutan proses pengerjaan, pengendalian anggaran, dan yang sejenis.

Bagi pucuk pimpinan tugasnya sangat berbeda, karena lebih ditujukan

bagi pemikiran masa depan.

Tingkat Pucuk Pimpinan(Top Management). Keputusan yang

diambil oleh pucuk pimpinan bersifat strategis, lingkupan informasi

yang dibutuhkan adalah makro.Ini berarti informasi eksternyang ada

kaitannya dan dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dalam

organisasinya.Misalnya keputusan untuk membuat kebijakan dan

49
perencanaan jangka panjang, ini memerlukan informasi ekstern gar

dapat bertahan lama dan diterima diberbagai kalangan.

Pimpinan tingkat madya (Middle Management).Keputusan yang

diambil pada pimpinan tingkat madya bersifat taktisdengan lingkup

mikro.Pimpinan tingkat madya ini harus mampu menjabarkan

kebijaksanaan dan keputusan pucuk pimpinan sesaui dengan

bidangnya.Kebijaksaan dan keputusan yang diambil oleh pimpinan

tingkat madya ini harus mampu menjembatani kebijaksanaan strategis

dan pelaksanaan teknis operasionalnya.Informasi yang dibutuhkan

oleh pimpinan inipun hanya sesuai dengan bidangnya, agar diperoleh

kebijaksanaan yang tepat.

Pimpinan tingkat bawah(Lower management).Keputusan yang

diambil oleh itngkat bawah adalah bersifat teknis operasional.Lower

management bertugas untuk mengendalikan kegiatan rutin, misalnya

tentang pengendaian persediaan bahan dan lain-lain.Disini infomasi

tentang pelaksanaan sehari-hari sangat penting untuk pengambilan

keputusan.Pelaksanaan teknis operasional sangat erat kaitannya

dengan rumusan teknis-matematika.

Kebijaksanaan dan keputusan atasan dikaitkan kemungkinan

pelaksanaannya.Sebaliknya pelaksanaan kegiatan pimpinan tingkat

bawah tidak boleh bertentangan dengan putusan atasannya, karena

merupakan penjabaran dari putusan atasannya. Apabila terjadi

kekompakan antara semua tingkat pimpinan,kegiatan orgaisasi akan

berjalan lancar.

50
2.) Berdasarkan Fungsi Bidang

Dalam merancang sistem informasi manajemen, maka perlu

terlebih dahulu ditetapkan faktor-faktir kritis keberhasilan (FKK) yang

dibutuhkan pimpinan dalam pembuatan keputusan. Misalnya pada

bidang industri mobil yang perlu diperhatikan adalah gaya atau model

kualitas, kepraktisan, kemanan, kenyamanan, standadisasi, dan lain

sebagainya.

5.4 Penggunaan Sistem Informasi Manajemen dalam Pengambilan

Keputusan

Pelaksanaan tugas pokok seorang pimpinan akan berhasil baik

apabila didukung oleh sistem informasi yan baik. misalnya dalam

pegambilan keputusan yang logis akan membutuhkan pemahaman tentang

masalah dan pengetahuan mengenai alternatif pemecahannya. Informasi

yang lebih tepat akan menghasilkan keputusan yang lebih baik. oleh karena

itu, Sistem Informasi Manajemen (SIM) menjadi komponen yang sangat

penting. Dewasa inipun terdapat kecenderungan pengembangan SIM

sehingga makin lama makin membaik dan memilki manfaat yang lebih

besar. Contohnya, Badan Pengadilan di berbagai negara telah banyakyang

menggunakan sistem komputerisasi untuk mengumpulkan dan

menyampaikan informasi penting dan relevan yang nantinya dapat

digunakan dala pengambilan keputusan. Begitu pulsa dengan SIM yang

canggih telah dikembangkan abgi perusahaan listrik dan instansi-instansi

lainnya dalam berbagai tempat. Dengan menggunakan sistem ini, maka

penghitungan biaya pada setiap instalasi dapat diberikan dengan cepat.

51
Agar analisis kebijakan dan keputusan dapat memberikan alternatif

yang sebaik-baiknya, diperlukan informasi yang lengkap, benar, dan up-to-

date. Karena informasi sendiri merupakan penolahan data, hal ini

mengindikasikan bahwa data yang diperlukan pun harus lengkap,

terpercaya, dan up-to-date juga. Setelah data diolah menjadi informasi,

maka informasi haruslah setiap saat dibutuhkan oleh pimpinan untuk dapat

disampaikan. Untuk itu informasi perlu disusun dan disusun dan disimpan

secara sistematis agar mudah diketemukan kembali dengan cepat.

Penyusunan dan penyimpanan informasi inilah yang dinamakan Sistem

Informasi bagi pimpinan (Management Information System). Dengan

menggunakan informasi yang tepat, maka efisiensi kerja dalam organisasi

dapat dicapainya. SIM-pun dapat membantu menjembatani

antaraperencanaan dan pengendalian dalam organisasi.

Adapun tunjuan utama dari Sistem Informasi Manajemen adalah

membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan yang tepat. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka tantangan yang dijumpai dalam SIM diantaraya

adalah kemampuanuntuk memberikan macam dan jumlah informasi yang

dibutuhkan; dan menyampaikan informasi yang memenuhi syarat dan

mudah dimengerti orang lain. Informasi yang baik memenuhi persyaratan

seperti lengkap sesuai kebutuhan, terpercaya, dan masih aktual.

Informasi yang relevan digunakan untuk pengambilan keputusan

yang tepat. Efek keputusan baik terhadap lingkungan luar maupun terhadap

lingkungan intern organisasi kemudian dibandingkan dengan apa yang

diinginkan dari keputusan yang diambil. Apa yang diinginkan itu

52
merupakan harapan yang sekaligus merupakan rencana yang akan

dilaksanakan. Pelaksanaannya harus dipantau dengan cermat yang kemudian

hasil pemantauan itudijadikan bahan untuk mengevaluasi. Kalau ternyata

tidak sesuai dengan kebutuhan atau apa yang diharapkan, maka tindakan

koreksi harus dilakukan terhadap penyebab ketidaksesuaian tadi. Bisa jadi

penyebabnya ada ditingkat sumber informasinya, atau mungkin pada tingkat

pengambilan keputusannya.

Kegiatan mulai dari pemantauan sampai dengan evaluasi, bahkan

sampai degan koreksi inilah yang merupakan kegiatan pengendalian. Dalam

hal ini tindakan koreksi juga dapat berupa memilih alternatif cadangan

berikutnya. Jadi seperti yang dikatangan sebelumnya, Sistem Informasi

Manajemen dapat menembatani antara perencanaan dan pengendalian.

5.4.1 Aspek Sistem Informasi

Sistem Informasi Manajemen memiliki dua aspek, yaitu;

1.) Aspek formal, yakni sisi dimana pengumpulan data melalui jalur

formal yang mana pengumpulan datanya pada saat ini sudah

banyak menggunakan komputer. Informasi resim (formal)

mengalir melalui saluran organisasi yang bertugas

menyaringnya dan ini merupakan subyek yang dibuat dan

diawasi oleh pimpinan. Hal ini meliputi laporan hasil

pelaksanaan bagi atasannya, disamping atas permintaan bantuan

dari bagian yang lain.

53
Contohnya, seorang pimpinan mendapat laporan tetang keadaan

ekonomi organisasi atau informasi mengenai produk milik saingan

yang lebih praktis dan efisien.

2.) Aspek informal. Sisi informal ini secara tidak langsung berada

dibwah pengendalian pimpinan atau pejabat yang diserahtugasi

itu. Informasilnya diperoleh dari kelompok-kelompok sosial

yang bekerja sama satu dengan lainnya. Jaringan komunikasi

informal biasanya disebut grapevine. Yang dimaksud dengan

grapevine adalah saluran informasi yang diperoleh

dengankomunikasi informal yang dilakukan oleh pribadi-pribadi

atau kelompok sosial. Wujud dari saluran ini dapat berbubah-

ubah sesuai dengan situasi dan kondisinya. Agar informasi yang

diterima oleh pimpinan organisasi itu tidak mengacaukan sistem

yang telah ada, maka lebih dulu disaring oleh Unit Pengolahan

Data secara Elektronis (Elektronic Data Processing Unit).

5.5. Conclusion

In decision making, leaders need data and information which are

accurate and relevant. Information is the data set that has been processed.

The information required are depend on the level of leadership. Data and

information that are needed can be obtained from the outside of the

organization or within the organization. Management information system

(MIS) is management of information systems to provide efficiency and

effectiveness of strategic decision making. Management Information System

in these days always have evolved along with advances in technology.

54
CLONCUSION

One of the skills that must be owned by a manager is decision making. The

purpose of decision-making is to produce a decision that can solve a problem .

Decisions are taken by selecting the alternatives that already exist through the

stages of decision making.

There are many different shapes, kinds, and types of decisions that need to

know, so it can serve as the basis to determine the next steps. To reach the next

step, it is required the effectiveness of decision-making. The effectiveness of the

decision-making is needed to get the prompt and best decision. In the process of

decision making, accurate data and information are required.

55
DAFTAR PUSTAKA

Drucker. Peter F. (1999) Management, New York: Harper&Row

Gibson, J.L., Ivancevich, M.J. and Donelly, J. (1985) Organizations: Behavior,

\structure, Processes, Texas edition, Texas: Business Publication, Inc.

Frost,Alan.(2014).Defining Knowledge, Information, Data.Retrieved from

http://www.knowledge-management-tools.net/knowledge-

information-data.html#ixzz44pHUhKEl

Hicks, Herbert G and C. Ray Gullet.(1981)Managemen, Fourth Edition,

International Edition for Student, Auckland:MacGraw Hill

Kogakusha Ltd.

Kavale,Stanley.(2012)The Role Of Data In Strategic Decision Making

Process.International Journal of Current Research,Vol. 4, Issue, 04,

pp.001-007.

Rue, L.W. and Byars, L.L. (2005) Managemnent: Skills and Aplication, Eleventh

edition, New York: Mc Graw Hill.

Singla, K.R. (2010) Principles of Management, New delhi: V.K. (India)

Enterprises.

Turban, E. & Aronson, J.E. and Liang, T. and Sharda, R. (2007). Decision

Support and Business Intelligence Systems. 8th Edition. Upper Saddle

River, N.J.: Pearson Prentice Hall

Williams, I. (1989) Management and Organization, Ohio: South Western

Publishing.

56
57

Anda mungkin juga menyukai