Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 ditetapkan bahwa salah satu jenis Diklat yang

strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN yang profesional

seperti tersebut diatas adalah Diklat Prajabatan. Diklat ini dilaksanakan dalam

rangka membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang

kemudian berperan dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang

mampu bersikap dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat serta

berdaya saing.

Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pegawai ASN

berfungsi sebagai : Pelaksana Kebijakan Publik, Pelayan Publik, Perekat dan

Pemersatu Bangsa. Peraturan tentang ASN yang tertuang dalam UU No.5 Tahun

2014 tersebut sudah secara implisit menghendaki bahwa ASN bukan sekadar

merujuk kepada jenis pekerjaan tetapi merujuk kepada sebuah profesi pelayanan

publik. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan publik yang

berkualitas, maka ASN dalam menjalankan fungsinya penting mengaktualisasikan

nilai-nilai dasar seperti akuntabilitas, rasa nasionalisme, penerapan etika publik,

komitmen mutu dan perilaku anti korupsi dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya.

Profesi dokter umum yang bertugas di puskesmas merupakan profesi yang

sangat penting dimana tugas utamanya adalah memberikan pelayanan kesehatan

pada sarana pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan

1
rehebilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta membina

peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang kesehatan kepada

masyarakat.

Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diperlukan pelayanan kesehatan

yang lebih baik dengan berdasarkan nilai-nilai dasar ANEKA.

Masih banyak masalah yang sering terjadi dalam pelayanan di Puskesmas

Tambora, dari perilaku para petugas yang sering meninggalkan ruangan jaga saat

jam piket, masih ada petugas yang membedakan dalam pelayanan pasien BPJS

dan pasien umum, beberapa petugas yang dianggap kurang sopan kepada pasien

dan keluarga pasien, pelayanan yang sekedarnya tanpa melakukan pemeriksaan

terlebih dahulu langsung memberi obat berdasarkan keluhan saja dan terkesan

lambat serta petugas yang datang terlambat dan pulang sebelum waktunya.

Dari latar belakang ini, penulis akan menyusun rancangan kegiatan untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai dasar akuntabilitas, nasionalisme, etika publik,

komitmen mutu dan anti korupsi (ANEKA) dalam meningkatkan kualitas pelayanan

di puskesmas Tambora. Kegiatan tersebut akan diaktualisasikan selama dua

minggu ke depan sebagai langkah awal bagi penulis dalam berkontribusi untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Kecamatan Tambora, Kabupaten

Bima, Nusa Tenggara Barat.

2
B. TUJUAN

Tujuan kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN)

sebagai dokter umum di Puskesmas Tambora adalah sebagai berikut :

1. Melatih dalam membentuk Aparatur Sipil Negara yang beretika dan

profesional yang mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai

pelayan publik.

2. Melatih untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN (Akuntabilitas,

Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti korupsi) sebagai

solusi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sehingga akan

meningkatkan kepuasan dan kepercayaan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan di Puskesmas Tambora.

3. Memenuhi tuntutan untuk membuat laporan aktualisasi sebagai salah satu

tugas wajib perorangan dalam rangka mengikuti Diklat Prajabatan

Golongan III Angkatan VI di Lingkup Pemerintah Provinsi NTB Tahun

2015.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup atau batasan untuk kegiatan aktualisasi ini adalah :

1. Kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan yang sesuai dengan

rancangan aktualisasi yang telah dibuat sesuai dengan Sasaran Kinerja

Pegawai (SKP) dan Tugas Pokok dan Fungsi (tupoksi dokter).

Sesuai dengan tupoksi penulis, tugas yang diberikan kepada penulis

adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pelayanan medik

3
a. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat

pertama

b. Melakukan pelayanan medik spesialistik rawat jalan tingkat

pertama

c. Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana / sedang oleh

dokter umum

d. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederhana / sedang

e. Melakukan tindakan darurat medik / pertolongan pertama

pada kecelakaan (P3K) tingkat sederhana

f. Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap

2. Melakukan pemulihan kesehatan akibat penyakit

a. Melakukan pemulihan fisik mental tingkat sederhana / komplek

tingkat I

b. Melakukan pemulihan fisik tingkat sederhana / komplek tingkat I

3. Melakukan peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit

a. Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu / bayi dan bayi dibawah

lima tahun

b. Melakukan pelayanan keluarga berencana

c. Melakukan pelayanan imunisasi

d. Melakukan pelayanan gizi

e. Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi

penyakit

f. Melakukan penyuluhan medik

4. Melakukan pembuatan catatan medik

a. Melakukan pembuatan catatan medik pasien rawat jalan

4
b. Melakukan pembuatan catatan medik pasien rawat inap

5. Melakukan pelayanan kesehatan lainnya untuk masyarakat

a. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar

b. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam

c. Menjadi Tim Penguji Kesehatan

d. Melakukan visum et repertum tingkat sederhana/komplek tingkat I

e. Menjadi saksi ahli

f. Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan

g. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan laboratorium

h. Melakukan tugas jaga panggilan / on call

i. Melakukan tugas jaga di tempat / rumah sakit

j. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan tingkat

sederhana.

6. Membuat laporan pelaksanaan tugas

7. Melaksanakan tugas kedinasan lain

Dari beberapa tupoksi dokter umum, yang menjadi fokus utama

pelaksanaan kegiatan internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai ANEKA

sesuai tupoksi adalah tupoksi jabatan dalam Melakukan pelayanan

medik (Tupoksi nomor 1).

Dari tupoksi jabatan dalam Melakukan pelayanan medik

(Tupoksi nomor 1) akan dijelaskan tahapan kegiatannya beserta rencana

aktualisasinya.

Tabel 1.1. Tupoksi Melakukan Pelayanan Medik ( Tupoksi nomor 1)

NO Tupoksi Melakukan Pelayanan Medik ( Tupoksi nomor 1)


a. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama

5
a.1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

a.2. Melakukan anamnesa pasien

a.3. Melakukan pemeriksaan fisik

a.4. Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium (bila diperlukan)

a.5. Menegakkan diagnosa

a.6. Membuat program terapi

a.7. Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien

b. Melakukan pelayanan medik spesialistik rawat jalan tingkat

pertama

b.1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

b.2. Melakukan anamnesa pasien

b.3. Melakukan pemeriksaan fisik

b.4. Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium (bila diperlukan)

b.5. Menegakkan diagnosa

b.6. Membuat program terapi

b.7. Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien

c. Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana / sedang oleh

dokter umum

c.1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

c.2. Melakukan anamnesa pasien.

c.3. Melakukan pemeriksaan fisik.

c.4. Menegakkan diagnosa

c.5. Persiapan alat dan bahan habis pakai

c.6. Tindakan medis

6
c.7. Membuat program terapi

c.8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien

d. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederhana / sedang

d.1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

d.2. Melakukan anamnesa pasien.

d.3. Melakukan pemeriksaan fisik.

d.4. Menegakkan diagnosa

d.5. Persiapan alat dan bahan habis pakai

d.6. Tindakan medis

d.7. Membuat program terapi

d.8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien

e. Melakukan tindakan darurat medik / pertolongan pertama pada

kecelakaan (P3K) tingkat sederhana

e.1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

e.2. Melakukan anamnesa pasien.

e.3. Melakukan pemeriksaan fisik.

e.4. Menegakkan diagnosa

e.5. Persiapan alat dan bahan habis pakai

e.6. Tindakan medis

e.7. Membuat program terapi

e.8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien

f. Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap

f.1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

f.2. Melakukan anamnesa pasien

7
f.3. Melakukan pemeriksaan fisik

f.4. Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium (bila diperlukan)

f.5. Menegakkan diagnosa

f.6. Membuat program terapi

f.7. kunjungan (Visite) untuk mengikuti kemajuan kondisi pasien.

f.8. Membuat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (bila

diperlukan)

Karena sebagian besar tupoksi dalam Melakukan pelayanan

medik (Tupoksi nomor 1) mempunyai tahapan kegiatan yang sama,

maka akan dilakukan penggabungan beberapa tahapan kegiatan. Setelah

dilakukan penggabungan beberapa tahapan kegiatan, didapatkan

beberapa tahapan kegiatan yang akan dilakukan internalisasi dan

aktualisasi nilai-nilai ANEKA, yang meliputi :

1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

2. Melakukan anamnesa pasien

3. Melakukan pemeriksaan fisik

4. Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium

5. Menegakkan diagnosa

6. Membuat program terapi

7. Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien

8. Persiapan alat dan bahan habis pakai

9. Tindakan medis

10. Kunjungan (Visite) untuk mengikuti kemajuan kondisi pasien

11. Membuat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (bila diperlukan)

8
2. Waktu pelaksanaan aktualisasi dibatasi selama 13 hari yaitu tanggal 12

sampai dengan 24 November 2015.

3. Tempat pelaksanaan aktualisasi adalah di Puskesmas Tambora,

Kecamatan Tambora, kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.

9
BAB II
DESKRIPSI ORGANISASI

A. STRUKTUR ORGANISASI

Puskesmas Tambora yang beralamatkan di Jalan Lintas Satonda, Desa

Rasabou, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat ini

merupakan satu-satunya puskesmas di Kabupaten Bima dengan kriteria sangat

terpencil. Dengan wilayah kerja di Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima,

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sesuai Permenkes RI nomer 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan

masyarakat, susunan organisasi Puskesmas Tambora, terdiri dari Kepala

Puskesmas, Kepala sub bagian tata usaha, Penanggung jawab UKM dan

keperawatan kesehatan masyarakat, Penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan

laboratorium, dan Penanggung jawab pelayanan puskesmas dan jejaring

fasyankes. Untuk lebih jelasnya, digambarkan dalam bagan berikut ini.

10
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
PUSKESMAS TAMBORA

KEPALA PUSKESMAS

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA

Penanggung jawab Penanggung jawab Penanggung jawab


UKM dan UKP, kefarmasian pelayanan
keperawatan dan laboratorium puskesmas dan
kesehatan jejaring fasyankes
masyarakat
PUSTU LABUAN
KANANGA
PELAYANAN PROMKES RAWAT JALAN

PUSTU KAWINDA NAE

PELAYANAN KESLING RAWAT INAP


PUSTU OI PANIHI

PELAYANAN KESEHATAN PELAYANAN GAWAT POLINDES LABUAN


IBU, ANAK DAN KB DARURAT KANANGA

POLINDES OI BURA
PELAYANAN SATU
PELAYANAN GIZI
HARI (ONE DAY CARE)
POLINDES KAWINDA
TOI (SP3)
PELAYANAN
PENCEGAHAN PENYAKIT POLINDES SORI
DAN PENGENDALIAN KATUPA
PENYAKIT

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Tambora

11
B. VISI DAN MISI

1. Visi Puskesmas Tambora Kabupaten Bima

Puskesmas Tambora Kabupaten Bima mempunyai visi yaitu :

Tercapainya Masyarakat Kecamatan Tambora yang sehat menuju

terwujudnya Indonesia sehat 2015.

2. Misi Puskesmas Tambora Kabupaten Bima

Untuk mewujudkan visi tersebut, Puskesmas Tambora Kabupaten Bima

mempunyai misi yaitu :

1. Meningkatkan derajad kesehatan masyarakat melalui upaya advokasi

gerakan pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan bina

suasana untuk tercapainya kemandirian di bidang kesehatan.

2. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Tambora Kabupaten Bima.

3. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan paripurna merata,

bermutu dan berkeadilan serta keterjangkauan pelayanan kesehatan.

4. Menciptakan tata kelola pelayanan kesehatan yang baik.

5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Tambora

Kabupaten Bima.

C. TUGAS DAN FUNGSI

Puskesmas Tambora merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama

yang merupakan unit kerja dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bima untuk

wilayah Kecamatan Tambora. Tugas dan fungsi Puskesmas Tambora adalah

12
memberikan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan masyarakat

umum dan masyarakat peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar di Puskesmas

Tambora sebagai fasilitas kesehatan pertamanya. Apabila terdapat pasien

yang kasusnya tidak dapat ditangani di Puskesmas Tambora akan dirujuk ke

fasilitas kesehatan lanjutan, seperti RS Muhammadiyah Bima dan RSUD

Bima.

Pelayanan pokok kesehatan di Puskesmas Tambora meliputi upaya

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif adalah suatu

rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan

yang bersifat promosi kesehatan. Upaya preventif adalah suatu kegiatan

pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/ penyakit. Pengertian upaya

kuratif adalah suatu kegiatan dan atau serangkainan kegiatan pengobatan

yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit, pengurangan penderitaan

akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar

kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Rehabilitatif adalah

kegiatan dan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas

penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai

anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri dan masyarakat

semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Profesi dokter umum sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) diberikan

tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang

berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan dalam bentuk upaya

pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan akibat penyakit,

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, serta pembinaan peran serta

13
masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang kesehatan. Tugas pokok

dokter umum adalah memberikan pelayanan kesehatan pada sarana

pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

serta membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang

kesehatan kepada masyarakat. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan tugas

tersebut, diperlukan seorang tenaga dokter umum yang profesional.

D. DATA KEPEGAWAIAN

Berdasarkan data kepegawaian Puskesmas Tambora tahun 2015, total

pegawai yang bekerja di Puskesmas Tambora, sebanyak 43 pegawai, yang

terbagi dalam 5 kelompok status kepegawaian, yaitu: PNS, CPNS, PTT pusat,

PTT daerah dan sukarela. Jumlah tersebut, terdiri dari pegawai 27 wanita dan

16 pegawai laki-laki.

Tabel 2.1. Susunan kepegawaian pegawai Puskesmas Tambora berdasarkan


status kepegawaian.

Perempuan Laki-laki Total


PNS 4 6 10
CPNS 0 1 1
PTT Pusat 4 0 4
PTT Daerah 5 7 12
Sukarela 11 10 21
Total 24 24 48

Tabel 2.2. Susunan kepegawaian Puskesmas Tambora berdasarkan tugas


pokok

Perempuan Laki - Laki Total


Kepala Puskesmas 0 1 1
Bendahara 1 0 1
Dokter umum 0 1 1
Perawat 6 6 12
Bidan 15 0 15
Petugas Apotik 1 0 1
14
Petugas gizi 1 1 2
Analis kesehatan 0 2 2
Kesling (sanitarian) 1 1 2
Promkes 1 1 2
Surveylance 0 1 1
Juru immunisasi 0 1 1
Sopir 0 1 1
Satpam 0 1 1
Cleaning Service 0 1 1
Tata Usaha 3 1 4
Total 29 19 48

15
Tabel 2.3. Susunan kepegawaian Puskesmas Tambora berdasarkan
pendidikan

Perempuan Laki-laki Total


S1 Kesehatan masyarakat 3 4 7
S1 Kedokteran 0 1 1
S1 Keperawatan 2 1 3
S1 Ekonomi 0 1 1
D3 keperawatan 4 5 9
D3 Kebidanan 15 0 15
D3 Farmasi 1 0 1
D3 Analis Kesehatan 0 2 2
D3 Kesehatan Lingkungan 1 0 1
D3 Gizi 0 1 1
SMA 3 4 7
Total 29 19 48

16
BAB III
AKTUALISASI

A. NILAI-NILAI DASAR ASN

Nilai-nilai dasar ASN adalah seperangkat prinsip yang mendasari ASN

dalam bekerja. Prinsip ini meliputi akuntabilitas, nasionalisme, etika publik,

komitmen mutu, dan anti korupsi diakronimkan menjadi ANEKA (Baseng &

Purnama, 2015). Berikut dijelaskan secara singkat kelima prinsip tersebut.

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan kewajiban pertanggungjawaban yang

harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,

kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi

amanahnya, yaitu menjamin terwujudnya nilai publik. Adapun nilai publik

tersebut adalah

a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik

kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,

kelompok, dan pribadi.

b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan

mencegah keterlibatan PNS dalam politis praktis.

c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.

d. Menunjukkan sikap dan perilaku konsisten dan dapat diandalkan

sebagai penyelenggara pemerintahan (Kusumasari dkk, 2015).

17
Nilai dasar Akuntabilitas, terdiri dari indikator :

a. Menginternalisasi nilai-nilai dasar akuntabilitas dan kepentingan publik

dalam kehidupan bangsa dan penyelenggaraan pemerintahan;

b. Mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik

kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan pribadi,

kelompok, dan sektor;

c. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan

mencegah keterlibatan ANS dalam politik praktis;

d. Memperlakukan masyarakat secara sama dan adil dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;

e. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan

sebagai penyelenggara pemerintahan (Kusumasari dkk, 2015).

2. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar

terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain.

Dengan nasionalisme yang kuat, ASN memiliki orientasi berpikir

mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara serta senantiasa

mementingkan kepentingan yang lebih besar, yakni bangsa dan negara.

Sebagai pelayan publik, setiap ASN senantiasa bersikap adil dan

tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,

harus bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan

pelayanan. Tidak mengejar keuntungan pribadi atau instansi, pelayanan

harus diberikan dengan maksud memberdayakan masyarakat,

menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

18
Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk kepentingan dan

kesejahteraan bersama, karena nasionalisme menentang segala bentuk

penindasan terhadap pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-

kelompok dalam masyarakat, maupun suatu bangsa. Nasionalisme tidak

membeda-bedakan baik suku, agama, maupun ras (Latief dkk, 2015).

Nilai Dasar Nasionalisme, terdiri dari Indikator :

a. memahami peranan Pancasila dalam menumbuhkan nasionalisme

ASN.

b. memahami fungsi dan peran ASN sebagai pembuat dan pelaksana

kebijakan publik.

c. memahami peran ASN sebagai pelayanan publik, dan

d. memahami fungsi ASN sebagai pemersatu bangsa (Latief dkk, 2015).

3. Etika Publik

Menurut Kumorotomo dkk (2015), etika publik adalah refleksi

tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku,

tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam

rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

Adapun nilai-nilai dasar etika publik adalah :

a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila

b. Setia dan mempertahankan UUD NKRI 1945

c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak

d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian

e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif

f. Memellihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur

g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik

19
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program

pemerintah

i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,

tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun

j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi

k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama

l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai

m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan

n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis

sebagai perangkat sistem karir (Kumorotomo dkk, 2015).

4. Komitmen Mutu

Mutu merupakan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan

kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya dan

bahkan melampaui harapannya. Komitmen mutu merupakan

kesanggupan/janji diri ASN untuk memberikan layanan prima bagi

pelanggan.

Nilai-nilai dasar komitmen mutu antara lain :

a. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/clients

b. Memberikan layanan yang menyentuh hati

c. Menghasilkan produk jasa yang berkualitas tinggi

d. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik dengan tuntutan

customers/clients ataupun dengan perkembangan teknologi

e. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan

masalah dan pengambilan keputusan

20
f. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan (Yunisarsih &

Taufiq, 2015).

Nilai Dasar Komitmen Mutu, terdiri dari indikator:

a. Memahami tindakan yang menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi

dan kinerja berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan

dan pelayanan publik.

b. Menunjukkan sikap perilaku kinerja kreatif dan inovatif yang

berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan publik.

Mutu pada pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang

dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai

dengan standar dan kode etik profesi (Azrul Azwar, 1996).

5. Anti-Korupsi

Korupsi artinya kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi

merupakan kejahatan luar biasa karena dampaknya juga luar biasa yaitu

menyebabkan kerusakan dalam ruang lingkup pribadi, keluarga

masyarakat dan kehidupan yang lebih luas.

Nilai-nilai anti korupsi yang harus dimiliki oleh ASN adalah jujur,

peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani

dan adil.

Nilai Dasar Anti Korupsi, terdiri dari indikator :

a. Menyadari dampak perilaku dan tindak pidana korupsi bagi kehidupan

diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa;

21
b. Menjelaskan cara-cara menghindari perilaku dan tindak pidana

korupsi;

c. Menjelaskan pembangunan sistem integritas untuk mencegah

terjadinya korupsi di lingkungannya; dan

d. Mengaktualisasikan nilai dasar anti korupsi bagi kehidupan diri pribadi,

keluarga, masyarakat, dan bangsa (Tim Penulis KPK, 2015).

B. KEGIATAN AKTUALISASI

Dari definisi nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika

Publik, Komitmen Mutu, serta Anti korupsi) tersebut tupoksi jabatan sebagai

dokter dalam Melakukan pelayanan medik (Tupoksi nomor 1) akan

dijelaskan tahapan kegiatannya beserta penggabungan tahapan kegiatannya.

Kegiatan aktualisasi yang telah dibuat dan memenuhi nilai dasar ANEKA yang

berupa kegiatan pelayanan publik yaitu : Melakukan pelayanan medik,

dengan beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut :

1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

a. Akuntabilitas

Mencatat semua data medis dengan lengkap, sistematis dan sebenar-

benarnya ke dalam rekam medis baik yang di dapatkan dari anamnesa,

pemeriksaan fisik, hasil laboratorium (bila ada) sampai penegakan

diagnosa dan pemberian program terapi.

b. Nasionalisme

Membuat rekam medis yang lengkap untuk semua pasien tanpa

membedakan rekam medis pasien BPJS maupun pasien umum.

c. Etika publik

22
Penulisan data medis dengan jujur sesuai dengan keahlian, dan

penyimpanan dokumen dengan baik dan bersifat rahasia, kecuali atas

permintaan pasien sendiri untuk membuka kerahasiaan data medisnya

untuk keperluan tertentu.

d. Komitmen mutu

Pendokumenan data medis secara lengkap, sistematis dan sebenar-

benarnya. Tahapan ini membutuhkan koordinasi dengan rekan kerja

yang bertanggung jawab di loket untuk penyimpanan yang baik dengan

metode pendokumenan data medis yang mudah diaplikasikan dan cepat

dalam pencarian, sehingga akan mempercepat pelayanan.

2. Melakukan anamnesa pasien

a. Akuntabilitas

Melakukan anamnesa sesuai ilmu kedokteran untuk mengetahui

perjalanan penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu sampai riwayat

penyakit keluarga.

b. Nasionalisme

Melakukan anamnesa kepada pasien tanpa membedakan jenis kelamin,

ras, agama dan sosial ekonominya, semua memperoleh kesempatan

yang sama baik dari waktu dan pertanyaan yang merujuk pada

penyakitnya.

c. Etika Publik

Melakukan anamnesa dengan sikap sopan, santun, ramah dan penuh

empati. Tidak memaksa pasien untuk menjawab pertanyaan yang

menyangkut rahasia pribadi, yang sangat dirahasiakannya.

d. Komitmen Mutu

23
Melakukan anamnesa dengan efektif dan efisien yang bisa dijadikan

petunjuk untuk menegakkan diagnosa. Berkoordinasi dengan rekan

perawat untuk menggali ulang pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas

yang mungkin pertanyaan penulis tidak di mengerti oleh pasien

3. Melakukan pemeriksaan fisik

a. Akuntabilitas

Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap, sistematis dan profesional

sesuai dengan keluhan dan mencocokkan pernyataan yang didapat saat

anamnesa dengan apa saja yang didapat pada pasien saat pemeriksaan

fisik (lihat, raba, dengar).

b. Nasionalisme

Melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien tanpa membedakan jenis

kelamin, ras, agama dan sosial ekonominya, semua pasien

mendapatkan kesempatan yang sama untuk diperiksa.

c. Etika Publik

Meminta ijin kepada pasien sebelum melakukan pemeriksaan fisik,

melakukan pemeriksaan fisik dengan baik dan benar sesuai keilmuan

dan kompetensi.

d. Komitmen Mutu

Melakukan pemeriksaan fisik dengan efektif dan efisien sesuai keilmuan,

kompetensi dan standar operasional prosedur yang ada. Berkoordinasi

dengan rekan perawat untuk membantu dalam pemeriksaan tanda-tanda

vital pasien (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu) dan data yang

mendukung dalam pemberian terapi (berat badan)

24
4. Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium (bila diperlukan)

a. Akuntabilitas

Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium kepada pasien yang

benar-benar membutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk membantu

menegakkan suatu diagnosa.

b. Nasionalisme

Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium kepada pasien yang

membutuhkan pemeriksaan laboratorium tanpa membedakan pasien

BPJS maupun pasien umum.

c. Etika Publik

Memberikan informasi terlebih dahulu kepada pasien tentang tujuan

pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan.

d. Komitmen Mutu

Penulisan permintaan pemeriksaan laboratorium harus jelas baik

penulisan nama pasien, umur pasien, alamat pasien dan permintaan

pemeriksaan yang diminta, untuk mencegah kesalahan dalam

mengambil sample darah oleh petugas laboratorium dan pemeriksaan

darah yang diminta. Berkoordinasi dengan rekan analis kesehatan dalam

mengkolaborasikan hasil pemeriksaan laboratorium dengan gejala klinis

yang di temukan pada pasien dalam membantu menentukan diagnosis

dan program terapi yang akan diberikan, hal ini untuk mengantisipasi

adanya human error (false negatif maupun false positif)

e. Anti korupsi

Tidak menuliskan pengantar permintaan pemeriksaan laboratorium yang

tidak membantu dalam penegakan diagnosa.

25
5. Menegakkan diagnosa

a. Akuntabilitas

Menentukan diagnosa semua penyakit yang dapat dipertanggung

jawabkan sesuai dengan keilmuan dan kompetensi.

b. Etika publik

Menjelaskan diagnosa dan diagnosa bandingnya kepada pasien atau

keluarga pasien jika diijinkan oleh pasien.

c. Komitmen Mutu

Menentukan diagnosa dengan sebaik-baiknya sesuai dengan keilmuan

dan kompetensi berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan laboratorium bila ada.

d. Anti korupsi

Memberikan diagnosa dengan jujur sesuai penyakit pasien. Pada ruang

perawatan tidak memberikan diagnosa yang berlebihan dengan harapan

pasien yang tidak ada indikasi rawat inap dianjurkan untuk rawat inap.

6. Membuat program terapi

a. Akuntabilitas

Membuat program terapi yang sesuai berdasarkan diagnosa yang telah

di tegakkan menurut keilmuan dan kompetensi serta dapat

dipertanggung jawabkan.

b. Nasionalisme

Membuat program terapi yang sesuai dengan kondisi pasien tanpa

membedakan status sosial ekonomi pasien.

c. Etika publik

26
Menjelaskan tujuan dan aturan program terapi yang diberikan kepada

pasien secara jelas dan mudah di fahami pasien.

d. Komitmen mutu

Memberikan program terapi yang rasional secara efektif dan efisien.

Pada ruang perawatan penulis berkoordinasi dengan rekan perawat

untuk mengontrol pelaksanaan pemberian program terapi.

e. Anti korupsi

Tidak menambahkan obat yang tidak sesuai dengan diagnosa pada

resep pasien, dengan tujuan untuk keuntungan pribadi.

7. Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien

a. Akuntabilitas

Mengkomunikasikan, menginformasikan dan mengedukasi pasien

tentang penyakitnya sesuai dengan keilmuan dan kompetensi

b. Nasionalisme

Menyampaikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada semua

pasien, tanpa membedakan status sosial ekonomi pasien, baik terhadap

pasien BPJS maupun pasien umum.

c. Etika publik

Menyampaikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien

dengan sopan, ramah dan bahasa yang mudah di mengerti oleh pasien,

memberi kesempatan pasien untuk bertanya jika masih belum mengerti.

d. Komitmen Mutu

Menyampaikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang berkualitas dan

dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien sesuai dengan

27
keilmuan dan kompetensi sehingga pasien menjadi faham dengan

penyakitnya serta segala yang dianjurkan dan dilarang untuk pasien.

8. Persiapan alat dan bahan habis pakai

a. Akuntabilitas

Mempersiapkan alat dan bahan habis pakai sesuai dengan standart

pelayanan tindakan medis yang akan dilakukan.

b. Nasionalisme

Mempersiapkan alat dan bahan sesuai dengan standart pelayanan

tindakan medis tanpa membedakan status sosial ekonomi pasien, baik

pasien BPJS maupun pasien umum

c. Komitmen Mutu

Menyediakan bahan habis pakai yang di butuhkan sesuai standart

pelayanan tindakan medis. Melakukan koordinasi dengan rekan perawat

untuk mensterilisasikan dulu alat-alat yang akan di gunakan untuk

tindakan medis, hal ini untuk mengurangi terjadinya komplikasi setelah

tindakan medis.

d. Anti korupsi

Tidak memungut biaya bahan habis pakai pada pasien BPJS, tidak

memungut biaya bahan habis pakai lebih dari yang ditetapkan perda

pada pasien umum

9. Tindakan medis

a. Akuntabilitas

Melakukan tindakan medis sesuai dengan standart operasional prosedur

dan melakukannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan keilmuan dan

kompetensi.

28
b. Nasionalisme

Melakukan tindakan medis sesuai dengan standart operasional prosedur

tanpa membedakan status sosial ekonomi pasien, baik pada pasien

BPJS maupun pasien umum.

c. Etika publik

Membuat informed consent sebelum tindakan medis, menerangkan

kepada pasien, bagaimana tindakan medis yang akan di lakukan.

d. Komitmen Mutu

Melakukan tindakan medis dengan sebaik-baiknya sesuai Standar

operational prosedur. Berkoordinasi dengan rekan perawat untuk

membantu dalam pelaksanaan tindakan medis yang dilakukan.

e. Anti korupsi

Tidak memungut biaya tindakan medis pada pasien BPJS dan tidak

memungut biaya lebih dari yang ditetapkan oleh perda pada pasien

umum.

10. Kunjungan (Visite) untuk mengikuti kemajuan kondisi pasien

a. Akuntabilitas

Kunjungan setiap hari untuk mengikuti kemajuan kondisi pasien,

mengevaluasi program terapi pasien yang telah diberikan dan membuat

perencanaan program terapi selanjutnya sesuai kemajuan kondisi

pasien.

b. Nasionalisme

Kunjungan untuk mengikuti kemajuan kondisi semua pasien tanpa

membedakan status sosial ekonomi pasien, baik pasien BPJS maupun

pasien umum.

29
c. Etika publik

Kunjungan untuk mengikuti kemajuan kondisi pasien dengan sikap yang

ramah, bahasa yang sopan serta memberikan dukungan kepada pasien

dan keluarganya.

d. Komitmen mutu.

Kunjungan untuk mengevaluasi kemajuan kondisi pasien dengan teliti,

sebaik-baiknya dan sistematis sesuai prinsip SOAP yaitu terdiri dari

keluhan pasien (subjektif), hasil pemeriksaan pasien (Objektif), Diagnosa

pasien (Assessment) dan terapi yang akan diberikan (Planning).

Berkoordinasi dengan rekan perawat untuk tetap mengontrol

pelaksanaan pemberian program terapi yang telah direncanakan.

11. Membuat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (bila diperlukan)

a. Akuntabilitas

Membuat pengantar rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (rumah

sakit) kepada pasien yang benar-benar membutuhkan pemeriksaan dan

penanganan lebih lanjut.

b. Nasionalisme

Membuat surat rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap (Rumah sakit)

kepada pasien yang membutuhkan pemeriksaan dan penanganan lebih

lanjut tanpa membedakan pasien BPJS maupun pasien umum.

c. Etika Publik

Memberikan informasi terlebih dahulu kepada pasien dan keluarganya

tentang tujuan rujukan yang akan dilakukan.

d. Komitmen Mutu

30
Penulisan permintaan / surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2

(Rumah sakit) harus jelas baik penulisan nama pasien, umur pasien,

alamat pasien dan diagnosa serta pengobatan di fasilitas kesehatan

sebelumnya, untuk mencegah kesalahan dalam penanganan persiapan

rujukan sampai ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (Rumah sakit) oleh

petugas paramedis dan bagian yang akan di tuju di fasilitas kesehatan

tingkat 2 (Rumah sakit). Berkoordinasi dengan rekan paramedis dalam

mengkolaborasikan hasil pemeriksaan dan penanganan sebelumnya

dengan perkembangan gejala klinis yang di temukan pada pasien dalam

membantu menentukan diagnosis dan program terapi yang telah

diberikan, hal ini untuk mengantisipasi adanya human error (mall

praktek)

e. Anti korupsi

Tidak menuliskan pengantar / surat rujukan Rumah sakit kepada pasien

yang tidak sesuai indikasi, tetapi hanya diberikan kepada pasien yang

benar-benar membutuhkan penanganan lebih lanjut.

31
C. JADWAL KEGIATAN AKTUALISASI

Adapun jadwal kegiatan aktualisasi dilaksanakan sesuai dengan tabel berikut.

Tabel 3.1. Jadwal rencana tahapan kegiatan

TAHAPAN KEGIATAN
NO KEGIATAN NOVEMBER 2015 OUTPUT / HASIL KEGIATAN
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1. Melapor dan Tercapainya kesepakatan dan

berkonsultasi ke Atasan persetujuan kepala puskesmas terhadap

atau Mentor kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Koordinasi dengan staf Tercapainya Komitmen bersama antara

dan paramedis semua staf puskesmas untuk

puskesmas meningkatkan mutu pelayanan.

3. Pelaksanaan Aktualisasi Tercapainya penerapan aktualisasi

ANEKA ANEKA dalam pelayanan medik dokter

1. Mengisi data medis ke umum di puskesmas

lembar rekam medis

2. Melakukan anamnesa

32
pasien

3. Melakukan

pemeriksaan fisik

4. Membuat pengantar

pemeriksaan

laboratorium

5. Menegakkan diagnosa

6. Membuat program

terapi

7. Komunikasi, Informasi

dan edukasi kepada

pasien

8. Persiapan alat dan

bahan habis pakai

9. Tindakan medis

33
10. Kunjungan (visite)

untuk mengikuti

kemajuan kondisi pasien

11. Membuat rujukan ke

fasilitas kesehatan tingkat

2 (bila diperlukan)

4. Menyusun Laporan Laporan akhir aktualisasi ANEKA akan

aktualisasi digunakan sebagai pedoman untuk

peningkatan mutu pelayanan puskesmas

34
BAB IV

CAPAIAN AKTUALISASI

A. CAPAIAN KEGIATAN

Dalam melaksanakan aktualisasi di Puskesmas Tambora, terdapat 11

(sebelas) tahapan kegiatan sesuai dengan rancangan yang diaktualisasikan.

Berikut ini adalah penjelasan 11 (sebelas) tahapan kegiatan yang dilakukan

selama aktualisasi:

1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

a. Capaian Kegiatan

Pada tahapan kegiatan ini, penulis mengisikan data-data medis

yang didapat dari anamnesa, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium

(bila ada) sampai diagnosa dan terapi yang diberikan. Tahap kegiatan

ini dilakukan baik pada pasien rawat jalan, pasien tindakan maupun

pasien rawat inap. Penulis berkoordinasi dengan rekan kerja yang

bertanggung jawab di loket untuk selalu menyelenggarakan

penyimpanan rekam medis yang baik, mudah diaplikasikan dan cepat

dalam pencarian, sehingga akan mempercepat pelayanan.

Pada tahap ini terdapat 2 hambatan yaitu :

1. Pada pelayanan di loket yang lama, metode yang digunakan

kurang baik karena metode yang digunakan dalam pencatatan

rekam medis dengan memakai satu buku untuk mencatat data

medis satu anggota keluarga serta petugas yang sering terlambat

datang. Pemecahannya dengan menambah tenaga loket dengan

menunjuk petugas p-care sebagai tenaga loket sekaligus

35
bertanggung jawab khusus untuk penyimpanan rekam medis,

penulis mencoba berinovasi untuk merubah metode pencatatan

rekam medis. Metode pencatatan yang dulunya memakai satu

buku untuk satu anggota keluarga membutuhkan waktu yang lama

dalam mencari rekam medis yang diinginkan, jika hilang maka

hilang semua data medis satu anggota keluarga, oleh karena itu

penulis berinovasi untuk membuat rekam medis satu rekam medis

untuk mencatat data medis satu orang dengan sistem

penomoran, adanya inovasi ini diharapkan lebih mudah dan cepat

dalam mencari rekam medis seorang pasien dengan begitu

pelayanan akan lebih cepat. Sementara untuk terlambat

datangnya petugas masih susah untuk di perbaiki, mungkin ini

bisa penulis wujudkan melalui kerjasama dengan atasan saat

minilokakarya untuk membuat komitmen bersama akan datang

dan pulang tepat pada waktunya.

2. Rekam medis banyak yang hilang saat dilakukan input data p-care

oleh petugas, Pemecahannya dengan melakukan input data p-

care hanya di saat jam kerja saja di lingkungan puskesmas, tapi

hal ini terkendala oleh tidak stabilnya sinyal di area puskesmas.

Dengan pemecahan masalah diatas tahapan kegiatan ini bisa

terlaksana tapi masih ada sedikit kendala.

b. Nilai dasar

a. Akuntabilitas

Mencatat semua data medis dengan lengkap, sistematis dan

sebenar-benarnya ke dalam rekam medis baik yang di dapatkan


36
dari anamnesa, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium (bila ada)

sampai penegakan diagnosa dan pemberian program terapi.

b. Nasionalisme

Membuat rekam medis yang lengkap untuk semua pasien tanpa

membedakan rekam medis pasien BPJS maupun pasien umum.

c. Etika publik

Penulisan data medis dengan jujur sesuai dengan keahlian, dan

penyimpanan dokumen dengan baik dan bersifat rahasia, kecuali

atas permintaan pasien sendiri untuk membuka kerahasiaan data

medisnya untuk keperluan tertentu.

d. Komitmen mutu

Pendokumenan data medis secara lengkap, sistematis dan

sebenar-benarnya. Tahapan ini membutuhkan koordinasi dengan

rekan kerja yang bertanggung jawab di loket untuk penyimpanan

yang baik dengan metode pendokumenan data medis yang

mudah diaplikasikan dan cepat dalam pencarian, sehingga akan

mempercepat pelayanan.

2. Melakukan anamnesa pasien

a. Capaian kegiatan

Pada tahapan kegiatan ini, penulis melakukan tanya jawab

untuk menggali informasi pasien tentang perjalanan penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu sampai riwayat penyakit keluarga.

Tahap kegiatan ini dilakukan baik pada pasien rawat jalan, pasien

tindakan maupun pasien rawat inap. Penulis berkoordinasi dengan

rekan perawat untuk memperjelas anamnesa yang dilakukan.

37
Pada tahap ini terdapat hambatan yaitu keluhan pasien yang

dirasa banyak saat dilakukan anamnesa sehingga pengeluaran obat

menjadi inefisien. Pemecahannya dengan menetapkan kembali

keluhan utama pasien dengan anamnesa yang lebih dalam dan

pemeriksaan fisik yg lebih teliti sehingga dengan didapatnya keluhan

utama pada pasien maka program terapi yang di berikan bisa lebih

efektif dan efisien. Dengan pemecahan masalah diatas tahapan

kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik.

b. Nilai Dasar

a. Akuntabilitas

Melakukan anamnesa sesuai ilmu kedokteran untuk mengetahui

perjalanan penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu sampai

riwayat penyakit keluarga.

b. Nasionalisme

Melakukan anamnesa kepada pasien tanpa membedakan jenis

kelamin, ras, agama dan sosial ekonominya, semua memperoleh

kesempatan yang sama baik dari waktu dan pertanyaan yang

merujuk pada penyakitnya.

c. Etika Publik

Melakukan anamnesa dengan sikap sopan, santun, ramah dan

penuh empati. Tidak memaksa pasien untuk menjawab

pertanyaan yang menyangkut rahasia pribadi, yang sangat

dirahasiakannya.

38
d. Komitmen Mutu

Melakukan anamnesa dengan efektif dan efisien yang bisa

dijadikan petunjuk untuk menegakkan diagnosa. Berkoordinasi

dengan rekan-rekan perawat untuk menggali ulang pertanyaan-

pertanyaan yang kurang jelas yang mungkin pertanyaan penulis

tidak di mengerti oleh pasien

3. Melakukan pemeriksaan fisik

a. Capaian Kegiatan

Pada tahap kegiatan ini dokter melakukan pemeriksaan fisik

secara lengkap, sistematis dan profesional sesuai dengan keluhan

dan mencocokkan pernyataan yang didapat saat anamnesa dengan

apa saja yang didapat pada pasien saat pemeriksaan fisik (lihat, raba,

dengar). Tahapan ini dokter berkoordinasi dengan rekan perawat

untuk membantu dalam pemeriksaan tanda-tanda vital pasien

(tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu) dan data yang mendukung

dalam pemberian terapi (berat badan). Dengan adanya koordinasi itu

tahapan kegiatan ini terlaksana dengan baik.

b. Nilai Dasar

a. Akuntabilitas

Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap, sistematis dan

profesional sesuai dengan keluhan dan mencocokkan pernyataan

yang didapat saat anamnesa dengan apa saja yang didapat pada

pasien saat pemeriksaan fisik (lihat, raba, dengar).

39
b. Nasionalisme

Melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien tanpa membedakan

jenis kelamin, ras, agama dan sosial ekonominya, semua pasien

mendapatkan kesempatan yang sama untuk diperiksa.

c. Etika Publik

Meminta ijin kepada pasien sebelum melakukan pemeriksaan

fisik, melakukan pemeriksaan fisik dengan baik dan benar sesuai

keilmuan dan kompetensi.

d. Komitmen Mutu

Melakukan pemeriksaan fisik dengan efektif dan efisien sesuai

keilmuan, kompetensi dan standar operasional prosedur yang

ada. Berkoordinasi dengan rekan perawat untuk membantu dalam

pemeriksaan tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, nadi,

pernafasan, suhu) dan data yang mendukung dalam pemberian

terapi (berat badan)

4. Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium (bila diperlukan)

a. Capaian Kegiatan

Pada tahap kegiatan ini dokter membuatkan pengantar pemeriksaan

laboratorium kepada pasien yang benar-benar membutuhkan

pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan suatu

diagnosa. Tahapan ini dokter berkoordinasi dengan rekan analis

kesehatan dalam mengkolaborasikan hasil pemeriksaan laboratorium

dengan gejala klinis yang di temukan pada pasien dalam membantu

menentukan diagnosis dan program terapi yang akan diberikan, hal ini

untuk mengantisipasi adanya human error (false negatif maupun false

40
positif). Dengan adanya koordinasi itu tahapan kegiatan ini terlaksana

dengan baik.

b. Nilai Dasar

a. Akuntabilitas

Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium kepada pasien

yang benar-benar membutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk

membantu menegakkan suatu diagnosa.

b. Nasionalisme

Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium kepada pasien

yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium tanpa

membedakan pasien BPJS maupun pasien umum.

c. Etika Publik

Memberikan informasi terlebih dahulu kepada pasien tentang

tujuan pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan.

d. Komitmen Mutu

Penulisan permintaan pemeriksaan laboratorium harus jelas baik

penulisan nama pasien, umur pasien, alamat pasien dan

permintaan pemeriksaan yang diminta, untuk mencegah

kesalahan dalam mengambil sample darah oleh petugas

laboratorium dan pemeriksaan darah yang diminta. Berkoordinasi

dengan rekan analis kesehatan dalam mengkolaborasikan hasil

pemeriksaan laboratorium dengan gejala klinis yang di temukan

pada pasien dalam membantu menentukan diagnosis dan

program terapi yang akan diberikan, hal ini untuk mengantisipasi

adanya human error (false negatif maupun false positif)

41
e. Anti korupsi

Tidak menuliskan pengantar permintaan pemeriksaan

laboratorium yang tidak membantu dalam penegakan diagnosa

5. Menegakkan diagnosa

a. Capaian kegiatan

Pada tahapan kegiatan ini dokter harus menentukan diagnosa semua

penyakit yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai keilmuan dan

kompetensi, dengan sebaik-baiknya dan jujur sesuai penyakit pasien

berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium bila ada. Dengan terlaksananya tahapan-tahapan

kegiatan sebelumnya maka tahapan kegiatan ini pun terlaksana

dengan baik.

b. Nilai Dasar

a. Akuntabilitas

Menentukan diagnosa semua penyakit yang dapat dipertanggung

jawabkan sesuai dengan keilmuan dan kompetensi.

b. Etika publik

Menjelaskan diagnosa dan diagnosa bandingnya kepada pasien

atau keluarga pasien jika diijinkan oleh pasien.

c. Komitmen Mutu

Menentukan diagnosa dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

keilmuan dan kompetensi berdasarkan hasil anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium bila ada.

42
d. Anti korupsi

Memberikan diagnosa dengan jujur sesuai penyakit pasien. Pada

ruang perawatan tidak memberikan diagnosa yang berlebihan

dengan harapan pasien yang tidak ada indikasi rawat inap

dianjurkan untuk rawat inap.

6. Membuat program terapi

a. Capaian kegiatan

Pada tahapan kegiatan ini dokter membuat program terapi yang

rasional secara efektif dan efisien berdasarkan diagnosa yang telah di

tegakkan menurut keilmuan dan kompetensi serta dapat

dipertanggung jawabkan, pada tahapan ini dokter berkoordinasi

dengan rekan perawat untuk mengontrol pelaksanaan pemberian

program terapi.

Pada tahap ini terdapat hambatan yaitu program terapi yang di

berikan kepada pasien tidak tuntas di jalani, terutama program terapi

untuk penyakit malaria. Pemecahannya dengan memulangkan pasien

kalau sudah menyelesaikan program terapi yang harus di jalani dan

telah benar-benar sembuh, untuk pasien rawat jalan penulis

berinovasi untuk membentuk tim pengawas minum obat di tiap dusun,

dengan berkoordinasi dengan bidan puskesmas yang tinggal di tiap

dusun, para bidan dusun menerima nama-nama pasien yang

mendapatkan terapi rawat jalan serta program pengobatan dengan

dosis yang sesuai dengan pasien yang sedang di terapi. Pasien

minum obat dihadapan petugas pemantau minum obat dan selesai

minum obat, pasien atau keluarganya menanda tangani lembaran

43
laporan pemantauan minum obat yang ada di petugas, pada akhir

bulan para bidan dusun menyerahkan laporan pemantauan minum

obat ke pemegang program malaria. Dengan teratasinya masalah

yang muncul dan terlaksananya inovasi, tahapan kegiatan ini

terlaksana dengan baik

b. Nilai Dasar

a. Akuntabilitas

Membuat program terapi yang sesuai berdasarkan diagnosa yang

telah di tegakkan menurut keilmuan dan kompetensi serta dapat

dipertanggung jawabkan.

b. Nasionalisme

Membuat program terapi yang sesuai dengan kondisi pasien

tanpa membedakan status sosial ekonomi pasien.

c. Etika publik

Menjelaskan tujuan dan aturan program terapi yang diberikan

kepada pasien secara jelas dan mudah di fahami pasien.

d. Komitmen mutu

Memberikan program terapi yang rasional secara efektif dan

efisien. Pada ruang perawatan penulis berkoordinasi dengan

rekan perawat untuk mengontrol pelaksanaan pemberian program

terapi.

e. Anti korupsi

Tidak menambahkan obat yang tidak sesuai dengan diagnosa

pada resep pasien, dengan tujuan untuk keuntungan pribadi.

44
7. Komunikasi, Informasi, Edukasi kepada pasien

a. Capaian kegiatan

Pada tahapan kegiatan ini dokter melakukan komunikasi, informasi

dan edukasi pasien tentang penyakitnya, penyampaian yang

berkualitas dan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien

sesuai dengan keilmuan dan kompetensi sehingga pasien menjadi

faham dengan penyakitnya serta segala yang dianjurkan dan dilarang

untuk pasien, disampaikan dengan sopan, ramah dan memberi

kesempatan pasien untuk bertanya jika masih belum mengerti.

Tahapan kegiatan ini merupakan tahapan yang paling akhir dari

pelayanan dan sangat penting untuk berhasilnya pengobatan.

Tahapan ini terlaksana tapi ada sedikit kendala perbedaan bahasa

pasien dengan dokter, berkoordinasi dengan rekan perawat jaga untuk

sedikit menerjemahkan bahasa dokter kepada pasien hal itu bisa

teratasi.

b. Nilai Dasar

a. Akuntabilitas

Mengkomunikasikan, menginformasikan dan mengedukasi pasien

tentang penyakitnya sesuai dengan keilmuan dan kompetensi

b. Nasionalisme

Menyampaikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada semua

pasien, tanpa membedakan status sosial ekonomi pasien, baik

terhadap pasien BPJS maupun pasien umum.

45
c. Etika publik

Menyampaikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien

dengan sopan, ramah dan bahasa yang mudah di mengerti oleh

pasien, memberi kesempatan pasien untuk bertanya jika masih

belum mengerti.

d. Komitmen Mutu

Menyampaikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang

berkualitas dan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh

pasien sesuai dengan keilmuan dan kompetensi sehingga pasien

menjadi faham dengan penyakitnya serta segala yang dianjurkan

dan dilarang untuk pasien.

8. Persiapan alat dan bahan habis pakai

a. Capaian kegiatan

Mempersiapkan alat dan bahan habis pakai sesuai dengan

standart pelayanan tindakan medis yang akan dilakukan,

berkoordinasi dengan rekan perawat untuk mensterilisasikan dulu alat-

alat yang akan di gunakan untuk tindakan medis, hal ini untuk

mengurangi terjadinya komplikasi setelah tindakan medis. Dengan

adanya kerjasama yang baik dengan rekan perawat maka tahapan

kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik

b. Nilai Dasar

a. Akuntabilitas

Mempersiapkan alat dan bahan habis pakai sesuai dengan

standart pelayanan tindakan medis yang akan dilakukan.

46
b. Nasionalisme

Mempersiapkan alat dan bahan sesuai dengan standart

pelayanan tindakan medis tanpa membedakan status sosial

ekonomi pasien, baik pasien BPJS maupun pasien umum

c. Komitmen mutu

Melakukan koordinasi dengan rekan perawat untuk

mensterilisasikan dulu alat-alat yang akan di gunakan untuk

tindakan medis, hal ini untuk mengurangi terjadinya komplikasi

setelah tindakan medis. Menyediakan bahan habis pakai yang di

butuhkan sesuai standart pelayanan tindakan medis.

d. Anti korupsi

Tidak memungut biaya bahan habis pakai pada pasien BPJS,

tidak memungut biaya bahan habis pakai lebih dari yang

ditetapkan perda pada pasien umum.

Mempersiapkan alat dan bahan habis pakai sesuai dengan

standart tindakan dan mensterilisasikan terlebih dahulu sebelum

tindakan akan meminimalkan terjadinya infeksi, sehingga

mempercepat kesembuhan luka pasca tindakan, dengan begitu mutu

pelayanan kesehatan akan meningkat.

Bila tahapan kegiatan ini tidak dilakukan maka memperlambat

saat melakukan tahap kegiatan tindakan medis, kurang sterilnya alat

medis bisa menyebabkan terjadinya infeksi setelah tindakan medis.

Akibatnya pelayanan menjadi lama dan memperlama penyembuhan

penyakit yang di derita pasien, hal ini akan menurunkan kualitas

pelayanan yang bisa berdampak pada menurunnya mutu pelayanan.

47
9. Tindakan medis

a. Capaian kegiatan

Pada tahapan ini dokter melakukan tindakan medis dengan

sebaik-baiknya sesuai dengan standart operasional prosedur dan

melakukannya berdasarkan keilmuan dan kompetensi, membuat

informed consent sebelum tindakan medis, menerangkan kepada

pasien, bagaimana tindakan medis yang akan di lakukan. Tahapan ini

membutuhkan koordinasi dengan rekan perawat untuk membantu

dalam pelaksanaan tindakan medis yang dilakukan. Dengan adanya

kerjasama yang baik dengan rekan perawat maka tahapan kegiatan

ini bisa terlaksana dengan baik

Pada tahap kegiatan ini terdapat 2 hambatan, yaitu :

1. Skill perawat yang masih kurang untuk membantu dalam

melakukan tindakan medis, Pemecahannya dengan memotivasi

para perawat junior berlatih skill terutama dengan perawat

seniornya dan memberikan bimbingan jika diperlukan serta

dengan mengikuti seminar dan workshop jika ada.

2. Peralatan medis untuk tindakan medis banyak yang sudah hilang

dan rusak, Pemecahannya dengan melengkapi kembali peralatan

yang tidak ada bisa dengan beli langsung memakai uang kas

ruang perawatan atau usulan pengadaan ke dinas dengan dana

kapitasi.

Dengan pemecahan masalah diatas tahapan kegiatan ini bisa

terlaksana dengan baik.

48
b. Nilai Dasar

a. Akuntabilitas

Melakukan tindakan medis sesuai dengan standart operasional

prosedur dan melakukannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan

keilmuan dan kompetensi.

b. Nasionalisme

Melakukan tindakan medis sesuai dengan standart operasional

prosedur tanpa membedakan status sosial ekonomi pasien, baik

pada pasien BPJS maupun pasien umum.

c. Etika publik

Membuat informed consent sebelum tindakan medis,

menerangkan kepada pasien, bagaimana tindakan medis yang

akan di lakukan.

d. Komitmen mutu

Melakukan tindakan medis dengan sebaik-baiknya sesuai Standar

operational prosedur. Berkoordinasi dengan rekan perawat untuk

membantu dalam pelaksanaan tindakan medis yang dilakukan.

e. Anti korupsi

Tidak memungut biaya tindakan medis pada pasien BPJS dan

tidak memungut biaya lebih dari yang ditetapkan oleh perda pada

pasien umum.

10. Kunjungan (Visite) untuk mengikuti kemajuan kondisi pasien.

a. Capaian kegiatan

Pada tahapan kegiatan ini dokter melakukan kunjungan ke

pasien rawat inap setiap hari, mengevaluasi kemajuan kondisi pasien

49
dengan teliti, sebaik-baiknya dan sistematis sesuai prinsip SOAP yaitu

terdiri dari keluhan pasien (subjektif), hasil pemeriksaan pasien

(Objektif), Diagnosa pasien (Assessment) dan terapi yang akan

diberikan (Planning), mengevaluasi program terapi pasien yang telah

diberikan dan membuat perencanaan program terapi selanjutnya

sesuai kemajuan kondisi pasien. Tahap ini dokter berkoordinasi

dengan rekan perawat untuk tetap mengontrol pelaksanaan

pemberian program terapi yang telah direncanakan. Dengan adanya

kerjasama yang baik dengan rekan perawat maka tahapan kegiatan

ini bisa terlaksana dengan baik

b. Nilai dasar

a. Akuntabilitas

Kunjungan setiap hari untuk mengikuti kemajuan kondisi pasien,

mengevaluasi program terapi pasien yang telah diberikan dan

membuat perencanaan program terapi selanjutnya sesuai

kemajuan kondisi pasien.

b. Nasionalisme

Kunjungan untuk mengikuti kemajuan kondisi semua pasien tanpa

membedakan status sosial ekonomi pasien, baik pasien BPJS

maupun pasien umum.

c. Etika publik

Kunjungan untuk mengikuti kemajuan kondisi pasien dengan sikap

yang ramah, bahasa yang sopan serta memberikan dukungan

kepada pasien dan keluarganya.

d. Komitmen mutu

50
Kunjungan untuk mengevaluasi kemajuan kondisi pasien dengan

teliti, sebaik-baiknya dan sistematis sesuai prinsip SOAP yaitu

terdiri dari keluhan pasien (subjektif), hasil pemeriksaan pasien

(Objektif), Diagnosa pasien (Assessment) dan terapi yang akan

diberikan (Planning). Berkoordinasi dengan rekan perawat untuk

tetap mengontrol pelaksanaan pemberian program terapi yang

telah direncanakan.

11. Membuat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (bila diperlukan)

a. Capaian Kegiatan

Penulis membuat pengantar rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2

(rumah sakit) kepada pasien yang benar-benar membutuhkan

pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut, tanpa membedakan pasien

BPJS maupun pasien umum, sebelumnya memberikan informasi

terlebih dahulu kepada pasien dan keluarganya tentang tujuan rujukan

yang akan dilakukan. Penulisan permintaan / surat rujukan ke fasilitas

kesehatan tingkat 2 (Rumah sakit) harus jelas baik penulisan nama

pasien, umur pasien, alamat pasien dan diagnosa serta pengobatan di

fasilitas kesehatan sebelumnya, untuk mencegah kesalahan dalam

penanganan persiapan rujukan sampai ke fasilitas kesehatan tingkat 2

(Rumah sakit) oleh petugas paramedis dan bagian yang akan di tuju di

fasilitas kesehatan tingkat 2 (Rumah sakit), surat rujukan tidak

diberikan kepada pasien yang tidak sesuai indikasi, tetapi hanya

diberikan kepada pasien yang benar-benar membutuhkan

penanganan lebih lanjut.

51
b. Nilai dasar

a. Akuntabilitas

Membuat pengantar rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2

(rumah sakit) kepada pasien yang benar-benar membutuhkan

pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

b. Nasionalisme

Membuat surat rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap (Rumah

sakit) kepada pasien yang membutuhkan pemeriksaan dan

penanganan lebih lanjut tanpa membedakan pasien BPJS

maupun pasien umum.

c. Etika Publik

Memberikan informasi terlebih dahulu kepada pasien dan

keluarganya tentang tujuan rujukan yang akan dilakukan.

d. Komitmen Mutu

Penulisan permintaan / surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat

2 (Rumah sakit) harus jelas baik penulisan nama pasien, umur

pasien, alamat pasien dan diagnosa serta pengobatan di fasilitas

kesehatan sebelumnya, untuk mencegah kesalahan dalam

penanganan persiapan rujukan sampai ke fasilitas kesehatan

tingkat 2 (Rumah sakit) oleh petugas paramedis dan bagian yang

akan di tuju di fasilitas kesehatan tingkat 2 (Rumah sakit).

Berkoordinasi dengan rekan paramedis dalam mengkolaborasikan

hasil pemeriksaan dan penanganan sebelumnya dengan

perkembangan gejala klinis yang di temukan pada pasien dalam

membantu menentukan diagnosis dan program terapi yang telah

52
diberikan, hal ini untuk mengantisipasi adanya human error (mall

praktek)

e. Anti korupsi

Tidak menuliskan pengantar / surat rujukan Rumah sakit kepada

pasien yang tidak sesuai indikasi, tetapi hanya diberikan kepada

pasien yang benar-benar membutuhkan penanganan lebih lanjut.

B. ANALISIS DAMPAK AKTUALISASI

1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

Dengan melakukan pencatatan data medis pasien pada rekam

medis, semua data medis pasien akan tersimpan di puskesmas dengan

rapi, hal ini akan mempermudah dan memperbaiki pelayanan kami

kepada masyarakat, dengan begitu ini akan meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan yang kita selenggarakan.

Bila kegiatan ini tidak dilakukan, maka pelayanan yang kita lakukan

akan semakin lama, karena catatan data medis sebelumnya yang di

butuhkan untuk pelayanan tidak tersedia.

2. Melakukan anamnesa pasien

Dengan melakukan anamnesa yang lengkap akan membantu

menegakkan diagnosa, dari anamnesa yang benar dapat menegakkan 50-

70% diagnosa, dengan benarnya diagnosa maka terapi yang diberikan

juga benar, dengan begitu mutu pelayanan kesehatan juga akan baik.

Dalam pembuatan anamnesa juga tanpa memandang status ekonomi

pasien dan juga dengan sikap ramah dan penuh empati sehingga pasien

jadi lebih terbuka dan nyaman dalam menyampaikan keluhan sehingga

bisa kita gali informasi yang lebih dalam lagi.

53
Bila kegiatan ini tidak dilakukan maka dokter tidak dapat

mengetahui apa saja yang dikeluhkan pasien. Akibatnya tidak dapat

menegakkan diagnosa sehingga program terapi yang di berikan juga tidak

tepat sehingga pelayanan menjadi buruk.

3. Melakukan pemeriksaan fisik

Dengan melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap, profesional

akan membantu menegakkan diagnosa, dengan benarnya diagnosa maka

terapi yang diberikan juga benar, dengan begitu mutu pelayanan

kesehatan juga akan baik. Dalam pemeriksaan fisik harus tanpa

memandang status sosial ekonomi, seijin pasien dan dilakukan dengan

baik dan benar sehingga pasien kooperatif dengan apa yang akan kita

lakukan itu akan membantu penegakan diagnosa

Bila kegiatan ini tidak dilakukan maka dokter tidak dapat

mengetahui kebenaran dari yang dikeluhkan pasien karena dokter tidak

bisa mencocokkan pernyataan yang didapat saat anamnesa dengan apa

saja yang didapat pada pasien saat pemeriksaan fisik dengan melihat,

meraba dan mendengar. Akibatnya tidak dapat menegakkan diagnosa

sehingga program terapi yang di berikan juga tidak tepat sehingga

pelayanan menjadi buruk

4. Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium

Pengantar pemeriksaan laboratorium diberikan sesuai indikasi

pasien, pada kasus-kasus tertentu sangat membantu penegakan

diagnosa, dengan tegaknya diagnosa maka akan terapi yang diberikan

juga akan benar sehingga mutu pelayanan kesehatan juga akan

meningkat.

54
Bila tahapan kegiatan ini tidak dilakukan maka dokter hanya

menegakkan diagnosa berdasarkan gejala klinis yang didapat dari

anamnesa dan pemeriksaan fisik saja sehingga program terapi yang

diberikan kurang spesifik. Akibatnya tidak semua penyakit bisa tertangani

dengan baik sehingga kepercayaan masyarakat juga akan menurun yang

bisa berdampak pada menurunnya mutu pelayanan.

5. Menegakkan diagnosa

Diagnosa klinis bisa kita tegakkan berdasarkan anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dan bisa menyimpulkan

diagnosa dengan baik sesuai dengan keilmuan dan kompetensi kita,

dengan tegaknya diagnosa akan menentukan terapi yang akan diberikan.

Bila tahapan kegiatan ini tidak dilakukan maka dokter tidak dapat

melanjutkan tahapan kegiatan berikutnya yaitu membuat program terapi

atau dengan tidak ditegakkannya diagnosa membuat program terapi yang

diberikan juga tidak tepat. Akibatnya penyakit yang di derita pasien tidak

dapat disembuhkan sehingga kepercayaan masyarakat juga akan

menurun yang bisa berdampak pada menurunnya mutu pelayanan

6. Membuat program terapi

Program terapi yang akan diberikan merujuk pada diagnosa yang

ditegakkan, tidak memberatkan dan sesuai dengan kemampuan pasien,

menjelaskan program terapi yang diberikan yang akan menumbuhkan

kepercayaan pasien kepada program terapi yang telah kita berikan dan

mematuhinya sehingga pasien akan sembuh dan ini akan meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan di puskesmas.

55
Bila tahapan kegiatan ini tidak dilakukan maka terapi yang diberikan

dokter tidak rasional, efektif dan efisien. Pemberian terapi yang asal-

asalan tidak atas dasar anamnesa, pemeriksaan fisik bahkan

pemeriksaan laboratorium. Akibatnya penyakit yang di derita pasien tidak

dapat disembuhkan dan obat yang diberikan terbuang percuma, hal ini

akan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat yang bisa berdampak

pada menurunnya mutu pelayanan.

7. Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien

Mengkomunikasikan, menginformasikan dan memberikan edukasi

pada pasien akan menumbuhkan kepercayaan dan kepatuhan pasien

kepada dokter sehingga mempercepat tercapainya kesembuhan pasien

dan ini akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas.

Bila tahapan kegiatan ini tidak dilakukan maka pasien tidak faham

dengan penyakitnya serta segala yang dianjurkan dan dilarang oleh

dokter. Akibatnya jika terjadi sesuatu yang diluar rencana maka pasien

akan menyalahkan dokter, dan pasien akan berpindah ke tempat peyanan

kesehatan yg lain, kunjungan berkurang, kepercayaan masyarakat

menurun yang bisa berdampak pada menurunnya mutu pelayanan.

8. Persiapan alat dan bahan habis pakai

Mempersiapkan alat dan bahan habis pakai sesuai dengan standart

tindakan dan mensterilisasikan terlebih dahulu sebelum tindakan akan

meminimalkan terjadinya infeksi, sehingga mempercepat kesembuhan

luka pasca tindakan, dengan begitu mutu pelayanan kesehatan akan

meningkat.

56
Bila tahapan kegiatan ini tidak dilakukan maka memperlambat saat

melakukan tahap kegiatan tindakan medis, kurang sterilnya alat medis

bisa menyebabkan terjadinya infeksi setelah tindakan medis. Akibatnya

pelayanan menjadi lama dan memperlama penyembuhan penyakit yang di

derita pasien, hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan yang bisa

berdampak pada menurunnya mutu pelayanan.

9. Tindakan medis

Melakukan tindakan medis dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

standart operasional prosedur, membuat informed consent sebelum

tindakan medis, menerangkan kepada pasien tentang tindakan medis

yang akan di lakukan, dengan begitu akan membuat pasien merasa

tenang dan menumbuhkan kepercayaan pasien kepada dokter sehingga

akan meningkatkan jumlah kunjungan ke puskesmas.

Bila tahapan kegiatan ini tidak dilakukan maka tindakan yang

dilakukan akan sembarangan dan hasilnya kurang memuaskan, tanpa

membuat informed consent dan tanpa menjelaskan tindakan yang akan

dilakukan akan membuat masalah dikemudian hari jika terjadi hal yang

tidak di inginkan, hal ini bisa menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat

yang berdampak pada menurunnya mutu pelayanan sampai terjadi

gugatan dengan tuduhan mal-praktek.

10. Kunjungan (Visite) untuk mengikuti kemajuan kondisi pasien

Dengan melakukan kunjungan ke pasien untuk mengikuti kemajuan

kondisinya secara berkala kita bisa memantau kemajuan pasien dengan

program terapi yang kita berikan, dengan begitu akan mempercepat

57
kesembuhan pasien, sehingga mutu pelayanan puskesmas akan

meningkat.

Bila tahapan kegiatan ini tidak dilakukan maka dokter tidak bisa

mengevaluasi terapi yang telah diberikan sehingga dokter tidak bisa

mengetahui kemajuan kondisi pasien. Akibatnya penyakit yang di derita

pasien lama teratasi, hal ini akan menurunkan tingkat kepercayaan

masyarakat yang bisa berdampak pada menurunnya mutu pelayanan.

11. Membuat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (bila diperlukan)

Membuat pengantar rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (rumah

sakit) kepada pasien yang benar-benar membutuhkan pemeriksaan dan

penanganan lebih lanjut, seobyektif mungkin tanpa membedakan pasien

BPJS maupun pasien umum, sebelumnya memberikan informasi terlebih

dahulu kepada pasien dan keluarganya tentang tujuan rujukan yang akan

dilakukan.

Bila tahapan kegiatan ini tidak dilakukan maka dokter hanya

memberikan terapi seadanya sesuai dengan kemampuan puskesmas

sehingga program terapi yang diberikan kurang maksimal dan kurang

spesifik. Akibatnya tidak semua penyakit bisa tertangani dengan baik

sehingga kepercayaan masyarakat juga akan menurun yang bisa

berdampak pada menurunnya mutu pelayanan.

C. KONTRIBUSI HASIL KEGIATAN

Dengan diterapkannya nilai-nilai ANEKA maka akan terwujud lingkungan

kerja yang akuntabel, profesional dan berorientasi mutu dalam memberikan

pelayanan kesehatan sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat

58
terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas yang berdampak pada peningkatan

jumlah pasien dan kemajuan puskesmas, sehingga akan tercapainya visi dan misi

puskesmas.

59
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis, dari anamnesa, pemeriksaan

fisik, hasil laboratorium sampai diagnosa dan terapi yang diberikan. Penulis

berkoordinasi dengan rekan kerja yang bertanggung jawab di loket untuk

selalu menyelenggarakan penyimpanan rekam medis yang baik, mudah

diaplikasikan dan cepat dalam pencarian, sehingga akan mempercepat

pelayanan.

2. Melakukan tanya jawab untuk menggali informasi pasien tentang perjalanan

penyakit sekarang, riwayat penyakit dalam dahulu sampai riwayat penyakit

keluarga. Dilakukan baik pada pasien rawat jalan, pasien tindakan maupun

pasien rawat inap. Penulis berkoordinasi dengan rekan perawat untuk

memperjelas anamnesa yang dilakukan.

3. Melakukan pemeriksaan fisik kepada 64 pasien, secara sistematis dan

profesional sesuai dengan keluhan dan mencocokkan pernyataan yang

didapat saat anamnesa dengan apa saja yang didapat pada pasien saat

pemeriksaan fisik dengan melihat, meraba dan mendengar. Tahapan ini

dokter berkoordinasi dengan rekan perawat untuk membantu dalam

pemeriksaan tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu)

dan data yang mendukung dalam pemberian terapi (berat badan).

4. Membuatkan pengantar pemeriksaan laboratorium kepada pasien yang benar-

benar membutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan

60
suatu diagnosa. Tahapan ini dokter berkoordinasi dengan rekan analis

kesehatan dalam mengkolaborasikan hasil pemeriksaan laboratorium dengan

gejala klinis yang di temukan pada pasien dalam membantu menentukan

diagnosis dan program terapi yang akan diberikan.

5. Menentukan diagnosa semua penyakit yang dapat dipertanggung jawabkan

sesuai keilmuan dan kompetensi, dengan sebaik-baiknya dan jujur sesuai

penyakit pasien berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan laboratorium bila ada.

6. Membuat program terapi yang rasional secara efektif dan efisien berdasarkan

diagnosa menurut keilmuan dan kompetensi serta dapat dipertanggung

jawabkan, berkoordinasi dengan rekan perawat untuk mengontrol

pelaksanaan pemberian program terapi.

7. Mengkomunikasikan, menginformasikan dan mengedukasi pasien tentang

penyakitnya, penyampaian yang berkualitas dan dengan bahasa yang mudah

dimengerti oleh pasien sesuai dengan keilmuan dan kompetensi sehingga

pasien menjadi faham dengan penyakitnya serta segala yang dianjurkan dan

dilarang untuk pasien, disampaikan dengan sopan, ramah dan memberi

kesempatan pasien untuk bertanya.

8. Menyiapkan alat dan bahan habis pakai sesuai dengan standart pelayanan

tindakan medis yang akan dilakukan, berkoordinasi dengan rekan perawat

untuk mensterilisasikan dulu alat-alat yang akan di gunakan untuk tindakan

medis, hal ini untuk mengurangi terjadinya komplikasi setelah tindakan medis.

9. Melakukan tindakan medis dengan sebaik-baiknya sesuai dengan standart

operasional prosedur dan melakukannya berdasarkan keilmuan dan

kompetensi, membuat informed consent sebelum tindakan medis,

61
menerangkan kepada pasien, bagaimana tindakan medis yang akan di

lakukan. Tahapan ini membutuhkan koordinasi dengan rekan perawat untuk

membantu dalam pelaksanaan tindakan medis yang dilakukan.

10. Melakukan kunjungan pasien rawat inap rata-rata sebanyak 2 pasien per hari,

mengevaluasi kemajuan kondisi pasien dengan teliti, sebaik-baiknya dan

sistematis sesuai prinsip SOAP (subjektif, Objektif, Assessment, planning).

Tahap ini dokter berkoordinasi dengan rekan perawat untuk tetap mengontrol

pelaksanaan pemberian program terapi yang telah direncanakan.

11. Membuat pengantar rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (rumah sakit)

kepada pasien yang benar-benar membutuhkan pemeriksaan dan

penanganan lebih lanjut, seobyektif mungkin tanpa membedakan pasien

BPJS maupun pasien umum, sebelumnya memberikan informasi terlebih

dahulu kepada pasien dan keluarganya tentang tujuan rujukan yang akan

dilakukan.

B. KOMITMEN

Penulis sebagai Aparatur Sipil Negara di bidang kesehatan berkomitmen

untuk selalu menerapkan nilai-nilai ANEKA (akuntabilitas, Nasionalisme, Etika

publik, Komitmen mutu, Anti korupsi) dalam pelayanan kesehatan di tempat kerja.

a. Komitmen terhadap diri sendiri

Penulis sebagai dokter berkomitmen untuk selalu menerapkan nilai-nilai

ANEKA (akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu, Anti

korupsi) dalam pelayanan kesehatan di tempat kerja, terutama dalam

melakukan pelayanan medik.

62
b. Komitmen terhadap organisasi

Penulis akan berusaha membuat komitmen bersama semua pegawai yang

ada baik tenaga medis maupun non medis untuk menerapkan nilai-nilai

ANEKA dalam pelayanan kesehatan, terutama komitmen untuk datang tepat

waktu dan pulang pada waktunya, penulis juga akan selalu berkoordinasi

dengan rekan-rekan kerja yang lain karena penulis sadar semua rekan kerja

adalah satu kesatuan, tidak bisa kerja sendiri-sendiri serta penulis dan rekan

kerja yang lain akan bekerja sesuai dengan SOP (Standart Operasional

Prosedur) sehingga tidak melanggar hukum, demi terciptanya pelayanan

kesehatan yang lebih bermutu.

c. Komitmen terhadap masyarakat dan negara

Penulis sebagai Aparatur Sipil Negara di bidang kesehatan berkomitmen

untuk selalu menerapkan nilai-nilai ANEKA (akuntabilitas, Nasionalisme, Etika

publik, Komitmen mutu, Anti korupsi) dalam pelayanan kesehatan, demi

tercapainya pelayanan publik yang baik, sehingga dapat meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang lebih baik dengan harapan ikut mendukung

pembangunan negara.

63
DAFTAR PUSTAKA

Baseng & Purwana, Bayu Hikmat. 2015. Aktualisasi Nilai-nilai Dasar Profesi
Pegawai Negeri Sipil. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara

Kumorotomo, Wahyudi; Wirapradja, Nana Rukmana D.; Imbaruddin, Amir. 2015.


Etika Publik. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara

Kusumasari, Bevaola; Dwiputrianti, Septiana; Allo, Enda Layuk. 2015.


Akuntabilitas. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara

Latief, Yudi; Suryanto, Adi; Muslim, Abdul Azis. 2015. Nasionalisme. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara

Yuniarsih, Tjutju & Taufiq, Muhammad. 2015. Komitmen Mutu. Jakarta. Lembaga
Administrasi Negara

Tim penulis KPK. 2015. Anti Korupsi. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara

64
LAMPIRAN 1

Foto dokumentasi kegiatan aktualisasi

1. Mengisi data medis ke lembar rekam medis

Inovasi merubah metode rekam medis

65
66
2. Melakukan anamnesa pasien

3. Melakukan pemeriksaan fisik

67
4. Membuat pengantar pemeriksaan laboratorium

5. Menegakkan diagnosa

68
6. Membuat program terapi

Inovasi Pengawas Minum Obat

69
70
7. Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada pasien.

8. Persiapan alat dan bahan habis pakai

71
72
9. Tindakan Medis

73
10. Kunjungan (Visite) untuk mengikuti kemajuan kondisi pasien.

11. Membuat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2 (bila diperlukan)

74
LAMPIRAN 2. Formulir pengendalian oleh mentor
Nama Peserta : dr. ADY PRIYANTO

Instansi : DINAS KESEHATAN KABUPATEN BIMA

Tempat
: PUSKESMAS TAMBORA KABUPATEN BIMA
Aktualisasi

No Tgl Kegiatan Output Paraf

75
LAMPIRAN 3 Formulir pengendalian oleh coach
Nama Peserta : dr. ADY PRIYANTO

Instansi : DINAS KESEHATAN KABUPATEN BIMA

Tempat
: PUSKESMAS TAMBORA KABUPATEN BIMA
Aktualisasi

(Telpon/SMS/
No Tgl Kegiatan Output Paraf
Email/Dll)

76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data pribadi
Nama : dr. Ady Priyanto
Jenis kelamin : laki-laki
Tempat & taggal lahir : Jakarta, 19 September 1981
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat lengkap : Perumahan dinas Puskesmas Tambora
Kecamatan Tambora Kabupaten Bima
Telepon : 085237324256
Email : dr_adypriyanto@yahoo.com
Pendidikan
1990-1996 : SDN 1 Karangbanyu
1996-1998 : SLTPN 1 Widodaren, Kab. Ngawi
1998-2001 : SMUN 2 Ngawi, Jawa Timur
2001-2009 : Fakultas Kedokteran Univ. Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta
Pengalaman kerja
Pernah bekerja di UPT Puskesmas Tehang, Kalimantan Tengah
Periode : Agustus 2009 Juli 2010
Status : Dokter PTT Pusat
Posisi : Dokter fungsional
Pernah bekerja di UPT Puskesmas Lambitu, Kab. Bima
Periode : April 2011 Maret 2012
Status : Dokter PTT Pusat
Posisi : Dokter fungsional
Pernah bekerja di UPT Puskesmas Tambora, Kab. Bima
Periode : April 2012 Sekarang
Status : Dokter PTT Pusat & CPNS
Posisi : Dokter fungsional

77

Anda mungkin juga menyukai