Anda di halaman 1dari 2

Keduanya sama-sama menderita aneurisma dan arteriovenous malformation (AVM), penyakit

yang seakan menyerang tanpa simtom, tanpa gejala yang jelaskecuali gejala yang sangat
umum. Awalnya pusing-pusing, lalu muntah, langsung kami bawa ke rumah sakit, tapi
nyawanya tak tertolong lagi, kata ayah Ronal, yang minta agar identitasnya disembunyikan.

Kendati tak ada data angka resminya, penderita aneurisma dan AVM berusia muda hadir di
beberapa rumah sakit di Jakarta. Alfred Soetrisno, ahli bedah saraf di Rumah Sakit Pantai
Indah Kapuk, Jakarta, pernah mempunyai pasien anak berumur 4 , 10, dan 12 tahun.
Sebenarnya penyakit ini biasa memangsa orang dewasa di usia produktif, 30-50 tahun.
Aneurisma adalah penyakit yang timbul akibat lemah atau tipisnya dinding pembuluh darah.
Tak mampu menahan tekanan darah yang relatif tinggi, pembuluh darah akhirnya melebar
dan menggelembung. Seiring dengan bertambahnya usia, gelembung yang awalnya kecil itu
lantas membesar. Puncaknya, pembuluh yang telah menggelembung itu pecah.
Orang-orang produktif yang selalu bersaing, sering stres, namun lalai mengamati tekanan
darahnya adalah sasaran empuk aneurisma dan AVM. Walhasil, manakala tekanan darah
akibat stres meningkat tajam, gelembung yang tadinya kecil itu membengkak, lalu pecah. Dan
ini artinya selangkah lagi sebelum kematian.

Ironisnya, stres bukan lagi monopoli orang produktif semata. Dewasa ini stres lebih cepat
menghampiri anak-anak. Belum lama, di Jakarta ada kasus aneurisma dan AVM yang dipicu
oleh orang tua yang sering memarahi dan menekan anak agar terus belajar. Menurut dokter
spesialis jantung Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, Santoso Karo-karo, Di bawah pengaruh
stres, anak-anak juga mengkhawatirkan masa depannya, kehilangan semangat, mengeluh
sakit kepala. Ini memicu derasnya aliran darah.
Maka tak jarang orang tua menganggap pecahnya pembuluh darah ini sebagai stroke pada
usia dini. Memang kedua penyakit tersebut merupakan penyebab lain dari stroke, ujar
Alfred.

Aneurisma dan AVM ada di antara kita. Tapi sayang sekali, hampir 95 persen dari pasien yang
datang ke rumah sakit, gelembungnya sudah pecah. Sedangkan lima persen sisanya ketahuan
secara kebetulan. Misalnya ketika si pasien sedang check up untuk penyakit lain, lalu
ketahuan ada pembengkakan pada dinding pembuluh darah otak.
Kedua penyakit itu memang bergerak seperti pencuri. Rasa pusing yang sering menandai
keberadaan penyakit ini tak berbeda dengan rasa pusing yang lain. Tak diketahui, nun di
bawah tempurung ini terjadi kebocoran pada dinding pembuluh darah otak, dan rembesan
darah setetes demi setetes itulah yang menimbulkan rasa pusing.

Aneurisma dan arteriovenous malformation berbeda dengan, misalnya, penyakit tumor otak.
Tumor otak mempunyai rangkaian gejala panjang: diawali penurunan daya tahan tubuh,
kadang disertai kebutaan, bahkan kelumpuhan, dan masih banyak lagi. Tanda-tanda itu
mengingatkan penderita agar cepat berobat. Hal ini tidak terjadi pada penderita aneurisma
dan AVM. Dan begitu pembuluh pecah, si penderita langsung meninggal atau koma.

Memang, di negara kita belum ada kebiasaan setiap bayi difoto kepalanya. Kalau dipotret,
bisa kelihatan pembuluh darahnya, sehingga kalau diketahui ada kelainan bawaan bisa segera
diatasi, kata dokter spesialis bedah saraf Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Alfred Sutrisno.
Di negara maju, seperti Jepang dan Amerika Serikat, setiap orang sejak kecil dipindai dengan
magnetic resonance imaging (MRI), sehingga aneurisma dan arteriovenous malformation
dapat diketahui dan ditangani secara dini.

Aneurisma dapat dipicu oleh tekanan darah tinggi (hipertensi) dan infeksi pembuluh darah.
Sedangkan AVM, menurut Alfred, merupakan penyakit bawaan, yakni kelainan pembuluh
darah yang sudah didapat saat pembentukan janin. AVM terjadi karena hubungan langsung
antara pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena). Dalam AVM, pembuluh darah arteri
langsung masuk ke sirkulasi pembuluh darah balik atau vena. Padahal pembuluh vena tidak
dipersiapkan untuk menghadapi tekanan yang tinggi, jadi gampang pecah, ujar pria kelahiran
Cirebon yang mengambil jurusan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, itu.

Pengobatan Aneurisma

Pasien yang datang pada stadium awal, oleh dokter, akan ditolong dengan jalan pembedahan.
Dinding pembuluh darah di otak yang menggelembung itu akan diatasi dengan cara menjepit
leher aneurisma. Namun, bila pasien baru datang saat sudah dalam kondisi parah, embolisasi
merupakan pilihan yang akan diambil. Embolisasi adalah pemasukan bahan-bahan tertentu ke
dalam aliran darah untuk pengobatan sumbatan pembuluh darah. Gelembung darah dipenuhi
koil seperti kumparan-kumparan, supaya darahnya lancar, pembuluhnya enggak pecah lagi,
ujar dokter Alfred.
Bila si penderita aneurisma datang ke dokter sebelum dinding pembuluh darah otaknya pecah,
tingkat keberhasilan upaya pembedahan cukup tinggi. Pengobatan dilakukan hanya ketika
pasien masih dalam stadium awal, dan pembedahan dilakukan untuk membersihkan darah
yang membanjiri otak.
Namun, jika penderita sudah telanjur parah, kemungkinan diselamatkan kecil. Embolisasi
sangat baik dilakukan untuk aneurisma yang letaknya sulit atau aneurisma yang besar.
Aneurisma tingkat empat sebaiknya juga ditangani dengan embolisasi, karena bila ditangani
dengan operasi clipping justru akan memperberat kondisi koma penderita.
Jika aneurisma belum pecah, peluang keberhasilan operasi sangat besar, yaitu 99,9 persen,
baik dengan clipping maupun embolisasi. Sedangkan untuk aneurisma yang telah pecah pada
tingkat pertama dan kedua, peluang keberhasilannya 75-80 persen. Pada tingkat empat,
kemungkinan berhasil fifty-fifty. Aneurisma tak bisa dianggap remeh, tak punya gejala khas,
dan bisa merenggut nyawa. Walau begitu, bukan berarti tak ada peluang untuk sembuh.
Syaratnya: deteksi dan penanganan sedini mungkin.

Pengobatan AVM

Pemotongan pembuluh darah yang terbelit-belit merupakan tindakan kuratif untuk semua tipe
arteriovenous malformation. Walaupun hasil pembedahan didapatkan dengan segera,
pemotongan AVM tetap menimbulkan risiko. Dibuang darahnya, sekaligus AVM-nya kita
buang, kita putuskan hubungan langsung arteri dengan vena, kata dokter Alfred.
Terapi radiasi biasanya digunakan pada daerah AVM yang lebih kecil dan terletak di dalam
otak. Gamma Knife, yang dikembangkan seorang dokter Swedia, Lars Leksell, digunakan
dalam radiosurgery untuk mengontrol dosis radiasi ke dalam volume otak yang terkena. Paling
tidak, malformasi dapat hilang selama dua tahun.

Anda mungkin juga menyukai