PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2.1 Pengertian
1. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal
pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan
berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari
lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi
lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari
lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-
laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila
jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan
disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila
terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga
tubuh akan menjadi kurus.
2. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa
per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya
berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak
berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada
lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah
berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien).
Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya
konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang
dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani
dan kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total
kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih
dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit
atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga
dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak
jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan
sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan
banyak mengandung asam lemak jenuh.
4. Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus.
Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut.
Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar
dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen
serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi
seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi
lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-
kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan
sumber serat.
5. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D,
dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya
konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan
mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi
menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia
menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain.
Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber
vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine),
membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu
fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas
per hari.
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia
1. Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena tidak
cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahyakan status
kesehatan (Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia.Jakarta:EGC).
2. Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang
berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah
yang di anjurkan untuk tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang
berlebihan terutama yang mengandung lemak, protein dan karbohidrat
yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus berbagai seperti
Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta Diabetes Melitus.
3. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh
penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam
jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada
wanita dan 45 tahun pada pria.
4. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang
tidak normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh
yang disebabkan kurang Fe, asam folat, B12 dan protein. Akibatnya akan
cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan, sering pusing, mata
berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
5. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah
dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn
berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu
dan tidak bersemangat.
6. Kekurangan anti oksidan
(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal
efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang
kurang dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal
bebas, seperti serangan jantung dan stroke, katarak, persendian hingga
menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi keriput.
7. Sulit buang air besar Karena pergerakan usus besar semakin lambat,
makanan lambat diolah dalam tubuh.Akibatnya, buang air besar jadi
jarang.
8. Kelebihan gula dan garam
a. Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada
orangtua
b. Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan
kolesterol dan gula darah
c. Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam
1. RiwayatKeluarga
Klien seorang duda, mempunyai anak satu. Klien hidup bersama
anak laki-lakinya. Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit
seperti diabetes, hipertensi, asma, TB, atau hepatitis.
PENGKAJIAN PERSISTEM
4) PENGINDERAAN
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Pupil : Ishokor
c. Gerak Bola Mata : Normal
d. Medan Penglihatan : Normal
e. ButaWarna : Tidak
f. TekananInraOkuler : Tidak
2. Hidung (Penciuman)
Bentuk : Normal
GangguanPenciuman : Tidak
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
b. Membran Tympani : Terang
c. Otorrchea : Tidak
d. GangguanPendengaran : Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal
9) ENDOKRIN
1. Faktor Alergi : Tidak
Manifestasi : Tidakada
Cara Mengatasi : Tidakada
2. Kelainan Endokrin : Tidakada
10) PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering cek up
untuk kesehatannya
ANALISA DATA
NO KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Klien mengatakan tidak nafsu
makan
DO :
- Gigi tidak lengkap
- Lidah ada sariawan Ketidak
- PolaMakan : 2x/hr, Intake yang seimbangan
hanyamampumenghabiskan tidakadekuat nutrisi : nutrisi
porsimakanan kurang dari
- Konjugtiva anemis kebutuhan
- BB sebelumnya= 51 kg, BB tubuh
saatini 50 kg
- Klien kurang makan sayur dan
jarang makan buah-buahan
- klienhidupsendiri
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Timbang berat 1. R/mengetahui
tindakan keperawatan badan setiap hari perubahan keadaan umum
selama 1x24 jam nutrisi pada klien
diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi 2. Anjurkan makan 2. R/Dilatasi gaster
: nutrisi kurang dari sedikit tapi sering dapat terjadi bila
kebutuhan tubuh teratasi pemberian makan terlalu
dengan cepat setelah periode
Kriteria hasil : puasa
1. Nafsu makan 3. Anjurkan makan-
meningkat makanan yang lunak dan 3. R/membantu
2. Berat badan mudah dicerna. meningkatkan intake
meningkat makanan
3. Adanya perubahan
pola makan 4. Anjurkan keluarga
4. Konjungtiva normal untuk menyediakan 4. Membantu
5. Klien tampak tidak makanan kesukaan meningkatkan nafsu
lemah klien. makan
5. Anjurkan makan
makanan yang disajikan 5. R/ Mencegah
dalam kondisi hangat terjadinya mual dan
membantu meningkatkan
nafsu makan
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya.
Lansia mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka
beresiko tinggi menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak
malnutrisi. Salah satu indikator yang sangat penting pada status nutrisi
adalah berat badan. Perawat berperan sangat penting dalam pemenuhan
nutrisi lansia terutama di Rumah Sakit.
4.2 SARAN