Anda di halaman 1dari 21

Relasi Antara Sistem Kemih dengan Diuresis Air

Marta Simanjuntak/102013266 (Kelompok C4)


martha.2013fk266@civitas.ukrida.ac.id
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebun Jeruk, Jakarta Barat
Abstrak:

Sistem urinaria atau struktur saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria dan
uretra. Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian
proses, yaitu : penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi. Buang air kecil sangat
diperlukan untuk menjaga kesehatan. Vesica urinaria disebut juga bladder atau kandung
kemih dan berfungsi sebagai reservoir urine dengan kapasitas 200-400cc. Sistem urinaria ini
merupakan salah satu system yang kerja utamanya ialah sebagai tempat pembuangan zat-zat
sisa metabolisme tubuh, yang tidak terpakai, yang kalau tidak segera dibuang akan menjadi
racun bagi tubuh manusia itu sendiri dan akan mengganggu homeostasis tubuh.

Kata Kunci : sistem urinaria, mekanisme sistem kemih, dan komposisi urine.

Abstract :

Urinary system or urinary tract structure consists of the kidneys , ureters , urinary vesica and
urethra . Kidneys play a role in the formation of urine that occurs through a series of
processes , namely : filtration , reabsorption and augmentation . Urination is necessary to
maintain health. Called vesica urinary bladder or bladder and urine serves as a reservoir
with a capacity 200-400cc . The urinary system is a system whose main job is as a disposal of
substances the body metabolism , unused , which would otherwise be discarded would be
toxic to the human body itself and would disrupt the homeostasis of the body .

Keywords : urinary system , urinary system mechanism , and the composition of urine

1
Pendahuluan

Latar Belakang

Sistem urogenital adalah sistem yang membahas tentang proses kemih atau urinarius dan
alat-alat reproduksi atau genitalia serta jaringan penyusunnya. Dalam keseharian, manusia
melakukan kegiatan seperti makan dan minum, semua yang dikonsumsi tersebut mengalami
proses metabolisme di dalam tubuh, dan menghasilkan zat sisa hasil metabolisme yang harus
dikeluarkan dari tubuh. Sistem urinarius adalah sistem yang berfungsi mengeluarkan zat sisa
metabolisme tersebut dalam bentuk cairan. Karena itu sistem urogenital merupakan salah satu
sistem kerja yang penting dalam hidup manusia.

Pembahasan

Struktur Makroskopik Sistem Urinaria

Ginjal (Ren)

Ren atau ginjal terletak retroperitoneal, yaitu diantara peritoneum parietale dan fascia
transversa abdominis, pada sebelah kanan dan kiri columna vertebralis.1Ren sinistra
terletak setinggi costae XI atau vertebra Lumbal 2-3 (L2-L3), sedangkan ren dextra
terletak setinggi costae XII atau vertebral lumbal 3-4 (L3-L4). Jarak antara extremitas
superior ren dextra dan sinistra adalah 7cm, sedangkan jarak antara extremitas inferior
ren dextra dan sinistra adalah 11cm. Sedangkan jarak dari extremitas inferior ke crista
iliaca adalah 3-5cm.1

Ren memiliki (1) dua polus/extremitas, yaitu extremitas superior dan extremitas
inferior, kedua extremitas superior ditempati oleh glandula suprarenalis, yang dipidahkan
dari ren oleh lemak perirenalis, (2) dua margo, yaitu margo medialis yang berbentuk
konkaf dan margo lateralis yang berbentuk konveks. Pada margo medialis terdapat suatu
pintu yang disebut hilus renalisdan merupakan tempat masuknya pembuluh darah
limfe, saraf dan ureter.1 Hilus renalis membuka dalam suatu ruangan yang disebut sinus
renalis, didalam sinus renalis dapat dijumpai pembuluh-pembuluh darah, saraf, limfe dan
pelvis renis, (3) dua facies, yaitu facies anterior yang berbentuk cembung dan facies
posterior yang agak datar. Facies anterior dan posterior merupakan bagian ren yang
berhubungan dengan organ sekitarnya sehingga masing-masing facies anterior ren
memiliki karakteristik masing-masing, yaitu, (A) facies anterior ren dexter,

2
berhubungan dengan pars affixa hepatis (dipisahkan oleh fascia renalis), pada margo
medialis berhubungan dengan pars descendens duodeni (dipisahkan oleh fascia renalis).
Mendekati extremitas inferior berhubungan dengan colon ascendens/flexura coli dextra,
sebagian besar facies anterior dan margo lateralis berhubungan dengan facies inferior
hepar (dipisahkan oleh peritoneum), mendekati extremitas inferior berhubungan dengan
lengkung-lengkung ileum (dipisahkan oleh peritoneum). (B) facies anterior ren
sinister, berhubungan dengan organ sekitarnya yaitu (a) bagian craniolateral menghadap
facies posteroinferior gaster (dipisahkan oleh peritoneum), (b) margo lateralis
berhubungan dengan impressio renalis lienalis dan cauda pancreatic, (c) margo
medialiss, caudal hilus renalis berhubungan dengan lengkung-lengkung jejenum atau
disebut dengan facies jejunalis, (d) diantara (a) dan (b) berhubungan dengan
lig.lienorenale, (e) margo medialis dan cranial facies jejunalis berhubungan dengan
corpus pancreatis dan v.lienalis (dipisahkan oleh fascia renalis), (f) mendekati extremitas
inferior renalis dinatara (b) dan (c) berhubungan dengan flexura coli sinistra/colon
descendens (dipisahkan oleh fascia renalis), (C) facies posterior ren dexter, menyerupai
facies posterior ren sinister tapi hanya berhubungan dengan costae XII saja karena letak
ginjal kiri lebih rendah. Extremitas superior ren dexter lebih tebal dan membulat
dibandingkan extremitas inferior. Karena letak extremitas superior dan inferior berbeda
letaknya dengan bidang median, maka axis memanjang ginjal terbentang dari
mediocranial ke laterocaudal atau sesuai dengan arah m.psoas major. (D) facies
posterior ren sinister, bagian cranialnya berhadapan dengan diaphragma dan costae XII
dan sedikit costae XI. Disebelah medial facies diaphragmatica berhadapan dengan crus
diaphragmatica dan proccessus transversus vertebrae L1, sedangkan sebelah lateral
berhadapan dengan arcus lumbocostalis medialis dan lateralis.1

Caudal facies diaphragmatica berhubungan berturut-turut dari medial ke lateral


dengan m.psoas najor, m.quadratus lumborum, apponeurosis m.transversus abdominis
juga berhubungan dengan a.subcostalis, a.lumbalis 1-2, n.subcostalis, n.hypogastricus
dan n.ilioinguinalis.1

Ginjal dibungkus oleh (a) capsula fibrosa, melekat pada ren dan mudah dilepas,
capsula fibrosa hanya menyelubungi ginjal dan tidak membungkus glandula suprarenalis,
(b) capsula adiposa, mengandung lemak dan membungkus ginjal dan glandula
suprarenalis, capsula ini dibagian depan relatif lebih tipis dibandingkan dibagian
belakang. Ginjal dipertahankan pada tempatnya oleh fascia adiposa, pada keadaan

3
tertentu capsula adiposa sangat tipis sehingga jaringan ikat yang menghubungkan capsula
fibrosa dan capsula renalis kendor sehingga ginjal turun, disebut nephroptosis, sering
terjadi pada ibu yang sering melahirkan (grande multipara), (c) fascia renalis (gerota),
terletak diluar capsula fibrosa dan terdiri dari 2lembar yaitu fascia prerenalis dibagian
depan ginjal dan fascia retrorenalis dibagian belakang ginjal. Kedua lembar fascia renalis
ke caudal tetap terpisah, ke cranial bersatu sehingga kantong ginjal terbuka kebawah,
oleh karena itu sering terjadi ascending infection.1

Organ ginjal memiliki beberapa bagian yaitu, (1) cortex renalis, terdiri dari
glomerulus dan pembuluh darah. Didalam glomerulus, darah disaring dan disalurkan
kedalam medulla. Pada medulla saluran-saluran tersebut akan bermuara pada papila
renalis sehingga tampak garis-garis pada medula yang disebut processus medularis
(FERHEINI), (2) medula renalis, pada medula ini dijumpai (a) papilla renalis, sesuai
ujung ginjal yang berbentuk segitiga, yang disebut pyramid renalis (malpighi), (b)
saluran-saluran yang menembus papilla disebut ductuli papillares (Bellini), tempat
tembusnya berupa ayakan yang disebut area cribriformis, (c) papilla renalis menonjol ke
dalam calyx minor, (d) diantara pyrimis-pyrimis terdapat columna renalis (Bertini), (e)
beberapa calyx minor membentuk calyx mayor, (f) beberapa calyx major bergabung
menjadi pyelum atau pelvis renis, kemudian menjadi ureter dan (g) ruangan tempat calyx
disebut sinus renalis.1

Pendarahan ginjal

Ginjal diperdarahi oleh a.renalis, perjalanan vaskularisasi ginjal adalah:

a) A. Renalis
A.Renalis dipercabangkan dari Ao.Abdominalis setingga vertebra lumbal1-2, a.renalis
kanan lebih oanjang dari a.renalis kiri karena harus menyilang V. Cava Inferior
dibelakangnya. A.renalis masuk kedalam ginjal melalui hilus renalis dan
mempercabangkan dua cabang besar, cabang yang pertama beralan ke depan ginjal dan
mendarahi ginjal bagian depan, sedangkan cabang yang kedua berjalan belakang ginjal
dan mendarahi ginjal bagian belakang. Cabang yang menuju ke bagian depan ginjal lebih
panjang dari cabang yang menuju ke bagian belakang ginjal. Kedua cabang a.renalis
bagian depan dan belakang akan bertemu di lateral pada garis tengah ginjal atau disebut
dengan garis broedel, a.renalis berjalan diantara lobus ginjal dan bercabang lagi menjadi
a.interlobaris.1

4
b) A. Interlobaris
A.Interlobaris pada perbatasan cortex dan medula akan bercabang menjadi a.arcuata
yang akan mengelilingi cortex dan medulla sehingga disebut a.arciformis.1

c) A. Arcuata
A.Arcuata mempercabangkan A.Interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal
(cortex), kemudian mempercabangkan vasa afferens (glomerulus) dan dalam glomerulus
membentuk anyaman/pembuluh kapiler sebagai vasa efferens menjadi anyaman rambut
(tubuli contorti).1

Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler dan
kemudian berkumpul kedalam V.Interlobaris = Vv.Stellatae (Verheyeni), dari
V.Interlobularis menuju V.Arcuata kemudian menuju V.Interlobaris kemudian menuju
V.Renalis dan berakhir pada Vena cava Inferior.1

Glandula Suprarenalis
Glandula suprarenalis merupakan kelenjar endokrin yang terletak superomedial
terhadap ginjal. Glandula suprarenalis dextra berbentuk pyramid dan terletak antara
diaphragma dan lobus dexter hepatis. Glandula suprarenalis sinistra lebih pipih dan
berbentuk bulan sabit (semilunair), gl.suprarenalis kiri terletak di tepi medial ginjal,
diatas A.V.Renalis, dengan kutub superior bersentuhan dengan lien. Glandula
suprarenalis dibungkus fascia renalis, tetapi tidak mengikuti gerakan ginjal pada waktu
respirasi.
Glandula suprarenalis mendapatkan pendarahan dari (a) a.suprarenalis superior,
cabang dari a.phrenica inferior, (b) a.suprarenalis media, cabang dari Ao.Abdominalis
dan (c) a.suprarenalis inferior, cabang dari a.renalis. Sedangkan pembuluh baliknya
melalui beberapa vvena-vena kecil mengikuti pembuluh nadinya, V.Suprarenalis dextra
bermuara pada Vena Cava Inferior sedangkan V.Suprarenalis Sinistra bermuara pada
V.Renalis Sinistra dan biasanya membentuk satu saluran dengan V.Phrenica Inferior.
Aliran getah bening cortex glandula suparenalis lebih sedikit daripada medulla dan
mengikuti aliran limfe ke nnll.lumbales (aorticae) dan dipersarafi oleh plexus coeliacus
dan cabang-cabang nn.splanchnici.1

5
Ureter
Ureter merupakan lanjutan pelvis renalis, panjangnya 25-30cm berjalan ke arah distal
untuk bermuara di Vesica Urinaris, menurut letaknya ureter dibedakan menjadi (a) pars
abdominalis ureteris, perjalanan ureter dalam cavum abdomen (pars abdominalis
ureteris) pada laki-laki dan wanita tidak berbeda. Pars abdominalis ureteris disebelah
ventral berbatasan dengan peritoneum, a.v.colica dan menyilang a.v.spermatica interna
(pada laki-laki) atau a.v.ovarica (pada perempuan). Disebelah ventral, pars abdominalis
ureteris dextra juga berbatasan dengan pars descendens duodeni dibagian atas, ileum
dibagian bawah dan tepi lateral VCI. Sedangkan pars abdominalis ureteris sinistra
berbatasan dengan colon sigmoideum dan mesocolonnya (serts recessus
intersigmoideus). Disebelah dorsal, pars abdominalis ureteris dextra dan sinistra disilang
oleh m.psoas dan n.genitofemoralis.1 (b) pars pelvina ureteris, perjalanan ureter dalam
cavum pelvis pada wanita berbeda dengan laki-laki karena perbedaan alat-alat panggul
wanita dan laki-laki. Mula-mula pars pelvina ureteris pada laki-laki dan wanita
menyilang apertura pelvis superior di ventral a.iliaca communis, kemudian berjalan ke
arah dorsocaudal di ventral a.iliaca interna menuju ke daerah spina ischiadica. Dari spina
ischiadica, pars pelvina ureteris pada laki-laki membelok ke ventral dan medial untuk
bermuara kedalam vesica urinaria, pada saat hendak memasuki vesica urinaria, pars
pelvina laki-laki menyilang ductus deferens disebelah lateral, sedangkan pada wanita
setelah mencapai spina ischiadica maka pars pelvina ureteris akan berjalan ventromedial
dibawah lig,latum uteri dan menyilang a.uterina disisi medial, kemudian pars pelvina
ureteris terus berjalan kearah ventral, disebelah lateral fornix lateralis vagina dan
kemudian masuk kedalam vesica urinaria.1
Pada ureter, terdapat beberapa bagian yang terjadi penyempitan yaitu (1) daerah
peralihan dari pelvis-ureter (uretero-pelvic junction), (2) tempat penyilangan ureter
dengan vasa iliaca, flexura marginalis (3) muara ureter kedalam vesica urinaria.
Dibagian-bagian ureter yang sempit ini dapat menyebabkan sangkutan batu ureter, ureter
dipersarafi oleh plexus hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron-neuron symphatis.1
Pendarahan ureter adalah berasal dari cabang-cabang a.renalis dan aa.vesicales superior
dan inferior dan juga cabang-cabang aorta, a.spermatica/ovarica dan a.iliaca communis,
dengan pembuluh balik sesuai dengan nama pembuluh nadinya. Getah beningnya
menuju nnll.lumbales dan iliacae interna.1

6
Vesica Urinaria
Vesica urinaria disebut juga bladder atau kandung kemih dan berfungsi sebagai
reservoir urine dengan kapasitas 200-400cc.1
Pada anak-anak, vesica urinaria terletak di atas apertura pelvis superior. Setelah dewasa,
rongga panggul akan membesar dan vesika urinaria akan terletak di daerah hypogastrica
dan berbentuk ovoid atau menyerupai telur. Sedangkan vesica urinaria yang kosong,
seluruhnya terletak belakang symphisis ossis pubis dalam rongga panggul dan berbentuk
seperti limas, sehingga dapat dibedakan menjadi:1
a. Apex vesica urinaria
Apex atau puncak vesica urinaria terletak tepat di belakang tepi atas symphisis
ossis pubis. Semasa janin, apex dihubungkan ke umbilicus oleh urachus (sisa
kantong allantois). Setelah lahir, urachus menutup dan berubah menjadi lig.
Umbilicals medialis. Apex ditutupi oleh peritoneum dan berbatasan langsung
dengan ileum dan colon sigmoideum.1
b. Dasar vesica urinaria
Dasar vesica urinaria dibentuk oleh permukaan dorsal dan berbetuk segi tiga.
Pada sudut laterosuperior dextra dan sinistra dapat dijumpai muara ureter,
sedangkan pada sudut inferior dapat dijumpai orificum urethrae internum.1
c. Dinding vesica urinaria
Dinding vesica urinaria terdiri dari 1 (satu) dinding superior dan 2 (dua)
dinding lateroinferior. Dinding lateroinferior berhubungan dengan m. obturator
interrnus di sebelah cranial dan dan m. levator ani di sebelah distal. Pertemuan
kedua dinding lateroinferior di caudah disebut dengan cervix vesicae.1
d. Collum vesica urinaria
Collum vesica urinaria pada laki-laki berbatassan ddengan permukaan atas gl.
Prostata. Collum vesica urinaria difikssasi oleh lig. Puboprostatica pada laki-laki
atai lig. Pubovesicale pada wanita.1

Namun secara anatomis, vesica urinaria dapat dibedakan menjadi bagian-bagian


berikut : Apex, Corpus,Fundu1

Fundus berbentuk segi tiga dan menghadap ke caudodorsal dan berhadapan dengan
rectum. Pada laki-laki, dinding posterior vesica urinaria dilekati oleh vesicula seminalis
dan ampulla ductus deferens, sedangkan di antara vesica urinaria dan rectum dapat
dijumpai lekukan peritoneum yang disebut excavatio recto vesicalis. Pada wanita,
7
fundus vesica urinaria dipisahkan dari rectum oleh fornix posterior dan portio vaginalis
cervisis uteri.1

Lapisan dinding vesica urinaria dapat dibedakan menjadi:

a. Lapisan mukosa
Pada saat vesica urinaria kosong, permukaan mukosa tampak berlipat-lipat.
Tetapi pada saat terisi penuh, lapisan mukosa menjadi sangat tipis dan lipatan-
lipatan mukosa menghilang. Didalam vesica urinaria dapat dijumpai trigonum
vesica (Liutaudi) yang dibentuk oleh orificium ureteris dextra, orificium ureteris
sinistra, dan orificium urethrae internum. Trigonum vesicae bekerja sebagai katup
untuk mencegah aliran balik urine ke ginjal. Selain itu dapat dijumpai juga uvula
vesica, berupa tonjolan kecil dibelakang orificium urethrae interna yang
disebabkan oleh lobus medial gl. Prostata.1
b. Lapisan otot1
Lapisan otot vesica urinaria merupakan lapisan otot yang kuat dan terdiri 3
lapisan otot yang saling menutupi, yaitu:
Musculus detrusor, terdapat pada lapisan dalam dan berfungsi mengeluarkan
isi vesica urinaria.
Musculus trigonal, terdapat dalam segitiga liutaudi (di fundus vesica urinaria),
kuat membentuk uvula, dan berfungsi membuka orificium urethrae interna.
Musculus sphincter vesica, terdapat pada daerah collum vesica urinaria dan
berfungsi menahan urine.

Vesica urinaria diperdarahi oleh;

Arteriae vesicales superior


Aa. Vesicales superior merupakan cabang dari a. Umbilicalis bagian proximal.
Sedangkan a. Umbilicalis bagian distal akan melanjut sebagai lig. Umbilicalis
lateralis. Aa. Vesicales superior mendarahi fundus dan akhirnya beranastomosis
dengan a. Epigastrica inferior.1
Arteriae vesicales inferior
Aa. Vesicales inferior mendarahi bagian caudal dan lateral permukaan depan
vesica urinaria, serta glandula prostata.1
Arteriae vesiculodeferentialis

8
A. vesiculodeferentialis merupakan cabang dari A. Iliaca interna dan
mendarahi 1/3 permukaan posterior vesica urinaria, glandula vesiculosa, dan
ductus deferentialis. Pada wanita, a. Vesiculodeferentialis disebut a. Uterina dan
mendarahi ovarium vagina.1

Pembuluh Darah Balik Vesica Urinaria

Aliran pembuluh darah balik dari vesica urinaria bermuara ke plexus venosus
vesicales yang berhubungan dengan plexus venosus prostaticus, dan kemudian darah
dialirkan ke v. Iliaca interna. Sedangkan aliran getah bening bermuara ke nnll. Iliaca
interna dan nnll. Iliaca externa.1

Persarafan Vesica Urinaria

Vesica urinaria dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yang


berisi serabut-serabut berikut :

Serabut-serabut post ganglioner simpatis gll. Prevertebale L1-2 pada truncus


sympaticus melalui plexus hypogastricus inferior ke vesica urinaria.1
Serabut-serabut preganglioner parasimpatis dari medula spinalis segmen sacral
2,3,4 melalui n.splanchnicus dan plexus hypogastricus inferior akan mencapai
dinding vesica urinaria. Pada dinding vesica urinaria, serabut pre ganglioner akan
membentuk ganglion dan memberikan serabut-serabut postganglioner untuk
vesica urinaria.1
Serabut-serabut sensoris visceral afferent melalui n. Splanchnicus. Serabut-
serabut afferens mengikuti serabut-serabut simpatis pada plexus hypogastricus
dan berakhir pada medulla spinalis segmen 1-2.1

Urethra
Urethra pada laki-laki (masculina) berbeda dengan wanita (feminima).
Urethra masculina merupakan pipa fibromusculair dengan panjang 18-22 cm dan
mempunyai fungsi menyalurkan urine dari vesicae urinaria sampai ke dunia luar dan
tempat lewatnya semen/sperma.1
Urethra masculina terdiri dari 4 bagian, yaitu:
a. Urethra pars intramularis (preprostatica)
Panjang urethra pars intramuralis adalah 0,5-1,5 cm.1

9
b. Urethre pars prostatica
Panjang urethra pars prostatica 3cm, membentang dari collum vesica urinaria
sampai sedikit ventral apex gl. Prostata. Pada dinding posteriornya dapat
dijumpai:1
Crista urethralis, merupakan rigi yang memanjang.
Sinus prostaticus, merupakan lekukan di sisi kiri dan kanan crista
urethralis dan muara ductus excretorius prostaticus.
Colliculus seminalis, merupakan tonjolan di tengah-tengah crista
urethralis dan memiliki lubang yang disebut utriculus prostaticus (uterus
masculinus).
Muara ductus ejaculatorius di kanan dan kiri utriculus prostaticus.

Jadi dapat disimpulkan bahwa urethra pars prostaticus merupakan pertemuan saluran
urine dan reproduksi.1

c. Urethra pars membranacea


Urethra pars membranacea merupakan bagian yang paling pendek, sepanjang
1-2cm, dan membentang apex prostat sampai bulbus penis. Bagian paling sempit
urethra pars membranacea disebabkan oleh otot yang mengelilingi urethra yaitu
m. sphincter urethrae. Urethrae bagian ini seluruhnya terletak dalam diaphragma
pelvis/diaphragma urogenitale. Selain pendek dan sempit, urethra bagian ini
susah diregangkan dan sangat tipis di bagian distalnya sehingga mudah robek
pada kateterisasi.1
d. Urethra pars spongiosa
Urethra pars spongiosa merupakan bagian urethra terpanjang yaitu 15cm,
dan membentang dari bulbus penis sampai ujung glans penis. Seluruh bagian
urethra par spongiosa dikelilingi corpus spongiosum/corpus cavernosum. Pada
gglans penis terdapat bagian yang melebar disebut fossa naviculare urethrae.
Muara urethra pars spongiosa pada glans penis disebut orificium externum
urethrae dan pada bagian anterior bermuara gl. Urethralis littre.1

10
Struktur Mikroskopik Sistem Urinaria

Ginjal (Ren)

Ginjal adalah organ besar berbentuk kacang yang letaknya retroperitoneal pada
dinding posterior tubuh. Diatas setiap ginjal, terdapat kelenjar adrenal yang terbenam
didalam jaringan ikat ginjal.2

Ginjal dibagi menjadi korteks di luar dan medulla di dalam. Medulla ginjal berbentuk
kerucut atau pyramid, yaitu pyramid medulla. Dari dasar setiap pyramid medulla, terjulur
berkas-berkas tubulus yang parallel, yaitu berkas medulla, yang menyusup ke dalam
korteks. Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian yang
melebar, yakni korpuskel renalis, tubulus kontortus proximal; segmen tipis dan tebal
ansa henle; tubulus kontortus disatal; dan tubulus dan duktus koligentes.2

Korpuskel renalis dan filtrasi darah.

Korteks ginjal terdiri atas satuan penyaring darah dan berbagai jenis tubulus.
Di tengah foto mikrograf, terdapat sebuah korpuskulum renal dan tubuli di
sekitarnya. Setiap korpuskel renalis terdiri atas seberkas kapiler, yaitu glomerulus,
yang dikelilingi oleh epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman. Lapisan
dalam kapsul ini (lapisan visceral) menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan luar
membentuk batas luar korpuskel renalis dan disebut lapisan parietal kapsula
bowman. Setiap korpuskel ginjal memiliki kutub vascular, tempat masuknya arteriol
aferen dan keluarnya arteriol eferen, dan memiliki kutub urinarius, tempat tubulus
kontortus proximal berasal.2

Tubulus Kontortus Proximal


Pada kutub urinarius di korpuskel ginjal, epitel gepeng di lapisan parietal
kapsula bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus kontortus proximal
berbentuk kuboid, atau silindris rendah. Sel-sel epitel ini memiliki sitoplasma
asidofilik yang disebabkan oleh adanya mitokondria panjang dalam jumlah besar.
Apeks sel banyak memiliki mikrovili yang membentuk suatu brush border. Tubulus
kontortus proksimal menyekresi kreatinin dan substansi asing bagi organism, seperti
asam para aminohippurat dan penisilin, dari plasma interstitial ke dalam filtrate.2

11
Ansa Henle
Terdiri dari segmen tebal desendens, segmen tipis desendens, dan segmen
tebal descendens. Segmen tebal memiliki struktur yang sangat mirip dengan tubulus
kontortus distal. Di bagian luar medulla, segmen tebal desendens tiba-tiba
menyempit dan berlanjut sebagai segmen tipis desendens. Lumen di segmen nefron
ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel selapis gepeng dengan inti yang
hanya sedikit menonjol ke dalam lumen. Kira-kira sepertujuh dari semua nefron
terletak dekat perbatasan korteks medulla dan disebut nefron jukstamedula. Nefron
lainnya disebut nefron kortikal. Nefron juxtamedula penting untuk mempertahankan
gradient hipertonik dalam interstitium medulla yaitu dasar kemampuan ginjal dalam
menghasilkan urin hipertonik. Nefron jukstamedula memiliki lengkung henle yang
sangat panjang, yamg masuk jauh ke dalam medulla.2

Tubulus kontortus distal


Tubulus ini, seperti segmen asendens, dilapisi oleh epitel selapis kuboid.
Tubulus kontortus distal tidak memiliki brush border, tidak ada kanalikuli apikal,
dan ukuran sel yang lebih kecil. Karena sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih
kecil dari sel tubulus proksimal. Tubulus kontortus distal mengadakan kontak
dengan kutub vascular di kopuskel ginjal yang berasal dari induk nefronnya. Pada
tempat kontak ini, tubulus distal mengalami modifikasi, seperti halnya dengan
arteriol aferennya. Di daerah jukstaglomerular ini, sel-sel tubulus kontortus distal
biasanya menjadi silindris dan intinya berhimpitan. Kebanyakan selnya menjadi
kompleks golgi di bagian basal. Dinding sel tubulus distal yang termodifikasi ini,
yang tampak lebih gelap disebut makula densa.2

Tubulus dan duktus koligentes


Urin mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligentes, yang saling
bergabung membentuk duktus koligentes yang lebih besar dan lebih lurus, yang
berangsur dan melebar sewaktu mendekati puncak pyramid. Tubulus koligentes
yang lebih kecil dilapisi oleh kuboid. Sewaktu tubulus memasuki medulla lebih
dalam, sel-selnya meninggi sampai berbentuk silindris.2

12
Ureter

Ureter yang tidak diregangkan memiliki lumen berkelok karena adanya lipatan
memanjang. Dinding ureter terdiri atas mukosa, muskularis, dan adventisia.2

Mukosa terdiri atas epitel transisional dan lamina propia yang lebar. Epitel
transisional terdiri atas beberapa lapis sel, lapisan sel luar ditandai sel-sel kuboid besar.
Sel-sel intermediat berbentuk polihedral karena sel di basal berbentuk kuboid atau
silindris rendah. Permukaan basal epitel ini licin, tanpa lekukan papil0papil jaringan
ikat.2

Lamina propia rerdiri dari jaringan ikat fibroelastis dengan fibroblas lebih padat di
bawah epitel dibandingkan dengan fibroblas di dekat muskularis yang lebih longgar.
Jaringan limfoid difus dan kadang-kadang limfonodus kecil mungkin terlihat di lamina
propia.2

Pada ureter bagian atas. Muskularis terdiri atas lapisan otot polos longitudinal dalam
dan sirkular luar; lapisan-lapisan ini tidak terlalu jelas. Lapisan longitudinal luar
tambahan terdapat pula sepertiga ureter bagian bawah.2

Adventisia menyatu dengan jaringan ikat fibroelastis dan jaringan lemak di sekitarnya
yang mengandung banyak arteri, vena, dan saraf kecil.2

Vesika urinaria: dinding (potongan melintang)

Lapisan otot polos dinding vesika urinaria serupa dengan lapisan otot di ureter,
kecuali ketebalannya. Dinding vesika urinaria terdiri atas mukosa, muskularis, dan
serosa.2

Mukosa organ-organ ini terdiri atas epitel transisional dan lamina propia di jaringan
ikat yang padat sampai longgar. Epitel transisional kandung kemih dalam keadaan tidak
teregang, memiliki tebal lima atau enam sel; sel superficial membulat dan menonjol ke
dalam lumen.2

Muskularis vesika urinaria tebal dan ketiga lapisan di bagian leher vesika tersusun
dalam berkas yang saling beranastomosis dengan jaringan ikat longgar di antaranya.
Jaringan ikat interstisial menyatu dengan jaringan ikat serosa dan mesotel merupakan
jaringan terluar.2

13
Uretra

Uretra adalah suatu tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke luar. Uretra
pria terdiri atas 4 bagian: pars prostatika, pars membranosa, pars bulosa, dan pars
pendulosa. Di bagian distal dan dorsal uretra pars prostatika, terdapat bagian ynag
meninggi, yaitu verumontanum, yang menonjol ke bagian dalam uretra. Uretra pars
membranosa dilapisi epitel berlapis atau bertingkat silindris. Di sekeliling uretra bagian
ini terdapat sfingter otot rangka yaitu sfingter uretra eksterna. Uretra pars bulbosa dan
pendulosa berlokasi di korpus spongiosumpenis. Lumen uretra melebar kea rah distal,
yang membentuk fossa naviculare. Epitel di bagian uretra ini kebanyakan berupa epitel
bertingkat dan silindris, dengan daerah epitelgepeng dan berlapis. Kelenjar littre adalah
kelenjar mukosa yang dijumpai di sepanjang uretra namun kebanyakan berada di uretra
pars pendulosa. Bagian sekresi dari beberapa kelenjar ini langsung terhubung dengan
lapisan epitel uretra, sebagai kelenjar lainnya memiliki duktus ekskretorius.2

Uretra wanita merupakan suatu tabung dengan panjang 4-5 cm, yang dilapisi dengan
epitel gepeng berlapis dan memiliki area dengan epitel silindris bertingkat. Bagian
tengah uretra dikelilingi sfingter lurik volunter eksterna.2

Uretra pria Panjang : ~20 cm. Mukosa : Epitel transisional sampai berlapis gepeng.
Muskularis : Otot polos

Mekanisme Sistem Kemih

Pembentukan urine

1. Filtrasi
Filtrasi glomerulus disebabkan oleh adanya gaya gaya fisik pasif yang serupa
dengan gaya gaya yang terdapat dibagian tubuh lainnya. Gaya gaya yang terlibat
dalam filtrate glomerulus adalah :3
a. Tekanan darah kapiler
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan
oleh darah dalm kapiler glomerulus.Tekanan ini bergantung pada kontraksi
jantung dan resistensi arteriol aferen dan eferen.Tekanan ini bernilai rata rata
55mmHg.Kerena darah lebih mudah masuk ke kapiler glomerulus melalui
arteriola aferen yang lebih lebar dan lebih sulit keluar melalui arteriola eferen
yang lebih sempit, tekanan darah kapiler glomerulus meningkat akibat

14
terbendungnya darah di kapiler glomerulus.Selain itu, karena tingginya resistensi
arteriola eferen, tekanna darah tidak mengalalami kecenderungan menurun
disepnjan kapiler glomerulus.Tekan fdarah glomerulus yang meningkat ini
cenderung mendorong cairan keluar dari glomerulus untuk masuk ke kapsula
bowman. Dan ini merupakan gaya utama yan menghasilkan filtrasi glomerulus.3
b. Tekanan darah osmotic koloid plasma
Sementara tekanan darah kapiler glomerulus mendorong filtrasi, kedua gaya
lain yang bekerja melintasi membrane glomerulus (tekanan osmotic plasma dan
hidrostatik kapsula bowman) melawan filtrasi. Tekanan osmotic koloid plasma
ditimbulkan oleh distribusi protein protein plasma yang tidak imbang di kedua
sisi glomerulus.Karena tidak dapat difiltrasi, protein protein plasma yang
terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak ditemukan di kapsula bowman.Dengan
demikian, konsentrasi H2O di kapsula bowman lebih tinggi dibanding di
glomerulus.Akibatnya kecenderungan H2O untuk berpindah secara osmotis
mengikuti penurunan gradient konsentrasinya dari kapsula bowman ke kapiler
glomerulus melawan filtrasi glomerulus. Tekanan osmotic ini bernilai sekitar
30mmHg, yang sedkit lebih tinggi dari pada di kapiler lain. Maka konsentrasi
protein di plasma lebih tinggi.3
c. Tekanan hidrostatik kapsula bowman
Cairan dalam kapsula bowman menimbulkan tekanan hidrostatik yang
besarnya diperkirakan 15mmHg. Tekanan ini cenderung mendorong cairan keluar
dari kapsula bowman, melawan filtrasi dari glomerulus ke kapsula bowman.5
Gaya total yang medorong filtrasi adalah sebesar 55mmHg (tekanan darah kapiler
glomerulus). Jumlah total kedua gaya yang melawan sebesar 45mmHg (tekanan
osmotic + tekanan hidrostatik). Perbedaan netto yang mendorong filtrasi adalah
10mmHg atau disebut tekanan filtrasi netto.3
GFR atau glomerular filtration rate normal dalam tubuh manusia kira kira
sebesar 125mL/mnt. Besar nilai sebanding dengan luas permukaan tubuh
.Namun, meskipun telah dikoreksi dengan besar luas permukaan tubuh, nilai GFR
wanita 10% lebih rendah dari pria. Nilai GFR sebesaar 125mL/mnt sama dengan
7,5 L/jam atau 180L/hari, sedangkan volume urine yang dikeluarkan hanya
sekitar 1L/hari. Hal ini berarti bahwa dalam keadaan normal, lebih dari 99%
filtrate direbsorbsi.GFR dapat dengan sengaja diubah dengan mengubah tekanan
darah kapiler glomerulus sebagai hasil dari pengaruh simpatis pada arteriol

15
aferen.Vasokonstriksi arteriol aferen menurunkan aliran darah ke glomerulus,
sehingga tekanan darah di glomerulus menurun dan GFR juga
menurun.Sebaliknya vasodilatasi arteriol aferen meningkatkan aliran darah
glomerulus dan GFR. Control simpatis atas GFR merupakan bagian dari respons
reflex baroreseptor untuk mengkompensasi perubahan tekanan darah arteri. Jika
GFR berubah, jumlah cairan yang keluar melalui urin juga berubah, sehingga
volume plasma dapat diatur sesuai kebutuhan untuk membantu memulihkan
tekanan darah ke normal.4

2. Reabsorbsi
Reabsorbsi Na+
80% kebutuhn energy total ginjal digunakan untuk transportasi Na+. Dari semua
yang difiltrasi, dalam keadaan normal 99,5% direabsorbsi, dengan rata rata 67%
direabsrobsi di tubulus proximal, 25% di lengkung henle dan 8% di tubulus distal dan
tubulus pengumpul. Reabsrobsi natrium memiliki peranan yang berbeda di setiap
segmen tersebut :3
Reabsrobsi natrium di tubulus proximal berperan penting dalam reabsrobsi
glukosa, asam amino, H2O, Cl- dan urea.
Reabsorbsi di lengkung henle, bersama dengan reabsrobsi Cl- berperan penting
dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan konsentrasi dan volume yang
berbeda beda, bergantung pada kebutuhan tubuh menyimpan atau menabung
H2O.
Reabsrobsi natrium di bagian distal dan berada di bawah control hormone,
menjadi penting dalam mengatur volume CES. Reabsrobsi tersebut juga sebagian
berkaitan dengan sekresi K+ dan H+.

Dalam reabsorbsi dikenal dengan system rennin-angiotensin-aldosteron yaitu


ginjal mensekresikan hormone rennin sebagai respon terhadap penurunan
NaCl/volume CES/tekanan darah arteri. Rennin mengaktifkan angiotensinogen, suatu
protein plasma yang diproduksi oleh hati, menjadi angiotensin I. angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II oleh angiotensin-converting enzyme yang dproduksi oleh paru.
Angiotensin II merangsang kortex adrenal untuk mensekresikan hormone aldosteron,
yang merangsang reabsrobsi Na+ oleh ginjal. Retensi Na+ menimbulkan efek osmotic
yang menahan lebih banyak H2O di CES. Retensi Na+ dan H2Otersebut bersama

16
sama membantu menoreksi rangsangan semuala yang mengaktofkan system rennin-
angiotensin-aldosteron ini. Angiotensin II juga menimbuljan efek efek lain yang
membantu menghilangkan rangsangan semula.3

Reabsorbsi Glukosa

Glukosa, asam amino dan bikarbonat direabsorbsi bersama sama dengan Na+
dibagian awal tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus, Na+ akan direabsorbsi
bersama sama dengan Cl-. Glukosa merupakan contoh zat yang direabsorbsi melalui
transport aktif sekunder. Laju filtrasi glukosa kira kira 100mg/menit. Hampir
seluruh glukosa direabsorbsi, dan hanya beberpa milligram saja yang dapat dijumpai
di urin. Jumlah yang direabsorbsi sebanding dengan jumlah yang difiltrasi, dan nilai
sebanding dengan kadar glukosa dalam plasma. Dengan jumlah plasma yang difiltrasi
per menit dalam keadaan normal adalah 125ml (=rata rata GFR/menit), setiap menit
125mg glukosa difiltrasi/ menit. Jumlah beban yang difiltrasi tiap menit dapat
dihitung dengan :4

Beban filtasi suatu bhan konsentrasi bahan dalam plasma


m x GFR

Batas Tm untuk glukosa adalah 375mg/menit. Bila batas Tm (jumlah maksimum suatu
bahan yang dapat di angkut oleh tubulus) telah terlamapaui, jumlah glukosa yang
terdapat dalam urine akan meningkat. Konsentrasi plasma pada saat Tm suatu bahan
tertentu tercapai dan bahan tersebut mulai muncul di urine disebut ambang ginjal
(renal threshold). Pada Tm normal 375mg/menit dan GFR 123ml/menit, ambang ginjal
untuk glukosa adalah 300 mg/100ml. Di atas Tm reabsorbsi akan tetap konstan pada
kecepatan maksimum, dan setiap penambahan lebih lanjut akan diiringi oleh
peningkatan eksresi bahan yang bersangkutan secara proporsional.4

Reabsorbsi fosfat

Ginjal secara langsung berperan dalam pengaturan banyak elektrolit misalnya


kalsium dan fosfat, karena keseimbangan ginjal untuk ion ion anorganik ini setara
dengan konsentrasi plasma normal. Sebagai contoh fosfat, makanan yang dimakan
biasanya banyak mengandung fosfat. Tetapi tubulus hanya dapat mereabsorbsi fosfat
sampai konsentrasi plasma normal. Jadi kelebihan fosfat yang tidak dapat direabsorbsi

17
oleh ginjal, akan diekskresikan ke dalam urine. Denngan cara itulah ginjal
mempertahankan konsentrasi fosfat plasma.3

Reabsorbsi Urea

Urea adalah suatu produk sisa yang berasal dari penguraian protein.
Reabsorbsi H2O yang diinduksi secara osmotic di tubulus proximal yang sekunder
terhadap reabsorbsi aktif Na+ menimbulkan gradient konsentrasi untuk urea yang
mendorong reabsorbsi pasif zat sisa bernitrogen ini. Karena reabsorbsi ekestensif H2O
di tubulus proksimal, filtrate awal 125ml/menit secara progresif berkurang, sampai di
akhir tubulus proksimal cairan yang tersisa hanya 44ml/menit (karena 65% dari H2O
dari filtrate semula atau sekitar 81ml/menit telah di reabsorbsi). Zat yang difiltrasi
tetapi tidak direabsorbsi secara progresif menjadi lebih terkonsentrasi di cairan
tubulus karena H2O direabsorbsi sedangkan mereka tertinggal. Urea adalah salah satu
zat tersebut. Konsentrasi urea di glomerulus setara dengan di kapeler perritubulus.
Namun jumlah urea yang di dalam 125ml mengalami pemekatan 3x lipat dalam
volume hanya 44ml d akhir reabsorbsi. Akibatnya konsentrasi urea di dalam tubulus
jauh lebih besar daripada di kapiler.3

3. Sekresi
Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat-zata dari darah kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupaka rute dua bagi zat dari darah untuk
masuk ke lumen tubulus. Sekresi tubulus menyediakan suatu mekanisme yang dapat
lebih cepat mengeliminasi zat-zat tertentu dari plasma dengan mengekstrasi lebih
banyak zat tertentu dari 80% plasma yang tidak difiltrasi di kapiler peritubulus dan
menambahkan zat yang sama ke jumlah yang sudah ada di dalam tubulus akibat
proses filtrasi.3
Bahan yang penting yang diekskresikan oleh tubulus adalah ion hydrogen
yang penting untuk mengatur keseimbangan asam basa, ion kalium yang menjaga
konsentrasi ion kalium plasma pada tingkat yang sesuai untuk mempertahankan
eksitabilitas normal membrane sel otot dan saraf; dan anion dan kation organic yang
melaksanakan eliminasi senyawa-senyawa organic asing dari tubuh.3

18
4. Eksresi
Klierens Plasma
Klierens plasma didefinisikan sebagai volume plasma yang dibersihkan
seluruhnya dari bahan yang diangkut per menit (volume plasma yang seharusnya
mengandung jumlah total bahan yang diekskresikan oleh ginjal dalam satu menit).3
Laju klierens berbeda beda tergantung dari bahan tersebut.
a. Apabila suatu bahan difiltrasi tetapi tidak direabsorbsi atau disekresi, laju
klierens plasmanya sama dengan GFR.
Sewaktu 125ml/menit plasma difiltrasi dan kemudian di reabsorbsi, jumlah
bahan X yang semula terkandung dalam 125ml tertinggal dalam tubulus untuk
diekskresikan.Dengan demikian 125ml plasma dibersihkan dari bahan X setiap
menitnya.3
b. Jika suatu bahan difiltrasi dan direabsrobsi tetapi tidak ada selresi, laju klierens
plasmanya selalu lebih rendah daripada GFR.
Sebagai contoh klierens plasma untuk glukosa dalam keadaan normal adalah
nol. Semua glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi bersama dengan filtrate
yang kembali ke plasma, sehingga tidak ada plasma yang dibersihkan dari
glukosa.3
c. Apabiala suatu bahan difiltrasi dan disekresi tetapi tidak direabsorbsi, maka
lahu klierens plasmanya selalu lebih tinggi daripada GFR.3

Proses Berkemih

Kontraksi perilstatik otot polos di dalam dinding uretra juga mendorong urin bergerak
maju dari ginjal ke kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung kemih secara oblik,
melalui dinding kandung kemih beberapa centimeter sebelum bermuara di rongga kandung
kemih. Dinding kandun g kemih terdiri dari otot polos yang dilapisi epitel jenis khusus.
Sebagaimana sifat otot polos, otot polos kandung kemih dapat sangat meregang tanpa
menyebabkan peningkatan ketegangan dinding kemih. Selain itu, dinding kandung kemih
yang berlipat-lipat menjadi rata sewaktu kandung kemih terisi untuk meningkatkan kapasitas
kandung kemih. Karena urin secara terus-menerus dibentuk oleh ginjal, kandung kemih harus
memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup, sehingga urin tidak perlu terus-menerus
dikeluarkan.3

19
Proses pengosongan kandung kemih diatur oleh dua mekanisme, yaitu reflex
berkemih dan control volunter. Refleks berkemih dicetuskan apabila reseptor-reseptor
regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada seorang dewasa
dapat menampung sampai 250/400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya meningkat untuk
mengaktifkan reseptor regang.3

Peranan Hormon Aldosteron

Aldosteron berpengaruh untuk membuat ginjal menahan natrium dan air tetapi
meningkatkan ekskresi kalium dalam urin. Fungsi aldosteron dalam mengatur keseimbangan
natrium berhubungan dengan angiotensin II. Yaitu dengan penurunan asupan natrium,
peningkatan kadar angiotensin II yang terjadi merangsang sekresi aldosteron yang kemudian
membantu untuk menurunkan ekskresi natrium dalam urin dan oleh karena itu
mempertahankan keseimbangan natrium.5

Peranan ADH

ADH membantu ginjal untuk membentuk sedikit volume urin pekat sementara
mengeluarkan garam dalam jumlah normal. Pengaruh ini sangat penting selama kehilangan
air, yang dengan kuat meningkatkan kadar ADH plasma yang kemudian meningkatkan
reabsorpsi air oleh ginjal dan membantu memperkecil penurunan volume cairan ekstrasel dan
tekanan arteri yang terjadi. Apabila pengaruh ADH dihambat dengan obat yang bersifat
antagonis terhadap kerja ADH untuk meningkatkan reabsorpsi air, masa kehilangan air yang
sama akan menyebabkan penurunan cairan ekstrasel dan tekanan arteri yang besar
(menyebabkan volume urin menurun.5

Sifat-Sifat dan Komposisi Urin Normal

1 Sifat sifat air kemih6


Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan
serta faktor lainnya.
Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat obatan dan sebagainya.
Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
Berat jenis 1.015 1.020.

20
Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

2 Komposisi air kemih6


Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air.
Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin.
Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
Pigmen (bilirubin, urobilin).
Toksin
Hormon
Penutup

Kesimpulan

Sistem urinaria merupakan salah satu sistem dalam tubuh manusia yang sangat penting
untuk menjaga keseimbangan homeostasis tubuh. Sistem ini merupakan salah satu system
yang kerja utamanya ialah sebagai tempat pembuangan zat-zat sisa metabolisme tubuh, yang
tidak terpakai. Yang kalau tidak segera dibuang akan menjadi racun bagi tubuh manusia itu
sendiri dan akan mengganggu homeostasis tubuh. Sistem ini melibatkan beberapa organ-
organ tubuh dan juga memiliki mekanisme tersendiri.

Daftar Pustaka

1. Kasim Y.K. Buku Ajar Traktus Urogenitalis edisi 2. [Bab II : Sistema Urinaria]. Jakarta:
UKRIDA; 2012.h.20-32.
2. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks & atlas. Edisi 10. Bab : Sistem Urinaria.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2003.
3. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Penerjemah: Brahm
U.P. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.
4. William,FG. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG; 2008.
5. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC; 2007.
6. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.2003.

21

Anda mungkin juga menyukai