Hamzah Zainuri1
hamzah_zr@yahoo.com
Ar Royyan Ramly2
royleesama@gmail.com
ABSTRAK
____________
1
Dosen Perbankan syariah pada fakultas syariah universitas serambi mekkah, Banda
Aceh.
2
Dosen Perbankan syariah pada fakultas syariah universitas serambi mekkah, Banda
Aceh.
45
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Bank garansi adalah jaminan yang diberikan oleh perbankan untuk
menjamin pembayaran suatu kewajiban (dzimmah) pihak ketiga. Produk jasa ini
di bagi menjadi dua letter of credit dan bank garansi. (Nurdin, 2013) Seperti yang
utangnya atau menyelesaikan transaksi jual beli yang dilakukan secara ekspor dan
impor. Pihak bank menanggung atau menjamin pembayaran utang kepada pihak
untuk memberikan jaminan, dalam hal ini pekerja mendapatkan bantuan jaminan
dari bank untuk menyelesaikan pekerjaanya, dan keuntungan bagi bank adalah fee
Dalam pemberian jaminan pekerjaan dari bank dapat dibagi menjadi tiga
macam bentuk bank garansi yaitu, bentuk pertama, Bank Garansi Tender (Bid
Bond). Bank Garansi yang diberikan kepada pemilik proyek (Bouwheer) untuk
kepentingan kontraktor atau leveransir yang akan mengikuti tender atas suatu
proyek, dalam hal ini pihak yang dijamin adalah kontraktor atau leveransir
tersebut. Salah satu syarat agar kontraktor atau leveransir dapat mengikuti tender
46
Bentuk yang ketiga Bank Garansi Uang Muka (Advance Payment Bond).Bank
kontraktor atau leveransir atas uang muka yang diterima oleh kontraktor
tersebut.(Febriana, 2006)
pokoknya, apabila kontrak tersebut berakhir maka bank garansi juga akan berakhir
ganti rugi kepada penerima jaminan/Pihak Ketiga (Supplier) maka pada saat
Selain itu, sistem fee yang diterima dari bank garansi dari kontrak
bunga. Distributor atau pekerja juga harus memenuhi administrasi yang diberikan
oleh bank berupa biaya materai perjanjian yang persentasenya yang telah di atur
Dalam tulisan ini penulis akan mengkaji lebih lanjut kontrak bank garansi
atau akad kafalah yang dikenal dalam pemberian jaminan oleh bank dalam
47
literatur akad mualamah serta fakta empiris yang seharusnya terjadi dalamdunia
keuangan islam modern ini. Penulis akan melihat bagaimana dasar pengambilan
fee/upah pada perjanjian kafalah (bank garansi) pada keuangan sekarang ini,
sistem pengambilan fee/upah, dan porsi atau nisab pengambilan fee/upah terhadap
A. Tinjauan pustaka
Dalam penulisan artikel ini penulis perlu mengkaji beberapa literatur dan
referensi yang ada mengenai objek kajian tentang pengambilan fee pada akad
kafalah atau bank garansi dalam perjanjian kontrak jenis bid bond dan
performance bond, tentunya tulisan ini dikaji dari lanjutan karena adanya
pembahasan yang dikaji oleh penulis sendiri, beberapa hasil kajian ini seperti
yang diungkapkan dalam jurnal Abdulkadir Ibrahim Abikan, tentang desain ulang
atau penemuan kesalahan konsep kafalah dalam keuangan modern, simpang siur
fee/upah (ujrah) dalam akad kafalah bil-ujrah pada kontrak L/C atau jaminan
pada kontrak kafalah, seperti pendapat ulama mazhab yang empat menyatakan
kedua akad tijarah atau tukar-menukar timbul karena perbuatan hukum kerja,
48
oleh karena itu kafalah tidak dibenarkan mengambil keuntungan darinya karena
Abikan)
kerjasama antara supplier dengan distributor (studi pada PT Bank Danamon Tbk,
perbankan dan nasabah, dengan kesimpulan bahwa sifat bank garansi adalah akad
assesoir yang mengikuti kontrak pokok dari perjanjian kerjasama, Bank yang
pada saat pencairan bank garansi itu, perjanjian bank garansi berubah menjadi
dengan kedudukan bank sebagai kreditur dan pihak yang dijamin/nasabah sebagai
debitur. Bank Garansi akan menjadi efektif apabila ada tuntutan dari pihak
49
Azman Mohd Noor dan Muhammad Nasir Haron, dalam makalah ilmiah
berjudul Charging Fee for Guarantee (al-Kafalah bi al-ajr) and its Application
menurut para jumhur ulama, seperti pandangan mengenai fee/ujrah. Akad kafalah
merupakan akad tabaru dalam takaful yaitu bersifat tolong menolong dan
pengambilan tambahan dari jaminan tersebut tidak di izinkan oleh jumhur (not
fee/upah terhadap kafalah yaitu Yusuf Qardhawi, Nazih Hamad, dan SAC
hibah atas keuntungan yang diterima oleh penjamin, pemberian ini dikaitkan
dengan kontrak sewa (ijarah) atau dengan kontrak wakalah (wakil) sehingga
penjamin boleh mengambil ujrah/fee dari wakalah bil ujrah. (Haron, 2012)
dalam perbankan syariah akad kafalah ini termasuk kepada pembiayaan dengan
50
perikatan accesoir. Eli menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa akad
kafalahyang diterapkan bank syariah telah sesuai seperti yang telah diatur dalam
fatwa DSN MUI tentang kafalah, kemudian perbedaan pengambilan fee pada bank
untuk mengatur legal kontrak dalam penjaminan pada lembaga syariah selama ini
kontrak yang digunakan masih berasal dari kontrak yang dipakai dari hukum
barat, walaupun ada kesamaan dalam hal sistem namum mekanismenya berbeda,
beliau juga memberikan gambaran penting adanya akad kafalah sebagai kontrak
accesoir dalam perjanjian dan penambahan fee pada akad kafalah. (Abd shomad)
B. Landasan teori
muncul di pengadilan, secara legal kafalah berarti tanggung jawab pihak ketiga
dalam menjamin pembayaran utang terhadap orang yang tidak mampu membayar
berbeda fungsinya, dalam kontrak kafalah pihak ketika sebagai penjamin untuk
pembayaran utang seseorang (kafalah bil-mal). Sedangkan rahn atau rihn orang
51
utangnya. Dalam kontrak ini terdapat dua kesamaan dalam transaksi bisnis, juga
kepercayaan.(Ayub, 2007)
Pengertian kafalah menurut ulama syafiiyah, dalam buku fiqh muamalah Hendi
Suhendi ialah: Akad yang menetapkan iltizam yang tetap pada tanggungan
lain dalam pokok (asal) utang. Menurut mazhab maliki ialah: Orang
lembaga untuk membantu pihak yang tidak mampu membayar utang. Jikalau
utang itu. Ulama bersepakat penjamin wajib membayar atau melunasi utang yan
Menurut Abikan, Para ahli hukum Islam juga sepakat untuk memvalidasi
kontrak menjamin karena sangat penting untuk aliran transaksi komersial karena
52
pembayaran ke kreditur. Dalam transaksi keuangan, jaminan adalah dimaksudkan
untuk mengamankan kewajiban dan melindungi jumlah utang dari yang tidak
tertagihnya atau dari berada pada posis idefault. Dibutuhkan bentuk tertulis
dokumen, jaminan pribadi, janji, cek dan promissory notes. Jaminan efektif dalam
kontrak pertukaran, seperti kontrak penjualan atau kontrak hak, misalnya hak
mana ia diperlukan. Lebih dari satu jaminan juga dapat terkandung dalam satu
Untuk mendapatkan legalitas suatu kontrak maka dalam kafalah ini perlu
kita lihat beberapa rukun dan syarat dari akad kafalah, menurut mazhab syafii
rukun kafalah hanya pada ijab dan Kabul saja, namun jumhur lain bersepakat
mengenai rukun dan syarat kafalah sebagai berikut, pertama adanyadhamin atau
kafil ialah orang yang menjamin dengan syarat harus baligh, berakal dan mahjur,
kedua madmun lah atau makful lahu yaitu orang yang berpiutang yang diketahui
orang yang menjamin, ketiga makfulanhu yaitu orang yang berhutang kepada
makful lahu, keempatmakful bih yaitu utang yang disyaratkan dapat diketahui oleh
makful anhu secara jelas, kelima adalah sighat yaitu pernyataan yang diucapkan
Maka dari pengertian kafalah di atas tadi dapat kita lihat secara rinci rukun
dan syarat, adapun hukum kafalah menurut ijma ulama adalah mubah (boleh)
dengan dalil Q.S Yusuf ayat 72, kemudian dipertegas dalam hadits Rasullah SAW
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Ibnu majah, hadits tersebut
53
tentang utang rasul kepada yahudi kemudian beliau memberikan baju besi kepada
yahudi tersebut atas utang gandum itu. Oleh sebab itu ijma ulama bersepakat
menjadikan kafalah sebagai salah satu akad dalam kontrak komersil dengan tidak
menjadi dua secara umum, menurut Abikan, yaitu kafalah bin-nafs (jiwa) dan
kafalah bil-mal (harta). Kafalah bin-nafs atau dikenal sebagai kafalah bi-wajhi
ialah yaitu adanya keharusan pada pihak penjamin (al-kafil, al-dhamin atau al-
ditunaikan oleh dhamin atau kafil dengan pembayaran (pemenuhan) berupa harta.
(Priadtmaja)
Menurut Abdul Ghofur Anshori secara fiqih terdapat tiga macam kafalah
yaitu jaminan dari diri peminjam (personal guarantee), Kafalah bil maal, yaitu
dibatasi oleh kurun tertentu.Dalam perbankan modern hal ini dapat diterapkan
kafalah yaitu, menjelaskan tentang rukun dan syarat akad kafalah, dan
54
menyatakan penjamin dapat menerima fee sepanjang tidak memberatkan, poin
boleh dibatalkan secara sepihak. Berikut rukun dan syarat menurut Fatwa DSN
MUI, pertama pihak penjamin (kafil) berakal sehat, baliqh dan melaksanakan
penuh tanggung jawab dalam hartanya, kedua orang yang berutang (makful
ketiga orang yang berpiutang (makful lahu), berakal sehat, dapat diketahui
identitasnya, dapat hadir pada waktu berakad. Keempat objek penjaminan (makful
bih), berupa tanggungan pihak yang berutang baik berupa benda, uang, dan
pekerjaan, bisa dilaksanakan oleh penjamin, harus jelas nilai, jumlah dan
kafalah ini digunakan sebagai kontrak jaminan dalam pelaksanaan proyek (Bank
Garansi) yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan. Praktek jaminan yang sering
perbankan kepada nasabah (ekportir) sesuai syarat yang diminta. Bank akan
yang dibeli. Setelah bukti pengiriman barang impor diproduksi, bank membayar
konvensional, pelanggan dikenakan bunga yang terdiri dari biaya administrasi dan
55
sama dengan pemberiah wakalah bil ujrah dalam keuangan Islam. Dimana
nasabah.
Pada dasarnya kafalah ini sama dengan kata dhaman yang berarti
Maka kafalah dapat didefinisikan sebagai jaminan dari pinjaman, baik berupa
dua jenis kafalah inibaik kafalah diri maupun harta. Hal tersebut sesuai dengan
belaiu mengutang syair (gandum) dari seorang Yahudi untuk ahli rumah
menjelaskan tentang rukun dan syarat akad kafalah, dan menyatakan penjamin
56
bil ujrah. Letter of credit berisi ketetapan bank berjanji kepada ekportir untuk
membayar hak-hanya atas importir adalah boleh. Upah yang di terima oleh bank
atas penerbitan L/C adalah boleh. Karena fatwa MUI bersandar kepada fatwa
(kewibawaan) yang menurut Mazhab Syafii hukumnya boleh dan pendapat beliau
juga membolehkan kafalah dengan ujrah karena imbalan pada juaalah pada
bankgaransi dan berbagai jenisnya. Bank garansi adalah dokumen yang diberikan
oleh bank atas permohonan nasabahnyayang berisi jaminan bank bahwa bank
tersebut oleh Musthafa disejajarkan dengan wakalah atau kafalah dan kedua akad
ini hukumnya boleh. Demikian juga pengambilan imbalan (fee) atas kedua akad
fikih dan keuangan, menjelaskan bahwa kontral L/C merupakan akad pelengkap
dari jasa perbankan Islam. Nasabah dalam membuka account rekeningnya harus
Atas pelaksanaan tugasnya ini bank mendapat pengganti biaya sesuai kesepakatan
57
bersama di awal akad. Apabila terjadi wanprestasi dalam menjalankan kuasa
maka bank bertanggung jawab penuh, kecuali karena keadaan force majeur yang
Islam, kontrak kafalah dalam bentuk L/C bank sebagai pihak kedua dengan model
murabahah atau jual beli maka bank berhak mendapatkan imbalan atas usahanya,
dan bank meneriman jaminan dari hutang pembeli dan membayarkan seluruh
utangnya, maka pihak pembeli wajib membayar utangnya kepada bank. Adapun
keuntungan yang diperoleh oleh bank dalam perjanjian ini tergolong kedalam dua
bentuk. Pertama bank menerima biaya administrasi dari nasabah, baik biaya
pembuatan kredit, biaya kepada pegawai bank, biaya pengiriman barang dan biaya
komunikasi antara bank dalam negeri dengan bank luar negeri. Kedua biaya yang
dipungut oleh bank dari harga barang adalah riba. Sebab uang disetor oleh bank
membiayai seuatu proyek yang disebut Bank Garansi yang termasuk dalam
Kafalah al munjazah adalah jaminan yang tidak dibatasi oleh jangka dan untuk
pemberian jaminan dalam bentuk performance bonds (jaminan prestasi), suatu hal
yang lazim di kalangan perbankan dan hal ini sesuai dengan bentuk akad ini.
Pada akad ini dalam perbankan syariah tentunya terdapat pihak-pihak yang
melakukan konrak kafalah (bank garansi), pihak pertama ialah bank sendiri
sebagai kafil (penjamin) proyek tersebut akan dilaksanakan dengan syarat waktu,
58
spesifikasi, objek yang telah diketahui oleh bank. Bank dalam hal ini untuk
yang disebut performance bond yaitu surat jaminan pelaksanaan proyek yang
berarti nasabah memiliki cukup dana untuk melaksanakan proyek, dan sisi lain
bank juga meminta surat jaminan kepada nasabah yang disebut jaminan lawan
yang berupa akte tanah, sertifikat deposito dll. Kemudian ada pihak kedua
nasabah atau orang yang berutang (makful anhu), bank akan meminta jaminan
lawan dari nasabah (makful anhu) apabila nasabah tidak melaksanakan perjanjian
meneriman jaminan ini biasanya lembaga atau institusi yang mengeluarkan tender
yang meminta performance bond kepada orang yang mengikuti tender proyekatau
bank garansi atas jaminan tender proyek, apabila pihak pemenang tender tidak
Yang menjadi perhatian disini bukan pada pihak ketiga sebagai penerima
antara kafil (penjamin) disini disebut bank syariah dan nasabah orang yang
59
Dalam fatwa DSN MUI Nomor.74/DSN-MUI/I/2009 tentang penjaminan
beberapa kriteria yang ditetapkan seperti halnya penjamin harus memiliki cukup
bolehkan bagi penjamin (kafil) menerima fee/upah (ujrah) dalam bentuk uang dari
60
ini terjadi karena klausa salah satu pihak yang telah ditetapkan oleh bank, namun
nasabah hanya dapat bersepakat mengenai nominal tanggungan dan jaminan
lawan yang harus di berikan kepada bank, biaya ini terdiri dari administasi yang
ditentukan melalui overhead cost, yaitu akumulasi dari biaya ATK, kemudian
biaya fee base income dan komite, hasil dari ketiganya adalah biaya nominal atau
bisa dikatakan fee yang diperoleh oleh bank, yang terakhir ada tambahan pada
biaya materai yang dikenakan kepada makful anhu.
Lebih lanjut,pada penyelesaian analisa nasabah untuk menerbitkan
performance bond dengan analisa 5 C dari marketing, kemudian komite
menganalisis biaya admnistrasi yang diberikan nasabah apakah sesuai tariff yang
disepakati ataupun tidak bila tidak sesuai komite akan mengembalikannya kepada
marketing untuk melakukan bargaining (penawaran ulang) dengan pihak nasabah
apabila sudah sesuai maka performance bond akan dikeluarkan.
Sementara itu pada pernyataan ulama mengenai fee pada pembiayaan
kafalah didukung oleh hasil MuktamarMajma Al-Fiqh Al-Islamiyang diadakan di
Jeddah pada tahun 1985 nomor 2 yang berisi: Akad kafalah adalah akad tabaru
dimaksudkan untuk kebajikan, para ahli fiqh telah bersepakat dalam hal ini tidak
boleh adanya fee karena pada saat pemberi jaminan membayarkan kewajiban
pihak tertanggung hal ini menyerupai qard (pinjaman), maka dalam syariat
pengambilan manfaat atas pinjaman itu dilarang dan dekat denga riba.(MUI,
kafalah)
Juga terdapat dalam buku panduan keuangan syariah internasional yang
disusun oleh AAOIFI yang berbunyi: lembaga keuangan syariah tidak boleh
secara mutlak mengambil atau memberikan ujrah (fee) sebagai imbalan atas
kafalah.
Menurut Abdulkadir Ibrahim Abikan kontrak kafalah Secara tradisional,
menunjukkan bahwatidak diijinkan bagi penjamin untuk mengambil remunerasi
untuk tawarannya. Namun, dalam praktek perbankan Islam, jaminan ditawarkan
sebagai income generatingproduk. Praktek mereka bukanlah penemuan dari ajaran
tradisional Islam, melainkan merupakan perkembangan cerdik konseptradisional
menjadiberlaku untuk kebutuhan kontemporer.(Ibrahim Abikan)
61
B. Analisis Deskriptif
63
nasabah, biaya untuk karyawan, ATK yang termasuk kepada overhead cost,
kemudian baru fee based income, biaya tetap atas kesepakatan nasabah dengan
pihak marketing bank, sedangkan overhead cost telah di tetapkan, selain itu ada
tambahan biaya materai dan komite dari perbankan.
Namun di luar itu perbedaan yang mencolok yang terdapat pada bank
syariah seperti yang penulis jelaskan di awal, adalah pada pengambilan porsi
keuntungan bedasarkan akumulasi nominal bukan pada prosentase.
A. Kesimpulan
1. Bentuk kafalah (bank garansi) yang telah dipraktekkan sekarang ini dalam
perbankan syariah memiliki perbedaan yang signifikan dari bank konvensional,
meskipun pada dasarnya mekanisme pemberian keputusan performance bond
dan bid bond sama, namun perbedaan riil terletak pada pengambilan fee/upah
pada nasabah.
2. Pengambilan fee atau upah pada bank syariah bedasarkan perhitungan nominal
dari keseluruhan everhead cost, fee base cost, komite, dan materai, sedangkan
pada bank konvensional terdapat pengambilan keuntungan bedasarkan
prosentase perjanjian yang diberikan yang berkisar 1-3% sesuai bargaining
pihak bank dan nasabah tersebut.
3. Akad yang digunakan pada performance bond dan bid bond pada perbankan
syariah adalah akad kafalah bil-mal dengan jenis kafalah al-munjazah (tidak
ada batasan waktu), dan kafalah al-muallaqah (jangka waktu tertentu).
64
dengan meminta jaminan lawan, apabila sewaktu-waktu nasabah wanprestasi
maka jaminan tersebut menjadi milik bank.
6. Bargaining atau penawaran yang dilakukan masih terjadi pada salah satu pihak
yaitu bank (kafil), bank menentukansyarat-sayarat tertentu seperti perhitungan
nominal utang dan nasabah bisa melakukan penawaran atas fee yang yang
diberikan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
66