PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini Hubungan kerja merupakan suatu fenomena yang banyak menyita
perhatian berbagai pihak di negri atau dunia ini. Sering kita dengar tentang masalah
dunia ketanaga kerjaan di lingkungan kita ini. Dimana hal ini sangatlah dipengaruhi pula
oleh perjanjian kerja. Perjanjian kerja menurut UU No 13 Tahun 2003 adalah perjanjian
antara pekerja atau buruh dengan perusahaan atau pemberi kerja yang termuat syarat-
syarat hak dan kewajiban para pihak. Perjanjian kerja pada dasarnya dibuat untuk
mencegah terjadinya perselisihan atau sengketa yang dapat terjadi antara para pihak
yang terlibat dalam suatu hubungan kerja yakni pihak pertama (perusahaan)
dan pihak kedua (karyawan).
Perjanjian kerja sebagai sarana pendahulu sebelum berlangsungnya hubungan
kerja, harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya, dalam arti mencerminkan keadilan
baik bagi pengusaha maupun bagi buruh, karena keduanya akan terlibat dalam suatu
hubungan kerja. Di dunia barat kehidupan masyarakat seperti halnya merupakan
arena pertarungan antara kepentingan-kepentingan perseorangan yang saling
bertentangan, sedangkan didalam lingkungan masyarakat Indonesia adalah tempat
kerjasama dimana anggota melakukan tugas tertentu menurut pembagian kerja yang
tertatur menuju tercapainya cita-cita bersama, yaitu masyarakat adil dan makmur. Dalam
masyarakat Indonesia yang demikian itu, misalnya dicerminkan dalam asas pokok yang
mengatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan, soal pemburuhan nanti bukan lagi semata-mata soal melindungi pihak
yang perekonomiannya lemah terhadap pihak yang perekonomiannya kuat untuk
mencapai adanya keseimbangan antara kepentingan yang berlainan, melainkan juga
soal menemukan jalan dan cara yang sebaik-baiknya, dengan tidak meninggalakan sifat
kepribadian dan kemanusiaan, bagi setiap orang yang melakukan pekerjaan, untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya dari tiap pekerjaan yang sudah ditentukan
menjadi tugasnya dan sebagai imbalan atas jerih payanhnya itu mendapat kan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu harus diatur dan perlu
adanya suatu ikatan dalam bekerjasama.
1
B. Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian Perjanjian Kerja Bersama (PKB)?
2) Apa Kewenangan Pembuatan PKB?
3) Apa Manfaat Perjanjian Kerja Bersama?
4) Apa Hal-hal yang diperhatikan dalam pembuatan perjanjian kerja bersama?
5) Apa Tahap-tahap pembuatan PKB?
6) Apa Tata Cara Pembuatan PKB?
7) Apa Dasar hukum Perjanjian Kerja Bersama?
C. Tujuan
1) Dapat mengetahui Pengertian Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
2) Dapat mengetahui Kewenangan Pembuatan PKB
3) Dapat mengetahui Manfaat Perjanjian Kerja Bersama
4) Dapat mengetahui Hal-hal yang diperhatikan dalam pembuatan perjanjian kerja
bersama
5) Dapat mengetahui Tahap-tahap pembuatan PKB
6) Dapat mengetahui Tata Cara Pembuatan PKB
7) Dapat mengetahui Dasar hukum Perjanjian Kerja Bersama
2
BAB II
PEMBAHASAN
mengenai hubungan industrial yaitu dalam Bagian Ketiga. Kemudian dalam Pasal 133
cara pembuatan, perpanjangan, perubahan, dan pendaftaran PKB diatur dengan keputusan
menteri. Adapun keputusan menteri yang dimaksud adalah Keputusan Menteri Tenaga
Cara Pembuatan Dan Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan Dan Pendaftaran
Bersama (PKB) dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Collective Labour Aggrement
(CLA), atau dalam bahasa Belanda disebut dengan Collective Arbeids Overemkomst
menurut Lotmar, Tarifvertrage ialah suatu perjanjian antara seorang majikan atau
lebih dengan sekelompok buruh yang memuat syarat-syarat upah dan kerja untuk
serikat pekerja / serikat buruh atau beberapa serikat pekerja / serikat buruh yang tercatat
3
pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau
beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak
Dari pengertian diatas terdapat kesamaan yaitu bahwa baik perjanjian perburuhan
atau Perjanjian Kerja Bersama adalah dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara
kedua belah pihak dalam melakukan hubungan kerja antara pekerja / buruh dengan majikan
/ pengusaha. Begitu juga bahwa hal tersebut dimaksudkan juga sebagai acuan dasar atau
sebagai induk dalam membuat perjanjian kerja. Namun demikian dapat dilihat bahwa
lebih luas.
Kewenangan pembuatan PKB adalah berkaitan dengan pihak yang dapat dan
mempunyai wewenang untuk membuat PKB. Dari pengertian PKB tersebut diatas
sudah dapat diketahui siapa saja para pihak yang dapat melakukan pembuatan PKB. Para
pihak tersebut adalah Serikat Pekerja / Serikat Buruh dan Pengusaha / gabungan pengusaha.
PKB hanya dapat dirundingkan dan disusun oleh serikat pekerja yang didukung
oleh sebagian besar pekerja di perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian para
pihak atau subjek yang membuat PKB adalah dari pihak buruh / pekerja diwakili oleh
serikat pekerja / buruh atau beberapa serikat pekerja / buruh di perusahaan itu dengan
pekerja lebih kuat posisinya dalam melakukan perundingan dengan majikan karena
pengurus serikat pekerja umumnya dipilih orang yang mampu memperjuangkan hak dan
kepentingan anggotanya.
4
2) Pengusaha / Gabungan Pengusaha
Adapun yang dimaksud dengan pengusaha terdapat dalam Pasal 1 ayat (5)
b. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
Indonesia.
Selain pengertian pengusaha tersebut juga terdapat pengertian Pemberi Kerja yaitu
memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pengertian Pemberi Kerja ini dimaksudkan untuk menghindari orang yang bekerja pada
pihak lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai pengusaha khususnya bagi pekerja pada
sektor informal. Maka dapat diambil kesimpulan pengusaha bentuknya orang perseorangan,
5
c. Mempertegas pengakuan pengusaha atas kehadiran dan peranan serikat pekerja serta
d. Sebagai acuan atau referensi utama untuk menyelesaikan keluh kesah pekerja,
perbedaan tafsir peraturan antara pengusaha dan pekerja, bahkan untuk menyelesaikan
e. Untuk menciptakan hubungan industrial yang aman dan harmonis yang didukung oleh
gangguan produksi.
1. Masa percobaan
Sebelum melakukan perjanjian kerja perusahaan melakukan masa percobaan atau bisa
disebut magang. Tujuan diadakan masa percobaan ini untuk mengetahui apakah calon
karyawan mampu melakukan tugas yang diberikan atau tidak kepadanya dan untuk
dipekerjakan maka majikan mengangkat calon karyawan menjadi karyawan dengan membuat
perjanjian kerja.
Mengenai masa percobaan kerja pasal 60 jo. Pasal 154 huruf a UU no.13 tahun 2003
d) Upah yang dibayarkan tidak boleh dibawah upah minimum yang berlaku.
6
Dalam kesimpulan tersebut masa percobaan boleh diladakan atau tidak diadakan dan
Untuk dapat membuat perjanjian kerja pada intinya adalah orang dewasa. Mengenai
a. Menurut KUH Perdata, seorang dianggap dewasa dan karenanya mampu bertindak
dalam lalu lintas hukum, jika berumur 21 tahun ata sudah kawin.
b. Menurut hukum adat, seseorang dapat disebut orang dewasa apabila sudah akil baliq atau
c. Menurut hukum perburuhan, seseorang dapat dikatakan dewasa apabila sudah berumur
terburuk, yaitu :
7
a. Anak yang berumur 13 smpai 15 tahun dapat melakukan pekerjaan ringan sepanjang
tidak menggangu perkembangan dankeshatan fisik maupun mental dan sosial. Pengusaha
b. Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat yang diminatinya. Untuk
Kondisi lingkungan kerja tidak menggangu perkembangan fisik, mental, sosial, dan
waktu sekolah.
4. Jika PKB tidak dibuat dalam bahasa indonesia maka harus di terjemahkan ke dalam
bahasa indonesia
6. PKB dapat diperpanjang masa berlakunya paling lama 1 tahun dalam kesepakatan
tertulis
8. Apabila PKB belum memenuhi pada poin 5, maka PKB berlaku untuk paling lama 1
tahun
8
10. Jika PKB bertentangan dengan hukum yang berlaku maka dinyatakan batal hukum i)
a) Tahap persiapan
undangan ketenagakerjaan.
b) Tahap perundingan
Pertukaran konsep
9
dasar hubungan industrial
c) Tahap penyusunan
Membentuk tim kecil yang anggotanya terdiri dari kedua belah pihak untuk
membentuk redaksional
Untuk mengetahui tata cara pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yaitu
sebagai berikut:
1) Salah satu pihak (serikat pekerja / serikat buruh atau pengusaha) mengajukan
pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) secara tertulis, disertai konsep Perjanjian
jumlah pekerja / buruh yang ada pada saat pertama pembuaran Perjanjian Kerja
Bersama (PKB).
3) Perundingan dimulai paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan tertulis.
4) Pihak-pihak yang berunding adalah pengurus SP/SB dan pimpinan perusahaan yang
5) Perundingan dilaksanakan oleh tim perunding dari kedua belah pihak masing-
6) Batas waktu perundingan bipartit 30 (tigapuluh) hari sejak hari pertama dimulainya
10
perundingan.
pejabat Depnaker; (b) wajib merahasiakan hal-hal yang sifatnya belum final sebagai
keputusan perundingan.
Perjanjian Kerja Bersama (PKB), salah satu pihak wajib melaporkan kepada Kantor
hari.
10) Bila 30 (tigapuluh) hari pemerantaraan atau penyelesaian arbitrase tidak berhasil, maka
11) Menteri Tenaga Kerja menempuh berbagai upaya untuk menetapkan langkah-
(tigapuluh) hari.
12) Sejak ditandatangani oleh wakil kedua belah pihak, Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) sah dan resmi berlaku serta mengikat kedua belah pihak dan anggotanya.
13) Setelah disepakati dan ditandatangani Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tersebut
14) Kedua belah pihak wajib menyebarluaskan isi dan makna Perjanjian Kerja Bersama
terdapat satu serikat pekerja / serikat buruh, maka serikat pekerja / serikat buruh
tersebut berhak mewakili pekerja / buruh dalam perundingan pembuatan PKB dengan
dari jumlah seluruh pekerja / buruh diperusahaan yang bersangkutan (Pasal 19 ayat (1)).
11
Dalam hal disatu perusahaan hanya terdapat satu serikat pekerja / serikat buruh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi tidak memiliki anggota lebih dari 50%
(limapuluh persen) dari jumlah seluruh pekerja / buruh di perusahaan, maka serikat
pekerja / serikat buruh dapat mewakili pekerja / buruh dalam melakukan perundingan
dengan pengusaha apabila serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan telah mendapat
dukungan lebih 50% (limapuluh persen) dari jumlah seluruh pekerja / buruh di
perusahaan melalui pemungutan suara (Pasal 19 ayat (2)). Dalam hal dukungan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak tercapai maka serikat pekerja / serikat buruh
yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permintaan untuk merundingkan PKB dengan
pengusaha setelah melampaui jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak dilakukannya
Jika dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/serikat
buruh maka yang berhak mewakili pekerja / buruh melakukan perundingan dengan
pengusaha yang jumlah keanggotaanya lebih dari 50% (limapuluh persen) dari seluruh
jumlah pekerja / buruh di perusahaan tersebut (Pasal 120 ayat (1)). Dalam hal
ketentuan tersebut tidak terpenuhi, maka serikat pekerja / buruh dapat melakukan koalisi
sehingga tercapai jumlah lebih dari 50% (limapuluh persen) dari seluruh jumlah pekerja
(Pasal 120 ayat (2)). Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud di atas tidak terpenuhi,
maka serikat pekerja/ serikat buruh membentuk tim perunding yang keanggotaanya
Dalam hal PKB yang sudah berakhir masa berlakunya akan diperpanjang atau
12
diperbaharui dan di perusahaan tersebut hanya terdapat 1 (satu) serikat pekerja / serikat
ketentuan dalam pasal 119 (Pasal 130 ayat (1)). Dalam hal PKB yang sudah berakhir
terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja / serikat buruh dan serikat pekerja / serikat
buruh yang dulu berunding tidak lagi memenuhi ketentuan Pasal 120 ayat (1), maka
serikat buruh yang anggotanya lebih 50% (limapuluh persen) dari jumlah seluruh
buruh yang membuat PKB terdahulu dengan membentuk tim perunding secara
proporsional (Pasal 130 ayat (2)). Kemudian Pasal 130 ayat (3) dalam hal PKB yang
perusahaan tersebut terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja / serikat buruh dan tidak
satupun serikat pekerja / serikat buruh yang ada memenuhi ketentuan Pasal 120 ayat (1),
maka perpanjangan atau pembuatan atau pembuatan pembaharuan PKB dilakukan menurut
Masa berlakunya PKB paling lama 2 (dua) tahun dan hanya dapat diperpanjang
satu kali untuk paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara serikat
pekerja / serikat buruh dan pengusaha. Selain perjanjian perburuhan berakhir karena
waktunya sudah habis, dapat juga perjanjian perburuhan berakhir sewaktu-waktu yaitu
adanya kemungkinan untuk mohon kepada pengadilan agar perjanjian perburuhan itu
dinyatakan berakhir karena alasan-alasan yang memaksa yaitu bilamana tidak diperhatikan
13
G. Dasar hukum Perjanjian Kerja Bersama
Secara yuridis formal dasar hukum dari Perjanjian Kerja Bersama adalah:
1. Kepmenaker No. 48 tahun 2004 tentang Tata cara Pembuatan dan Pengesahan
5. Undang-undang No. 18 tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 98.
6. Peraturan Pemerintah No. 49 tahun 1954 tentang Tata Cara Membuat dan Mengatur
Perjanjian Perburuhan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat diketahui mengenai berbagai peraturan dari perusahaan
terhadap pekerja, kemudian hak dan kewajiban pengusaha terhadap pekerja. Hal itu
bertujuan untuk menciptakan hubungan industrial yang aman dan harmonis yang
kerja bagi pekerja, kepastian usaha bagi pengusaha, tidak ada perselisihan antara pekerja
dan pengusaha.
B. Saran
ini kami kira masih akan perlu untuk dimunculkan seiring dengan makin ketatnya
kompetisi dunia usaha dan kerja yang tak dapat terhindar dari makin ketatnya persaingan
di antara para pihak. Dan akhirnya, demikian makalah ini kami susun, semoga
bermanfaat.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/52377081/perjanjian-kerja
erepo.unud.ac.id/15613/3/0703005208-3-BAB_II.pdf
herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2014/11/makalah-HI.pdf
eprints.undip.ac.id/17566/1/Ulung_Yhohasta.pdf
16