LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Ny. M
Usia : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kp. Cilungkup RT 008/RW 010
Masuk RS : 27/10/2017
No rekam medik : 80-02-67
Dokter yang merawat : dr. H. Lukman Ali Husin, Sp. PD
ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Nyeri ulu hati 1 minggu SMRS
b. Keluhan Tambahan
Mual, Muntah, Demam
1
f. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
g. Riwayat Alergi
Alergi obat Amoxicillin dan Antalgin
h. Riwayat Pasikososial
Pasien mengaku sering telat makan
Riwayat kebiasaan memakan makanan pedas dan asam.
Merokok (-)
Alkohol (-)
Kopi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
i. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda vital
- Tekanan Darah: 110/70 mmHg
- Frekuensi nadi : 88 kali/menit kuat angkat, reguler
- Frekuensi nafas: 20 kali/menit teratur,torakal
- Suhu axilla : 37,0 O C axilla
4. Data antropometri
BB : 58 kg
TB : 160 cm
IMT : Normoweight
j. Status Generalisata
1. Kepala
Bentuk : Normocephal
Mata : konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor kanan
dan kiri, refleks cahaya (+/+).
Hidung : Septum Deviasi (-), nyeri tekan (-), sekret (-/-)
2
Mulut : Mukosa bibir kering, Sianosis (-), Lidah Kotor (-), Faring
Hiperemis (-)
2. Leher
Inspeksi : Bentuk normal
Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-), JVP tidak meningkat
3. Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Palpasi : Vokal Fremitus kanan dan kiri normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing-/-
Jantung
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas atas : sela iga IV garis sternalis kiri
Batas kanan : sela iga V garis sternalis kanan
Batas kiri : sela iga V garis midklavikula kiri
Auskultasi : BJ I,II reguler +, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, Nyeri tekan epigastrium(+)
Perkusi : Seluruh lapang abdomen timpani
5. Ekstremitas
Atas : Hangat, edema (-/-), RCT <2 detik
Bawah : Hangat, edema (-/-), RCT <2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
3
Pemeriksaan Hasil Satuan NBorilai normal
Routine Hematology
Hematokrit 37 % 35-47
Chemistry
Immunology
RESUME
Ny. M, usia 44 tahun, datang dengan keluhan nyeri epigastrium (+) sejak 1 hari
SMRS, nausea (+), vomitus (+) 2x sehari, mencret (+) 2x sehari berampas, febris
sejak 1 hari SMRS, mendadak.
Tanda Vital : Dalam batas normal
Nyeri tekan epigastrium (+)
DAFTAR MASALAH
Dispepsia
ASSESMENT
S : nyeri ulu hati, mual, muntah, mencret, demam
O : TD : 110/70 mmHg, N : 80/mnt, R : 20x/m, S : 37,0oC
Nyeri tekan epigastrium (+)
4
A : Dispepsia
P:
IVFD RL /8 jam
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Cedancentron 8mg 2x1 amp
Loratadine 1x1 tab
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
5
Dispepsia merupakan sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri
dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit, dan (Pepse),berarti
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
Ada berbagai macam definisi dispepsia. Salah satu definisi yang dikemukakan
oleh suatu kelompok kerja internasional adalah: Sindroma yang terdiri dari keluhan -
keluhan yang disebabkan karena kelainan traktus digestivus bagian proksimal yang
dapat berupa mual atau muntah, kembung, dysphagia, rasa penuh, nyeri epigastrium
atau nyeri retrosternal dan ruktus, yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Dengan
Dalam klinik tidak jarang para dokter menyamakan dispepsia dengan gastritis.
Hal ini sebaiknya dihindari karena gastritis adalah suatu diagnosa patologik, dan tidak
semua dispepsia disebabkan oleh gastritis dan tidak semua kasus gastritis yang
terbukti secara patologi anatomik disertai gejala dispepsia. Karena dispepsia dapat
disebabkan oleh banyak keadaan maka dalam menghadapi sindrom klinik ini
6
organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas,
2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional, atau dispesia non ulkus, bila tidak
jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur
Manifestasi Klinis
membagi
2. ETIOLOGI
Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna; tukak gaster atau
Obat obatan seperti anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa
7
Penyakit pada hati, pankreas, system bilier, hepatitis, pancreatitis, kolesistetis
Bersifat fungsional, yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak
terbukti adanya kelainan atau gangguan organic atau structural biokimia, yaitu
A. Organik
1. Obat-obatan
Theophiline.
nitrat.
3. Kelainan struktural
a. Penyakit oesophagus
8
Refluks gastroesofageal dengan atau tanpa hernia
Akhalasia
Obstruksi esophagus
Karsinoma gaster
Kholesistitis
d. Penyakit pankreas
Pankreatitis
Karsinoma pankreas
e. Penyakit usus
Malabsorbsi
Angina abdominal
Karsinoma kolon
9
4. Penyakit metabolik / sistemik
a. Tuberculosis
b. Gagal ginjal
d. Diabetes melitius
f. Ketidakseimbangan elektrolit
5. Lain-lain
b. Penyakit kolagen
dengan dispepsia fungsional biasanya sensitif terhadap produksi asam lambung yaitu
dispepsia fungsional.
Gastralgia
Dispepsia karena asam lambung
10
Dispepsia flatulen
Dispepsia alergik
Dispepsia essensial
Pseudoobstruksi intestinal kronik
Kelainan susunan saraf pusat (CVD, epilepsi).
Psikogen : Histeria, psikosomatik
3. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dispepsia non ulkus masih sedikit diketahui, beberapa faktor berikut
corpus gaster menuju ke bagian fundus dan duodenum diatur oleh refleks
vagal. Pada beberapa pasien dyspepsia non ulkus, refleks ini tidak berfungsi
distensi gaster atau intestinum, oleh karena itu mungkin akibat: makanan yang
11
Stres dan faktor psikososial
psikiatri lebih tinggi secara bermakna pada pasien dispepsia non ulkus
Kolon Iritatif dan dispepsia organik, tetapi disertai dengan tanda neurotik,
ansietas dan depresi yang lebih nyata dan sering disertai dengan keluhan non-
nyeri dan mempunyai fungsi sosial lebih buruk dibanding pasien dispepsia
psikologik dispepsia non ulkus ditemukan lebih banyak ansietas, depresi dan
neurotik.
histologik yang ada tidak dapat meramalkan penyebabnya dan keadaan klinik
pylori sangat sulit karena sering kali gambarannya tidak khas. Tidak jarang
yang tampak tidak jelas dan bahkan normal. Beberapa gambaran endoskopik
12
a. Erosi kronik di daerah antrum.
Peranan infeksi Helicobacter pylori pada gastritis dan ulkus peptikum sudah
diakui, tetapi apakah Helicobacter pylori dapat menyebabkan dispepsia non ulkus
masih kontroversi. Di negara maju, hanya 50% pasien dispepsia non ulkus menderita
infeksi Helicobacter pylori, sehingga penyebab dispepsia pada dispepsia non ulkus
dengan Helicobacter pylori negatif dapat juga menjadi penyebab dari beberapa
dispepsia non ulkus dengan Helicobacter pylori positif. Bukti terbaik peranan
Helicobacter pylori pada dispepsia non ulkus adalah gejala perbaikan yang nyata
setelah eradikasi kuman Helicobacter pylori tersebut, tetapi ini masih dalam taraf
pembuktian studi ilmiah. Banyak pasien mengalami perbaikan gejala dengan cepat
walaupun dengan pengobatan plasebo. Studi "follow up" jangka panjang sedang
fungsional GI, termasuk di sini Sindrom Kolon Iritatif, nyeri dada non-kardiak
dan nyeri ulu hati fungsional. Lebih dari 80% dengan Sindrom Kolon Iritatif
menderita dispepsia dan lebih dari sepertiga pasien dengan dispepsia kronis
juga mempunyai gejala Sindrom Kolon Iritatif. Pasien dengan kelainan seperti
ini sering ada gejala extra GI seperti migrain, myalgia dan disfungsi kencing
13
Sindrom Kolon Iritatif seperti nyeri abdomen mereda setelah defikasi,
perut tegang, tidak dapat menahan buang air besar dan perut kembung.
tidak selalu muncul pada semua penderita. Hasil yang kurang konsisten dari
bermacam terapi yang digunakan untuk terapi dispepsia non ulkus mendukung
Ulkus gaster
Tukak gaster merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi
Gastritis karena bakteri H. pylori dapat mengalami adaptasi pada linkungan dengan
pH yang sangat rendah dengan menghasilkan enzim urease yang sangat kuat. Enzim
urease tersebut akan mengubah urea dalam lambung menjadi ammonia sehingga
bakteri Helicobacter pylori yang diselubungi awan amoniak yang dapat melindungi
menempel pada epitel mukosa lambung disebut adheren pedestal. Melalui zat yang
disebut adhesin , Helicobacter pylori dapat berikatan dengan satu jenis gliserolipid
14
musinase. Enzim protease dan fosfolipase diduga merusak glikoprotein dan fosfolipid
yang menutup mukosa lambung. H. Pylori juga mengeluarkan toksin yang beperan
pembentuk prostaglandin dari asam arakidonat yang merupakan salah satu faktor
defensif mukosa lambung yang sangat penting. Selain itu, obat ini juga dapat merusak
secara topikal. Kerusakan topikal ini terjadi karena kandungan asam dalam obat
tersebut bersifat korosif, sehingga merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin
juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga
lambung ataupun duodenum terputus dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan
mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun seringkali
dianggap juga sebagai ulkus. Ulkus kronik berbeda dengan ulkus akut, karena
memiliki jaringan parut pada dasar ulkus. Menurut definisi, ulkus peptik dapat
ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu
Obat anti inflamasi non steroid termasuk aspirin menyebabkan perubahan kualitatif
mucus lambung yang dapat mempermudah terjadinya degradasi mucus oleh pepsin.
Prostaglandin yang terdapat dalam jumlah berlebihan dalam mucus gastric dan
Aspirin, alkohol, garam empedu dan zat zat lain yang merosak mukosa
15
asam klorida yang mengakibatkan kerosakan jaringan, terutama pembuluh darah.
Histamin dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan
sejumlah besar protein plasma dapat hilang. Mukosa kapiler dapat rusak,
dipengaruhi oleh penghambatan vagus atau atropine, tetapi difusi balik dihambat oleh
gastrin.
patogenesis ulkus peptikum. Ulkus peptikum sering terletak di antrum karena mukosa
antrum lebih rentan terhadap difusi balik disbanding fundus. Selain itu, kadar asam
yang rendah dalam analisis lambung pada penderita ulkus peptikum diduga
disebabkan oleh meningkatnya difusi balik dan bukan disebabkan oleh produksi yang
berkurang.
Daya tahan duodenum yang kuat terhadap ulkus peptikum diduga akibat
fungsi kelenjar Brunner (kelenjar duodenum submukosa dalam dinding usus) yang
memproduksi sekret mukoid yang sangat alkali, pH 8 dan kental untuk menetralkan
kimus asam. Penderita ulkus peptikum sering mengalami sekresi asam berlebihan.
Faktor penurunan daya tahan jaringan juga terlibat dalam ulkus peptikum. Daya tahan
jaringan juga bergantung pada banyaknya suplai darah dan cepatnya regenerasi sel
epitel (dalam keadaan normal diganti setiap 3 hari). kegagalan mekanisme ini juga
16
4. GEJALA KLINIK
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut
atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai
dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita,
makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi
17
nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan
Dispepsia Organik
a. Dispepsia Ulkus
negara negara barat prevalensi ulkus lambung lebih rendah dibandingkan dengan
lambung lebih tinggi. Ulkus lambung biasanya diderita pada usia yang lebih
Gejala utama dari ulkus peptikum adalah hunger pain food relief. Untuk
ulkus duodeni nyeri umumnya terjadi 1 sampai 3 jam setelah makan, dan
penderita sering terbangun di tengah malam karena nyeri. Tetapi banyak juga
kasus kasus yang gejalanya tidak jelas dan bahkan tanpa gejala. Pada ulkus
lambung seringkali gejala hunger pain food relief tidak jelas, bahkan kadang
infeksi H. pylori, dan ternyata sedikitnya 95% kasus ulkus duodeni adalah H.
pylori positif, sedang hanya 70% kasus ulkus lambung yang H. pylori positif.
b. GERD
18
Dulu sebelum penyebab GERD diketahui dengan jelas, GERD
dispepsia organik.
Gejala GERD :
o Heart Burn
o Rasa panas di epigastrium
o Rasa nyeri retrosternal
o Regurgitasi asam
o Pada kasus berat : ada gangguan menelan
o Nafas pendek
o Wheezing
o Batuk-batuk
Gejala GERD lebih menonjol pada waktu penderita terbaring terlentang dan
Gambaran Endoskopi:
Didapatkan lesi berupa robekan pada daerah spinter esophagus yang dibagi menjadi 4
Grade A :
Grade B :
Ada robekan mukosa yang lebih dari 5 mm dan kalau ada robekan mukosa di tempat
Grade C :
19
Robekan mukosa pada 1 lipatan mukosa berhubungan dengan lipatan mukosa yang
Grade D :
Dispepsia Fungsional
5. DIAGNOSIS
Dispepsia melalui simptom-simptomnya saja tidak dapat membedakan antara
diagnosis yang telah ditetapkan, dimana pertama sekali penyebab kelainan organik
bilier, hepar, pankreas, dan penyebab lain yang dapat memberikan perubahan
penyebab dispepsia seperti diabetes, penyakit tyroid dan gangguan saluran bilier. Pada
2. cepat kenyang
20
3. nyeri epigastrik
Kriteria haruslah terjadi dalam masa 3 bulan terakhir dengan onset gejala
6. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Diferensial diagnosis dyspepsia adalah
seperti box 1. Sangat penting mencari clue atau penanda akan gejala dan keluhan yang
fisik. 50%60% kasus, didapati tidak ada penyebab yang terdeteksi di mana pasien
25% dan prevalensi esofagitis adalah 5%-15%. Kanker digestif bagian atas < 2%.
Disebabkan kanker digestif bagian atas jarang pada umur <50 tahun, pemeriksaan
endoskopi direkomendasi pada pasien yang berusia > 50 tahun. Juga direkomendasi
pada pasien yang mangalami penurunan berat badan yang signifikan, terjadi
Ulkus peptikum.
21
Cholelithiasis or choledocholithiasis.
Pankreatitis Kronik.
Parasit intestinal.
7.PENATALAKSANAAN
Tata laksana dispepsia dimulai dengan usaha untuk identifiasi patofisiologi
Strategi tata laksana optimal pada fase ini adalah memberikan terapi
empirik selama 1-4 minggu sebelum hasil investigasi awal, yaitu pemeriksaan
adanya Hp. Untuk daerah dan etnis tertentu serta pasien dengan faktor
obat baru yang bekerja melalui down-regulation proton pump yang diharapkan
memiliki mekanisme kerja yang lebih baik dari PPI, yaitu DLBS.
Terkait dengan prevalensi infeksi Hp yang tinggi, strategi test and treat
22
diterapkan pada pasien dengan keluhan dispepsia tanpa tanda bahaya.
Pasien dengan riwayat ulkus gaster atau ulkus duodenum yang belum
pernah diperiksa.
gastroduodenal.
Dispepsia organik
23
Apabila ditemukan lesi mukosa (mucosal damage) sesuai hasil endoskopi,
Pada ulkus peptikum (ulkus gaster dan/ atau ulkus duodenum), obat yang
diberikan antara lain kombinasi PPI, misal rabeprazole 2x20 mg/ lanzoprazole
Dispepsia fungsional
itoprid dan lain sebagainya dapat memberikan perbaikan gejala pada beberapa
24
Tata laksana dispepsia dengan infeksi Hp
Penelitian prospektif oleh Syam AF, dkk tahun 2010 menunjukkan bahwa
8. PENCEGAHAN
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya
dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana
cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
pendarahan.
membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga
25
dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti
merokok.
pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga
dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan
membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan
13. PROGNOSIS
terkena kanker, dan dispepsia fungsional dan dyspepsia non ulkus adalah 5-40%.
penyakit ulkus lambung yang parah. Tak jarang, dispepsia disebabkan karena kanker
lambung, sehingga harus diatasi dengan serius. Ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan bila terdapat salah satu dari tanda ini, yaitu: Usia 50 tahun ke atas,
26
kehilangan berat badan tanpa disengaja, kesulitan menelan, terkadang mual-muntah,
buang air besar tidak lancar dan merasa penuh di daerah perut.
KESIMPULAN
Dispepsia merupakan keluhan yang sangat umum, terjadi pada lebih dari
penyakit dalam lumen saluran cerna; tukak gaster atau duodenum, gastritis, tumor,
infeksi Helicobacter pylori. Obat obatan seperti anti inflamasi non steroid (OAINS),
aspirin, beberapa antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya. Penyakit pada hati,
diabetes mellitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner. Bersifat fungsional, yaitu
dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak terbukti adanya kelainan atau gangguan
organik atau struktural biokimia, yaitu dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus.
27
Dispepsia adalah merupakan suatu simptom atau kelompok keluhan atau gejala dan
bukan merupakan suatu diagnosis. Sangat penting mencari clue atau penanda akan
gejala dan keluhan yang merupakan etiologi yang bisa ditemukan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Disebabkan kanker digestif bagian atas jarang pada
umur <50 tahun, pemeriksaan endoskopi direkomendasi pada pasien yang berusia >
50 tahun. Juga direkomendasi pada pasien yang mangalami penurunan berat badan
yang signifikan, terjadi pendarahan, dan muntah yang terlalu teruk. Penatalaksanaan
dispepsia adalah meliputi pola hidup sehat, berpikiran positif dan pemakanan yang
DAFTAR PUSTAKA
28