Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT FEBRIS
I. DEFINISI

Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari
380C (Fadjari dalam Nakita, 2003).

Febris (demam) merupakan respon yang sangat berguna dan menolong tubuh dalam
memerangi infeksi (Kesehatan Anak 1999).

Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal
Jadi dapat disimpulkan febris adalah keadaan dimana suhu tubuh mengalami kenaikan diatas
batas normal (37,20C) sebagai kompensasi tubuh dalam memerangi infeksi.

II. ETIOLOGI

Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan,
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbulnya, lama demam, tinggi
demam, serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.

III. KLASIFIKASI

Jenis demam yang dapat dijumpai antara lain:


a. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering dijumpai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam Remiten
Suhu badan turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
c. Demam Intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam Kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe
demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus
sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap inveksi
bakterial.

IV. Patofisiologi

Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolism basal. Jika hal ini
disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka simpanan karbohidrat,
protein serta lemak menurun dan metabolism tenaga otot dan lemak dalam tubuh cenderung
dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis
(Sacharin, 1996).
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran logis hilang. Jika
tetap dibiarkan anak akan berada dalam keadaan bingung, pembicaraan menjadi inkoheren dan
akhirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma (Sacharin, 1996).
Kekurangan cairan dan elektrolit dapat engakibatkan demam, Karena cairan dan elektrolit ini
mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi
dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior akan mengalami gangguan.
Pada pasien febris/demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan
pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, dan leukosit. Pada pasien febris / demam
biasanya kadar Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan leukositnya akan
mengalami peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak
diketahui penyebabnya, (pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam
dan disertai batuk-batuk) (Isselbacher, 1999).

Pathway

Agen infeksius
Mediator inflamasi dehidrasi

Monosit / makrofag Tubuh kehilangan cairan elektrolit

Penurunan cairan intra sel dan ekstra sel efek keluarga <pengetahuan

Sitokinin pirogen

Mempengaruhi hipotalamus anterior


Demam cemas

Aksi antipiretik pH berkurang Gg. Rasa nyaman rewel

Peningkatan evaporasi metabolic tubuh

resiko deficit vol. cairan


Anoreksia

Input makanan berkurang


Resiko nutrisi < kebutuhan tubuh
(ditandai dengan BB turun, mual, muntah)

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

V. Manifestasi Klinis

Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam
meliputi:
a. Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
1. Peningkatan denyut jantung
2. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
4. Peningkatan suhu tubuh
5. Pengeluaran keringat berlebih
6. Rambut pada kulit berdiri
7. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

b. Fase 2 ( proses demam)


Tanda dan gejala
1. Proses mengigil lenyap
2. Kulit terasa hangat / panas
3. Merasa tidak panas / dingin
4. Peningkatan nadi
5. Peningkatan rasa haus
6. Dehidrasi
7. Kelemahan
8. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
9. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
c. Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
1. Kulit tampak merah dan hangat
2. Berkeringat
3. Mengigil ringan
4. Kemungkinan mengalami dehidrasi

VI. Pemeriksaan diagnostik

1.Pemeriksaan laboratorium darah.


a. Hitung Leukosit
hasil pemeriksaan lab menunjukkan adanya peningkatan leukosit didarah perifer atau dalam
cairan tubuh yang menjadi bukti adanya infeksi
b. Laju Endap Darah
laju endap darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mengetahui agen
infeksius penyebab infeksi, akan tetapi pemeriksaan ini tidak spesifik , karena peningkatan laju
endap darah banyak penyebabnya.
c. Protein C-Reaktif
hasil pemeriksaan menunjukkan peningkatan konsentrasi protein c-reaktif dalam serum atau
cairan tubuh, hal ini menandakan adanya infeksi local atau sistemik.
d. pemeriksaan specimen
pemeriksaan urine, feses , sputum
e. Biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai sebagai awitan penyebab febris.
VII. Penatalaksanaan

1. Secara Fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah
mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam
yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat
rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan
berakibat rusaknya sel sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknyaMinuman yang diberikan dapat
berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah
agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu
tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi
karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak
dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres
air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Secara farmakologi

a. Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal
yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas
tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:

1. Bayi 6 12 bulan : 1 sendok the sirup parasetamol


2.Anak 1 6 tahun : parasetamol 500 mg atau 1 1 sendokteh sirup parasetamol
3. Anak 6 12 tahun : 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.

b. Antibiotic
1. Amoxicillin
Amoxicillin merupakan antibiotik golongan penicillin, lebih spesifik lagi termasuk kelompok
aminopenicillin seperti halnya jenis antibiotik populer lainnnya yakni ampicilin. Penggunaannya
sangat luas, mulai dari untuk obati infeksi kulit, gigi, telinga, saluran napas dan saluran kemih.

2. Cefadroxil
Cefadroxil merupakan generasi pertama antibiotik golongan Cephalosphorin, yang cara
kerjanya hampir sama dengan Amoxicillin dan antibiotik lain di golongan penicillin.
Penggunaannya juga sama luas, mulai untuk mengobati dari infeksi kulit hingga saluran kemih.

3. Erythromicyn
Erythromicin merupakan antibiotika golongan makrolid yang sering diberikan pada pasien yang
alergi penicillin. Penggunaannya lebih luas dari penicillin maupun cephalosphorin, sehingga
sering dipakai sebagai pilihan pertama untuk pengobatan pneumonia atipik.

4. Ciprofloxacin
Ciprofloxacin merupakan antibiotik golongan floroquinolon, salah satu jenis antibiotik paling
mutakhir saat ini. Penggunaannya antara lain untuk mengobati infeksi saluran kemih, infeksi
saluran napas (sinusitis, pneumonia, bronkitis) dan juga infeksi kulit.
VIII. Pencegahan febris karena agen infeksi

Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi harus disesuaikan dengan rantai terjadinya
infeksi sebagai berikut :
A.Kontrol Atau Eliminasi Agen Infeksius

pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi terhadap objek yang terkontaminasi secara signifikan
mengurangi dan seringkali memusnahkan mikroorganisme. Pembersihan yaitu membuang
kotoran dan materi organic dari suatu objek. Disenfeksi menggambarkan proses memusnahkan
semua mikroorganisme, sterilisasi yaitu memusnahkan seluruh mikroorganisme termasuk
spora.

B.Kontrol Atau Eliminasi Reservoir

untuk mengeliminasi reservoir perawat harus membersihkan cairan tubuh, drainase, atau
larutan yang dapat merupakan tempat mikroorganisme. Perawat juga membuang sampah
dengan hati-hati alat yang terkontaminasi materiil infeksius.

C.Kontrol Terhadap Portal Keluar

perawat mengikuti praktik pencegahan dan control untuk meminimalkan atau mencegah
organisme yang keluar melalui saluran pernafasan, perawat selalu menghindari berbicara
langsung menghadap pasien. Perawat harus selalu menggunakan sarung tangan sekali pakai.
masker, goen dan kacamata jika terdapat kemungkinan adanya percikan dan kontak cairan.

D.Pengendalian Penularan

pengendalian efektif terhadap infeksi mengharuskan perawat harus tetap waspada tentang jenis
penularan dan cara mengontrolnya. Bersihkan dan sterilkan semua peralatan yang reversible.
Teknik yang paling penting adalah mencuci tangan dengan aseptic. Untuk mencegah penularan
mikrooorganusme melalui kontak tidak langsung, peralatan dan bahan yang kotor harus dijaga
supaya tidak bersentuhan dengan baju perawat. Tindakan yang sering salah adalah
mengangkat linen yang kotor langsung dengan tangan mengenai seragam.

E.Kontrol Terhadap Portal Masuk

dengan mempertahankan integritas kulit dan membrane mukosa menurunkan kemungkinan


penjamu. Tenaga kesehatan harus berhati-hati terhadap resiko jarum suntik. Perawat harus
menjaga kesterilan alat dan tindakan invasive. Klien tenaga kesehatan dan tenaga kebersihan
beresiko mendapat infeksi dari tusukan jarum secara tidak sengaja. Pada saat pemberishan
luka perawat menyeka bagian dalam dulu kemudian bagian luar.

F.Perlindungan Terhadap Penjamu Yang Rentan

tindakan isolasi termasuk penggunaan gown, sarung tanagn, kacamata dan masker serta alat
pelindung lainnya. Perawatan semua klien ,kewaspadaan berdasarkan penularan perlukaan
untuk mengurangi resiko infeksi untuk klien tanpa memandang jenis system isolasi, perawat
harus mengikuti prinsip dasar yaitu : harus mencuci tangan sebelum masuk dan meninggalkan
ruang isolasi, benda yang terkontaminasi harus dibuang untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme, pengetahuan tentang proses penyakit dan jenis penularan infeksi harus di
aplikasikan pada saat menggunakan barrier pelindung, semua orang yang kemungkinan
terpapar selam perpindahan klien diluar kamar isolasi harus dilindungi.

G.Perlindungan Bagi Perawat

perlindungan barrier harus sudah tersedia bagi pekerja yang memasuki kamar isolasi,
penggunaan gown , sarung tangan, masker dan kacamata pelindung. Perawat mengenakan
sarung tangan bila resiko terpapar materi infeksius, khususnya sarung tangan
direkomendasikan saat perawat ada goresan atau luka pada kulit, saat melakukan fungsi vena,
karena mereka beresiko terkena tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya pada tangan , dan
bila mereka kurang pengalaman. Perawat diharpakan menggunakan sarung tangan hanya
digunakan sekali pakai

Anda mungkin juga menyukai