Anda di halaman 1dari 74

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat sebagai titik dari pergulatan untuk mencari kebenaran, tentu tidak terlepas dari
proses yang harus dijalankan oleh setiap manusia dalam mencari kebenaran tersebut. Jabaran
tersebut dipahami sebagai proses bahwa manusia memiliki cinta terhadap kebijaksanaan atau
sebuah pengetahuan yang mendalam. Nilai-nilai yang dikonstruksikan dalam filsafat adalah nilai-
nilai akan kecintaan terhadap segala sesuatu secara mendalam dengan berlandaskan kepada nilai-
nilai yang bersifat luhur (Muin, 2015).
Manusia begitu ia dilahirkan tidak tahu dan tidak mengenal dengan apa-apa yang ada
disekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri. Ketika manusia mulai mengenal dirinya, kemudian
mengenal alam sekitarnya, karena manusia adalah sesuatu yang berpikir, maka ketika itu dia
mulailah ia memikirkan dari mana asal sesuatu, bagaimana sesuatu, untuk apa sesuatu, kemudian
apa manfaatnya sesuatu itu. Sebenarnya pada ketika manusia telah mulai tahu dari mana asalnya,
bagaimana proses terjadinya, siapa dia, untuk apa dia, pada ketika itu ia telah berfilsafat (Abbas,
2010). Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi tanggungjawab yang berat sebagai wakil
Tuhan dalam mengelola bumi beserta isinya. Untuk melaksanakan tugas berat itu, manusia diberi
potensi akal, instrumen sangat penting bagi manusia yang membedakan manusia dengan mahluk
Tuhan lainnya, seperti hewan dan alam kebendaan lainnya. Tuhan telah memerintahkan dan
merupakan kebutuhan manusia untuk berpikir menggunakan akalnya, untuk memenuhi
kebutuhannya, mewujudkan keinginan/idea-idea-nya, dan memenuhi hasrat alamiahnya sebagai
makhluk paling tinggi derajatnya (Iksan, 2015).
Realitas manusia sebagai ciptaan Tuhan pada akhirnya membutuhkan pengetahuan dalam
memahami proses interaksi manusia dengan hakekat kemanusiaannya (tugas hakiki hidup
manusia). Proses pencarian pengetahuan dapat diejawantahkan melalui indera, sains, filsafat, dan
mistik (kepercayaan). (Sukarno, 2012). Sebagaimana diketahui hakikat manusia dan sekaligus
keunggulan manusia atas makhluk lain, adalah potensi akal. Dengan akal manusia bisa berpikir
untuk melaksanakan tugasnya. Tugas penting bagi manusia adalah berpikir untuk mencari dan
mengembangkan ilmu dan mencari kebenaran. Mencari kebenaran dengan filsafat ditujukan untuk
memperoleh kebenaran tidak sebatas pada kebenaran formal, kulit permukaan, tetapi kebenaran

1
yang substantif, terdalam, dan universal (Iksan, 2015). Berdasarkan pemaparan di atas penulis
ingin mengkaji dalam makalah yang berjudul Filsafat IPA dan Metode Mencari Kebenaran dalam
Filsafat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian filsafat IPA?
2. Apa pengertian kebenaran?
3. Apa saja jenis-jenis kebenaran?
4. Bagaimana metode mendapatkan kebenaran dalam filsafat?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian filsafat IPA.
2. Untuk memahami pengertian kebenaran?
3. Untuk saja jenis-jenis kebenaran?
4. Untuk memahami metode dalam mendapatkan kebenaran dalam filsafat.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian filsafat IPA.
2. Mahasiswa dapat memahami pengertian kebenaran?
3. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis kebenaran?
4. Mahasiswa dapat memahami metode dalam mendapatkan kebenaran dalam filsafat.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Filsafat IPA


Secara etimologis kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia dari kata philos
berarti cinta atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos yang berarti
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman. Secara harfiah, filsafat berarti cinta akan
kebijaksanaan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak pernah secara sempurna memiliki
pengertian menyeluruh tentang segala sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus
menerus harus mengejarnya (Widyawati, 2013). Menurut Muin (2015) filsafat adalah pengetahuan
yang dimiliki rasio yang menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat Sains, adalah
bidang sains yang mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi perkembangan sains,
yang termasuk di dalamnya sains alam dan sains sosial. Filsafat sains juga merupakan analisis atau
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan sains. Sehingga dapat didefinisikan bahwa
filsafat IPA adalah pemikiran yang sedalam-dalamnya untuk memperoleh kebenaran, makna,
tujuan, serta nilai-nilai ilmu pengetahuan tersebut bagi kehidupan manusia.
Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai sebagai perbandingan,
menjelaskan bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian
tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam. Rantai tersebut sebelum tahun 1600,
menghubungkan filsafat disatu pangkal dan ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara
berkesinambungan. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan alam
menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank, fungsi filsafat
ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai tersebut dan menunjukkan
bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-
prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk
membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan
kemanusian mempunyai hubungan erat.
Sastrapratedja (1997), mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam secara fundamental dan
struktural diarahkan pada produksi pengetahuan teknis dan yang dapat digunakan. Ilmu

3
pengetahuan alam merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam
struktur tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi
eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalam meramal
(memprediksi) dan mengendalikan proses alam. Positivisme menyamakan rasionalitas dengan
rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan alam.
Menurut Van Melsen (1985), ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa
ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang mengizinkan registrasi inderawi yang
langsung. Hal kedua yang penting mengenai registrasi ini adalah bahwa dalam keadaan ilmu alam
sekarang ini registrasi itu tidak menyangkut pengamatan terhadap benda-benda dan gejala-gejala
alamiah, sebagaimana spontan disajikan kepada kita. Yang diregistrasi dalam eksperimen adalah
cara benda-benda bereaksi atas campur tangan eksperimental kita. Eksperimentasi yang aktif
itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih teliti terhadap banyak faktor yang dalam pengamatan
konkrit selalu terdapat bersama-sama. Tanpa pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu
menahu tentang elektron-elektron dan bagian-bagian elementer lainnya.
Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17. Kemudian pada tahun
1853, Auguste Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya
penggolongan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento Wibisono,
1996), sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-
gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Dengan
mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan
rasional, kita akan memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan
untuk dapat berkembang secara lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut,
dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan Sosiologi. Dalam urutan
itu, setiap ilmu yang terdahulu adalah lebih tua sejarahnya, secara logis lebih sederhana dan lebih
luas penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya (Liang Gie, 1999). Pada
pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan induk dari setiap ilmu tetapi dalam
kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia dan biologi adalah bagian dari kelompok ilmu
pengetahuan alam.
Penemuan-penemuan terbaru dengan menggunakan peralatan yang canggih atau akurat
(misalnya teropong bintang) ternyata bisa merubah pola pikir manusia yang cenderung lebih
percaya pada kebenaran induktif daripada kebenaran (berdasarkan pengamatan) daripada

4
filosofis (berdasarkan pola pikir deduktif). Pergeseran demikian tidak dapat dihindari, karena
memang kenyataan banyak ajaran yang menjadi tidak sesuai dengan kenyataan, contoh yang
mencolok adalah teori geosentris. Sebagai dampaknya, filosofi terpecah menjadi 2, yaitu; 1)
aliran yang mendambakan kebenaan atas dasar induktif, yang kemudian menjadi aliran
epistemology, yang melahirkan metode ilmiah. Sehingga terbentuklah produk olah pikir manusia
yang lain, yang disebut kealaman; 2) Aliran yang lebih mendambakan kebenaran yang lebih
hakiki sifatnya, yang tidak terjangkau oleh pengalaman manusia, yang kemudian menjadi aliran
metafisika (di luar jangkauan fisika), sehingga terbentuklah olah pikir manusia yang disebut
filsafat, seperti yang kita kenal sekarang (Sutomo, 2009).

2.2 Pengertian Kebenaran


Kebenaran merupakan kata benda. Namun janganlah terlalu cepat langsung menanyakan
dan mencari benda yang namanya kebenaran, jelas itu tidak akan ada hasilnya, itu merupakan
usaha yang sesat. Meskipun ada kata benda kebenaran, namun dalam realitanya tidak ada benda
kebenaran, yang ada dalam kenyataan secara ontologis adalah sifat benar. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa sifat benar dapat berada pada kegiatan berpikir maupun hasil pemikiran
yang dapat diungkapkan dalam bahasa lisan maupun tertulis, yang berupa jawaban, penyataan,
penjelasan, pendapat, informasi, berita, tindakan, peraturan (Wahana, 2008).
Hasil pemikiran pada pokoknya menunjukkan ada atau tidak-adanya hubungan antara yang
diterangkan dengan yang menerangkan. Misalnya yang menunjukkan adanya hubungan udara
bersih, lampu menyala, rumah terbakar api, binatang menggigit orang, orang makan mangga.
Pernyataan yang menunjukkan tidak-adanya hubungan antara yang diterangkan dan yang
menerangkan dinyatakan dengan menggunakan kata tidak. Contoh, pasar sayur ini tidak bersih,
tanaman padi tidak subur, kambing tidak hidup di air, manusia tidak bersayap. Hasil pemikiran
dikatakan benar, bila memahami bahwa ada hubungan antara yang diterangkan dengan yang
menerangkan, dan ternyata memang ada hubungan, atau memahami bahwa tidak ada hubungan
antara yang diterangkan dengan yang menerangkan, dan ternyata memang tidak ada hubungan.
Hasil pemikiran dikatakan salah, bila memahami bahwa ada hubungan antara yang diterangkan
dengan yang menerangkan, padahal tidak ada, atau memahami bahwa tidak ada hubungan antara
yang diterangkan dengan yang menerangkan, padahal ada (Wahana, 2008).

5
2.3 Jenis-Jenis Kebenaran
Kebenaran merupakan sifat dari pengetahuan, untuk membahas adanya berbagai
kebenaran, kita perlu mengetahui adanya berbagai macam pengetahuan. Sebagaimana
pengetahuan dapat dibedakan atas dasar berbagai kriteria penggolongan, demikian pula berkenaan
dengan kebenaran pengetahuan juga dapat digolongkan atas dasar beberapa kriteria (Tim Dosen
Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, 2003: hal. 136-138). Pertama, atas dasar sumber atau asal
dari kebenaran pengetahuan, dapat bersumber antara lain dari fakta empiris (kebenaran empiris),
wahyu atau kitab suci (kebenaran wahyu), fiksi atau fantasi (kebenaran fiksi). Kebenaran
pengetahuan perlu dibuktikan dengan sumber atau asal dari pengetahuan terkait. Kebenaran
pengetahuan empiris harus dibuktikan dengan sifat yang ada dalam obyek empiris (yang
didasarkan pengamatan inderawi) yang menjadi sumber atau asal pengetahuan tersebut. Kebenaran
wahyu sumbernya berasal dari wahyu atau kitab suci yang dipercaya sebagai ungkapan tertulis
dari wahyu. Sehingga yang menjadi acuan pembuktian kebenaran wahyu adalah wahyu atau kitab
suci yang merupakan tertulis dari wahyu. Sedangkan kebenaran fiksi atau fantasi bersumber pada
hasil pemikiran fiksi atau fantasi dari orang bersangkutan. Dan yang menjadi acuan
pembuktiannya adalah alur pemikiran fiksi atau fantasi yang terwujud dalam ungkapan lisan atau
tertulis, visual atau auditif, atau dalam ungkapan keempat-empatnya (Wahana, 2008).
Kedua, atas dasar cara atau sarana yang digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Antara lain dapat menggunakan indera (kebenaran inderawi), akal budi (kebenaran
intelektual), intuisi (kebenaran intuitif), iman (kebenaran iman). Kebenaran pengetahuan perlu
dibuktikan dengan sarana yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan terkait. Kebenaran
pengetahuan inderawi (penglihatan) harus dibuktikan dengan kemampuan indera untuk
menangkap hal atau obyek inderawi dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penglihatan
dapat menghasilkan pengetahuan tentang warna, ruang, ukuran besar/kecilnya obyek, serta adanya
suatu gerak atau perubahan. Sesuai dengan perspektif penglihatan disadari bahwa penangkapan
penglihatan sering tidak tepat. Kita mengalami tipu mata. Misalnya, bintang yang semestinya besar
tampak di penglihatan sebagai bintang kecil, sepasang rel kereta api yang seharusnya sejajar
ternyata tampak di penglihatan sebagai yang semakin menciut di kejauhan. Kebenaran intelektual
didasarkan pada pemakaian akal budi atau pemikiran agar dapat berpikir secara lurus, yaitu
mengikuti kaidah-kaidah berpikir logis, sehingga tidak mengalami kesesatan dalam berpikir.
Kebenaran intuitif didasarkan pada penangkapan batin secara langsung (konkursif) yang dilakukan

6
oleh orang bersangkutan, tanpa melalui proses penalaran terlebih dahulu (diskursif). Sedangkan
kebenaran iman didasarkan pada pengalaman hidup yang berdasarkan pada kepercayaan orang
bersangkutan (Wahana, 2008).
Ketiga, atas dasar bidang atau lingkup kehidupan, membuat pengetahuan diusahakan dan
dikembangkan secara berbeda. Antara lain, pengetahuan agama (kebenaran agama), pengetahuan
moral (kebenaran moral), pengetahuan seni (kebenaran seni), pengetahuan budaya (kebenaran
budaya), pengetahuan sejarah (kebenaran historis), pengetahuan hukum (kebenaran yuridis),
pengetahuan politik (kebenaran politik). Kebenaran pengetahuan diusahakan dan dikembangkan
secara berbeda. Antara lain, pengetahuan agama (kebenaran agama), pengetahuan moral
(kebenaran moral), pengetahuan seni (kebenaran seni), pengetahuan budaya (kebenaran budaya),
pengetahuan sejarah (kebenaran historis), pengetahuan hukum (kebenaran yuridis), pengetahuan
politik (kebenaran politik). Kebenaran pengetahuan perlu dipahami berdasarkan bahasa atau cara
menyatakan dari lingkup/bidang kehidupan terkait. Misalnya, penilaian baik atas tindakan dalam
bidang kehidupan terkait. Misalnya, penilaian baik atas tindakan dalam bidang moral tentu saja
perlu dibedakan dengan penilaian baik tentang hasil karya dari bidang seni (Wahana, 2008).
Keempat, atas dasar tingkat pengetahuan yang diharapkan dan diperolehnya: yaitu
pengetahuan biasa sehari-hari (ordinary knowledge) memiliki kebenaran yang sifatnya subyektif,
amat terikat pada subyek yang mengenal, pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) menghasilkan
kebenaran ilmiah, pengetahuan filsafati (philosofical knowledge) menghasilkan kebenaran filsafat.
Kriteria yang dituntut dari setiap tingkat kebenaran ternyata berbeda. Kebenaran pengetahuan yang
diperoleh dalam pengetahuan biasa sehari cukup didasarkan pada hasil pengalaman sehari-hari,
sedangkan kebenaran pengetahuan ilmiah perlu diusahakan dengan
pemikiran rasional (kritis, logis, dan sistematis) untuk memperoleh pengetahuan yang selaras
dengan obyeknya (obyektif). moral tentu saja perlu dibedakan dengan penilaian baik tentang hasil
karya dari bidang seni (Wahana, 2008).

2.4 Metode Mendapatkan Kebenaran Filsafat


Kebenaran filsafat atau yang biasa disebut kebenaran fiosofi adalah suatu kebenaran yang
kebenarannya didasakan atas logika atau rasio. Dengan demikian benar apabila amemang masuk
akal; dapat diterima akal sehat bahwa hal itu memang benar. Di sini perlu diketahui bahwa manusia
dapat menembus ke luar dunia nyata masuk ke dunia abstrak, yang tak terjangkau oleh pengalaman

7
atau panca indera. Metode untuk menguji kebenaran filsafat tersebut dengan menggunakan logika-
analogi. Metode ini pertama kali diajarkan oleh Aristoteles (384-322 SM), dimana sebenarnya
merupakan penalaran deduktif, yaitu suatu cara berpiir menarik kesimpulan dari hal yang umum
ke hal yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola pikir yang
disebut silogisme.
Pola pikir silogisme ini terdiri dari 3 unsur, dengan rincian: 2 unsur merupakan pernyataan
yang benarrdan 1 unsur lagi berupa kesimpulan. Kedua pernyataan tersebut disebut premis, yang
dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Adapun mekanisme atau langkah-langkah
silogisme adalah sebagai berikut: 1) premis mayor, yaitu sesuatu dasar pikiran yang berlaku umum.
2) premis minor, yaitu Sesuatu kejadian yang khusus; dan 3) kesimpulan, yaitu ada tidaknya
koherensi atau konsistensi premis minor dengan premis mayor. Dalam cara berpikir deduktif,
apabila kejadian (premis minor) itu memiliki koherensi dengan dasar pikirannya (premis mayor),
maka kesimpulannya adalah benar. Disimpulkan benar apabila terdapat koherensi antara premis
minor dengan premis mayor, sebaliknya disimpulkan tidak benar apabila tidak ada koherensi atau
premis minor dengan premis mayor. Sebagai gambaran mekanisme tersebut dapat diikuti sebagai
berikut.

Premis mayor : jumlah ketiga sudut segi tiga adalah 180o.


Premis minor : dua pasang sudut dari dua segitiga sama besar .
Kesimpulan : Pasangan sudut ketiga dari dua segitiga itu sama.

(Kesimpulan tersebut benar, karena jika 2 pasang sudut dari 2 buah segitiga sama besar, maka
pasangan sudut yang ketiga sama pula).
Contoh lain:

Premis mayor : Semua tentara angkatan laut pandai berenang.


Premis minor : Amir adalah tentara angkatan laut .
Kesimpulan : Amir pandai berenang.

8
(Kesimpulan tersebut benar, karena premis minor memiliki koherensi dengan premis mayor;
dimana koherensi tersebut dapat diterangkan seperti saat ujian masuk dulu ada materi berenang,
sat latihan perang ada materi penjeburan laut, menyelam dan sebagainya).
Kebanaran yang didasarkan atas logika analogi sering dsebut juga dengan kebenaran
koherensi, yaitu diangap benar karena premis minor tersebut didukung oleh premis mayor yang
dapat memberi penjelasan dan argumentasi secara kronologis kebenaran premis minor tersebut,
sementara premis mayor sudah dianggap benar.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Filsafat ilmu pengetahuan alam adalah pemikiran yang sedalam-dalamnya untuk
memperoleh kebenaran, makna, tujuan, serta nilai-nilai ilmu pengetahuan tersebut bagi
kehidupan manusia.
2. Kebenaran merupakan sifat dari pengetahuan, untuk membahas adanya berbagai
kebenaran.
3. Kebenaran dapat digolongkan dari beberapa kriteria yaitu; pertama, atas dasar sumber atau
asal dari kebenaran pengetahuan. Kedua, atas dasar cara atau sarana yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Ketiga, atas dasar bidang atau lingkup kehidupan,
membuat pengetahuan diusahakan dan dikembangkan secara berbeda. Keempat, atas
dasar tingkat pengetahuan yang diharapkan dan diperolehnyaMetode untuk menguji
kebenaran filsafat dengan menggunkan logika-analogi.
4. Metode untuk menguji kebenaran filsafat dengan menggunakan logika-analogi.

3.2 Saran
1. Sebaiknya penulis menambah referensi lebih banyak pada makalah.
2. Sebaiknya penulis lebih teliti dalam penulisan makalah sehingga tidak terjadi kesalahan
pengetikan.
3. Sebaiknya penulis mengkaji lebih dalam materi yang dibahas dalam makalah.

10
DAFTAR RUJUKAN

Abbas, P. 2010. Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama. Jurnal Media Akademika Vol. 25, No. 2.
Iksan, M. 2015. Epistemologi Mencari Kebenaran dengan Pendekatan Transendental. Prosiding
Seminar Nasional. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wibisono S. dkk., 1997., Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan Arti
Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte Gadjah Mada University
Yogyakarta.
Liang Gie. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta. Media Ilmu.
Muin, F. 2015. Kovergensi Islam dan Sains dalam Perspektif Filsafat. MIQOT Vol. XXXIX No.
2.
Soeparmo, A.H., 1984.Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam, Penerbit
Airlangga University.
Sukarno, A. 2012. Filsafat Hukum Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana
Sutomo, H. 2009. Filsafat Ilmu kealaman dan Etika Lingkungan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Wahana, P. 2008. Menguak Kebenaran Ilmu Pengetahuan dan Aplikasinya Dalam Kegiatan
Perkuliahan. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 3.
Widyawati, S. 2008. Filsaat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan. Jurnal
Seni dan Budaya, Volume 11 No. 1.

11
ONTOLOGI ILMU KEALAMAN
APLIKASI METODE ILMIAH DAN KARAKTERISTIK ILMU KEALAMAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat Sains dan Bioetika


yang dibina oleh Ibu Dr. Murni Saptasari, M.Si

Oleh :

Sely Tunjung Manik 170341864530

12
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2017

METODE APLIKASI ILMIAH DAN KARAKTERISTIK ILMU KEALAMAN


1
Sely Tunjung Manik
selymanikmanik@gmail.com
1
Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Ontologi adalah ilmu membahas tentang hakikat apa yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu
kealaman medapatkan kebenaran harus melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi; 1)
masalah penelitian, 2) penyusunan kerangka berpikir, 3) perumusan hipotesis, 4) verifikasi empiris
dan 5) penarikan kesimpulan. Ilmu kealaman merupakan suatu hasil pemikiran mendalam yang
bertujuan untuk memperoleh kebenaran, makna, tujuan dan nilai-nilai dari ilmu kealaman itu
sendiri. Ilmu kealaman dan filsafat ini memiliki bidang kajian alam semesta sebagai objeknya.
Sehingga, semua hal didalamnya dapat bersifat berwujud atau fisik. Karakteristik ilmu kealaman
meliputi obyektif dan realisme.

Kata kunci: Ontologi, metode ilmiah, karakteristik

13
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulisan dapat menyelesaikan makalah Filsafat Sains dan Bioetika dengan judul Ontologi Ilmu

Kealaman Metode Aplikasi Ilmiah dan Karakteristik Ilmu Kealaman. Penulisan makalah ini

dapat terselesaikan atas bantuan, motivasi, bimbingan, dan kerjasama yang baik dari berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada orang tua,

dosen dan teman-teman yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Makalah ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pembaca tentang aplikasi

metode ilmiah dan karakteristik ilmu kealaman. Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan

pengetahuan kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik pembaca sangat penulis harapkan untuk sempurnanya

makalah ini.

Malang, September 2017

Penulis

14
DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
2.1 Aplikasi Metode ......................................................................................... 3
2.2 Karakteristik Ilmu Kealaman ..................................................................... 7
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
3.2 Saran .......................................................................................................... 14
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan antara Ilmu Kealaman dan Filsafat ........................... 13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema ilmu dan Sarana Berpikir Ilmiah ...................................... 3
DAFTAR PUSTAKA

15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Filsafat merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang komprehensif dan berusaha
memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman
manusia. Filsafat dibutuhkan manusia dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
timbul dalam berbagai kehidupan manusia, termasuk masalah kehidupan dalam bidang
pendidikan dan bidang kealaman. Berbagai jawaban hasil pemikiran filsafat bersifat sistematis,
integral, menyeluruh dan mendasar. Dalam mencari jawaban kebenaran filsafat, dilakukan
dengan cara ilmiah, objektif, memberikan pertanggung jawaban dengan berdasarkan pada akal
budi manusia, demikian halnya untuk menjawab persoalan-persoalan manusia dalam berbagai
bidang (Jalaludin, 2007). Cakupan dalam ilmu filsafat sangat luas, karena filsafat merupakan ilmu
yang berkaitan dengan berbagai hal yang terjadi di alam. Salah satu filsafat yang dipelajari adalah
filsafat ilmu kealaman.
Telaah ilmu kealaman dibagi menjadi beberapa bidang kajian, yang pertama adalah kajian
pertanyaan apa yang sesungguhnya ilmu kealaman itu, mengenai hakikat seluruh realitas yang
disebut dengan istilah ontologi. Ontologi merupakan ilmu yang mengkaji apa sesungguhnya ilmu
kealaman itu, hal ini meliputi hakikat illmu kealaman, karakteristik ilmu kealaman, metode ilmu
kealaman, anatomi ilmu kealaman, nilai-nilai ilmu kealaman dan lain-lain. Berdasarkan
permasalahan di atas, saya akan membahas mengenai aplikasi dari metode ilmiah dalam penelitian
dan karakteristik ilmu kealaman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana aplikasi metode ilmiah dalam penelitian?
2. Bagaimana karakteristik ilmu kealaman?

1.3 Tujuan

16
1. Untuk menjelaskan aplikasi metode ilmiah dalam penelitian
2. Untuk menjelaskan karakteristik ilmu kealaman
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar pembaca mengetahui aplikasi metode ilmiah
dalam penelitian dan dapat mendeskripsikan karakter ilmu kealaman.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aplikasi Metode Ilmiah dalam Penelitian


Metode ilmiah umum dipakai para peneliti untuk melakukan penelitian sebagai sarana
berpikir. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Saran ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam
pengertian bahwa saran ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmiah.Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat
memecahkan masalah kita sehari-hari (Arsin, 2013).

Gambar 2.1 Skema Ilmu dan Sarana Berpikir Ilmiah

Menurut Sutomo (2013) Aplikasi metode ilmiah yang dilakukan para peneliti dapat
diikuti dengan langkah-langkah berikut.

17
1. Masalah Penelitian
Langkah awal dalam memulai penelitian umumnya adalah dimulai dari ketertarikan
peneliti akan suatu objek. Objek tersebut selanjutnya dijadikan sesuatu yang dapat diteliti.
Agar dapat diteliti, objek tersebut harus berupa masalah. Masalah muncul apabila peneliti
mendapati bahwa ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dapat terjadi pada
objek tersebut.
2. Penyusunan Kerangka Berpikir
Penyusunan kerangka berpikir ditujukan untuk mendapatkan kebenaran dari hipotesis yang
telah dirumuskan. Kerangka berpikir merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
penelitian, oleh karenanya diperlukan kajian kepustakaan yang mendukung berbagai
pemikiran dan penelitian yang dilakukan. Kajian kepustakaan diperlukan untuk
mendapatkan landasan teori yang kuat dan relevan dengan teori dan penelitian pendahulu.
Secara operasional, kajian kepustakaan umumnya berasal dari resensi terbaru dan dibatasi
dengan rentang 5 tahun dari saat penelitian dilakukan.

3. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis harus mencerminkan kebenaran untuk solusi suatu masalah. Dalam
pengujian hipotesis yang menguji adalah statistik. Statistik dapat digunakan dalam
pengujian hipotesis jika semua elemen hipotesis telah dikuantifikasikan (diangkakan).
Elemen hipotesis yang dikuantifikasikan adalah variabel bukan konsep.

4. Verifikasi Empiris
Verifikasi empiris merupakan pembuktian di lapangan dan mencakup banyak aspek,
diantaranya asumsi penelitian, rancangan penelitian, penetapan populasi dan sampel,
pengembangan instrumen penelitian, penetapan metode pengumpulan data, dan pemilihan
cara analisis data.
Menyatakan Asumsi-asumsi Penelitian

Asumsi penelitian merupakan landasan dasar yang memberikan petunjuk


penafsiran kesimpulan yang akan didapat. Menarik kesimpulan diperlukan
landasan dasar yang benar.

18
Membuat Rancangan Penelitian

Pembuatan rancangan penelitian merupakan suatu bentuk strategi mengatur


penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik
variabel dan tujuan penelitian.

Penetapan Populasi dan Sampel


Penetapan populasi dan sampel digunakan untuk mengatur latar penelitian
agar peneliti memperoleh jumlah data yang memadai sesuai dengan karakteristik
variabel dan tujuan penelitian. Secara teoritis, besar sampel dan teknik sampling
ditentukan oleh karakteristik populasi.
Pengembangan Instrumen Penelitian
Pengembangan instrumen penelitian adalah suatu bentuk strategi untuk
mendapatkan data yang benar dan hipotesis yang maksimal. Pada suatu penelitian,
data mempunyai peranan sangat penting, sehingga apabila rancangan penelitian
yang digunakan sangat baik namun data yang diperoleh kurang memadai, maka
hasil yang didapatkan juga tidak akan memuaskan. Dalam pengembangan
instrumen, peneliti harus mampu dan memahami serta menjabarkan variabel-
variabel serta mendapatkan data yang benar. Data yang benar diperoleh dengan
pengujian instrumen terlebih dahulu untuk membakukan validitas dan reabilitas
data. Validitas menunjukkan kesahihanya yaitu mengukur sejauh mana suatu alat
pengukuran mampu mengukur. Sedangkan reabilitas menunjukkan keterhandalan
yaitu sejauh mana suatu alat pengukuran mampu mengukur secara konsisten
apabila pengukuran diulangi 2 kali atau lebih.
Menetapkan Metode Pengumpulan Data
Penetapan metode pengumpulan data merupakan suatu bentuk strategi
untuk mendapatkan data yang benar, sehingga mendapatkan hasil pengujian
hipotesis yang maksimal. Dalam menetapkan metode pengumpulan data perlu
diperhatikan berbagai hal agar data yang didapatkan valid. Peneliti harus
memperhatikan berbagai aspek seperti kualifikasi petugas lapangan, memahami
karakteristik responden, dan juga waktu atau musim dilakukannnya penelitian.
Pemilihan Cara Analisis

19
Pemilihan cara analisis data merupakan suatu bentuk strategi untuk
mendapatkan hasil pengujian hipotesis yang maksimal. Dalam penelitian,
pemilihan cara analisis data mempunyai kedudukan yang sangat penting sehingga
peneliti harus memahami keterkaitan teknik statistik yang digunakan dengan
jumlah variabel penelitian, jenis penelitian, jenis data, dan cacah kasus yang
dianalisis.

5. Menarik Kesimpulan

Metode ilmiah tidak menuntut peneliti untuk membuktikan seperti yang dilakukan
oleh metode-metode yang lain, melainkan peneliti hanya diminta menganalisi hipotesis.
Maka dari itu, hasil analisis statistik yang berupa angka-angka harus diterjemahkan dalam
makna deskriptif sehingga dapat diambil kesimpulan dari penelitian tersebut. Kesimpulan
dari analisis data yang dilakukan, dapat berupa pernyataan hipotesis diterima atau hipotesis
ditolak. Hipotesis penelitian diterima apabila terdapat kesesuaian anatara teori yang
digunakan dalam penelitian dengan bukti hasil yang berada di lapangan. Hal tersebut
membuktikan bahwa telah ada penemuan baru da dapat menjadi sumber perbendaharaan
ilmu. Sedangkan jika hipotesis penelitian ditolak, berarti data yang ditemukan dilapangan
tidak sesuai dengan teori yang digunakan dan tidak sesuai dengan hipotesis.
Penyebab dari hipotesis ditolak dapat disebabkan oleh baerbagai hal, salah satunya
adalah akibat penyusunan kerangka berpikir yang salah. Selain itu sumber kerusakan data
yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menyebabkan hipotesis ditolak, seperti tidak
dilakukannya uji validitas, pengembangan instrumen penelitian yang salah, petugas
lapangan yang kurang memadai serta terjadinya kendala komunikasi dengan sumber data.
Proses analisis data yang salah juga dapat menyebabkan hipotesis ditolak, seperti
rancangan peneitian yang salah, teknik sampling yang tidak tepat, dan tidak dilakukannya
uji prasyarat statistik (uji homogenitas, uji normalitas dll).

2.2 Karakteristik Ilmu Kealaman


Ilmu kealaman merupakan suatu hasil pemikiran mendalam yang bertujuan untuk
memperoleh kebenaran, makna, tujuan dan nilai-nilai dari ilmu kealaman itu sendiri. Ilmu

20
kealaman dan filsafat ini memiliki bidang kajian alam semesta sebagai objeknya. Sehingga,
semua hal didalamnya dapat bersifat berwujud atau fisik (Sutomo, 2009). Ilmu kealaman
memiliki karakteristik tertentu yang membuatnya mampu dibandingkan dan dibedakan dengan
filsafat ilmu diantaranya:
1. Sesuai dengan kenyataan (Obyektif)
Ilmu kealaman memiliki perbedaan dengan produk hasil olah pikir manusia yang
lain yaitu ilmu kealaman harus sesuai dengan kenyataan (obyektif). Hal ini dikarenakan
ilmu kealaman dalam hubungannya dengan bidang kajian ilmu kealaman yang berupa
semua hal yang bersifat wujud dan fisik, bukan abstrak. Menurut Sutomo (2009)
menyatakan bahwa karena adanya perbedaan kriteria obyektif dari beberapa ilmuwan,
maka ada dua aliran atau paham yang mengkategorikan kriteria obyektif:
a. Paham Fenomenalisme.
Menurut paham fenomenalisme bahwa melalui fenomena hasil pengamatan yang
muncul saja yang dapat dianggap benar objektif. Paham fenomenalisme dibagi lagi
menjadi 3 yaitu:
Fenomenalisme mutlak
Menurut aliran fenomenalisme mutlak bahwa kebenaran ilmu kealaman adalah
mutlak didasarkan dari kenyataan alam yang ada. Berdasarkan hal itu, ilmu
kealaman bertugas untuk identifikasi, klasifikasi dan kodifikasi dari fenomena
alam. Aliran ini dipelopori oleh Patrikus, Patrikus memunculkan paham ini karena
ketidak puasan terhadap teori teori yang dimunculkan oleh para astronom yang
didasarkan penuh perkiraan dan dugaan.
Fenomenalisme Barkeley
Menurut paham fenomenalisme barkeley memiliki 3 landasan prinsip diantaranya:
1. Tidak ada bedanya antara fakta dari hasil pengamatan dengan apa yang kita
pahami mengenai fakta tersebut,
2. Hubungan gejala alam bersifat teratur, karena diatur oleh Sang Pencipta, bila
ada ketidak aturan maka itu adalah kesalahan pengamatan manusia,
3. Ilmu kealaman harus tetap dikaitkan dengan identifikasi hasil pemikiran
manusia.

21
Berdasarkan hal hal tersebut, ilmu kealaman tidaklah lebih dari mendeskripsikan
kembali fenomena tersebut. Proses pendeskripsian kembali ini dilakukan melalui
penelitian. Penelitian sebenarnya tidak lebih dari sekedar mencari sesuatu yang
sebenarnya sudah ada sebelumnya.
Fenomenalisme Brodie
Menurut paham fenomenalisme brodie bahwa fenomena alam merupakan suatu
proses perubahan secara kualitatif maupun kuantitatif di alam. Perubahan ini bisa
melalui proses alami, maupun buatan manipulasi dan eksperimentasi manusia.
Berdasarkan hal tersebut, ilmu kealaman tidaklah lebih dari catatan-catatan
pengalaman masa lalu untuk mengantisipasi pengalaman yang akan datang.

b. Paham Realisme
Paham realisme sangat mendambakan realitas dari teori teori maupun terminologi
dari ilmu kealaman. Paham realisme memiliki beberapa kaidah diantaranya sebagai
berikut:
Istilah teoritis dapat mengacu pada suatu hipotesis realita
Hipotesis realita adalah yang diharapkan menjadi realita. Realita dapat berupa
benda nyata, atau berupa kualitas dan suatu proses di alam.
Realita yang diharapkan adalah yang dapat didemonstrasikan, yaitu dapat
ditunjukkan kenyataannya secara rinci.
Paham paham tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut:
Dahulu ada 2 teori tentang terjadinya penyakit, yaitu benda asing dan bau
busuk. Contoh kasus penyakit ini adalah penyakit malaria. Istilah malaria berarti bahwa
mal artinya buruk, aria berarti udara; malaria berarti udara yang buruk akan berbau busuk.
Istilah malaria digunakan karena pada saat itu diyakini bahwa kasus penyakit tersebut
disebabkan oleh udara yang buruk, terutama terjadi dirawa-rawa yang banyak terjadi
pembusukan sampah. Ada dua hipotesis yang dimunculkan dalam kasus penyakit ini yaitu
penyakit disebabkan oleh benda asing dan penyakit disebabkan bau busuk. Ternyata,
yang benar adalah penyakit disebabkan benda asing, karena realitanya dapat
didemonstrasikan setelah Anthony van Leewenhoek (1632 - 1723) menemukan mikroskop.

22
Paham fenomenalisme belum bisa menjelaskan dan munjukkan bukti realitas terhadap
kondisi tersebut. Paham fenomenalisme hanya mengungkapkan ada fenomena nyata
mengenai bau busuk kemudian menimbulkan penyakit (Sutomo, 2009).
Aplikasi 2 paham ini dalam ilmu kealaman adalah paham realisme sesuai untuk
bidang kimia, farmasi, kesehatan dan lain-lain. Sedangkan paham fenomenalisme sesuai
dengan bidang geografi, ekologi, evolusi, energi, gaya dan lain-lain. Dalam kaitannya
sesuai dengan kenyataan berarti ilmu kealaman menuntut suatu pengamatan fisik dan
berpikir metodis sesuai dengan kenyataan kondisi secara obyektif (Bakhtiar, 2004).
2. Kebenaran
Kebenaran dalam ilmu kealaman didasarkan atas kesesuaian dengan kenyataan
yang konkrit (induktif) dan logika deduksi sebagai konsekuensi dari mekanisme metode
ilmiah. Kebenaran ilmu kealaman baru dapat terpenuhi jika telah ada kebenaran deduktif
dan induktif yang sinergis. Deduktif merupakan cara penarikan kesimpulan dari umum ke
khusus, sedangkan induktif cara penarikan kesimpulan dari khusus ke umum.
Kebenaran dalam ilmu kealaman selalu berkembang akibat perkembangan
teknologi yang canggih sehingga menambah kapasitas jangkauan panca indera manusia
yang sifatnya terbatas. Sehingga jika dahulu hanya dengan menggunakan panca indera
sudah mampu mengenali hal-hal yang nyata atau konkrit dan peralatan sederhana mampu
menghasilkan kebenaran, dengan perkembangan teknologi memungkinkan untuk
mengungkap fakta-fakta lain (Sutomo, 2009).
Ada beberapa kebenaran yang lain yang menyertai kebenaran ilmu kealaman selain
kebenaran ilmiah, yaitu:
a. Kebenaran obyektif, kebenaran yang sesuai dengan sasarannya atau obyeknya atau
sesuai dengan kondisi nyatanya. Contoh: Pernyataan Penyakit malaria karena infeksi
plasmodium, kebenaran obyektifnya adalah bahwa plasmodium dapat diambil dari
tubuh penderita infeksi kemudian diamati dimikroskop. Adanya plasmodium pada
tubuh tersebut adalah nyata adanya (dapat ditunjukkan).
b. Kebenaran korespondensi, kebenaran yang berhubungan dengan landasan teori yang
digunakan. Contoh: Pernyataan Dia terserang malaria karena kelelahan, dalam hal
ini secara teori penyakit malaria terjadi karena adanya infeksi plasmodium yang telah
ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina, bukan karena kelelahan. Sehingga

23
pernyataan tersebut tidak memiliki kebenaran korespondensi karena tidak sesuai atau
tidak berhubungan dengan teori yang digunakan.
c. Kebenaran koherensi, kebenaran yang mengandung makna bahwa suatu hal dianggap
benar karena teori yang digunakan secara kronologis (koheren) mampu menjelaskan
kenyataan yang dipermasalahkan. Contoh: Pernyataan Penyakit malaria dapat
menyebabkan kematian. Penyakit ini memiliki kebenaran kronologis (koherensi),
karena menurut teori ada kronologi berurut, Plasmodium akan menghancurkan sel
darah merah, sedangkan sel darah merah berfungsi untuk menyerap oksigen di paru-
paru, oksigen berfungsi untuk metabolisme sel, sehingga jika oksigen menurun sel akan
mati, akibatnya jika semua sel dalam tubuh manusia mati, berarti manusia itu juga
mati. Teori yang mendukung ini dapat memberikan penjelasan dan argumentasi secara
kronologis kebenaran dari pernyataan tersebut.
d. Kebenaran pragmatisme, kebenaran yang kriteria kebenarannya adalah berguna atau
tidaknya suatu pernyataan terhadap kehidupan manusia. Contoh: Pernyataan Penyakit
malaria harus dikendalikan, pernyataan tersebut jelas memiliki kebenaran pragmatis,
karena pengendalian penyakit tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun,
ada malaria yang juga menyerang tikus, apa termasuk harus dikendalikan? tidak, karena
tidak memiliki kebenaran pragmatisme (Sutomo, 2009).
Kebenaran ilmu kealaman juga bersifat universal yaitu kebenarannya dapat diperiksa oleh
orang lain, diulang penelitiannya dan hasilnya akan sama selain itu juga dapat dilakukan
uji percobaan lebih lanjut. Sehingga kontribusi dalam pengembangan ilmu baik teori dan
prinsip akan semakin banyak dari hasil penelitian-penelitian baru yang dilakukan (Latif,
2014). Ilmu memiliki kemampuan berkembang dan universal, dan hal ini membedakannya
dengan agama dan seni. Agama bersifat mutlak sedangkan seni kebenarannya bersifat
individual.
3. Bidang Sasaran
Bidang sasaran dan kajian ilmu kealaman terbatas pada semua hal yang bersifat
nyata atau konkret yang mampu dijangkau panca indera, namun tetap diikuti oleh
pemikiran-pemikiran. Ilmu kealaman lahir atau muncul dari adanya perubahan pola
berfikir manusia yang cenderung lebih percaya pada kebenaran yang bersifat nyata dari
pada hal abstrak.

24
4. Obyek Pertanyaan Ilmu Kealaman
Obyek pertanyaan ilmu kealaman adalah jenis pertanyaan yang muncul untuk
menggali informasi permasalahan dari hal-hal yang bersifat obyektif. Obyek pertanyaan
ini diantaranya:
a. Apa, pertanyaan ini digunakan untuk memberikan gambaran atau pengungkapan
karakteristik suatu obyek ilmu alam.
b. Bagaimana, pertanyaan ini digunakan untuk memberikan kronologis atau alur
peristiwa tentang suatu proses.
c. Mengapa, pertanyaan ini digunakan untuk memberikan penjelasan, alasan atau
konfirmasi.
d. Sejauh mana, pertanyaan ini digunakan untuk peramalan atau dugaaan bayangan
kemudian.
e. Dimana, pertanyaan ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang distribusi
letak geografis (tempat) (Sutomo, 2009).
Menurut Bachtiar (2004) menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan alam memiliki ciri-
ciri pokok yaitu:
Sistematis. Sistematis dimaksudkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterang dan data
yang tersusun menjadi pengetahuan yang mempunyai hubungan saling ketergantungan
yang teratur.
Empiris. Empiris dimasudkan bahwa ilmu mengandung informasi yang diperoleh melalui
pengamatan atau penelitian secara terstruktur dalam bentuk pengalaman langsung maupun
tidak langsung. Ilmu kealaman bertugas utnuk mengamati, menganalisis, membuktikan
dan menyimpulkan hal yang bersifat fakta atau nyata.
Obyektif. Obyektif dimaksudkan bahwa ilmu harus menggambarkan dan mencerminkan
secara tepat dan jujur gejala atau peristiwa nyata dan fakta yang telah terjadi atau sesuai
dengan objeknya.
Analitis. Analitis dimaksudkan bahwa ilmu berusaha mencermati dan mendalami masalah
hingga bagian terperinci baik sifat, hubungan dan perananan obyek tersebut.
Verifikatif. Verifikatif dimaksudkan bahwa ilmu mengandung kebenaran yang terbuka
untuk dievaluasi, diperiksa dan diuji kebenarannya dari berbagai sudut telaah agar mampu
dinyatakan valid dan dapat disampaikan kepada orang lain.

25
Karakteristik ilmu kealaman akan lebih jelas dipahami apabila membandingkannya
dengan filsafat, seperti berikut:
Tabel 2.2 Perbandingan antara Ilmu Kealaman dan Filsafat
Objek Ilmu Kealaman Filsafat
Asal Hasil olah pikir manusia Hasil olah pikir manusia
Tujuan Mencari kebenaran Mencari kebenaran
Kebenaran yang dicapai Kebenaran ilmu Kebenaran ilmu
Bidang telaah Alam semesta beserta Alam semesta beserta
isinya isinya
Metode mendapatkan Metode ilmiah Metode silogisme
kebenaran
Kriteria kebenaran Didasarkan pada Didasarkan atas dasar
kenyataan obyektif serta logika deduksi
adanya kebenaran
induktif dan deduktif
yang sinergis
Bidang sasaran Terbatas hal yang Tidak terbatas pada hal-
nyata/fisik hal fisik, bahkan
metafisik
Obyek pertanyaan Apa, bagaimana, Apa sebenarnya, dari
mengapa, sejauh mana, mana asalnya, kemana
dimana akhirnya
(Sumber: Sutomo, 2009: 33)

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Langakah-langkah pengaplikasian metode ilmiah dalam penelitian dapat dimulai dengan
pencarian masalah penelitian. Langkah selanjutnya adalah penyususnan kerangka berpikir,
dilanjutkan dengan perumusan hipotesis. Hipotesis yang telah dirumuskan perlu dilakukan
verifikasi empiris dengan cara membuat asumsi penelitian, membuat rancangan,
menetapakan populasi dan sampel, menetapkan metode serta memilih cara analisis data
sehingga dapat ditarik kesimpulan.
2. Karakteristik ilmu kealaman adalah sesuai dengan kenyataan (obyektif), memiliki
kebenaran deduktif dan induktif yang sinergis, memiliki sifat kebenaran yang universal dan
relatif berdasar, bidang sasarannya terbatas pada hal-hal yang bersifat fisik atau nyata,
obyek pertanyaan yang muncul adalah apa, bagaimana, mengapa, sejauh mana, dimana.
3. Ditinjau dari karakteristiknya ilmu kealaman memiliki persamaan dan perbedaan dengan
filsafat, persamaannya adalah dalam hal asal yaitu merupakan hasil olah pikir manusia,
tujuannya untuk mencari kebenaran, bidang telaahnya adalah alam semesta dan isinya.
4. Perbedaan ilmu kealaman dan filsafat terdapat pada metode mendapatkan kebenarannya,
kriteria kebenaran yang dimiliki, bidang sasarannya, dan obyek pertanyaan yang muncul.

3.2 Saran

Bagi para pelaku ilmu kealaman agar mengerti metode ilmiah untuk mencari
kebenaran dan hakikat karakteristik ilmu kealaman. Diharapkan agar dapat membedakan ilmu
kealaman dengan filsafat agar menghasilkan produk olah pikir manusia yang kreatif dan kritis.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bernald J. D. (1969). Science in History. Volume 3 The Natural Scences in Our Time. Cambridge:
M.I.T Press.

Dampier. S.W. 1958. History of Science. Cambridge: M.I.T Press.

Gandhi, Teguh W. 2011. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.


Gie, The Liang. 2012. Pengantar Filsafai Ilmu. Yogyakarta : Liberti Yogyakarta

Jalaluddin. 2007. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Latif, Mukhtar. 2014. Aspek Ontologi Ilmu Pengetahuan, (Online), (http://ufay-
filsafat.blogspot.co.id/), diakses 03 September 2017
Nasoetion, A. H. 2008. Pengantar ke Filsafat Sains.Cetakan keempat.Jakarta : Litera Antarnusa.

Sutomo, Hedi. 2009. Filsafat Ilmu Kealaman dan Etika Lingkungan. Malang: Penerbit Universitas
Negeri Malang (UM PRESS).
Tafsir, S. 2007. Filsafat ilmu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

28
PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA

Ni Luh Putu Emayanti

emayanti0954@gmail.com

Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan paling sempurna dari makhluk hidup lainnya di
muka bumi. Manusia memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan makhluk lainnya karena
manusia memiliki akal yang dapat digunakan untuk berpikir dan bernalar. Kemampuan akal untuk
berpikir dan bernalar sesuai dengan pertumbuhan diri manusia, hasil pemikiran dan renungan akal
tergantung pada jumlah, mutu dan jenis informasi yang didapatkannya atau dialaminya. Kondisi ini
membuat manusia memiliki sifat ingin tahu. Keingintahuan manusia mengenai know why
menimbulkan perasaan kurang puas jika ada hal yang tidak terjawab. Rasa ingin tahu inilah yang
mendorong manusia untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, serta
berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha
untuk memahami dan memecahkan masalah menyebabkan manusia dapat mengumpulkan
pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap
gejala alam yang ada, kemudian semakin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil
pemikirannya. Kemudian pengetahuan yang didapatnya, terus dikembangkan sehingga manusia
sampai saat ini terus berkembang dan akhirnya manusia dapat menciptakan beberapa benda untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu di sini kami akan menjelaskan hubungan antara
perkembangan fisik manusia terhadap pola pikirnya, proses berkembangnya pola pikir manusia dan
cara manusia memperoleh pengetahuan.

Kata Kunci: manusia, berpikir, memperoleh pengetahuan.

29
HUMAN DEVELOPMENT PARADIGM

Ni Luh Putu Emayanti

emayanti0954@gmail.com

ABSTRACT

Human beings are created the most perfect life of other living creatures on earth. Humans have own
advantages compared with other creatures because humans have a mind that can be used to think
and reason. The mind's ability to think and reason in accordance with the growth of the human self,
thoughts and reflections reasonable outcome depends on the quantity, quality and type of
information that is acquired or experienced. These conditions make people have an inquisitive
nature. Human curiosity about the "know why" induce a feeling dissatisfied if anything was missed.
Curiosity is what drives humans to recognize, understand and explain the phenomena of nature, as
well as trying to solve the problems encountered. From the impulse of curiosity and effort to
understand and solve the problems caused humans to gather knowledge. Knowledge gained initially
limited to the observation of natural phenomena that exist, then grew with the knowledge gained
from the results of his thinking. Then the knowledge gained, continues to be developed so that
people to this day continues to grow and eventually humans can create multiple objects to meet
their daily needs. Therefore here we will explain the relationship between the human physical
development of the patterns of thought, the process of development of the human mind and how
humans acquire knowledge. then increasing with the knowledge gained from the results of his
thinking. Then the knowledge gained, continues to be developed so that people to this day
continues to grow and eventually humans can create multiple objects to meet their daily needs.

30
Therefore here we will explain the relationship between the human physical development of the
patterns of thought, the process of development of the human mind and how humans acquire
knowledge. then increasing with the knowledge gained from the results of his thinking. Then the
knowledge gained, continues to be developed so that people to this day continues to grow and
eventually humans can create multiple objects to meet their daily needs. Therefore here we will
explain the relationship between the human physical development of the patterns of thought, the
process of development of the human mind and how humans acquire knowledge.

Keywords: human, think, acquire knowledge.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perkembangan Pola Pikir Manusia
dengan baik.

Makalah merupakan karya tulis ilmiah karena disusun berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang
dibuat oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi yang menggunakan teknik pengumpulan
data, menggunakan metodologi penelitian yang relevan dan terarah pada pokok permasalahan yang
berkaitan dengan bidang studi mahasiswa. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas matakuliah Filsafat IPA dan Bioetika. Untuk itu, makalah ini disusun dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah Filsafat IPA
dan Bioetika, Ibu Murni Saptasari yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan petunjuk
hingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

Sebagai sebuah makalah, tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang berkepentingan, guna penyempurnaan makalah
ini. Selanjutnya terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam

31
penulisan makalah ini sehingga dapat diselesaikan. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.

Malang, 03 September 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Abstrak ........................................................................................................... ii

Abstract ........................................................................................................... iii

Kata Pengantar ............................................................................................... iv

Daftar Isi .......................................................................................................... v

32
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2

1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Antara Perkembangan Fisik Manusia dan Pola Pikirnya...... 3

2.2 Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia ........................................... 4

2.3 Cara Manusia Memperoleh Pengetahuan ........................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 10

3.2 Saran ..................................................................................................... 10

Daftar Pustaka ................................................................................................. 11

BAB I
PENDAHULUAN

33
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan paling sempurna dari makhluk hidup
lainnya di muka bumi ini sekaligus makhluk hidup dengan tingkat populasi tinggi yang telah
menyebar hampir ke seluruh pelosok bumi. Manusia memiliki kelebihan tersendiri
dibandingkan dengan makhluk lainnya karena manusia memiliki akal yang dapat digunakan
untuk berpikir dan bernalar. Kemampuan akal untuk berpikir dan bernalar sesuai dengan
pertumbuhan diri manusia, hasil pemikiran dan renungan akal tergantung pada jumlah, mutu
dan jenis informasi yang didapatkannya atau dialaminya (Abdurrahman, M.N., 2007).
Dalam biologi, manusia biasanya dipelajari sebagai salah satu dari spesies yang dapat
bertahan hidup dalam genus Homo. Sementara banyak spesies lain yang punah, manusia dapat
tetap eksis dan berkembang sampai sekarang. Keberhasilan mereka disebabkan oleh daya
intelektualnya yang tinggi, kemampuan mental dan kepandaiannya. Manusia sebagai mahluk
yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Kondisi otak manusia sedemikian rupa, untuk memiliki
ketajaman perlu terus menerus dilatih berpikir. Kondisi ini membuat manusia memiliki sifat
ingin tahu. Keingintahuan manusia mengenai know why menimbulkan perasaan kurang puas
jika ada hal yang tidak terjawab (Isac Asimov (1920) dalam Soewandi (2011:24). Rasa ingin
tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk menegtahui lebih mendalam dari
apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar (Mustari, 2011:103). Rasa ingin tahu inilah yang
mendorong manusia untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, serta
berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha
untuk memahami dan memecahkan masalah menyebabkan manusia dapat mengumpulkan
pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap
gejala alam yang ada, kemudian semakin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari
hasil pemikirannya. Kemudian pengetahuan yang didapatnya, terus dikembangkan sehingga
manusia sampai saat ini terus berkembang dan akhirnya manusia dapat menciptakan beberapa
benda untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu di sini kami akan menjelaskan
hubungan antara perkembangan fisik manusia terhadap pola pikirnya, proses berkembangnya
pola pikir manusia dan cara manusia memperoleh pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah

34
1. Bagaimanakah hubungan antara perkembangan fisik manusia terhadap pola pikirnya?
2. Bagaimanakah proses perkembangan pola pikir manusia?
3. Bagaimanakah cara manusia memperoleh pengetahuan?
4.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hunbungan antara perkembangan fisik manusia terhadap pola
pikirnya.
2. Untuk mengetahui proses perkembangan pola pikir manusia.
3. Untuk mengetahui cara manusia memperoleh pengetahuan

35
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Antara Perkembangan Fisik Manusia dan Pola Pikirnya


Setiap manusia yang diciptakan oleh Tuhan mempunyai kemampuan berpikir. Tingkat
kemampuan berpikir manusia berbeda-beda. Tergantung tingkat usia dan kematangan psikisnya.
Salah satu tokoh yang tertarik pada perkembangan kognitif (pola pikir) manusia adalah Jean
Piaget. Menurutnya terdapat 3 tahap perkembangan kognitif manusia dalam rentang waktu 0-16
tahun.
1. Tahap Pertama: Tahap Berpikir Sensori Motor
Tahap ini terjadi pada usia bayi 0-2 tahun. Pola pikir yang muncul dalam tahap inimasih
terikat pada panca indera. Bayi akan memakai panca inderanya untuk mencoba menangkap
segala sesuatu yang bergerak di sekitarnya. Misalnya, kita menggoyang-goyangkan
mainan di depannya. Bayi akan merespons dengan menggerak-gerakkan matanya ke kin
dan ke kanan mengikuti mainan yang digoyangkan di depan wajahnya.
2. Tahap Kedua: Tahap Berpikir Praoperasional
Tahap ini terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Berpikir Prakonseptual (2-4 tahun)
Dalam tahap ini anak mulai belajar berbicara dengan meniru kata-kata dan orang yang
ada di sekitamya walaupun kata seorang katanya belum sempurna dan ia tidak
mengetahui arti dan kata kata tersebut.
b. Berpikir Intuitif (4-7 tahun)
Dalam tahap ini anak sudah sedikit berkembang dengan menunjukkan kemampuannya
dalam berpikir dan berhitung secara sederhana.
3. Tahap Ketiga: Tahap Operasional
Tahap ini terbagi menjadi 2 bagian pula yaitu:
a. Berpikir Operasional Konkret (7-11 tahun)
Dalam tahap ini anak sudah mampu berpikir untuk memecahkan masalah konkret. Anak
sudah dapat membedakan waktu, jumlah dan mengetahui hubungan sebab-akibat
(hubungan kausal). Tanda-tanda inibiasanya akan ditunjukkan dengan senangnya anak

36
pada permainan, misalnya permainan kelereng. Anak yang masuk pada usia ini biasanya
sudah masuk sekolah formal (Sekolah Dasar).

b. Berpikir Operasional Formal (11-16 tahun)


Dalam tahap ini anak sudah memasuki taraf berpikir yang baik. Si anak sudah mampu
berpikir abstrak atau hal-hal di luar dunia nyata yang hanya mampu dipahami oleh
pikiran. Misalnya: siapakah Tuhan itu? Mengapa aku bisa berada dalam dunia ini?
Dalam usia ini anak juga sudah mulai berpikir kritis dengan mencoba mempunyai
pendapat yang berbeda dengan orang lain.
Usia remaja adalah usia dalam rentang 12-24 tahun. Apabila kita memakai teori
Piaget, usia remaja masuk dalam kategori Tahap Berpikir Operasional Formal. Sebagai
manusia yang sudah mampu berpikir operasional formal, seorang remaja harus mampu
berpikir kritis. Artinya mampu menganalisa segala sesuatu, keadaan, permasalahan
dengan pikiran yang sehat dan benar. Paling tidak ada empat pola pikir yang
dikembangkan remaja atau orang yang sudah mampu berpikir secara operasional
formal, yaitu proaktif, kreatif, positif, dan komprehensif.

2.2 Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia


Perkembangan pola pikir manusia perlu dikaji lebih lanjut, bahkan semenjak manusia memiliki
peradaban yang mulai dapat dikaji melalui peninggalan-peninggalannya kemudian ditelusuri
hingga terbentuknya ilmu kealaman. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
pola pikir manusia yaitu:
1. Rasa Ingin Tahu/Curiousity
Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas
manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya,
bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris).
Rasa ingin tahu tidak dimiliki oleh makhluk lain, seperti batu, tanah, sungai, dan angin. Air
dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu
bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi akibat dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal.
Isac Asimov (1920) dalam Soewandi (2011:24) menyebut meskipun hewan memiliki otak,

37
daya pikir mulai ada tetapi masih terbatas. Tidak demikian dengan daya pikir manusia yang
berperan lebih daipada daya fisik. Manusia memiliki sistem saraf pusat diotak yang
berkoordinasi dengan saraf periferi di seluruh tubuh yang membuat perkembangan otak
yang baik menentukan tegaknya jalan seorang manusia dengan kepala tertonggok di atas
badanya dengan baik.
Dalam hubungannya dengan alam, manusia dengan keingintahuannya membuat dua
tingkatan peradaban. Pertama, pada saat manusia masih sangat bergantung pada pemberian
alam dalam hal makanan (food gathering) dengan jalan meramu dan berburu untuk
memperoleh sayuran dan daging sebagai makanan sehingga manusia disebut sebagai
natural man. Kedua, manusia dengan keingintahuannya mampu mengolah alam dan
menghasilkan apa yang dibutuhkannya (food producing) seperti bercocok tanam dan
beternak. Manusia banyak membuat benda-benda dan mampu merubah lingkungan alam
sekitarnya menjadi seperti yang diinginnkannya sehingga manusia juga disebut sebagai
second creator. Disamping itu, manusia juga mencintai keindahan dan menghasilkan suatu
budaya pada suatu wilayah tertentu sehingga manusia dikenal juga dengan homo
aestheticus dan homo humanis.
2. Mitos
Perkembangan selanjutnya adalah manusia berusaha memenuhi kebutuhan nonfisik atau
kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya
atas dasar pengamatan maupun pengalamannya. Untuk itulah, manusia mereka-reka
sendiri jawaban atas keingintahuannnya itu. Selanjutnya jawaban-jawaban atas pertanyaan
yang dijawab oleh manusia dengan mereka-reka kemudian diterima sebagai pengetahuan
baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Cerita yang
berdasarkan atas mitos disebut legenda. Mitos timbul disebabkan antara lain oleh
keterbatasan alat indera manusia. Keterbatasan alat indera manusia sebagai berikut:

1) Alat Penglihatan
Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata, serta
jarak pandang mata yang sangat terbatas.
2) Alat Pendengaran

38
Frekuensi pendengaran manusia terbatas pada getaran dengan frekuensi dari 20
sampai 20.000 per detik, lebih kecil ataupun lebih besar dari itu maka tidak dapat
terdengar lagi oleh pendengaran manusia.
3) Alat Pencium
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dikecap maupun yang diciumnya,
karena sensor penciuman pada hidung
4) Alat Pengecap
Alat pengecap pada lidah memiliki kemampuan terbatas dalam mengidentifikasi apa
yang sedang dikecap atau dicium. Alat pengecap hanya dapat membedakan 4 macam
rasa, sedangkan alat penciuman dapat mencium bau apabila konsentrasinya di udara
sudah lebih dari sepersepuluh juta bagian.
5) Alat Perasa
Alat perasa pada manusia dapat membedakan panas dan dingin. Namun, hal tersebut
bersifat relatif pada tiap individu sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat observasi
yang tepat.
Pada tiap manusia memiliki kemampuan alat indera yang berbeda. Akibat keterbatasan alat
indera inilah yang memungkinkan terjadinya salah informasi, salah tafsir atau salah
pemikiran. Manusia telah berupaya meningkatkan ketepatan alat indera dengan cara dilatih
maupun bantuan alat, akan tetapi masih belum bisa menghapus keterbatasan tersebut.
Mitos dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
a. keterbatasan pengetahuan yang disebabkan oleh keterbatasan penginderaan, baik
langsung maupun dengan alat,
b. keterbatasan penalaran manusia pada masa itu,
c. telah terpenuhi hasrat ingin tahunya.
3. Metode Ilmiah dan Implementasinya
Suatu pengetahuan dapat dikatakan pengetahuan yang ilmiah apabila memenuhi syarat-
syarat antara lain: objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum. Salah satu syarat ilmu
pengetahuan tersebut harus diperoleh melalui metode ilmiah. Kriteria metode ilmiah yang
digunakan dalam penelitian antara lain harus berdasarkan fakta, bebas prasangka,
menggunakan prinsip-prinsip analisis, hipotesis, berukuran objektif serta menggunakan
teknik kuantitatif atau kualitatif. Alur berpikir yang mencakup metode ilmiah dapat

39
dijabarkan dalam langkah-langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah. Kerangka
berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah operasional metode ilmiah,
yaitu perumusan masalah, penyusun kerangka berpikir, pengajuan hipotesis, perumusan
hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan simpulan. Metode ilmiah mempunyai
keterbatasan maupun keunggulan. Keterbatasan metode ilmiah adalah
ketidaksanggupannya menjangkau untuk menguji adanya Tuhan, membuat kesimpulan
yang berkenan dengan baik dan buruk atau sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau
tentang seni dan keindahan. Sedangkan keunggulannya, antara lain: mencintai kebenaran
yang objektif dan bersikap adil; kebenaran ilmu tidak absolut sehingga dapat dicari terus-
menerus; mengurangi kepercayaan pada tahayul, astrologi maupun peruntungan, dan lain-
lain.

2.3 Cara Manusia Memperoleh Pengetahuan


Pada umumnya manusia belajar dari mengamati alam sekitar. Cara-cara lama dalam
memperoleh pengetahuan dilakukan manusia dengan masih mengandalkan perasaan dari pada
kebenaran pikiran. Cara-cara lama antara lain adalah dengan prasangka, intuisi, dan cara coba-
coba.
1. Prasangka, berarti sangkaan sebelumnya. Dengan belum terjadinya, sesuatu dapat
kemungkinannya benar, tetapi dapat pula salah. Sangkaan masih banyak mempergunakan
perasaan dari pada pikiran dan belum ada bukti-bukti yang membenarkannya.
2. Intuisi, menurut istilah adalah pandangan batiniah yang menembus mengenai suatu
peristiwa atau kebenaran tanpa penurutan pikiran atau ilham. Intuisi merupakan bentuk
perkiraan samar-samar, sering setengah disadari tanpa diiringi proses berpikir yang cermat
sebelumnya, tetapi bisa menuntun pada suatu keyakinan, yakni secara tiba-tiba dan pasti
memunculkan satu keyakinan yang tepat (Kartono dalam Suwandi, 2011: 30). Sebagian
intuisi bisa dijelaskan sebabnya dalam penelitian. Penelitian tersebut menegaskan bahwa
orang-orang sukses lebih banyak menerapan kekuatan psikologi dalam kehidupan
keseharian mereka. Salah satu bentuk kemampuan psikologi yang sering muncul adalah
kemampuan intuisi. Tidak jarang, intuisi yang menentukan keputusan yang mereka ambil.
Sampai saat ini dipercaya bahwa intuisi yang baik dan tajam adalah syarat agar seseorang
dapat sukses dalam bisnis. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak buku-buku

40
mengenai kiat-kiat sukses selalu memasukkan strategi mempertajam intuisi. Munculnya
bentuk dan pesan intuitif yaitu: melalui pikiran, dalam hal ini kita mungkin menerima
sesuatu yang khusus atau berupa penjelasan mengenai situasi yang rumit. Yang muncul
dari pikiran ini bisa berupa dugaan, mimpi, simbol, gambaran masa depan, suara, emosi,
bau, rasa, atau kesadaran tertentu dari suatu peristiwa melalui tubuh (Pirece dalam
Suwandi, 2011: 31).
3. Coba-coba dan ralat (trial and error), mudah-mudahan memberikan hasil
menguntungkan karena sudah melangkah maju dibandingkan dengan kedua cara
sebelumnya. Dengan mencoba-coba, walaupun sering salah, orang sudah melakukan
semacam eksperimen dalam metode ilmiah modern. Namun, karena kurang pengertian dan
pengalaman, tetapi sudah ada niat untuk mencoba, manusia yang serba ingin tahu
melakukan trial and error. Misalnya: Seorang psikolog Jerman bernama Kohler mencoba
pada seekor kera. Apakah pisang yang letaknya agak jauh dari kera tersebut dapat diraih
dengan mempergunakan tongkat yang tersedia? Ternyata kera memiliki kecerdasan untuk
melakukannya.
Dengan berkembangnya pengertian yang mengarah pada sifat rasional dan didukung oleh
adanya pengalaman (empirical), seseorang memperoleh kebenaran dalam pengetahuan
dengan langkah-langkah yang lebih maju dari pada ketiga cara diatas. Cara untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan menentukan kebenaran ilmu pengetahuan secara
filosofis terdiri dari:
1. Cara Empirik
Yang dimaksud cara empirik yaitu pengetahuan yang didapatkan melalui pengalaman
inderawi dan akal dalam mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman dengan
cara induksi. Dalam cara ini terdapat beberapa unsur yaitu: subjek, objek dan hubungan
antara subjek dan objek. Subjek adalah yang mengetahui atau manusia itu sendiri, sebab
manusia sejatinya adalah knower dimana dalam diri setiap manusia terdapat kemampuan
untuk dapat mengetahui. Kemampuan tersebut adalah; (a) kemampuan kognitif:
kemampuan untuk mengetahui, menghayati dan memahami; (b) kemampuan afektif:
kemampuan untuk merasakan tentang apa yang diketahuinya; (c) kemampuan konatif:
yaitu kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan. Objek adalah sesuai yang diketahui

41
bersifat a priori maupun a posteriori dan terakhir adalah proses terjadinya hubungan antara
subjek dan objek.
2. Cara Rasional
Cara rasional adalah cara yang menjelaskan hubungan-hubungan rasional yang memberi
penjelasan ilmiah. Penggunaan rasio dalam memperoleh pengetahuan menjadi sandaran
cara ini dimana akal yang memenuhi syarat digunakan dalam seluruh cara ilmiah. Cara ini
menjadikan ilmu matematika dan ilmu ukur sebagai model bagi pengetahuan manusia.
Pengetahuan dapat ditemukan dengan bantuan akal budi (rasio). Dengan cara ini, maka
proses pengetahuan manusia diperoleh dengan cara mendeduksikan, menurunkan
pengetahuan-pengetahuan yang telah terbukti dengan sendirinya.
3. Cara Kontemplatif
Cara ini memandang bahwa cara empiris dan rasional memiliki keterbatasan, sehingga
pengetahuan yang dihasilkan pun berbeda dan masing-masing bersifat temporal. Cara ini
tidak hanya dipahami bahwa ilmu pengetahuan yang dihasilkan bersifat mitologi-spekulatif
tetapi dalam artian yang lebih luas dimana cara kontemplatif menuju kebenaran
pengetahuan bersifat tekstual, intertekstual, kontekstual dan interkontekstual yang dapat
membantu menghasilkan kesimpulan pada ranah truth knowledge.
4. Cara Ilmiah
Cara ilmiah merupakan salah satu cara atau prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu, dimana ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara
ilmiah. Cara ilmiah merupakan ekspresi tentang cara bekerja pikiran yang diharapkan
mempunyai karakteristik tertentu berupa sifat rasional dan teruji sehingga ilmu
pengetahuan yang dihasilkan bisa diandalkan. Dalam hal ini cara ilmiah mencoba
menggabungkan cara berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dalam membangun
pengetahuan. Dalam pandangan Ahmad Tafsir (2010) bahwa cara ilmiah tidak dating
dengan sesuatu yang baru, tetapi hanya mengulangi ajaran positivisme secara lebih
operasional, dimana ajaran positivisme menyatakan bahwa kebenaran sesuatu harus
bersifat logis, terbukti secara empiris dan terukur secara operasional.

42
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Usia remaja adalah usia dalam rentang 12-24 tahun sudah mampu berpikir operasional
formal, dan mampu berpikir kritis. Artinya mampu menganalisa segala sesuatu, keadaan,
permasalahan dengan pikiran yang sehat dan benar. Ada empat pola pikir yang
dikembangkan remaja atau orang yang sudah mampu berpikir secara operasional formal,
yaitu proaktif, kreatif, positif, dan komprehensif.
2. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan pola pikir manusia yaitu:
a) Rasa Ingin Tahu/Curiousity: ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu,
yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu
tentang benda-benda di alam sekitarnya.
b) Mitos: rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar
pengamatan maupun pengalamannya. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri
jawaban atas keingintahuannnya itu. Selanjutnya jawaban-jawaban atas pertanyaan
yang dijawab oleh manusia dengan mereka-reka kemudian diterima sebagai
pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut
dengan mitos.

43
c) Metode Ilmiah dan Implementasinya: suatu pengetahuan dapat dikatakan
pengetahuan yang ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat antara lain: objektif,
metodik, sistematik dan berlaku umum.
3. Cara manusia memperoleh pengetahuannya yaitu dengan cara lama yang terdiri dari: (a)
prasangka; (b) intuisi; (c) coba-coba dan ralat (trial and error) dan cara lebih maju terdiri
dari: (a) cara empirik; (b) cara rasional; (c) cara kontemplatif; (d) cara ilmiah.

3.2 Saran
Mahasiswa diharapkan memiliki setidaknya empat pola pikir yaitu mampu berpikir
proaktif, kreatif, positif, dan komprehensif. Dalam hal ini mahasiswa harus lebih banyak
membaca untuk meningkatkan kualitas pola pikirnya dan guna menambah wawasan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M.N. 2007. Peranan Peranan Peranan Peranan Akal dan Wahyu dalam
Kehidupan. Tersedia pada: (http://idrusali85.wordpress.com/2007/08/14
/perananwahyu-dan-akal-dalam-kehidupan/. Diakses tanggal: 04 September 2017.
Adib, Muhammad. 2010. Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gie, The Liang. 2010. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberti.
Mustari, Mohammad. 2011. Nilai Karakter. Yogyakarta: Laksbang Preesindo.
Suhartono, Suparlan. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan; Persoalan Eksistensi dan Hakikat
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Soewandi, Hariwijaya dan Estu S. 2011. Ilmu kealaman Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia
Surajiyo. 2008. Filsafat Ilmu; Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Winoto, Andre. 2017. Augistines Theory of Knowledge. Diakses pada:
(www.bulerinpillar.org) tanggal: 02 September 2017.

PERANAN ILMU KEALAMAN DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT

44
MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat & Etika Lingkungan
yang dibina oleh Dr. Murni Sapta Sari, M.Si

OL
EH
MUSHOFFA
170341864553

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2017

PERANAN ILMU KEALAMAN DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT


Mushoffa

45
mushoffa.aditya@gmail.com
Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang

ABSTRAK
Ilmu alamiah sebagai hasil perkembangan pola pikir manusia yang terakumulasi dari hasil
pengamatan dan pengalaman telah mendorong manusia untuk melahirkan pendekatan kebenaran
yang mempunyai peran terhadap perkembangan manusia itu sendiri. Peranan ilmu kealaman dalam
perkembangan masyarakat sejak kemunculannya sudah dapat dirasakan masyarakat. Kajian
peranan ilmu kealaman perlu dilakukan sebagai kajian tentang asal usul ilmu kealaman. Secara
implisit, kajian tersebut akan memberikan gambaran tentang berbagai hal, antara lain sejauh mana
eksistensi ilmu kealaman sebagai produk olah pikir manusia. Ilmu kealaman berkembang seiring
perkembangan pola pikir manusia itu sendiri, bahkan ilmu kealaman berkembang sangat pesat
menjadi faktor utama yang mempengarui kemajuan masyarakat di berbagai bidang. Adapun
beberapa peranan ilmu kealaman dalam perkembangan masyarakat diantaranya, yaitu Ilmu
kealaman mempunyai peranan sebagai penyadaran pola pikir manusia yang dulu terbelenggu
kepercayaan atau mitos yang membatasi pola pikir manusia ke arah pencerahan yang terarah dan
benar, Ilmu kealaman mempunyai peranan untuk merubah penampilan yang memiliki pola pikir
yang terbuka dengan cakrawala pandangan yang sangat luas, prilaku realistis, kreativitas tinggi
dan visioner, tetapi juga perkembangan sosial ekonomi, dengan ditemukannya mesin uap yang
menjadi prasarana perkembangan sosial ekonomi, ilmu kealaman dalam perubahan sistem sosial
menyebabkan terjadinya kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, dan Kemajuan ilmu
kealaman dalam perang dingin menyebabkan adanya permusuhan dan perang urat saraf sering juga
disebut perang dingin yang berkepanjangan antara manusia.

Kata kunci : Ilmu kealaman, msyarakat, sosial ekonomi, perang dingin

KATA PENGANTAR

46
Puji dan syukur selalu kita serahkan kepad Allah Swt, Tuhan yang memiliki segala
Keagungan yang telah menciptakan semesta tempak kita bernaung. Shalawat dan Salam senantiasi
kita sanjung sajikan kepada Baginda Rasul Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang telah
membawa kita ke masa penuh dengan berkah dan pengetahuan. Terima kasih penulis ucapkan
kepada pembina mata kuliah Filsafat dan Bioetika yang telah membimbing dan membina kami
dalam mata kuliah tersebut sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berisikan tentang informasi Peranan Ilmu Kealaman terhadap


Perkembanagn Masyarakat. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
memberkati. Amin.

Malang, September 2017

Penulis

DAFTAR ISI

47
Abstrak.. i
Kata Pengantar ........................ ii
Daftar isi . iii
Bab I Pendahulua ........................ 1
1.1 Latar Belakang .. 2
1.2 Rumusan Masalah . 2
1.3 Tujuan .. 2
1.4 Manfaat 2
Bab II Pembahasan .. 3
2.1 Perananan ilmu kealaman dalam perkembangan masyarakat.............. 3
2.2 Perananan ilmu kealaman dalam penyadaran masyarkat .. 4
2.3 Perananan ilmu kealaman dalam bidang sosial ekonomi. 5
2.4 Perananan ilmu kealaman dalam perubahan system sosial abad 19. 6
2.5 Perananan ilmu kealaman dalam perang dingin pada abad 20 8
Bab III Penutup 10
3.1 Kesimpulan . 10
3.2 Saran ... 11
Daftar Pustaka.. 12

BAB I
PENDAHULUAN

48
1.1 Latar Belakang
Kelahiran ilmu kealaman modern ditandai dengan kelahiran metode ilmiah, yaitu suatu
metode atau cara umtuk mendapatkan kebenaran ilmu atau kebenaran ilmiah. Proses kelahiran
metode ilmiah tersebut terkesan dipaksakan, karena pada abad 18 hingga abada 19 terdapat tiga
kekuatan besar yang saling berhadapan dalam ilmu kealaman, yaitu pola piker deduktif, pola piker
induktif, dan pola piker kuantitatif. Dalam perjalananya pola piker kuantitatif sepenuhnya dapat
terpadu dengan pola piker induktif untuk berhadapan dengan pola piker deduktif. Dari sejarahanya
memang pola pikir deduktif sudah sangat tua, sudah sangat berkembang, sudah sangat matang,
berpengalaman, dan sebagainya. Ilmu kealaman itu produk olah pikr manusia. Waktu yang
diperlukan untuk membentuknya sangatlah panjang. Bahkan mulai sejak manusia purba hingga
berakhir pada abad 19, yang ditandai lahirnya ilmu kealaman modern (Sutomo, 2009).
Peranan ilmu kealaman juga tidak spontan, melainkan sejak kemunculannya sudah dapat
dirasakn masyarakat. Kajian peranan ilmu kealaman dalam perkembangan masyarakat perlu
dilakukan sebagai kajian tentang asal usul ilmu kealaman. Secara implisit, kajian tersebut akan
memberikan gambaran tentang berbagai hal, antara lain sejauh mana eksistensi ilmu kealaman
sebagai produk olah pikir manusia (Sutomo, 2009). Ilmu kealaman yang memberikan peran yang
sangat besar terhadap manusia pada perkembangan selanjutnya untuk membantu manusia di dalam
mempelajari berbagai fenomena-fenomena yang terjadi di alam sehingga menghasilkan suatu
produk-produk pola pikir yang benar dan terarah.
Ilmu alamiah sebagai hasil perkembangan pola pikir manusia yang terakumulasi dari hasil
pengamatan dan pengalaman telah mendorong manusia untuk melahirkan pendekatan kebenaran
yang tidak hanya mempunyai peran terhadap perkembangan manusia itu sendiri, juga untuk
memahami kemampuan rasio berpikir, dorongan tersebut setidaknya terdiri dari dua sisi :
yakni dorongan pertama adalah dorongan untuk memuaskan diri sendiri yang sifatnya non
praktis atau teritis guna memenuhi kuriositas dan memahami tentang hakikat alam semesta dan
segala isinya, yang kedua adalah dorongan yang sifatnya praktis, dimana ilmu pengetahuan
dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap hidup yang lebih tinggi (Maman, 2008).
Begitu besarnya peranan ilmu kealaman dalam kehidupan dalam perkembangan
masyarakat dalam berbagai aspek, maka penting kiranya kita untuk mempelajarai dan menerapkan
ilmu kealaman dalam kehidupan bermasyarakat, oleh karena itu makalah ini disusun untuk

49
mengetahui dan memahami peran ilmu kealaman dalam perkemabangan di tengah masyarakat
pada berbagai abad
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa peranan Ilmu kealaman dalam perkembangan masyarakat ?
2. Apa peranan Ilmu kealaman dalam penyadaran masyarakat ?
3. Bagaimana peranan ilmu kealaman di bidang social ekonomi sampai abad 19?
4. Bagaimana peranan ilmu kealaman kaitanya dengan perubahan system sosial abad
19?
5. Bagaimana peranan ilmu kealaman dalam perang dingin sampai abad 20?
1.3. Tujuan
1. Untuk memahami peranan Ilmu kealaman dalam perkembangan masyarakat ?
2. Untuk memahami peranan Ilmu kealaman dalam penyadaran masyarakat ?
3. untuk memahami peranan ilmu kealaman di bidang social ekonomi sampai abad
19?
4. Untuk memahami peranan ilmu kealaman kaitanya dengan perubahan system sosial
abad 19?
5. Untuk memahami peranan ilmu kealaman dalam perang dingin sampai abad 20?
1.4 Manfaat
1. Supaya mahasiswa tahu tentang peranan ilmu kealaman terhadap perkembanagan
masyarakat
2. Supaya mahasiswa mengetahui peranan ilmu kealaman di berbagai abad yang lalu
3. Memiliki pandangan yang luas mengenai peranan ilmu kealaman terhadap proses
penyadaran masyarakat, sosial ekonomi, system sosial dan peranan ilmu kealaman
pada perang dingin

BAB II
PEMBAHASAN

50
2.1 Peranan Ilmu Kealaman dalam perkembangan masyarakat
Ilmu alamiah sebagai hasil perkembangan pola pikir manusia yang terakumulasi dari hasil
pengamatan dan pengalaman telah mendorong manusia untuk melahirkan pendekatan kebenaran
yang tidak hanya mempunyai peran terhadap perkembangan manusia itu sendiri, juga untuk
memahami kemampuan rasio berpikir, dorongan tersebut setidaknya terdiri dari dua sisi :
yakni dorongan pertama adalah dorongan untuk memuaskan diri sendiri yang sifatnya non
praktis atau teritis guna memenuhi kuriositas dan memahami tentang hakikat alam semesta dan
segala isinya, yang kedua adalah dorongan yang sifatnya praktis, dimana ilmu pengetahuan
dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap hidup yang lebih tinggi (Maman, 2008).
Peranan ilmu kealaman juga tidak spontan, melainkan sejak kemunculannya sudah dapat
dirasakan oleh masyarakat. Kajian ilmu kelaman dalam masyarakat perlu dilakukan, sebagai
perpanjangan dari kajian asal usul ilmu kealaman. Secara implisit, kajian tersebut akan
memberikan gambaran tentang berbagai hal, antara lain sejauh mana eksistensi ilmu kealaman
sebagai produk olah pikir manusia berperan dalam masyarakat, seberapa penting peranana
tersebut dibandingkan dengan peranan produk olah pikir manusia yang lain, dan bagaimana
kecendrungan peranan ilmu kealaman pada masa mendatang, serta bagaimana masyarakat
memperlakukan ilmu kealaman tersebut (Sutomo, 2009).
Tentunya semua disiplin ilmu itu memiliki peran dalam kehidupan manusia. Yang mana
perannya ini dapat bersifat baik dan dapat bersifat buruk. Sedangkan peran Ilmu Alamiah Dasar
dalam kehidupan manusia sampai saat ini antara lain (Sholihin, 2007):
1. Suatu ilmu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan adanya
perkembangan ilmu kealaman dapat mendatangkan kemakmuran materi. Dengan ilmu IPA
dapat timbul cabang-cabang ilmu lain yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
2. Suatu ilmu yang dapat menaikkan kualitas mutu produksi. Dengan teknologi material
yang bersumber dari ilmu dasar ini yaitu oleh konsep-konsep IPA para ahli makin
menguasai sifat maupun pemanfaatan suatu senyawa, denagn mengubah atau
mereaksikannya dengan senyawa lain sehingga mendapatkan senyawa baru dengan
kualitas tinggi yang sesuai dengan harapan.
3. Meningkatkan pengetahuan tentang ilmu yang berkaitan dengan alam. Tentu saja bila kita
mengenal ilmu alamiah dasar kita akan menemukan ilmu-ilmu lainnya, karena ilmu
kealaman ini bukanlah ilmu yang berdiri sendiri.

51
4. Meningkatkan system transportasi dan komunikasi. Perkembangan ilmu semakin pesat,
menimbulkan tekanan dalam pikiran para ilmuan untuk terus berkarya dalam hal-hal yang
baru termasuk dalam transportasi dan komunikasi. Yang dulunya kita berkomunikasi
sangatlah sulih, nah sekaranghanya dalam hitungan detik kita dapat berkomunikasi dengan
orang lain yang jauh lokasinya. Begitu juga dengan transportasi, dulu kita bila ingin
menjangakau tempat yang jauh kita membutuhkan berhari-hari, namun kini dengan adanya
iptek ini hal yang lama menjadi cepat.
5. Memberikan kontribusi tentang ilmu kesehatan. Sebagaimana kita ketahui ilmu
kedokteran itu sarana dan prasarananya adalah ilmu dasar ( fisika, kimia, biologi) serta alat-
alat elektronik dan non elektroik.
6. Dapat meningkatkan kualitas SDM. Dengan adanya ilmu kealaman kita dapat
meningakatkan SDM.
7. Dapat membuka lapangan pekerjaan baru. Dengan adanya ilmu kealaman maka Semakin
banyak perusahaan maupun sekolah, maka peluang dalam lapangan pekerjaan itu menjadi
lebih besar.
8. Dapat meningakatkan keborosan dan menimbulakan pencemaran lingkungan.
Pendayagunaan teknologi SDA pun dapat mengakibatkan dampak negative bila kita salah
dalam penggunaannya.

2.2 Peranan Ilmu kealaman dalam penyadaran masyarakat


Pada awal perikehidupan manusia, pola pikir manusia terbelenggu oleh kepercayaan atau
mitos, sehingga membatasi pola pikir manusia itu sendiri. Ilmu kealaman sedikit demi sedikit dapat
menyadarkan manusia kearah pencerahan, karena penyadaran itu memang tidak mudah, karena
manusia pada waktu itu dipengarui kepercayaan dan mitos yang kuat sehingga pola pikir tidak
berkembang. Pada saat ini pun masih demikian, terutama bagi masyarakat yang terbelakang, yaitu
masyarakat yang belum mengenyam pendidikan masih percaya dengan mitos-mitos yang
berkembang di masyarakat. Bagi masyarakat yang telah berpendidikan sudah tidak lagi percaya
sepenuhnya dengan mitos, karena sudah mempunyai pola pikir yang benar dan terarah dari proses
penyadaran pola pikir mereka oleh ilmu kealaman (Sutomo, 2009).
Penyadaran dengan ilmu kealaman tersebut bukan hanya akan merubah pola pikir, tetapi
juga prilaku terutama prilaku produktif yang menuju kesejahteraan masyarakat. Penyadaran

52
dengan ilmu kealaman bukan hanya menyadarkan dan merubah prilaku terutama prilaku produktif,
tapi juga prilaku kreatif. Penyadaran dengan ilmu kealaman tersebut juga dapat merubah visi ke
depan manusia. Sebagai gambaran, orang-orang dulu sangat menyakini ajaran homosentris, yaitu
yang mengajarkan bahwa bumi adalah rumah manusia sebagai mahluk termulia dan disayangi
tuhan, sehingga benda langit dan bumi beserta semua isi bumi diperuntukkan manusia tersebut.
Kesadaran masyarakat terhadap ilmu kealaman pada awalnya memang sangat rendah, sehingga
ilmu kealaman sulit berkembang. Karena memang saat awal itu ilmu kealaman diajarkan
materinya sangat sederhana. Posisi ilmu kealaman semakin terhormat lagi ketika masyarakat
merasakan adanya pengaruh besar dari ilmu kealaman yang diajarkan dipendidikan tinggi bagi
kehidupan masyarakat, karena secara langsung dapat meningkatkan kemajuan, terutama sejak
abad 17 (Sutomo, 2009).

2.3 Peranan ilmu kealaman dalam perkembangan sosial ekonomi


Eksistensi ilmu kealaman yang pembentukannya sangat lama itu ternayat berdampak pada
perkembangan masyarakat secara luas. Bukan saja nmasyarakat mengalami penyadaran dari
belenggu pola pikir mitos, sehingga dapat merubah penampilan yang memiliki pola pikir yang
terbuka dengan cakrawala pandangan yang sangat luas, prilaku realistis, kreativitas tinggi dan
visioner, tetapi juga perkembangan sosial ekonomi. Sebagai tonggak awal dari perkembangan
sosial ekonomi adalah ditemukannya mesin uap. Bagaiman mesin uap merupakan prasarana dalam
perkembangan sosial ekonomi, dapat diterangkan melalui teori lewis tentang pembangunan. Teori
lewis juga sering disebut sebagai teori dus sektor, yaitu sector substitusi pedesaan tradisional,
ditandai dengan produktifitas yang dihasilkan sangat rendah dengan surplus tenaga kerja dan
sector industry perkotaan yang ditandai sifat modern dan produktifitas tinggi (Sutomo, 2009).
Beberapa dampak dari ilmu kealaman dalam perkembangan sosial ekonomi, adalah (Ravert
: 2004) :
A. Dampak Positif
1. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
2. Terjadinya industrialisasi
3. Produktifitas dunia industri semakin meningkat Kemajuan teknologi akan
meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi
industri maupun pada aspek jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang

53
berlangsung secara besar-besaran yang akan semakin meningkatkan produktivitas
dunia ekonomi.
4. Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill
dan pengetahuan yang dimiliki. Kecenderungan perkembangan teknologi dan
ekonomi, akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja
yang diperlukan.
5. Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk
kedokteran menjadi komoditi
B. Dampak negatif
1. Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang
sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Sifat konsumtif sebaai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga
melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan
memiliki jalan pintas yang bermental instant.

2.4 Peranan ilmu kealaman dalam Sistem sosial sampai abad 19


Abad 19 ditandai dengan ditemukannya mesin-mesin yang berdampak pada industrialisasi
yang berkembang sangatlah pesat. Semua industri yang dibangun menempati areal daerah
perkotaan, sehingga didaerah perkotaan tersebut merupakan hunian yang masyarakat dengan
berbagai status sosial dan ekonomi. Biasanya mereka membentuk kelompok-kelompok atau
golongan yang sederajat. Oaring-orang kaya yang memiliki modal (capital membentuki kelompok
yang disebut kapitalisme. Sedangkan orang-orang yang pekerjaanya sebagai buruh industry
membentuk kelompok yang dikenal sosialis, kedua golongan ini selalu bertikai karena golongan
kapitalis selalu ingin menciptakan kondisi ekonomi yang rendah, agar dapat menghasilkan profit
yang tinggi, mereka menggunakan cara-cara yang ditempuh adalah sedapatnya industry
mendapatkan bahan baku murah, alat permesinan yang canggih sehingga dapat menghemat dan
upah tenaga kerja yang rendah. Yang menjadi sumber pertikaian adalah upah kerja yang rendah,
sehingga menyebabkan pertikaian yqng berkepanjangan yang seakan tidak ada habisnya. Dengan
demikian lahirlah system penjajahan atau imprealisme (Sutomo, 2009).
Beberapa dampak dari ilmu kealaman dalam perkembangan sistem sosial kemasyarakatan,
adalah (Ravert ; 2004) :

54
A. Dampak Positif
1. Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin
besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan
maupun dalam dunia bisnis.
2. Meningkatnya rasa percaya diri Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan
fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa
percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa
Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-bangsa Asia.
3 Tekanan, kompetisi yang tajam di pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi,
akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras
B. Dampak Negatif
1. Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar
2. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin
lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan
tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan penting
dalam menciptakan kesatuan sosial.
3. Pola interaksi antar manusia yang berubah. Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah
tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Melalui program
internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing
kapan saja.
Dari uraian di atas, jelaslah telah terjadi perubahan system sosial yang belum pernah terjadi
sebeumnya, karena Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan
remaja dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya
pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi
kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan
remaja semakin meningkat semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat,
seperti gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal
yang berperan penting dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama,
kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam
berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak
kejahatan (Sutomo, 2009).

55
Pola interaksi antar manusia yang berubah kehadiran komputer pada kebanyakan rumah
tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang
disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan
dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat orang asyik
dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet (warnet) telah
memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri
untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang yang
menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program internet relay chatting
(IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja (Sutomo : 2009).

2.5 Peranan ilmu kealaman dalam perang dingin abad 20


Perang Dingin (Cold War) adalah ketegangan yang secara politis tampak saling
bermusuhan karena adanya persaingan kepentingan. Perang Dingin dimulai setelahberakhirnya
Perang Dunia II sejak pembagian Jerman menjadi 2 wilayah, yaitu Jerman Barat dan Jerman
Timur. Pembagian Jerman menjadi 2 diikuti dengan pembagian kota Berlin menjadi Berlin Barat
yang dikuasai oleh Amerika Serikat, Inggris dan Perancis sedangkan Berlin Timur dikusai oleh
Uni Soviet tepatnya saat terjadi Konfrensi Yalta (Februari 1945). Adapun penyebab dari adanya
perang dingin adalah sebagai berikut (Alwajid : 2015) :
1. Perebutan hegemoni atau kekuasaan
2. Sistem aliasi Ketika perang dingin memuncak maka setiap negara yang bertentangan
berusaha memperkuat dirinya dengan bergabung dalam satu aliansi. Bentuk sistem aliansi
baik yang dilakukan blok Timur maupun blok Barat.
3. Kegiatan spionase
Perebutan hegemoni selama perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat terhadap
berbagai kawasan baik di Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika selalu didukung oleh kegiatan
agen intelijen yang mereka miliki
4. Perlombaan teknologi persenjataan dan ruang angkasa
Perang dingin antara dua negara adidaya ditandai oleh perimbangan persenjataan nuklir
dan personil militer. Sehingga kegiatan ini disebut sebagai politik Balance of Power. Unjuk
kekuatan kedua negara adidaya tersebut diikuti perlombaan dalam bidang teknologi militer
dan ruang angkasa dimana keduanya saling unjuk kecanggihan.

56
Abad 20 ditandai makin kuatnya sosialisme di daratan eropa. Semua Negara di daratan
eropa rimur telah dikuasai oleh gologan sosialis, bahkan negera jerman pun terbelah manjadi 2,
yakni jerman timur dan jerman timur yang pro sosialis dan jerman barat yang pro kapitalis. Akibat
dari adanya perbedaan pemahaman Negara-negara yang memiliki pemahaman yang sama
bergabung menjadi blok, sehingga di dunia ini terdapat 2 blok, yaitu blok barat dan blok timur.
Antara blok barat dan blok timur pada abad 20 terus menerus melakukan perang urat syaraf , yaitu
perang hanya sebatas propaganda bukan perang fisik. Perang urat syaraf disebut juag perang dingin
karena tidak satupun senjata yang meledak.karena Negara-negara tersbut sadar karena apabila
terjadi perang fisik maka kedua blok tersebut akan binasa. Saling bermusuhan yang
berkepanjangan dari blok-blok tersebut benar-benar sangat mencekam perikehidupan pada saat
itu, karena pada saat itu dlam perang dingin semua Negara dalam blok-blok tersebut
memanfaatkan ilmu kealaman dan teknologinya (Sutomo, 2009).
Pada awalnya ilmu kealaman berperan dalam perkembangan masyarakat, penyadaran
masyarakat dari belenggu pola pikir mitos, sosial ekonomi, sitem sosial, tetapi pada abad 20 ilmu
kelaman berperan besar dengan sangat singkat, dan dinyatakan telah menjadi revolusi ilmu
kealaman. Gemabaran tentang adanya revolusi ilmu kelaman pada abad 20 dapat diketahui bukan
hanya dari banyaknya penemuan dari berbagai bidang ilmu kealaman, tetapi juga dari ciri-ciri yang
yang berbeda dengan penemuan-penemuan abad sebelumnya. Penemuan abad sebelumnya hanya
sebatas pada pengembangan ilmu, juga dapat diaplikasikan langsung untuk kebutuhan masyarakat
sehingga berdampak langsung untuk kebutuhan masyarakat (Sutomo, 2009)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Suatu ilmu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan adanya
perkembangan ilmu alamiah dasar dan teknologi dapat mendatangkan kemakmuran materi,
dan sebagai hasil olah pikir manusia yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap
hidup yang lebih tinggi
2. Ilmu kealaman mempunyai peranan sebagai penyadaran pola pikir manusia yang dulu
terbelenggu kepercayaan atau mitos yang membatasi pola pikir manusia ke arah

57
pencerahan yang terarah dan benar serta serta merubah prilaku terutama prilaku produktif,
tapi juga prilaku kreatif yang mempunyai visi jelas ke depan manusia.
3. Ilmu kealaman mempunyai peranan peranan merubah penampilan yang memiliki pola pikir
yang terbuka dengan cakrawala pandangan yang sangat luas, prilaku realistis, kreativitas
tinggi dan visioner, tetapi juga perkembangan sosial ekonomi. Sebagai tonggak awal dari
perkembangan sosial ekonomi adalah ditemukannya mesin uap. Bagaiman mesin uap
merupakan prasarana dalam perkembangan sosial ekonomi.
4. Kemajuan ilmu kealaman dalam perubahan sistem sosial menyebabkan terjadinya
kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan
pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan
berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi kaya
dalam materi tetapi miskin dalam rohani serta semakin lemahnya kewibawaan tradisi-
tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-menolong.
5. Kemajuan ilmu kealaman dalam perang dingin menyebabkan adanya permusuhan dan
perang urat saraf yang berkepanjangan antara dua kubu blok, yang mana blok barat yang
mewakili golongan paham kapitalis dan blok timur golongan sosialis serta komunisme
benar-benar sangat mencekam perikehidupan pada saat itu, karena pada saat itu dalam
perang dingin semua negara dalam blok-blok tersebut memanfaatkan ilmu kealaman dan
teknologinya.

3.2 Saran
Karena keterbatasan referensi yang kami peroleh, maka segala informasi yang ada dalam
makalah ini perlu kiranya untuk penambahan daftar rujukan referensi yang menunjang untuk
memperluas wawasan dan mempermudah mahasiwa dalam penyusunan makalah ini.

DAFTAR RUJUKAN

Maman, C. A. 2008. Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia;Kajian Filsafat Ilmu,
Yogyakarta : LESFI

Ravert, J. 2004. Filsafat Ilmu;sejarah dan ruang lingkup bahasan, Yogyakarta; Pustaka Pelajar

58
Surajiyo. 2009. Filsafat dan Ilmu Perkembngannya di Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Solihin, M. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern. Bandung ;
Pustaka Setia

Sutomo, H. 2009. Filsafat Ilmu Kealaman dan Etika Lingkungan. Malang : UM Press

Wahana, P. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Pustaka Diamond

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

59
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Dan merupakan
kenyataan yang tak dapat dimungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu
telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan,
dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan
kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu
merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat manusia? Dan
memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai
bentuk teknologi. Misalnya, pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun
kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka bagi umat manusia
itu sendiri, seperti yang terjadi di Bali dan Jakarta baru-baru ini. Disinilah ilmu harus di letakkan
proporsional dan memihak pada nilai- nilai kebaikan dan kemanusian. Sebab, jika ilmu tidak berpihak pada
nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat.
Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu
tidak terlepas dari ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan
pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta
masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah dipupuk dan berada
pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis, dan tanggung jawab moral. Pernyataan diatas
berkaitan dengan wewenang penjelajahan sains, kaitan ilmu dengan moral, nilai yang menjadi
acuan seorang ilmuan, dan tanggung jawab sosial ilmuan telah menempatkan aksiologi ilmu pada
posisi yang sangat penting. Karena itu, salah satu aspek pembahasan integrasi keilmuan ialah
aksiologi ilmu.
1.2 Rumsan Masalah
1. Apa pengertian aksiologi ilmu?
2. Bagaimana karakteristik ilmu kealaman?
3. Apa saja produk ilmu kealaman?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian aksiologi ilmu
2. Untuk memahami karakteristik ilmu kealaman

60
3. Untuk memahami produk ilmu kealaman
1.4 Manfaat
1. Supaya mengerti dan memahami aksiologi ilmu
2. Memiliki pandangan yang luas mengenai karakteristik ilmu kealaman
3. Mampu memecahkan masalah dalam kehidupan khususnya ilmu kealaman

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Aksiologi Ilmu Kealaman


Aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Menurut Wibisono (dalam Surajiyo, 2009:152) aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak

61
ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta
penerapan ilmu. Jadi, Aksiologi yaitu bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan
buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (eans and
objective). Dalam pemikiran filsafat Yunani, studi mengenai nilai ini mengedepan dalam
pemikiran Plato mengenai idea tentang Kebaikan, atau yang lebih dikenal dengan Summum
Bonum (Kebaikan tertinggi).
Tokoh zaman pertengahan, Thomas Aquinas, membangun pemikiran tentang nilai dengan
mengedentifikasi filsafat Aristoteles tentang nilai tertinggi dengan penyebab final (causa prima)
dalam diri Tuhan sebagai keberadaan kehidupan, keabadian, dan kebaikan tertinggi. Pemikiran
zaman modern, Spinoza, memandang nilai sebagai didasarkan pada metafisik, berbagai nilai
diselidiki secara terpisah dari ilmu pengetahuan. Tokoh Aufklarung, Kant, memperlihatkan
hubungan antara pengetahuan dengan moral, estetik, dan religius. Dalam pandangan Hegel,
moralitas, seni, agama, dan filsafat dibentuk atas dasar proses dialektik.
Menurut Bramel (dalam Amsal 2009: 163),Penjelasan sebelumnya bahwa aksiologi sains
dapat membentuk pola pikir dan sikap keilmuwan untuk kemaslahatan. Sehingga untuk
menerapkan dalam kehidupan ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan yang antara lain:
1. Mengetahui dan memahami sumber yang hak dari ilmu itu sendiri beserta sifat-sifatnya.
2. Mengetahui dan memahami konsep diri dan eksistensi keberadaan kita sebagai makhluk
ciptaan-Nya.
3. Mengetahui dan memahami awal/bermulanya suatu kehidupan dan berakhirnya tiap-tiap
makhluk memiliki masanya/waktunya sendiri. Dan tiap suatu perbuatan memiliki konsekuensinya
masing-masing. Dari tiga pendekatan tersebut hal yang penting dalam penerapannya adalah
pertanggungjawaban, yang secara jelas sekali dari makna aksiologi sains adalah apa manfaat ilmu
yang juga mengandung jawaban yang sangat jelas yakni untuk kemaslahatan, sehingga hukumnya
berbanding lurus yakni semakin banyak kemaslahatan tercipta, semakin manfaat ilmu tersebut.

2.2 Karakteristik Ilmu Kealaman


Ilmu kealaman dapat menjadi sangat berguna karena ilmu kealaman memiliki karakteristik
(ciri-ciri khusus), yang biasanya dijadikan dasar untuk maksud-maksud pemenuhan kebutuhan
manusia. Adapun karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

62
a. Analitis, artinya mendiskripsikan secara lengkap semua bagian dari obyek yang nyata, serta
menganalisis hubungan atau perbedaan antara satu bagian dengan bagian lainnya
b. Logis, artinya dapat diterima oleh akal, karena sesuai dengan teorinya. Ilmu kealaman
memang merupakan olah pikir manusia atas pengamatan panca indra (obyektif), tetapi juga
memiliki kesesuaian dengan teori-teori yang digunakan.
c. Sistematis, artinya merupakan kumpulan hasil penilaian ilmiah (badan ilmu) yang disusun
berhubungan satu dengan yang lain, tidak tumpang tindih atau berlawanan satu dengan yang
lainnya (selalu konsisten dan saling melengkapi), dan berurutan secara logis
d. Kausatit, artinya menjelaskan mengapa segala sesuatu (gejala alam) itu terjadi. Contoh:
Mengapa benda di lempar ke atas pasti jatuh? Mengapa bulan tidak jatuh? Penjelasan yang
bersifat kausatif itu selalu menjelaskan adanya hubungan sebab akibat
e. Kuantitatif, artinya terukur secara pasti menurut kaidah-kaidah matematika dan statistika,
sehingga dapat menunjukkan kecermatan atau keakurasian.

2.3 Produk Ilmu Kealaman


Berdasarkan ciri-ciri khusus yang memiliki ilmu kealaman tersebut, para ilmuwan dapat
membuat produk ilmu kealaman, seperti rekayasa, penjelasan, pengendalian, pelestarian, dan
peramalan. Produk-produk ilmu kealaman tersebut dapat di uraikan sebagai berikut.
a. Rekayasa
Rekayasa merupakan produk ilmu kealaman yang memaksimalkan ciri yang dimiliki ilmu
kealaman, terutama yang bersifat analitis, dimana dalam melihat sesuatu dilakukan secara lengkap
dan cermat, yang selanjutnya menghubungkan obyek-obyek yang diamati atau teliti, sehingga
secara keseluruhannya membentuk perspektif baru tentang obyek yang diamati tersebut. Sebagai
gambaran,bagaimana orang menemukan mesin uap, hanya berawal dari mengamati tutup ceret
untuk merebus air yang terus bergerak-gerak ketika airnya sudah mendidih. Sebagaimana yang
pernah dikatakan Aristoteles (384-322 SM), bahwa pada unsur dasar terdapat zat tunggal yang
disebut hule yang dapat mengalami transmutasi, tergantung dari kondisinya. Contoh
transmutasi: air pada kondisi sangat dingin berubah wujud menjadi es, pada lingkungan biasa
(suhu kamar) berubah wujud menjadi air, dan pada kondisi sangat panas berubah menjadi uap.

63
Dari contoh tersebut, maka yang dimaksud zat tunggalnya saat ini dikenal dengan H 2O (istilah
H2O zaman Aristoteles belum ada).
Dari uraian diatas, bahwa rekayasa merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam industri,
sehingga rekayasa identik dengan industri. Sementara industri dapat meningkatkan kesejahteraan
manusia, maka rekayasa sebagai produk ilmu kealaman secara langsung akan meningkatkan
kesejahteraan manusia. Indikator yang nyata adalah penduduk dunia yang sebelumnya tidak
pernah memiliki pertumbuhan penduduk, ternyata sejak adanya revolusi industri terjadi
kecenderungan meningkat, yang berlanjut hingga sekarang dengan bentuk pertumbuhan yang
eksponsial.
b. Penjelasan
Penjelasan merupakan produk ilmu kealaman yang sifatnya untuk membuka cakrawala
pandangan, sehingga memotivasi orang untuk berpikir realistis. Akibatnya, banyak orang bergeser
pola pikirnya meninggalkan berpikir mitos. Penjelasannya selalu masuk akal, artinya sesuai
dengan teori yang berlaku, serta bersifat kausatif yaitu selalu menjelaskan adanya hubungan sebab
akibat. Apabila terjadi gerhana, orang meyakini bahwa kepala raksasa tersebut sedang memakan
bulan atau matahari, sehingga orang di bumi harus dibangunkan atau diberitahu untuk memukul-
mukuul lesung agar raksasa kesakitan dan segera melepaskan bulan atau matahari dari mulutnya.
Pada masyarakat maju atau masyarakat yang telah mengenal ilmu kealaman, maka gerhana
dijelaskan oleh ilmu kealaman dengan mendiskripsikan secara lengkap sumua bagian dari obyek
yang nyata (realistis). Analog dengan penjelasan tentang gerhana oleh ilmu kealaman, maka
penjelasan sebagai produk ilmu kealaman yang sifatnya untuk membuka cakrawala pandangan
besar sekali manfaatnya bagi masyarakat. Penjelasan pada ilmu kealaman berbeda dengan
penjelasan-penjelasan lainnya, karena pada ilmu kealaman dapat sangat meyakinkan, sehingga
orang mudah menerima dengan sepenuh hati.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa penjelasan sebagai produk ilmu kealaman secara
langsung akan meningkatkan kesejahteraan manusia. Penjelasan yang diberikan secara terus-
menerus kepada masyarakat luas akan dapat mengubah performa masyarakat tersebut tidak lagi
menampakkan keterbelakangannya, memiliki banyak khasanah pengetahuan, memiliki wawasan
yang luas, dapat membuat analogi-analogi, dan mampu memecahkan masalahnya sendiri dan
masyarakat.
c. Pengendalian

64
Pengendalian merupakan produk ilmu kealaman yang sifatnya untuk pencegahan atau
membatasi terjadinya malapetaka. Pengendalian merupakan produk ilmu kealaman yang paling
dirasakan manfaatnya oleh manusia. Pengendalian terhadap dampak bencana alam juga tidak lepas
dari perhatian para pakar ilmu kealaman, bahkan menjadi prioritas, karena menyadari bahwa orang
sangat berharap banyak dari kiprah ilmu kealaman dan cenderung menyalahkan ilmu kealaman
kalau sampai belum menemukan sesuatu untuk menangkal malapetaka yang mengancam manusia.
Ancaman besar terhadap manusia dari bencana alam adalah tsunami yang di timbulkan dari gempa
bumi di dasar laut.
Pengembangan sistem peringatan dini tsunami ini melibatkan banyak pihak dan instansi-
instansi pemerintah. Sebagai koordinator dari pihak Indonesia adalah kementrian RISTEK (Riset
dan Teknologi). Instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan info gempa
dan perigatan tsunami adalah BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika). Tujuan utama
pembangunan sistem peringatan dini tsunami ini untuk terciptanya sebuah sistem yang dapat
menginformasikan serta memperingatkan masyarakat luas apabila terjadi suatu gempa yang
berpotensi tsunami dalam waktu sesingkat-singkatnya agar kerugian nyawa dan materi dapat
dihindarkan semaksimal mungkin.
d. Pelestarian
Pelestarian merupakan produk ilmu kealaman yang dimaksudkan untuk melestarikan hal-
hal apa saja yang berkaitan dengan fenomena alam yang pernah terjadi di masa lampau. Karena
ilmu kealaman merupakan kumpulan hasil penelitian ilmiah yang disusun secara sistematis dan
logis, maka secara tidak langsung ilmu kealaman akan mencatat dan merekam gejala-gejala yang
diamati atau diteliti dari waktu ke waktu. Fenomena biologi tentang makhluk yang sudah punah,
tidak muncul kembali.
Apabila pelestarian juga ditunjukkan untuk mewaspadai fenomena alam yang meungkin
akan muncul, maka akhir-akhir ini banyak orang mewaspadai pertumbuhan penduduk dunia yang
unik. Berkaitan dengan pelestarian dan malapetaka, banyak orang mewaspadai pola pertumbuhan
penduduk dunia yang unik tersebut, dimana beribu-ribu tahun untuk mencapai 1 milyar (milyar
yang pertama), kemudian hanya dibutuhkan 130 tahun untuk mencapai milyar yang ke dua, hanya
dibutuhkan 35 tahun.
e. Peramalan

65
Peramalan merupakan produk ilmu kealaman yang sifatnya untuk melihat masa depan atau
yang belum terjadi, sering dinamakan futurasi. Dalam ilmu kealaman, peramalan dapat dibuat
dengan cara menarik garis kecenderungannya yang didasarkan atas perkembangan sejarah data
obyek yang sudah terjadi. Peramalan dapat ditarik melalui ekstrapolasi maupun intrapolasi.
Ekstrapolasi, dimaksudkan peramalan yang menarik kecenderungan ke luar dari data dasar.
Contoh di ramalkan bahwa manusia di masa depan akan memiliki kepala jauh lebih besar. Karena
kemapuannya, peramalan dapat membuat deskripsi di masa akan datang yang kemungkinan besar
akan menjadi kenyataan, maka peramalan tersebut banyak diaplikasikan, terutama untuk aplikasi
kebijaksanaan, pengembangan bidang ilmu kealaman, dan pengembangan konsep mencari tempat
alternatif.

66
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh
b. Ilmu kealaman dapat menjadi sangat berguna karena ilmu kealaman memiliki
karakteristik (ciri-ciri khusus), yang biasanya dijadikan dasar untuk maksud-
maksud pemenuhan kebutuhan manusia.
c. Produk ilmu kealaman, seperti rekayasa, penjelasan, pengendalian, pelestarian, dan
peramalan.
3.2 Saran
Pembuatan makalah ini masih memerlukan perbaikan penambahan daftar rujukan
dapat memperluas wawasan mahasiswa dan juga dalam penulisan sistematika.

DAFTAR RUJUKAN

Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

67
urajiyo. 2008. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.

Sutomo, Hedi. 2009. Filsafat Ilmu Kealaman dan Etika Lingkungan. Malang: Universitas
Negeri Malang.

AKSIOLOGI ILMU KEALAMAN

(FUNGSI ILMU KEALAMAN UNTUK KESEJAHTERAAN MANUSIA)

68
MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Filsafat Sains dan Bioetika yang Dibina Oleh Dr. Murni
Saptasari, M.Si

Oleh:

Offering: C

Rosita Nur Fadilah 170341864560

69
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Oktober 2017

AKSIOLOGI ILMU KEALAMAN UNTUK KESEJAHTERAAN MANUSIA


1)
Rosita Nur Fadilah
rosita_nufa@yahoo.com
1)
Mahasiwa Pascasasarjana Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Aksiologi merupakan kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian
tentang nilai-nilai khususnya etika. Ilmu kealaman dapat menjadi sangat berguna karena ilmu
kealaman memiliki karakteristik (ciri-ciri khusus), yang biasanya dijadikan dasar untuk maksud-
maksud pemenuhan kebutuhan manusia. Berdasarkan ciri-ciri khusus yang memiliki ilmu
kealaman tersebut, para ilmuwan dapat membuat produk ilmu kealaman, seperti rekayasa,
penjelasan, pengendalian, pelestarian, dan peramalan.

Kata kunci: Aksiologi

SCIENCE ACTIOLOGY PAGE FOR HUMAN WELFARE

70
1)
Rosita Nur Fadilah
rosita_nufa@yahoo.com

1)
Student Postgraduate Program of Biology Education State University of Malang

ABSTRACT
Axiology is a value theory that deals with the usefulness of acquired knowledge.
Axiology is the use of science for human life, the study of values, especially ethics. The science
of depth can be very useful because the science of kealaman has characteristics (special
features), which are usually used as the basis for the purposes of fulfilling human needs. Based
on the special features that have such depth knowledge, scientists can make products of science
kealaman, such as engineering, explanation, control, preservation, and forecasting

Keywords: Axiology

71
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
Aksiologi Ilmu Kealaman.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat IPA dan Bioetika.
Saya menyusun makalah ini agar pembaca dapat mengetahui dan memahami pegertian aksiologi
ilmu kealaman.

Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Dr. Murni Saptasari, M,Si selaku dosen
pengampu yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan
terimakasih kepada teman-teman kelas C yang juga turut memberikan motivasi dan bantuan
kepada saya.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah selajutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, September 2017

Rosita Nur Fadilah

72
DAFTAR ISI

Abstrak......................................................................................................................i

Abstrack...................................................................................................................ii

KataPengantar.........................................................................................................iii

Daftar Isi.................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 LatarBelakang......................................................................................1
1.2 RumusanMasalah.................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................2
BAB II ISI

2.1 Pengertian Aksiologi Ilmu Kealaman.................................................3

2.2 Karakteristik Ilmu Kealaman..............................................................4

2.3 Produk Ilmu Kealaman.......................................................................4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................9

3.2 Saran....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

73
74

Anda mungkin juga menyukai