Anda di halaman 1dari 3

PERBEDAAN ANTARA UU NO 27 TAHUN 2003 DENGAN UU TAHUN 2014

1) Pada UU no 27 tahun 2003 kegiatan usaha pemanfaatan energi panas bumi


masih dikategorikan sebagai usaha pertambangan, sedangkan pada UU no 21
tahun 2014 usaha pemanfaatan panas bumi tidak lagi dikategorikan dalam
kegiatan usaha pertambangan.

2) Karena tidak lagi dikategorikan dalam usaha pertambangan maka izin usaha
pemanfaatan panas bumi pada UU no 21 tahun 2014 pasal 1 (ayat 4 & 5)
adalah izin usaha panas bumi langsung dan izin usaha panas bumi tidak
langsung, dimana pada UU sebelumnya UU no 27 tahun 2003 pasal 1 (ayat 8)
izin usaha pemanfaatan panas bumi adalah IUP (Izin Usaha Pertambangan).

3) Wilayah usaha panas bumi pada UU no 27 tahun 2003 adalah Wilayah Hukum
Pertambangan Panas Bumi Indonesia yang diatur pada Peraturan Pemerintah,
karena pada UU no 21 tahun 2014 kegiatan pengusahaan panas bumi tidak lagi
dikategorikan usaha pertambangan maka wilayah panas bumi dapat dilakukan
diatas lahan konservasi, hutan lindung dll.
Seperti yang telah diatur pada UU no 21 tahun 2014
pasal 5
(1) Penyelenggaraan Panas Bumi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) dilakukan terhadap:
a. Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung yang berada pada:
1. lintas wilayah provinsi termasuk Kawasan Hutan produksi dan
Kawasan Hutan lindung;
2. Kawasan Hutan konservasi;
3. kawasan konservasi di perairan; dan
4. wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil diukur dan garis pantai ke
arah laut lepas di seluruh Indonesia.
b. Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung yang berada di seluruh
wilayah Indonesia, termasuk Kawasan Hutan produksi, Kawasan Hutan
lindung, Kawasan Hutan konservasi, dan wilayah laut.

1
Rizni andari panggabean
(2) Penyelenggaraan Panas Bumi oleh pemerintah provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan untuk Pemanfaatan Langsung
yang berada pada:
a. lintas wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi termasuk Kawasan
Hutan produksi dan Kawasan Hutan lindung; dan
b. wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil diukur dari garis pantai ke
arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.
(3) Panas Bumi oleh pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) dilakukan untuk Pemanfaatan Langsung yang berada pada:
a. wilayah kabupaten/kota termasuk Kawasan Hutan produksi dan Kawasan
Hutan lindung; dan
b. wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per tiga) dari wilayah laut kewenangan
provinsi.

4) Pengiriman, penyerahan, dan/atau pemindahtanganan data dan informasi


kegiatan penyelenggaraan Panas Bumi harus dilakukan dengan Izin Pemerintah
tertera pada UU no 21 tahun 2014 pasal 57 , sebagaimana pada UU no 27
tahun 2003 belum ada aturan tentang hal tersebut.

5) Kewajiban Pemegang Izin Panas Bumi untuk memberikan bonus produksi


kepada Pemerintah Daerah sebagaimana yang telah diatur pada UU no 21 tahun
2014 pasal 83 , yang sebelumnya juga belum ada peraturan tentang hal ini pada
UU no 27 tahun 2003.

6) Jangka waktu Izin Usaha pemanfaatan panas bumi pada UU no 27 tahun 2003
pasal 22 IUP waktu Eksplorasi paling lama 3 (tiga) tahun sejak IUP diterbitkan
dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali masing-masing selama 1
(satu) tahun, dan Jangka waktu Studi Kelayakan berlaku paling lama 2 (dua)
tahun sejak jangka waktu Eksplorasi berakhir, berbeda dengan UU no 21 tahun
2014 pasal 31 jangka waktu Eksplorasi dan Studi Kelayakan paling lama 5
(lima) tahun sejak Izin Panas Bumi diterbitkan dan dapat diperpanjang 2 (dua)
kali, masing-masing selama 1 (satu) tahun.

2
Rizni andari panggabean
Dalam hal ini perbedaannya adalah pada UU no 21 tahun 2014 pasal 31
jangka waktu untuk kegiatan Eksplorasi dan Studi Kelayakan disatukan
sedangkan pada UU no 27 tahun 2003 pasal 22 jangka waktu untuk
kegiatan Eksplorasi dan Studi Kelayakan dibedakan.

7) Pengalihan kepemilikan saham telah diatur pada UU no 21 tahun 2014 pasal


27, yang pada UU no 27 tahun 2003 sebelumnya belum ada peraturan tentang
hal tersebut.

8) Pada UU no 21 tahun 2014 pasal 24 Izin Panas bumi harus memuat nomor
pokok wajib pajak Badan Usaha yang sebelumnya pada UU no 27 tahun 2003
pasal 21 ketentuan IUP untuk memuat pokok wajib pajak Badan Usaha belum
ada.

9) Pada UU no 27 tahun 2003 pasal 30 Penerimaan Negara dijelaskan secara rinci


tentang pembagian Bukan Pajak Negara, secara tepatnya pada UU no 21 tahun
2014 pasal 54 tidak dijelaskan secara rinci tentang hal tersebut atau dimasukkan
kedalam ketentuan peratutaran perundang-undangan.

10) Pendapatan daerah pada UU no 21 tahun 2014 pasal 54 dijelaskan pada ayat
(5) Pendapatan Daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, serta
pendapatan lain, tetapi tidak ada dijelaskan UU no 27 tahun 2003 pasal 30
tentang pendapatan daerah.

11) Ketentuan luas wilayah kerja untuk Eksplorasi yang dapat diberikan untuk satu
IUP Panas Bumi tidak boleh melebihi 200.000 (dua ratus ribu) hektar yang
diatur pada UU no 27 tahun 2003 pasal 13, sedangkan pada UU no 21 tahun
2014 tidak ada Ketentuan luas wilayah kerja untuk Eksplorasi.

12) Tujuan kegiatan pengusahaan panas bumii sebelumnya pada UU no 27 tahun


2003 pasal 3 hanya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian negara &
kesejahteraan rakyat, kemudian direvisi pada UU no 21 tahun 2014 pasal 3
tujuan ditambah dengan menciptakan energi yang ramah lingkungan untuk
mengemisi gas rumah kaca.

3
Rizni andari panggabean

Anda mungkin juga menyukai