Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Kadar glukosa darah adalah besarnya jumlah glukosa yang terdapat dalam
darah. Pada keadaan normal, kadar glukosa darah meningkat setelah makan dan tetap
bertahan dalam waktu yang singkat. Kadar glukosa darah normal yaitu dibawah 200
mg/dl (Subekti 1995). Pada penderitaan diabetes, glukosa yang terdapat dalam darah
terlalu banyak. Dalam keadaan puasa kadar glukosa darah normal yaitu < 100 mg/dl,
dan yang menderita diabetes > 126 mg/dl. Sementara itu 2 jam stelah makan, maka
kadar glukosa darah normal adalah < 140 mg/dl dan yang menderita diabetes 180
mg/dl. Diabetes mellitus merupakan sindroma yang terdiri dari banyak gangguan.
Kelemahan toleransi glukosa yang menetap disebabkan oleh defisiensi aktivitas
insulin yang sejenis dan perubahan metabolisme glukosa yang normal, apapun
penyebab kelainan semula. Terdapat kelemahan penggunaan glukosa oleh jaringan
dan hati, serta glikogenolisis hepatik dan glukoneogenesis dari protein dan sisa
karbon asam lemak meningkat.. Diabetes mellitus atau kencing manis adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi)
akibat kekurangan hormone insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak
ada insulin sama sekali, sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup atau memang
sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon insulin dibuat dalam pankreas.
Prosedur pertama yang dilakukan adalah pembuatan larutan glukosa standar
untuk di tentukan nilai absorbansinya. Pertama-tama serbuk glukosa standar yang
ditimbang dengan menggunakan neraca analitis dan kertas timbang. Neraca analitis
digunakan karena proses penimbangan bersifat kuantitaif sehingga membutuhkan
ketelitian yang lebih tinggi yaitu empat angka dibelakang koma 0,0001. Kertas
timbang digunakan karena serbuk glukosa tidak bersifat higroskopis yaitu tidak
mudah bereaksi dengan molekul air di udara. Setelah itu serbuk glukosa dimasukkan
ke dalam labu ukur, labu ukur digunakan karena merupakan alat gelas volumetric
yang memiliki ketelitian yang lebih tinggi. Setelah itu ditambahkan akuades sebagai
pelarut sebanyak setengah bagian yang berfungsi untuk memudahkan proses
pelarutan serbuk glukosa saat dikocok. Lalu ditambahkan kembali akuades hingga
tanda batas dan dihomogenkan yaitu suatu campuran yang memiliki komposisi yang
sama yang terlarut secara sempurna.
Prosedur yang kedua yang dilakukan adalah pembuatan larutan glukosa oral.
Dalam uji toleransi glukosa secara oral, yaitu diberikan larutan glukosa secara oral
sebanyak satu gram per kilogramberat badan, sehingga kadar glukosa darah akan naik
sehingga mencapai titik maksimum setelah satu jam pemberian glukosa secara oral
kepata tikus yang di uji. Pertama tama larutann glukosa dtandar ditimbang
mennggunakan neraca analitis diatas kaca arloji, lalu lalu dimasukkan kedalam gelas
kimia. Kemudian ditambahkan akuades sedikit demi sedikit ke dalam gela kimia lalu
diaduk hingga terlarut sempurna. Setelah larut lalu, ditambahkan kembali akuades
hingga volume tertentu dan dihomogenkan. Perbedaan glukosa standar dengan
glukosa oral yaitu dimana larutan glukosa oral memiliki konsentrasi yang lebih kecil
dibandingkan larutan glukosa standar.
Prosedur ketiga yang dilakukan adalahn pengambilan darah tikus . Tikus yang
digunakan merupakan tikus putih karena kandungan darahnya reoesentatif dengan
darah manusia. Sampel darah diambil dari bagian ekor karena terdapat pembuluh
darah vena sehingga sampel darah dapat diambil dengan cukup banyak. Pembuluh
darah vena memiliki dinding yang lebih tipis dibandingkan dengan pembuluh darah
kapiler. Hal pertama yang dilakukan adalah seekor tikus yang sudah dipuasakan
selama 14 jam terlebih dahulu. Hal tersebut berfungsi agar system metabolism tubuh
tikus mejadi teratur. Setelah itu tikus yang sudah dimasukkan kedalam pipa lalu
dibersihkan ekornya denganmenggunakan kapas yang dicelupkan ke dalam air
hangat, agar pembuluh darah vena pada ekor lebih terlihat jelas, sehingga
memudahkan dalam pengambilan darah tikus. Selain itu, pemberian air hangat juga
dapat melancarkan peredaran darah, sehingga kondisi tikus tidak tegang. Setelah
dibersihkan ekornya dengan air hangat, lalu dioleskann alcohol 70% yang berfungsi
untuk membersigkan kotoran-kotoran yang menempel pada ekor tikus, dimana
kotoran akan ikut menguap bersama alcohol yang bersifat volatile yaitu mudah
menguap, pemberian lkohol juga berfungsi untuk mensterilkan ekot tikus untuk
mecegah terjadinya infeksi pada tikus.
Setelah itu syringe diinjeksikan ke bagian pembuluh darah vena pada ekor
tikus untuk diambil darahnya. Pengambilan darah pada pembuluh darah vena
dilakukan karena berdinding lebih tipis, sehingga lebih mudah untuk diinjeksikan
dibandingkan dengan dengan pembuluh darah arteri yang memiliki otot dan dinding
pembuluh yang lebih tebal . darah yang telah di peroleh dimasukkan ke dalam tabung
plat tetes yang telah berisi anti koagulan. Anti koagulan ini berisi campuran
ammonium oksalat dan kalium oksalat. Pengambilan darah yang pertama dilakukan
merupakan darah jam ke-0 atau kadar glukosa darah puasa. Setelah itu, tikus
diberikan larutan glukosa secara oral dengan volume tertentu yang tela disesuaikan
dengan berat badan tikus yang digunakan, setelah seluruh larutan glukosa diberikan
kepada tikus, lalu darah tikus pada pembuluh darah vena pada ekor diambil lagi pada
jam ke-1 ,jam ke-2, jam ke-3, jam ke-4 setelah pemberian glukosa secara oral. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa darah tikus setelah pemberian glukosa
oral kepada tikus pada jam-jam tertentu dimana dari data absorbandi darah pada jam
ke-1, 2, 3, 4, maka akan dikapatkan kurva toleransi glukosa . dari kurva toleransi
glukosa tersebut dapat memberikan informasi mengenai ambang batas kadar glukosa
darah sereta pengaruhnya terhadap metabolism karbohidrat.
Prosedur keempat yang dilakukan adalah penentuan kadar glukosa standar.
Pertama - tama larutan glukosa standar yang telah dibuat dipipet dengan
menggunakan mikropipet karena larutan glukosa yang dibutuhkan dalam volume
kecil. Kemudian ditambahkan pereaksi orto-toluidin, lalu dikocok dengan
menggunakan vortex mixer agar campuran larutan menjadi homogeny. Pereaksi orto-
toluidin akan mengalami kondensasi dengan glukosa membentuk glikosil amin dan
pelepasan molekul air menyebabkan terbentuknya basa Schiff yang berwarna hijau.
Reaksi kondensasi adalah reaksi penggabungan molekul-molekul kecil menjadi
molekul besar dengan atau tanpa pelepasan molekul kecil. Setelah itu , campuran
larutan dipanaskna selama beberapa menit. Pemanasan ini berfungsi utnuk
mempercepat reaksi kondensasi. Reaksi kondensasi tidak akan berjalan sempurna
apabila campuran orto-toluidin dalam asam asetat glasial tidak dipanaskan. Setelah
beberapa menit dipanaskan, lau campuran larutan didinginkan dengan air mengalir
agar senyawa yang terbentuk menjadi stabil serta tidak merusak alat spektrofotometer
sinar tampak pada saat proses pengukuran absorbansi. Larytan glukosa standar yang
akan diukur absorbansinya, dimasukkan kedalam kuvet. Kuvet merupakan tabung
yang digunakan untuk analisa absorbandi dengan alat spektrofotometri sinar tampal.
Kuvet yang digunakan merupakan kivet kaca karena dapat meneruskan cahaya
cahaya pada panjang gelombang maksimum secara sempurna. Syarat-syarat kuvet
yang baik yaitu tidak berekasi dengan sampel ataupun bahan kimia lainnya, dan
terdapat sisi transparan yang bening agar dapat menyerap cahaya yang melewatinya.
Kuvet di pegang pada bagian yangburam karena pabila yang di pegang adalah bagian
transparan makan akan terdapat lemak atau zat lain yang menempel serta mengotori
bagian kuvet dan dapat menggangu terhadap penyerapan cahaya menjadi tidak
maksimal sehinnga dapat mempengaruhi hasil pengukuran absorbansi dari larutan
yang diukur. Absorbansi glukosa standar di ukur dengan menggunakan
spektrofotometer sinar tampak karena dapat mengukur panjang gelombang 400-800
nm. Spektrofotometri sinar tampak yang akan digunakan , dikalibrasi terlebih dahulu
dengan menggunakan larutan blanko. Larutan blanko yang digunakan adalah
campuran larutan asam tetrakloroasetat , pereaksi orto-toluidin, dan akuades.
Kalibrasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya penyimpangan
pada saat pengukuran. Pengukuran absorbansi standar glukosa standar dilakukan pada
panjang gelombang 630 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum
sehingga dapat diketahui nilai absorbansi maksimum serta deviasi minimum.
Kemudian di catat hasil pengukuran glukosa standar yang didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai