Anda di halaman 1dari 90

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM AL-QURAN

(KAJIAN TAFSIR MUQORAN Q.S LUQMAN AYAT 12-15)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh
Azhari
NIM 107011001129

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK

Azhari. (107011001129) Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Al-Quran


(Kajian Tafsir Q.S Luqman Ayat 12-15.
Kata Kunci: PAUD, Surat Luqman 12-15

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tafsir dan konsep pendidikan anak usia
dini yang terkandung dalam Al-quran surat Luqman ayat 12-15. Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan. Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara
pengumpulan sumber-sumber dari data premier dan sekunder. Dalam
menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan analisis data
(content analysis) yaitu suatu metode tafsir yang digunakan oleh para mufasir
dalam menjelaskan kandungan ayat Al-Quran dari berbagai seginya dengan
memperhatikan ayat-ayat Al-Quran sebaimana yang tercantum di dalam mushaf.
Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan, menjelaskan
makna lafadz yang terdapat di dalamnya. Kemudian ayat-ayat yang ditafsirkan itu
dideskripsikan dan dianalisa secara jelas, sehingga dapat diambil kesimpulan.
Al-Quran sebagai kitab suci umat islam berfungsi sebagi petunjuk bagi orang-
orang yang bertakwa, petunjuk disini bermakna umum, artinya Al-Quran selain
menjadi petunjuk ke jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah dan akan
mengantarkan kebahagiaan di akhirat juga bermakna sebagai petunjuk dalam
menapaki kehidupan di dunia. Karena pada hakikatnya Islam selalu mengajarkan
umatnya untuk selalu menggapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Anak-anak adalah harapan masa depan dan penerus kelangsungan serta
kelanjutan hidup. Oleh karena itu tugas orang tua adalah mendidik dan
mengarahkan anak-anaknya sesuai dengan talenta yang dimiliki. Karena pada
anak usia dini penuh dengan rasa ingin tahu yang besar, mereka berhasrat untuk
menjadi seorang individu yang memiliki kemampuan memadai sesuai dengan
taraf kedewasaannya. Bila sejak usia dini, seorang anak memperoleh kesempatan
baik, maka kemudian hari ia akan menjadi orang yang kreatif dan memperoleh
bekal bagi masa depannya kelak.
Di dalam Al-quran Surat Luqman atay 12-15 paling tidak terdapat beberapa
konsep tentang pendidik anak usia dini yaitu, 1) Sebagai pendidik dalam hal ini
orang tua perlu mengucurkan kasih sayang dan perhatian yang cukup kepada
anaknya, 2) mengajarkan anak tentang pendidikan tauhid yaitu mengesakan Allah,
3) orang tua hendaknya menempatkan serta menyesuaikan sesuatu pada
tempatnya, atau dengan kata lain mengajarkan anak terhadap sesuatu yang sesuai
dengan minat, kemampuan serta bakatnya, 4) Pendidikan jasmani/fisik anak
mestinya dimulai sejak dini, melalui pemberian Asi kepada anak.

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT


yang telah memberikan banyak nikmat kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan seluruh
pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama menyusun skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis alami. Namun, tidak sedikit pula pelajaran yang didapat, baik dengan
kesusahan maupun dengan kesenangan. Berkat kesungguhan hati, kerja keras, dan
motivasi, serta bantuan dari berbagai pihak, segala kesulitan dan hambatan
tersebut dapat diatasi. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setulusnya kepada
ayahanda penulis Alm. Zulkifli Sulaiman dan ibunda tercinta Siti Susanti yang
dengan susah payah mengasuh dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang
dan kesabaran hingga dapat menyelesaikan pendidikan ini. Kemudian kepada
adik-adikku tercinta (Agustina, Verawati, Siti Nurhaliza) yang dengan penuh
kasih sayang telah banyak memberi dukungan dan mengisi hari-hari penulis
dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Dan juga tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Ibu Nurlena, MA, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon M,Ag dan ibu Marhamah Saleh M,A.
sebagai Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Dr. Anshori.LAL,MA sebagai pembimbing skripsi yang telah
bersedia memberikan dan meluangkan segenap waktu, tenaga, pikiran
serta kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan serta motivasinya
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

ii
4. Segenap Dosen dan staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal
ilmu dan pengetahuannya selama penulis menjalankan perkuliahan.
5. Seluruh staf perpustakaan umum dan perpustakaan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan bermacam-macam buku
ilmiah sehingga mempermudah penulis dalam mencari referensi.
6. Sahabat-sahabatku Dedi Kurniawan, Zain Fanani, Arif Subhan, M. Zainul
Labib, M. syauqi, Rocky Prabowo, Syaid Fathurrahman, Misbahuddin,
pihak JNE yang selalu mengantar buku ke kosan, dan lainya yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah selalu membantu dan
menjadi penyemangat penulis.
7. Seluruh sahabat-sahabatku di PAI angkatan 2007 teman senasib dan
seperjuangan terutama kelas PAI-D, yang telah banyak memberikan
pengalaman berharga kepada penulis tentang indahnya arti sebuah
kebersamaan dan persahabatan.
8. Seluruh warga dan sahabat-sahabatku di kosan cimandiri cipayung ciputat.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah penulis berharap dan berdoa
semoga amal baik mereka yang telah membantu dalam proses penyelesaian
skripsi ini mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. mn y
Rabbal lamn.

Jakarta, 20 Maret 2014

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 8
D. Perumusan Masalah........................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian............................................................................. 9

BAB II : KAJIAN DESKRITIF KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini .............................................. 10


B. Pendekatan Pendidikan Anak Usia Dini............................................. 19
C. Masa Perkembangan Anak ................................................................ 20
D. Hak Anak dalam Keluarga ................................................................. 21
E. Langkah-langkah dalam Mendidik Anak ........................................... 22
F. Metode Penanaman Nilai-nilai Islam pada Diri Anak ........................ 24
1. Hiwar (Dialog) ...................................................................... 24
2. Kisah ..................................................................................... 24
3. Perumpamaan ........................................................................ 25
4. Keteladanan ........................................................................... 26
5. Latihan dan pengamalan ........................................................ 26
6. Ibrah dan Mauizhah ............................................................. 27
7. Targhib dan Tarhib ................................................................ 27
G. Materi Pendidikan Anak Usia Dini .................................................... 28
1. Tarbiyah Jismiyah ................................................................. 29
2. Tarbiyah Aqliyah ................................................................... 29

iv
3. Tarbiyah Ruhaniyah atau Tarbiyah Adabiyah ........................ 30
H. Hasil Penelitian Yang Relevan .......................................................... 31

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian .............................................................. 34


1. Objek Penelitian .................................................................... 34
2. Waktu Penelitian.................................................................... 34
B. Metode Penulisan .............................................................................. 34
1. Pendekatan Penelitian ............................................................ 34
2. Sumber Data .......................................................................... 35
3. Analisis Data .......................................................................... 36
C. Fokus Penelitian ................................................................................ 37
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 37

BAB IV : KANDUNGAN SURAT LUQMAN AYAT 12-15

A. Teks dan Terjemahan Surat Luqman Ayat 12-15 ............................... 38


B. Gambaran Umum Surat Luqman Ayat 12-15 ..................................... 39
C. Makna Kosa Kata Surat Luqman Ayat 12-15 ..................................... 39
D. Asbabun Nuzul Ayat ......................................................................... 42
E. Munasabat Ayat................................................................................. 42
F. Tafsir Surat Luqman Ayat 12-15 dan Konsep Pendidikan Anak Usia
Dini yang Terkandung Di dalam nya ................................................. 45
1. Ayat 12 .................................................................................. 45
2. Ayat 13 .................................................................................. 51
3. Ayat 14 .................................................................................. 55
4. Ayat 15 .................................................................................. 59

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 67

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan pada
anak usia dini yang juga merupakan hak warga negara dalam mengembangkan
potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia ini merupakan
pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu
pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam
menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya. Pendidikan merupakan salah
satu aspek dalam kehidupan yang harus dijalani oleh seluruh umat manusia,
karena dalam agamapun kita diwajibkan untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat.
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam berfungsi sebagi petunjuk bagi
orang-orang yang bertakwa, petunjuk disini bermakna umum, artinya al-Quran
selain menjadi petunjuk ke jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah dan akan
mengantarkan kebahagiaan di akhirat juga bermakna sebagai petunjuk dalam
menapaki kehidupan di dunia. Karena pada hakikatnya Islam selalu mengajarkan
umatnya untuk selalu menggapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Anak yang dilahirkan dari orangtua yang baik maka ia berpotensi untuk
menumbuhkan sifat-sifat baik dalam dirinya. Namun apabila anak tersebut hidup
dalam lingkungan yang rusak, dan berakhlak rendah maka anak tersebut bisa
menjadi orang yang suka merusak dan jahat. Sebaliknya anak yang

1
2

dilahirkan dari orang tua yang jahat berpotensi menumbuhkan sifat-sifat tercela
dalam perilakunya. Seandainya hidup dalam lingkungan yang penuh dengan
kebaikan dan diserahkan kepada pendidik yang baik, ada kemungkinan sifat-sifat
buruk mereka akan tertutupi dan tumbuh menjadi orang yang memiliki keutamaan
dan keimanan.
Seorang anak pada usia dini mempunyai daya tangkap yang kuat dalam
menerima pendidikan. Dia memiliki kecenderungan untuk ingin tahu atau
mengamati segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Pada masa itu, dia memiliki
kebebasan yang cukup besar dan tidak atau belum menerima ajaran atau berbagai
pengalaman pahit lainnya. Oleh karena itu, setiap anak senantiasa akan
mendengar, melihat menikmati atau merasakan berbagai hal yang cukup dan hal-
hal yang baru selama ia mampu mempersiapkan dirinya untuk melaksakan semua
itu. Mayoritas anak-anak apabila mendapat stimulant maka mereka akan
menciptakan maupun menikmati keindahan, mencintai, seseorang dan
mempercayai seluruh pengetahuan tersebut dengan senang hati. Semua itu
merupakan kesempatan yang baik untuk membiasakan mereka berpikir ilmiah dan
cermat.
Anak-anak adalah harapan masa depan dan penerus kelangsungan serta
kelanjutan hidup. Oleh karena itu tugas orang tua adalah mendidik dan
mengarahkan anak-anaknya sesuai dengan talenta yang dimiliki. Karena pada
anak usia dini penuh dengan rasa ingin tahu yang besar, mereka berhasrat untuk
menjadi seorang individu yang memiliki kemampuan memadai sesuai dengan
taraf kedewasaannya. Bila sejak usia dini, seorang anak memperoleh kesempatan
baik, maka kemudian hari ia akan menjadi orang yang kreatif.
Masarudin Siregar menyebutkan bahwa, setiap negara mempunyai sistem
pendidikan, karena sistem pendidikan merupakan perwujudan dan penjabaran dari
cita-cita masyarakat. Harapan masyarakat terhadap pendidikan adalah sangat
besar karena pendidikan diharapkan dapat mewujudkan cita-cita masyarakat.
Pendidikan berfungsi sebagai the agent of social change. Dari sana Nampak
dengan jelas bahwa peran pendidikan merupakan tumpuan harapan masyarakat
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi sehingga siap
3

dan mampu untuk memasuki kurun waktu yang mengandung tantangan baru,
inspirasi baru, dan kekuatan baru yang muncul dalam masyarakat yang bergerak
dinamis.1
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang urgen bagi siapapun, termasuk
bagi anak. Pada saat sekarang ini banyak sekali pendidikan yang diberikan pada
anak pra sekolah atau lebih dikenal dengan istilah pendidikan anak usia dini,
sebagai upaya untuk memberikan bekal dasar bagi kepentingan kehidupan anak di
masa dating dan mempersiapkan anak memasuki jenjang selanjutnya. Pendidikan
anak usia dini menjadi strategi manakala ia menjadi tolak ukur keberhasilan pada
tahap berikutnya. Karena pada usia dini yaitu nol sampe usia delapan tahun
merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan
yang akan mewarnai proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya. 2
Kondisi seperti itu tampaknya menyebabkan manusia memerlukan
pemeliharaan, pengawasan dan bimbingan yang serasi dan seusai agar
pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara baik dan benar.
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama,
dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua adalah pendidik kodrati.
Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan
anugrah oleh Tuhan pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini timbullah
rasa kasih saying para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral
keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi dan
melindungi serta membingbing keturunan mereka.3Allah SWT berfirman:

1
Masarudin Siregar, Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah, 2003), h.
16.
2
Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan
Masyarakat, (Semarang:Aktif Media,2009), h.45-46.
3
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo,1998), h.203-204.
4

( : /)

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku


sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (Q.S. Luqman/31:15)4
Allah SWT juga berfirman:

( : / )

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari


api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim/66: 6)

Jika diperhatikan susunan kalimat ayat ini, maka dapat diambil keimpulan
bahwa Luqman sangat melarang anaknya melakukan syirik. Larangan ini adalah
suatu larangan yang memang patut disampaikan disampaikan Luqman kepada
puteranya karena mengerjakan syirik itu adalah suatu perbuatan dosa yang paling
besar. Anak adalah sambungan hidup dari orang tuanya, cita-cita yang tidak
mungkin dapat dicapai orang tua selama hidup didunia diharapkannyalah anaknya
akan mencapainya. Demikian pula kerpercayaan yang dianut orang tuanya
disamping budi pekerti yang luhur sangat diharapkannya agar anak-anaknya
menganut dan memiliki semuanya itu dikemudian hari.5
Pendidikan anak merupakan realisasi tanggung jawab orang tua,
masyarakat, dan pemerintah. Dimulai dari lingkup terkecil, yaitu orang tua, sejak
kelahiran seorang anak, setiap orangtua berharap anaknya sukses dalam

4
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama,
2002), h.582.
5
Departemen Agama, Al-Quraan dan Tafsirnya Jilid VII (Semarang: Departemen
Agama Republik Indonesia, 1990), h. 636-637.
5

kehidupannya. Pemahaman bahwa keberhasilan dan kesuksesan anak dapat diraih


dan ditentukan oleh aspek pendidikan, membuat keinginan orangtua semakin kuat
untuk menyekolahkan anak.
Anak-anak memang dilahirkan dalam keadaan fitrah, tetapi bukan berarti
mereka tidak punya potensi. Mereka mempunyai potensi besar untuk tumbuh dan
menjadi manusia yang baik. Namun hal ini tergantung lingkungan yang
mempengaruhinya. Tentunya akan disesuaikan dengan bakat dan minat yang
dibawanya sejak lahir.
Adalah kewajiban orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya untuk
menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, karena orangtua merupakan pendidik
utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari orangtualah anak-anak pertama
kali menerima pendidikan. 6 Hal ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab
orangtua dalam pendidikan anak-anaknya. Apalagi kalau kita melihat bahwa
tujuan pendidikan dalam islam ialah terbentuknya insan kamil dengan pola takwa.
Dalam menerapkan suatu konsep pendidikan anak yang digunakan maka
bagi setiap orang tua perlu kiranya untuk memperhatikan perkembangan psikis
anak. Sehingga dalam menetapkan materi, metode dan tujuan pedidikan sesuai
dengan kondisi kejiwaan anak. Dengan kata lain, dalam melaksanakan pendidikan
anak dalam keluarga, perlu memilih metode yang baik dan bijakga serta materi
yang sesuai ajaran Islam.
Sebagai umat Islam, yang menganggap pelaksanaan pendidikan sebagai
upaya menginformasikan, menstranformasikan dan menginternalisasikan nilai-
nilai mestinya tidak terlepas dari nilai-nilai yang ada di al-Quran dan al-Hadis
tidak terkecuali nilai-nilai yang berhubungan dengan pendidikan anak.
Kalau kita tilik dalam tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan
kehidupan, dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

6
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 36.
6

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tnggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.7
Alasan kesibukan, keterbatasan waktu, dan kemampuan orang tua
terkadang menjadi faktor mendasar untuk memasukkan anak pada lembaga
pendidikan, yang ditambah dengan kurangnya pengetahuan tentang
perkembangan anak dan sumber belajar yang tidak memadai. Adanya tuntutan
lembaga pendidikan setingkat di atasnya, juga mendorong orangtua untuk
menyekolahkan anak. Begitu tinggi harpan orangtua. Lembaga pendidikan
terkadang tidak lagi mempertimbangkan factor-faktor kejiwaan anak didik.
Akibatnya, anak dituntut untuk menguasai sejumlah kompetensi tertentu yang
terkadang tidak sesuai dengan kemampuan anak. Ironisnya, hal ini biasanya
terjadi tanpa disadari oleh orangtua dan penyelenggara pendidikan. Sikap kurang
proporsional dalam medidik anak seakan melahirkan kesan bahwa pendidikan
telah melakukan penindasan terhadap anak.
Aspek lain menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan
kecanggihan teknologi di era globalisasi dewasa ini hampir menjadikan dunia
tidak ada batas antar wilayah dan Negara. Hal ini berdampak masuknya budaya
dan informasi dari Negara lain ke dalam budaya lokal dengan sangat mudah,
bahkan tidak dapat dihindarkan, baik melalui televise, internet, maupun media
lainnya. Hal ini disadari atau tidak berpengaruh terhadap moralitas anak yang
tentu saja dilanda krisis.
Krisis moralitas itu dengan mudah dapat diketahui melalui layanan
informasi, pemberitaan, dan surat kabar. Indikasi krisis moral terlihat dari dua
aspek. Pertama, krisis moral yang dilakukan oleh anak sehingga memposisikan
anak sebagai subjek kejahatan. Kedua, krisis moral terhadap anak yang dilakukan
orang dewasa, sehingga menjadikan anak sebagai objek tindak kejahatan.
Realitas-realita inilah yang mendorong penulis untuk mencermati lebih
dalam tentang objek penelitian pada aspek epistemology pendidikan anak, dan
menjadikan al-Quran sebagai fokus kajian. Kenapa harus tema pendidikan anak?.
7
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), h. 9.
7

Karena diyakini sepenuhnya bahwa keberhasilan pendidikan anak merupakan


dasar bagi kemajuan suatu bangsa. Tidak ada yang lebih mempercepat suatu
kemajuan bangsa tanpa diimbangi kesuksesan dalam menciptakan generasi
penerus bangsa itu sendiri, yang dilakukan melalui jalur pendiikan. Dengan kata
lain tidak ada hambatan yang lebih besar dalam membangun bangsa melebihi
kegagalan dalam pendidikan anak.
Berangkat dari pemaparan tersebut di atas, peneliti akan mencari
epistemologi pendidikan anak yang dinarasikan oleh al-Quran dalam bentuk
kisah-kisah teladan para Nabi dan orang shalih yang dipandang penting untuk
diperhatikan. Dari alasan-alasan tersebut peneliti memilih suatu tema pendidikan
anak yang ada dalam ayat al-Quran dengan sebuah penelitian berjudul :
Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Al-Quran (Kajian Tafsir Muqoran Q.S
Luqman Ayat 12-15).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan
penelitian ini yaitu:
1. Terjemahan dan masih banyak Mufasir yang belum menyinggung
tentang konsep pendidikan anak usia ini yang terkandung secara
tersirat maupun tersurat dalam Qs. Luqman Ayat 12-15
2. Aplikasi surat Luqman ayat 12-15 dalam pendidikan anak usia dini
3. Proses sosialisasi yang pertama yang dilakukan orang tua terhadap
anak sudah mulai bergeser.
4. Krisis moralitas dengan mudah dapat diketahui melalui layanan
informasi, pemberitaan, dan surat kabar sehingga anak mudah
terpengaruhi oleh budaya luar yang tidak baik
5. Banyaknya kegiatan dan pekerjaan menyebabkan orangtua kurang bisa
memberikan perhatian secara maksimal kepada anaknya sehingga
pendidikan dan akhlaknya tidak dikontrol secara baik dan benar
8

6. Keberadaan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini mendorong orang tua


mempercayakan putra-putrinya untuk dititipkan dilembaga pendidikan
anak.
7. Krisis moral dikarena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
globalisasi yang dipengaruhi oleh pemberitaan media, internet.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang dibahas dibatasi pada :.
1. Terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam surat Luqman ayat
12-15
2. Konsep pendidikan anak usia dini yang terkandung dalam Al-Quran
surat Luqman ayat 12-15

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukan diatas, maka
dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam Q.S Luqman
ayat 12-15 ?
2. Bagaimana konsep pendidikan anak usia dini dalam Q.S Luqman ayat 12-
15 ?

E. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempunyai tujuan-tujuan yang ingin
dicapai diantaranya adalah :
1. Untuk mengetahui terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam Q.S
Luqman ayat 12-15
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan anak usia dini secara baik dan benar
dengan merujuk pada Al-Quran dan pendapat pakar ulama
9

F. Manfaat Penelitian
Dalam peneltian konsep pendidikan anak usia dini dalam surat Luqman
ayat 12-15 ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, wawasan, serta bahan dalam konsep
pendidikan anak usia dini yang terkandung dalam Qs Luqman ayat 12-
15
2. Manfaat Praktis
Di antara manfaat-manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:
a. Bagi Akademik
Dapat memotivasi bagi pengembangan keilmuan di bidang tafsir,
membuka kemungkinan penelitian lebih lanjut dan peninjauan
kembali hasil pengkajian ini. Dan secara tersurat memberikan
petunjuk bagaimana mengajarkan pendidikan pada seorang anak
yang sesuai konsep Al-Quran surat Luqman ayat 12-15.
b. Bagi Masyarakat
Mengetahui dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat bagaimana pendidikan yang harus dilakuka
orangtua terhadap anaknya khususnya pada anak usia dini
c. Bagi Orang tua dan Anak
1) Bagi Orang Tua
Untuk mengetahui betapa pentingnya pendidikan anak usia
dini sehingga anak mendapatkan pendidikan yang layak dan
benar
2) Bagi Anak
Untuk mengetahui betapa penting dan wajib untuk merasakan
pendidikan sejak dini kala
BAB II

KAJIAN DESKRITIF KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini


Isitilah pendidikan berasal dari kata didik yang diberi awalan pe dan
akhiran kan, mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Isitilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu Paedagogie, yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak. 8 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
pendidikan ialah Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.9
Definisi pendidikan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional bab I ayat I
dikemukakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.10

8
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.13.
9
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),
Edisi Kedua, h.232.
10
Lif Khoiro Ahmadi, Hendro, Sofan, Pembelajaran Akselerasi, (Jakarta: PT Prestasi
Pustaka, 1998), Cet. Ke.1 h.204.

10
11

Pendidikan merupakan upaya sadar untuk menumbuh kembangkan potensi


sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitas
kegiatan belajar mereka. 11
Sedangkan arti pendidikan dalam islam kita kenal dengan istilah tarbiyah,
talim dan tadib. Kata tarbiyah menurut Abdurrahman al-Nahlawi berasal dari
tiga kata yaitu: raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh. Kedua, rabiya-
yarba yang berarti besar, dan yang ketiga rabba-yurabbu yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.12
Sedangkan kata talim berasal dari kata allama-yuallimu-ta;liman yang
berarti mengajarkan suatu ilmu kepada seseorang agar memiliki pengetahuan
tentang sesuatu. Seseorang mengajarkan tentang ilmu pengetahuan kepada orang
lain agar orang tersebut memiliki ilmu pengetahuan. Konteks talim ini lebih
mengacu kepada aspek kognitif.13
Istilah tadib menurut al-Attas merupakan istilah yang paling tepat dalam
menunjukan pendidikan Islam, al-Attas mengacu kepada hadist Nabi saw. Tadib
diartikan olehnya sebagai pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur
yang ditanamkan ke diri manusia atau pesert didik tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini,
pendidikan akan berfungsi sebagai pembingbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang lebih tepat dalam tatanan wujud dan kepribadian.14
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Di dalam buku filsafat karangan Zuhairini yang mengutip dari buku
Modern Philosophies of Education, John S. Brubacher mengemukakan bahwa:

11
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.13.
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007) , Cet.
VII, h.29.
13
A. Fattah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press,
2008), Cet.I, h.8.
14
Al-Rasyid & Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2005),h.30.
12

Education should be thought of as process of mans reciprocal adjustment


to nature, to his fellow, and the ultimate nature of the cosmos. Education
is the organized development and equipment of all the powers of human
being, moral intellectual, and physical, by and for their creator as their
final end. Education is the process in which these powers (abilities,
capacities of men which are susceptible to habituation are perfected by
good habits, by means artistically contrived, and employed by a man to
help another or himself achive the end in view).
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi
manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan
dengan alam semesta. Pendidikan merupakan pula perkembangan yang
terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusia, moral,
intelektual, jasmani dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan
masyarkatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut
bagi tujuan hidupnya. 15

Menurut Hasan Langgulung istilah education dalam bahasa inggris yang


berasal dari bahasa latin educere berarti memasukkan sesuatu. Istilah pendidikan
mengacu pada term tarbiyah, talim, tadib. Istilah tarbiyah berasal dari kata
rabba-yurabbi yang menunjukkan arti berkembang. Penggunaan kata tarbiyah
yang menunjukkan makna pendidikan dapat dipahami dalam firman Allah SWT
dalam surat Al-isra ayat 24 yang berbunyi:16


(:/)
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
(Q.S. al-Israa/17:24)

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah usaha yang dilakukan


dengan penuh keinsyafan yang ditujukkan untuk keselamatan dan kebahagiaan
manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering
merupakan perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh kea rah
kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin.

15
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet, III, h. 150.
16
Al-Rasyid & Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islamh. 26.
13

Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup


agar mempertinggi derajat manusia. 17
Pengertian pendidikan dengan agak lebih terperinci lagi cakupannya
dikemukakan oleh Soegarda Poerbakawaca. Menurutnya, dalam arti umum
pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta
keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam
pergaulan bersama sebaik-baiknya.18
Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa baik
sadar dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan menuju terciptanya kehidupan yang
lebih baik. Sedangkan dalam konteks Islam, pendidikan dapat diartikan sebagai
proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan
pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
beramal di dunia memetik hasilnya di akhirat. 19
Adapun tujuan Pendidikan Islam, dikatakan oleh Zakiah Daradjat dalam
buku Ilmu Pendidikan Islam, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya
menjadi insan kamil dengan pola takwa, Insan Kamil artinya manusia utuh
jasmani dan rohani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena
takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu
diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarkatnya
serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam
berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat
yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia
kini dan di akhirat nanti.20

17
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet.1,
h.9.
18
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Ih.10.
19
Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
Cet.I, h. 205.
20
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), Cet.2, h. 41.
14

Ketika seorang anak pertama kali ke dunia dan melihat apa yang ada di
dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari
sebuah gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam
hidupnya di dunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala
bentuk apa saja yang datang mempengaruhinya. Maka sang anak akan dibentuk
oleh setiap pengaruh yang dating dalam dirinya.
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak menurut para pakar ilmu
jiwa ialah masa perubahan tubuh, intelegensi, emosional dan kemampuan
interaksi yang member pengaruh pada utuhnya individu dan matangnya
kepribadian. Para ahli pendidikan dan pakar menetapkan bahwa setelah melewati
masa kelahiran, seorang anak mengalami beberapa pertumbuhan dan
perkembangan yang harus diketahui oleh orangtua untuk memudahkan dalam
menentukan langkah pendidikan pada fase umur sehingga orangtua mampu
membuat skedul program untuk diterapkan secara tepat dan sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan sehingga anak tumbuh besar bersama pendidikan
secara alami.21
Imam al-Ghazali berkata: Anak adalah amanat bagi orangtuanya, hatinya
bersih, suci dan polos. Kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan selalu
menerima segala yang diukirnya, dan akan cenderung terhadap apa saja yang
mempengaruhinya. Maka apabila dia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan
kebaikan, niscaya akan seperti itulah anak terbentuk. Sehingga kedua orangtuanya
akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sang anak akan menjadi
orang yang terdidik. Namun apabila seorang anak dibiasakan untuk melakukan
kejahatan dan ditelantarkan bagaikan binatang liar, sengsara dan celakalah ia.
Dosanya akan ditanggung langsung oleh kedua orangtunya sebagai penanggung
jawab dari amanat Allah. 22

21
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, (Jakarta:
Darul Haq), h. 131.
22
Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: al-Bayan, 1997), Cet. 1,
h. 35.
15

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah , bagaimana keadaan kelak di


masa datang bergantung dari didikan orangtuanya. Hal ini dijelaskan Rasulullah
dalam hadits:

( )
Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam
kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya
menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi. (H.R. Bukhari)

Hadits di atas menjelaskan betapa besar pengaruh pendidikan orangtua


terhadap anak-anaknya, ia bisa menentukan keadaan anaknya kelak di masa
datang. Oleh karena itu sudah seharusnya para orangtua bersungguh-sungguh dan
berhati-hati (dengan tetap berdasarkan agama) dalam mendidik anaknya.
Mendidik anak merupakan pemberian dan warisan yang utama dari
orangtua terhadap anak-anaknya. Rasulullah bersabda:

-
( )
Tidak ada pemberian orangtua kepada anaknya yang lebih baik daripada
budi (pendidikan) yang baik. (HR. Turmudzi)

:
( )
Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah akhlak mereka. (HR. Ibnu
Majah)23

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Anak adalah keturunan dari ayah
dan ibu atau keturununan yang kedua.24 Yang dimaksud anak dalam UU RI

23
Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. I, h. 85-
86.
24
Ummi Chulsum, windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kashiko,
2006), Cet. I, h. 11-12.
16

tentang perlindungan anak pasal I menyatakan anak adalah setiap manusia yang
berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi anak
dutentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih cepat. Dan termasuk anak yang
masih dalam kandungan disebut juga anak. 25
Anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa. Selain sebagai amanah
dari Allah SWT, anak juga merupakan cikal bakal yang akan memelihara,
mempertahankan, dan mengembangkan hasil pembangunan demi kebahagiaan
dunia akhirat. Oleh karena itu anak memerlukan perlindungan untuk menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, serta sosialnya secara utuh dan
seimbang. Memberikan perlindungan terhadap anak, baik jasmani maupun rahani,
merupakan keharusan yang selaras dengan perintah Alah SWT.26
Dalam buku karangan Abdullah Nasih Ulwan, menurutnya anak adalah
amanat Allah yang harus dibina, dipelihara, diurus secara seksama serta sempurna
agar kelak menjadi insan kamil.27 Karena itu anak perlu mendapatkan pendidikan
dari kedua orangtuanya, bahkan pendidikan anak, jika telah dilaksanakan dengan
baik dan terarah, maka tidak lain adalah fondasi yang kuat untuk mempersiapkan
pribadi yang shalih dan bertanggung jawab atas segala persoalan dan tugas
hidupnya.
Ulwan menambahkan lagi, materi yang diberikan berupa pendidikan
moral, fisik, akal, jiwa, sosial, seks, dan yang terpenting itu adalah agama. Bahkan
menurut Ulwan pendidikan anak dapat dimulai ketika laki-laki (suami) memilih
calonnya. Karena calon yang akan dipilih oleh laki-laki (istri) sangatlah
mempengaruhi setiap kepribadian anak. Sebab anak akan lebih dekat
hubungannya dengan ibu (calon yang dipilih), khususnya secara psikologis.
Karena ketika istri mengandung dan menyusui secara tidak langsung telah

25
Undang-undang RI, Tentang Perlindungan Anak No.23 Tahun 1997, (Surabaya: Media
Center, 2006), Cet. 1, h. 119.
26
Subhan Husain Albari, Agar Anak Rajin Solat, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), Cet. I,
h. 11.
27
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul awlad
fil islam oleh Jamaluddin Miri., (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), Cet. 3, Jilid I, h. 7.
17

meletakkan pondasi dasar atas prilaku dan karakter yang dimiliki oleh istri (ibu
dari si anak).28
Pada zaman jahiliyah kedudukan anak dalam sebuah keluarga sangatlah
mempengaruhi posisi keluarga dalam masyarakat. Karena ketika dalam sebuah
keluarga terlahir anak laki-laki maka keluarga tersebut menjadi terpandang, tetapi
sebaliknya ketika sebuah keluarga terlahir anak perempuan maka keluarga itu
menjadi cemohan masyarakat. Ketika nabis saw diutus oleh Allah salah satu
ajarannya adalah mengumandangkan persamaan hak antara pria dan wanita.
Sebagai realisasi dari perintah al-Quran dan Nabi saw ini maka para orangtua
sepanjang masa menerapkan dasar keadilan dan persamaan hak di dalam
kecintaan, perlakuan dan kasih saying kepada anak-anak, tanpa membedakan
antara pria dan wanita. 29

):- -


30

Menurut al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin telah mengatakan:
Ash-Shabiy atau anak merupakan amanat di tangan kedua orangtuanya.
Hatinya yang bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas
dari segala macam ukiran dan gambaran. Ukiran berupa kebiasaan berbuat
baik akan dapat tumbuh subur sehingga ia akan meraih kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Jika sang anak dibiasakan dengan hal-hal yang baik dan
diajarkan kebaikan kepadanya, ia akan tumbuh dengan baik dan akan
memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Kemudian pahala yang
dipetiknya turut dinikmati oleh kedua orangtuanyaa. Dan apabila
dibiasakan pada hal-hal yang buruk, dan ditelantarkan begitu saja bagaikan
memperlakukan hewan ternak, maka niscaya sang anak akan tumbuh
menjadi seorang yang celaka dan binasa. Dan dosa yang ditanggung sang

28
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul
awlad fil islam oleh Jamaluddin Miri..h. 38
29
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul
awlad fil islam oleh Jamaluddin Mirih. 38.
30
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, ihya ulumuddin, (Darul
Fikri), jilid 3, h. 66.
18

anak itu, akan menjadi beban bagi orang yang pernah mengajarinya dan
yang menjadi walinya.

Cara mendidik anak adalah hendaknya mengajari akhlak-akhlak yang


baik, kemudian menjaganya dari pergaulan yang buruk dan jangan
membisaakannya berfoya-foya. Sebagaimana ungkapan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah
dalam kitabnya Tuhfatul Maudud fil Ahkamil Maulud yang dikutip oleh
Muhammad Ali Qutb dalam bukunya yang berjudul Sang Anak dalam Lindungan
Islam:
Termasuk diantaranya hal yang sangat dibutuhkan didalam mendidik anak
ialah memperhatikan masalah akhlak. Sang anak akan tumbuh sesuai dengan apa
yang dibiasakan kepadanya oleh sang pendidik semasa sang anak masih kecil.
Oleh karena itu kita jumpai banyak orang yang akhlaknya menyimpang dari
kebenaran, yang disebabkan oleh pendidikan dimana ia dibesarkan.31
Dari ungkapan di atas jelaslah bahwa pendidikan orangtua terhadap anak
mempengaruhi tingkah laku dan karakter anak tersebut. Termasuk dalam
membina watak anak perlu memperhatikan bakat dan potensi yang terpendam di
dalam diri anak yang sesuai dengan kecendrungannya. Ia harus dipersiapkan
untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan pembawaannya, dan jangan sekali-
kali dibebankan kepadanya hal-hal yang tidak mampu dilakukannya mengingat
bakatnya tidak sesuai dengan hal itu.
Usaha orang tua dalam mendidik anak tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan. Orang tua harus memiliaki kesabaran dan kretivitas yang tinggi.
Secara umum ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh para orang tua
muslim dalam mendidik anak. Berikut beberapa langkah tersebut:
1. Memahami tentang konsep dan tujuan pendidikan anak
2. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak

31
Muhammad Ali Qutb, Sang Anak dalam Lindungan Pendidikan Islam, (Bandung: CV
Diponegoro, 1993), Cet, 2, h. 9.
19

3. Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap


gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan
cepat.32
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Dari penjelasan undang-undang tersebut, maka dapat kita
pahami bahwa yang dimaksud dengan anak usia dini adalah anak pada masa pra
sekolah, yaitu dimulai dari anak usia 0 tahun sampai 6 tahun. Sebagian pakar
mengatakan bahwa yang dimaksud anak usia dini adalah dari 0 tahun sampai 8
tahun. Dan sebagaiamana dijelaskan dimuka bahwa dalam Islam untuk memulai
pendidikan anak sejak masa pemilihan calon yaitu ibu.
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwasanya pendidikan anak
usia dini adalah suatu proses transformasi pengetahuan, wawasan serta
pengalaman hidup orang dewasa (di dalam hal ini lebih fokusnya adalah orangtua)
kepada anak yang menjadi tanggung jawabnya dengan tujuan sang anak dapat
menerima semua yang diajarkan secara sadar untuk direalisasikan dala kehidupan,
seperti terbentuknya karakter yang kuat, bebas dan mandiri.

B. Pendekatan Pendidikan Anak Usia Dini


Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang
diadopsi dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan proses, konkret, holistik dan
discovery. Holistik dilakukan antara lain dalam bentuk melakukan pembelajaran
kontekstual. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran diupayakan menstimulasi
semua dimensi pengembangan secara keseluruhan. Discovery dilakukan dalam
bentuk kegiatan belajar memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan

32
Subhan Husain Albari, Agar Anak Rajin Solath.45.
20

kemampuan mengamati, mengidentifikasi, bereksperimen, bereksplorasi,


33
memaknai dan menyimpulkan hasil pengamatan.

C. Masa Perkembangan Anak


Para pendidik atau orangtua harus mengenali perkembangan dan
pertumbuhan anak secara alami sehingga mampu menentukan langkah dan
kebijakan proses pendidikan secara benar maka hendaklah memperhatikan hal-hal
dibawah ini:
1. Fase balita adalah masa menyusui dan menyapih yaitu setelah anak
berumur 2 tahun. Beberapa ciri dibawah ini merupakan manifestasi dari
adanya proses pekembangan pada bayi yaitu : Adanya perkembangan fisik
nampak dari makin bertambahnya ukuran panjang dan berat badan bayi.
Perkembangan motorik nampak dari adanya respon bayi terhadap rangsang
berupa gerakan seluruh tubuh dan refleks-refleks. Perkembangan berpikir
(kognitif) pada bayi di tandai oleh persyaratan rasa ingin tahu.
2. Fase balita antara umur 3 hingga 5 tahun yaitu masa pendidikan pra
sekolah dan play group. Beberapa ciri perkembangan pada masa ini adalah
: a. Perkembangan motorik :dengan bertambah matangnya perkembangan
otak yang mengatur sistem syaraf otot (neuromuskuler) memungkinkan
anak-anak usia ini lebih lincah dan aktip berrgerak. b. Perkembangan
bahasa dan berfikir: Kemampuan berbicara lisan pada anak akan
berkambang karena terjadi selain oleh pematangan dari organ organ
bicara dan berpikir,juga karena lingkunga ikut membantu
mengembangkannya
3. Fase kanak-kanak yaitu antara umur 6 hingga 8 tahun yaitu fase anak
mulai masuk sekolah dasar. Tahap usia ini disebut juga sebagai usia
kelompok (gangage), di mana anak mulai mengalihkan perhatian dan
hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap-sikap
terhadap kerja atau belajar. Dengan memasuki S.D. salah satu hal penting
yang perlu dimiliki anak adalah kematangan sekolah. Pada masa anak

33
Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : Kencana. 2011), Cet I, h. 690
21

sekolah ini ,anak anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya


dimana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan
teman, bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas akan tumbuh
rasa rendah diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang
perlu dikerjakan dalam menghadapi tuntutan masyarakatnya dan ia
berhasil mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi
sekolahnya ,akan timbul motivasi yang tinggi terhadap karya dengan lain
perkataan terpupuklah industry
4. Fase peralihan yaitu umur 9 hingga 12 tahun yaitu akhir anak memperoleh
pendidikan dasar. Dimulai dengan tumbuhnya gigi baru sampai timbulnya
gejala berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin (seksual).
5. Fase remaja atau baligh yaitu umur 12 hinga 15 tahun yaitu umur
pertumbuhan anggota tubuh dan kematangan secara psikologi atau
kewajiban bagi anak laki-laki dan anak perempuan.
6. Fase puberitas usia 15 hingga 18 tahun yaitu fase anak sudah duduk di
bangku SMU.
7. Masa produktif umur 18 hingga 30 tahun.
8. Masa dewasa yaitu masa peralihan dari produktif hingga umur enam puluh
tahun.
9. Masa manula yaitu masa mulai umur enam puluh. 34
Disini penulis mengambil fase balita hingga fase kanak-kanak, yaitu antara
anak umur 0 tahun hingga anak masuk sekolah dasar.

D. Hak Anak dalam Keluarga


Menanamkan pendidikan yang jangkaunnya jauh ke zaman depan itu,
harus diusahakan semenjak dari anak-ana masih di dalam asuhan ibu dan bapak di
dalam rumah tangga. Membentuk anak-anak yang berbakat harus sudah dimulai
semenjak sang anak masih kecil, masih di dalam buaian dan asuhan seorang ibu,
yang membelai dan menyayanginya dengan penuh kasih saying.

34
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anakh.132.
22

Di antara hak seorang anak adalah hendaknya ia hidup di sebuah rumah


tangga yang islami dan tentram, dimana setiap anggota keluarga dari rumah itu
melaksanakan kewajiban-kewajiban agama. Dan rumah itu di penuhi dengan
kejujuran, akhlak mulia dan kedua orangtuanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
yang menyangkut agama dan dunia dengan penuh keihklasan dan tanggung jawab.
Karena pendidikan seorang anak dimulai dengan cara meniru dan suri tauladan.

( )
Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam
kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya
menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi. (H.R. Bukhari)

Seorang anak datang kedua dengan mempunya akal, fikiran dan perasaan
yang seperti kertas putih dan bersih. Dia mempunyai kesiapan yang
dipersembahkan kepadanya. Untuk itulah bagi kedua orangtua hendaknya mereka
mengetahui tentang penting pertumbuhan, perkembangan dan masa depan seorang
anak secara keseluruhan.
Hak yang lainnya adalah anak mendapatkan pendidikan yang sempurna,
baik pendidikan jasmani, akhlak dan rohani. Orangtua harus bisa memperhatikan
makanannya, seperti kandungan gizi yang terdapat di dalam makanannya.
Orangtua juga harus memperhatikan kebersihannya, baik badan, pakaian, rambut
dan sebagainya, orangtua juga harus memperhatikan tentang masalah
pergaulannya.

E. Langkah-langkah dalam Mendidik Anak


Proses pembentukan tingkah laku atau kepribadian hendaklah dimulai dari
masa kanak-kanak, yaitu sejak selesainya masa menyusui hingga anak berumur
enam tahun. Masa ini termasuk masa yang sangat sensitive bagi perkembangan
kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosialisasi anak. Di dalamnya, terjadi
23

proses pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar keselamatan mental dan
moralnya.
Pentingnya pendidikan Islam oleh para orang tua terhadap anak-anak
mereka didasarkan oleh sabda Rasulullah SAW yang menegaskan bahwa setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang menjadikan
anak-anak itu Nasrani, Yahudi atau Majusi.35
Hal tersebut juga didukung oleh teori psikologi perkembangan yang
menegaskan bahwa masing-masing anak dilahirkan dalam keadaan seperti kertas
putih. Teori ini dikenal dengan Tabularasa, yang menyatakan bahwa setiap anak
dilahirkan dalam keadaan bersih, ia akan menerima pengaruh dari luar lewat
indera yang dimiliki.
Tentang pentingnya peranan orangtua dalam pendidikan anak di
lingkungan keluarga ini, Allah swt berfirman:

( :/ )
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim/22: 6)

Ada beberapa aspek pendidikan yang perlu diterapkan oleh para orangtua
dalam hal membentuk tingkah laku atau kepribadian anak mereka sesuai dengan
tuntunan al-Quran dan hadist. Diantara aspek-aspek tersebut adalah pendidikan
yang berhubungan dengan penanaman atau pembentukan dasar keimanan
(akidah), pelaksanaan ibadah, akhlak, dan lain sebagainya.
Memang usaha orangtua dalam mendidik anak tidaklah semudah
membalikan telapak tangan. Orangtua harus memiliki kesabaran dan kreativitas
yang tinggi. Secara umum ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh
para orangtua muslim dalam mendidik anak. Berikut beberapa langkah tersebut:

35
Subhan Husain Albari, Agar Anak Rajin Solath.41.
24

1. Memahami tentang konsep dan tujuan pendidikan anak.


2. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
3. Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian, setiap
gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
Cara mudah mendidik anak dengan nilai-nilai yang baik antara lain
orangtua harus terlebih dahulu mempraktikannya sebelum nilai tersebut ditransfer
kepada anak. Orangtua harus menjamin lingkungan anak sesuai dengan ajaran
Islam. Selain itu orangtua harus menjalankan fungsinya masing-masing.36

F. Metode Penanaman Nilai-nilai Islam pada Diri Anak


Pendidikan atau penanaman nilai-nilai Islam pada diri anak akan berhasil
bila diwujudkan dengan mengikuti langkah-langkah yang baik dan benar.
Sehubungan dengan hal ini, Abdurrahman an-Nahwali mengemukakan tujuh kiat
dalam mendidik anak. Berikut adalah ketujuh kiat tersebut:
1. Hiwar (Dialog)
Mendidik anak dengan cara dialog merupakan suatu keharusan bagi
orangtua. Oleh karena itu kemampuan berdialog mutlak harus ada pada setiap
orangtua. Dengan dialog, akan terjadi komunikasi yang dinamis antara orangtua
dengan anak, serta lebih mudah dipahami dan berkesan. Selain itu orangtua akan
mengetahui perkembangan pemikiran dan sikap anak. Rasulullah saw juga
menerapkan langkah ini dalam mendidik anak.
2. Kisah
Mendidik anak dengan cara berkisah sangat penting bagi perkembangan
jiwa anak. Sebuah kisah yang baik akan menyentuh jiwa dan memotivasi anak
untuk mengubah sikap. Kalau kisah yang diceritakan itu baik, maka sifat baik
tokoh tersebut akan ditiru oleh anak yang bersangkutan.
Banyak sekali kisah-kisah sejarah, baik kisah para nabi, sahabat,
pahlawan, atau orang-orang shalih, yang bisa dijadikan sebagai pelajaran dalam
membentuk keprinbadian anak. Fenomena semakin banyaknya anak yang
36
Subhan Husain Albari, Agar Anak Rajin Solath.45-46.
25

pemalas, tidak mau berusaha dan tidak menerima beres merupakan salah satu
dampak dari kisah khayalan yang menampilkan pribadi-pribadi pemalas, tetapi
selalu ditolong dan diberi kemudahan.
Cerita tentang kisah-kisah yang mengandung hikmah sangat efektif untuk
menarik perhatian anak dan merangsang otaknya agar bekerja dengan baik,
bahkan metode ini dianggap yang terbaik dari cara-cara lain dalam mempengaruhi
pola piker anak. Karena dengan mendengar cerita, anak merasa senang sekaligus
menyerap nilai-nilai pendidikan tanpa merasa dijejali. Cara seperti ini telah
dicontohkan oleh Rasulullah saw sejak dulu, beliau seringkal bercerita tentang
kisah kaum-kaum terdahulu agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya.
Ada satu hal penting yang haru digarisbawahi, yaitu bahwa kisah kisah
yang diceritakan Rasulullah saw bukanlah cerita bohong belaka, melainkan
riwayat-riwayat yang jelas latarbelakangnya dan sejarahnya serta yang paling
mengandung nilai-nilai pendidikan dan ruh keislaman yang dapat mendorong
anak yang mendengarkan untuk bersikap sesuai dengan akhlak luhur dan mulia
yang diajarkan oleh Islam kepada seluruh umatnya.37
3. Perumpamaan
Al-Quran dan hadits banyak sekali mengemukaan perumpamaan. Jika
Allah swt dan Rasul-Nya mengungkapkan perumpamaan, secara tersirat berarti
orang tua jug harus mendidik anak-anaknya dengan perumpamaan. Sebagai
contoh, orangtua berkata kepada anaknya, Bagaimana pendapatmu bila ada
seorang anak yang rajin shalat, giat belajar, dan hormat kepada kedua
orangtuanya, apakah anak ini akan disukai oleh ayah dan ibunya? Maka si anak
pasti berkata, Tentu, anak itu akan disukai oleh ibu bapaknya.
Dari ungkapan itu, orang harus terus menerus memberikan arahan
terhadap anaknya sampai sang anak betul-betul menyadari bahwa kalau mau
disayang oleh orangtua, yang dilakukan sang anak adalah rajin shalat, giat belajar
dan hormat kepada kedua orangtuanya. Begitu juga dengan persoalan-persoalan
lainnya.

37
Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullahh. 301.
26

4. Keteladanan
Orangtua merupakan pribadi yang sering ditiru oleh anak-anaknya. Kalau
perilaku orangtua baik, maka anak akan meniru hal-hal yang baik. Sebaliknya,
bila perilaku orangtua buruk, maka anaknya akan meniru hal-hal yang buruk pula.
Dengan demikian, keteladan yang baik merupakan salah satu kiat orangtua
menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang shalih, maka yang harus menjadi
shalih terlebih dahulu adalah orangtua.
Metode ini merupakan metode yang paling unggul dan paling jitu
dibandingkan metode-metode lainnya. Melalui metode ini para orangtua, pendidik
atau dai member contoh atau teladan terhadap anak/peserta didiknya bagaimana
cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah dan
sebagainya.
Melalui metode ini maka anak/peserta didik dapat melihat, menyaksikan
dan meyakini cara yang sebenarnya sehingga mereka dapat melaksanakannya
dengan lebih baik dan lebih mudah.
Maksudnya adalah dalam hal kebaikan dan kebenaran, apabila kita menghendaki
orang lain juga mengerjakannya, maka mulailah dari diri kita sendiri untuk
mengerjakannya. 38
5. Latihan dan Pengamalan
Anak yang shalih bukan hanya rajin berdoa untuk kedua orangtuanya,
tetapi, ia juga berusaha secara maksimal untuk melaksanakan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Agar dapat mengajarkan amalan Islam, seorang anak harus
dilatih sejak dini. Ia harus dilatih sejak awal tentang shalat, puasa, berjibab, dan
lain sebagainya. Tanpa latihan yang dibiasakan, seorang anak akan sulit
mengamalkan ajaran Islam, meskipun ia telah memahaminya. Oleh karena itu,
seorang ibu harus menanamkan kebiasaan yang baik kepada anak-anaknya dan
melakukan control agar seorang anak disiplin dalam melaksanakan ajaran Islam.

38
Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikanh.19.
27

6. Ibrah dan Mauizah


Para orangtua bisa mengambil pelajaran bagi anak-anaknya dari berbagai
kisah, misalnya tentang sejarah. Begitu pula dengan peristiwa yang actual, bahkan
dari kehidupan makhluk lain, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Bila
orangtua sudah berhasil mengambil pelajaran dari suatu kejadian bagi anak-
anaknya, langkah berikutnya adalah memberikan nasihat (mauizah) yang baik.
Memberi nasihat itu tidak selalu harus dengan kata-kata. Nasihat bisa
dilakukan melalui kejadian-kejadian tertentu yang menggugah hati seperti
menjenguk orang sakit, takziah, ziarah ke kubur dan lain sebagainya.
7. Targhib dan Tarhib
Targhib adalah janji-janji yang menyenangkan bagi seseorang yang
melakukan kebaikan, sedangkan tarhib adalah ancaman yang mengerikan terhadap
orang yang melakukan keburukan. Banyak sekali ayat dan hadist yang
mengungkapkan janji dan ancaman. Itu artinya, orangtua juga mesti menerapkan
metode dalam mendidik anaknya. 39
Pahala dari mendidik anak sangatlah besar, malah apabila orangtua
berhasil dalam mendidik sehingga anak-anaknya menjadi shalih maka pahalanya
mengalir terus meskipun orangtuanya telah meninggal. Hal ini dijelaskan dalam
hadist:

:
( ) :
Apabila anak Adam (manusia) sudah mati, maka putuslah semua
amalnya, kecuali tiga hal : shadaqah jariyahnya, ilmunya yang bermanfaat,
dan anaknya yang shalih yang mendoakannya (HR. Muslim)

Berbahagialah para orangtua yang berhasil dalam mendidik anak-anaknya


sehingga menjadi shalih. Namun untuk mewujudkan itu bukanlah suatu hal yang
mudah, karena banyak halangan dan rintangan, terlebih lagi pada masa kini
manakala teknologi dan informasi sudah sangat maju yang apabila tidak hati-hati

39
Subhan Husain Albari, Agar Anak Rajin Solath.46-53.
28

akan mendatangkan kemudaratan (ketidakbaikan) serta pergaulan anak muda


sudah banyak yang menyimpang dan cenderung kepada ke maksiatan. Di sinilah
tugas orang tua menjadi semakin berat, untuk itu perlu kesabaran dan ketaatan
dalam beragama supaya pendidikan terhadap anak bisa berjalan lancar. 40
Metode ini merupakan metode yang mendorong anak didik untuk belajar
suatu bahan pelajaran atas dasar minat yang berkesadaran pribadi terlepas dari
paksaan atau tekanan mental. Belajar berdasrkan motif-motif yang bersumber
dari kesadaran pribadi dipandang oleh ahli psikologi sebagai suatu kegiatan positif
yang membawa keberhasilan proses belajar.41

G. Materi Pendidikan Anak Usia Dini


Istilah materi pendidikan berarti mengorganisir bidang ilmu pengetahuan
yang membentuk basis aktivitas lembaga pendidikan, bidang-bidang ilmu
pengetahuan ini satu dengan yang lainnya dipisah-pisah namun merupakan satu
kesatuan utuh terpadu. Materi pendidikan harus mengacu kepada tujuan, bukan
sebaliknya tujuan mengarah kepada suatu materi, oleh karenanya materi
pendidikan tidak boleh berdiri sendiri terlepas dari kontrok tujuannya. Materi atau
isi pelajaran yang disusun sebelumnya harus ditentukan dahulu tujuan yang
hendak dicapai dengan mempertimbangkan skil-skil atau keterampilan-
keterampilan, para pelajar itu akan gagal manakala pemikiran kritis dan imajinatif
hanya mampu mencapai taraf rendah. Oleh karena itu sulit kiranya untuk
menerima pandangan, bahwa materi atau isi pendidikan itu akan mencapai tujuan
maksimal hanya dengan mempertimbangkan materi pelajaran yang lain.42
Orang tua wajib mengajarkan syariat sebagai pendorong bagi anak-anak
untuk berperangai luhur dan mulia, di samping mengajarkan kepandaian dan
keterampilan untuk membuka pintu nafkah hidup mereka di masa depannya.

40
Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikanh. 87.
41
Hamdani Ihsan, Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2007), Cet. III, h. 180.
42
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 159.
29

Untuk mengarungi lautan kehidupan keduniawian dan keakhiratan, anak perlu


mendapatkan tiga kelompok materi, yaitu :
1. Tarbiyah Jismiyah
Dengan materi tarbiyah jismiyah, anak akan mendapatkan sarana dan
prasarana pendidikan dari orangtuanya berupa fasilitas untuk menyehatkan,
menumbuhkan, dan menyegarkan tubuhnya. Mereka berhak tumbuh dengan tegar,
sehingga mampu mamdiri dalam menghadapi tantangan kehidupan dan kesulitan
fisik yang dialami demi kesempurnaan hidupnya. Untuk kebutuhan fisik anak,
orangtua harus selektif dalam memberikan pemenuhannya agar ada keseimbangan
kebutuhan duniawi dan akhiratnya. Pemberian makanan harus dengan
pertimbangan dapat meninggikan akhlaknya, yaitu menjaga mereka dari sifat
berlebihan. Demikian pula dengan pakaian, harus menunjukan akhlakul karimah
sesuai dengan syariat, menghindari hidup bermewah-mewahan, dan budaya anti
keselamatan dunia dan akhirat.
Orangtua berkewajiban membantu perkembangan fisik anak, sekaligus
memenuhinya dengan doa dan nilai-nilai keagamaan, sehingga mendapatkan
barakah dari Allah swt sepenuhnya. Selain itu perlu ditanamkan rasa malu agar
anak tidak tumbuh dan berkembang menjadi anak liar, tidak pandai bersukur,
tamak dan sombong. Hindarkan mereka dari segala sesuatu yang merugikan
kepentingan dunia akhiratnya melalui teladan yang baik dari seluruh anggota
keluarganya yang ada disekelilingnya.43
2. Tarbiyah Aqliyah
Dalam materi tarbiyah aqliyah, anak diberi kesempatan memperoleh
pendidikan dan pengajaran yang mencerdaskan dan menanjamkan akal. Perlu
diingat bahwa orangtua mempunyai peluang yang cukup besar untuk
mengembangkan akhlak mulia, melalui pendidikan berhitung, fisika, kimia dan
materi lainnya. Dengan menerapkan metode integrated curricular, para orangtua
dapat membantu proses tumbuh-kembangkan kecerdasan anak, sekaligus
meninggikan akhlaknya. Tanamkan keihklasan dalam menuntut ilmu dan

43
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, h.
160
30

kesabaran dalam mengikuti proses transfer ilmu pengetahuan. Tanamkan pada


anak sifat hormat kepada para pendidiknya, menghargai prestasi kawannya.
Tumbuhkan sikap kompetitif sehat dalam meraih prestasinya, sehingga tidak
tumbuh sikap iri dan dengki terhadap sesamanya.
Semua upaya tersebut akan membantu anak-anak tumbuh cerdas dalam
ruang lingkup rasa sukur. Dalam kehidupan sehari-harinya, akhlak mulia sang
anak akan tercermin dalam perilakunya yang penuh tanggung jawab, baik dalam
belajar, penyampaian, maupun penerapannya. 44
3. Tarbiyah Ruhaniyah atau Tarbiyah Adabiyah
Dalam materi tarbiyah ruhaniyah atau tarbiyah adabiyah, unsur-unsur
perataan yang telah berbarengan dengan pendidikan jasmani dan akal mereka,
akan disempurnakan melalui nasehat yang baik. Sehingga, diharapkan mampu
menghaluskan dan menyempurnakan keluhuran budi anak. 45 Dalam konteks itulah
maka perlu kiranya pendidikan versi Luqman yang memberikan dasarnya dengan
keimanan kepada tuhan digali dan diangkat kembali ke permukaan untuk
dijadikan tauladan bagi pelaksanaan proses pendidikan anak yang hidup di alam
global di mana mayoritas para orangtua tidak lagi memiliki banyak peluang untuk
memberikan kebutuhan dasar anak-anak mereka.
Menjadikan keimanan kepada ke-Esaan Allah swt sebagai landasan dasar
bagi pendidikan anak-anak merupakan sesuatu yang wajib dilakukan oleh
orangtua dan orang-orang dewasa sebagai pendidik dan pembimbing mereka,
karena hal itu akan memberikan dampak positif serta implikasi yang sangat luas
terhadap perkembangan jiwanya. 46 Anak akan menjadi apa kelak, tergantung
bagaimana kedua orangtua membimbingnya. Oleh karena itu dalam the golden
years ini, hendaknya diperhatikan enam segi fondasi dalam mendidik anak:
a. Segi Ketuhanan dan Spiritual

44
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-
Quran,h.161
45
Aziz Mushtoffa, Aku Anak Hebat Bukan Anak Nakal, (Yogyakarta: Diva Press, 2009),
h.34-36.
46
Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Quran, (Yogyakarta: Teras,
2010), h. 103.
31

1) Menanmkan prinsip agama dan mengokohkan fondasi Iman.


2) Menanamkan ketataan terhadap agama.
3) Mencarikan teman yang baik.
4) Memperhatikan kegiatan anak.
b. Segi Moral
1) Kejujuran dan tidak munafik
2) Menjaga lisan dan berakhlak mulia
c. Segi Mental dan Intelektual
1) Menyenangi bacaan yang bermutu yang dapat meningkatkan kualitas
diri
2) Menjaga diri dari hal-hal yang merusak akal
d. Segi jasmani
1) Diberi nafkah wajib dan kebutuhan dasar anak, seperti makanan dan
tempat tinggal, kesehatan, pakaian dan pendidikan
2) Latihan jasmani, berolahraga, menunggang kuda, berenang, memanah.
3) Menghindari dari kebiasaan yang merusak jasmani
e. Segi Psikologis
Gejala malu, takut, minder, manja, egois dan pemarah
f. Segi Sosial
1) Menunaikan hak orang lain dan setiap yang berhak dalam kehidupan
2) Etika social anak.47

H. Hasil Penelitian yang Relevan


Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis
lakukan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Akhlak yang Terkandung dalam Surat Luqman Ayat 17-19,
ditulis oleh Aji Payumi NIM. 106011000065 mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2006, dengan hasil penelitian bahwa:
47
Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Yogyakarta, Diva Press,
2009), h. 30-31.
32

a. Pendidikan akhlak merupakan bidang pendidikan yang sangat penting dan


mendapat perhatian serius yang harus ditanamkan sejak dini, karena
pendidikan akhlak tidak dapat dipisahkan dengan aspek-aspek lainnya
seperti spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
dan keterampilan. Tujuannya adalah untuk membentuk manusia yang
paripurna (insane kamil) yang taat dan takwa kepada Allah.
b. Surat Luqman merupakan surat al-Quran penuh hikmah dan nasihat yang
begitu menyentuh dari seorang Luqman al-Hakim, serta mengandung dan
sarat akan pendidikan akhlak terutama pada ayat 17-19 yang meliputi,
pertama, akhlak kepada Allah, bentuk perilaku yang ditampilkan adalah
beribadah kepada-Nya (shalat), amar maruf nahyi munkar, dan sabar.
Kedua, akhlak kepada sesame manusia, bentuk perilaku yang ditampilkan
adalah tidak memalingkan muka dan tidak sombong kepada orang lain.
Ketiga, dan akhlak kepada diri sendiri, bentuk perilaku yang ditampilkan
adalah sederhana dalam berjalan dan melunakkan suara, maksudnya tidak
meninggikan suara tanpa guna.
2. Nilai-nilai Pendidikan dalam Surat Luqman (Analisis Surat Luqman Ayat 12-
19), Oleh Agus Salim NIM. 107011001320, mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2007, dengan hasil penelitian bahwa:
a. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Luqman meliputi 3 hal
yaitu aspek pendidikan Akidah, aspek pendidikan Ibadah, aspek
pendidikan Akhlak. Bila dijabarkan adalah sebagai berikut: Larangan
berbuat syirik; Kepercayan kepada hari akhir dan pembalasan Allah;
Berbakti kepada orangtua; Hukum menghormati orangtua kafir; Perintah
shalat; Amar maruf nahyi munkar; Konsep sabar; Larangan bersifat
sombong dan takabur; Larangan memalingkan muka; Konsep
kesederhanaan.
b. Sedangkan dari segi bahasa mempunyai 3 bahasa yang berbeda yang
diterapkan Luqman dalam mendidik putranya yaitu a. Bahasa Seruan, b.
Bahasa Kiyasan, C. Bahasa Isyarat. Semua itu merupakan upaya
33

mengembangkan fitrah manusia menuju terbentuknya manusia ideal (insan


kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada
Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan diakhirat kelak.
Dari dua kajian-kajian yang releven dan skripsi yang penulis tulis, yaitu
pertama, itu lebih fokus kepada konsep pendidikan akhlak yang terkandung dalam
surat Luqman, yang kedua lebih fokus kepada nilai-nilai yang terkandung pada
surat Luqman. Sedangkan penulis lebih memfokuskan kepada konsep pendidikan
anak usia dini yang terkandung pada surat Luqman ayat 12-15.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian


1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah mengenaia konsep pendidiak anak usia
dini yang terkandung dalam surat Luqman Ayat 12-15
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu yang dilalui penulis dalam penelitian ini adalah mulai
tanggal 8 januari 2014 sampai tanggal 16 maret 2014.

B. Metode Penulisan
Dalam penelitian, metode merupakan suatu hal yang sangat penting,
karena dengan metode yang baik dan benar akan memungkinkan tercapainya
sesuatu tujuan penelitian. Adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini
yaitu :
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data penelitian kualitatif
dengan menggunakan pendekatan hermeneutic, merupakan suatu metode
penafsiran yang berangkat dari analisis bahasa dan kemudian melangkah ke
analisis konteks, untuk kemudian menarik makna yang didapat ke dalam
ruang dan waktu saat proses pemahaman dan penafsiran tersebut dilakukan.

34
35

Jika pendekatan hermeneutika ini dipertemukan dengan kajian al-Quran,


maka persoalan dan tema pokok yang dihadapi adalah bagaimana teks al-
Quran hadir di tengah masyarakat, lalu dipahami, ditafsirkan, diterjemahkan,
dan didialogkan dengan dinamika realitas historisnya.
Metode penafsiran yang penulis gunakan adalah metode tahlili. Metode
tahlili adalah metode yang menggunakan makna yang dikandung oleh al-
Quran, ayat demi ayat dan surah demi surah sesuai urutanny di dalam
mushaf. Pada metode tahlili ini, penulis menggunakan jenis tafsir bil Matsuri
yaitu menafsirkan ayat-ayat lain, dengan sunnah nabi SAW, dengan pendapat
sahabat nabi SAW, dan dengan perkataan tabiin.
Uraian tersebut mencakup berbagai aspek yang terkandung dalam ayat
yang ditafsirkan, seperti pengertian kosakata, konotasi kalimatnya, latar
belakang turunnya ayat, kaitannya dengan ayat-ayat lain, baik sebelum
maupun sesudahnya. Dan tak ketinggalan pula pendapat yang telah diberikan
berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh
nabi, sahabat, para tabiin, maupun ahli tafsir lainnya. 48
Selain itu, langkah metodis dalam penyusunan penelitian karya ilmiah ini
menggunakan pendekatan yang bersifat deskritip-analisis. Menurut Whitey,
sebagaimana yang dikutip oleh Nazir, yang dimaksud dengan metode
deskritif adalah:
Perencanaan fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskritif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.49

2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer

48
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Pustaka Pelajar,1998), cet. 1. h.
31
49
Moh.Nazir, , Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999), cet. IV, h. 63-64
36

Sumber primer yaitu hasil penelitian-penelitian atau tulisan-tulisan


karya peneliti atau teoritis yang orsinil, dalam hal ini sumber data primer
yang digunakan adalah kitab-kitab tafsir baik klasik maupun kontemporer
yang membahas tentang surat Luqman ayat 12-15, diantaranya adalah
tafsir al-Misbah, yaitu mengemukakan petunjuk ayat-ayat dalam bahasa
yang mudah dimengerti dan indah didengar sehingga memudahkan untuk
dianalisa dan diambil kesimpulannya. Kamus arab, yaitu mengartikan
ayat dengan kosa kata untuk mempermudah secara terperinci. Tafsir al-
Maraghi yaitu dibahas arti perkata yang asing, serta memberikan
penjelasan secara terperinci, sehingga memudahkan dalam
pengertiannya.Tafsir al-Qunawi, yaitu berisi, padat dan jelas
b. Sumber Data Sekunder
Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan
dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung
melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang ia
deskripsikan. Dengan kata lain penulis tersebut bukan penemu teori.
50
Adapun sumber data sekunder yang menjadi pendukung ialah buku-
buku tentang pendidikan anak usia dini.
3. Analisis Data
Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan
analisis data (content analysis) yaitu suatu metode tafsir yang digunakan oleh
para mufasir dalam menjelaskan kandungan ayat al-Quran dari berbagai
seginya dengan memperhatikan ayat-ayat al-Quran sebaimana yang
tercantum di dalam mushaf. Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang
akan ditafsirkan, menjelaskan makna lafadz yang terdapat di dalamnya.
Kemudian ayat-ayat yang ditafsirkan itu dideskripsikan dan dianalisa secara
jelas, sehingga dapat diambil kesimpulan.

50
Moh.Nazir, , Metode Penelitian, h. 64
37

C. Fokus Penelitian
Menurut Sugiyono, batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut
fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.51 Dengan melihat
pendapat Sugiyono, maka penulis mencantumkan apa yang terdapat dalam
batasan masalah menjadi fokus penelitian dalam penulisan ini. Adapun fokus
penelitian tersebut adalah mengenai konsep pendidikan anak usia dini yang
terdapat dalam Al-Quran surat Luqman ayat 12-15. Jadi dalam penelitian ini
penulis bermaksud mencari konsep-konsep pendidikan anak usia dini yang
terkandung dalam ayat tersebut, dengan mencari data-data dan sumber-sumber
yang membahas mengenai ayat 12-15 dalam surat Luqman.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data literer yaitu bahan-
bahan pustaka yang koheren dengan objek pembahasan yang dimaksud.52 Data
yang ada dalam kepustakan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara :
1. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi
kelengkapan, kejelasan makna antara satu dengan yang lain.
2. Organizing, yaitu mengorganisir data-data yang diperoleh dengan
kerangka yang sudah diperlukan.
3. Penemuan hasil penelitian, yaitu melakukan analisis lanjutan terhadap
hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan
metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang
merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah. 53

51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
alfabeta, 2008),cet. IV, h. 285-286.
52
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta,1990), h.24.
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktekh. 25
BAB IV

KANDUNGAN SURAT LUQMAN AYAT 12-15

A. Teks dan Terjemahan Surat Luqman ayat 12-15

( -:/ )

12. Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang
tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

38
39

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS Luqman/31:12-
15)

B. Gambaran Umum Q.S. Luqman Ayat 12-15


Keempat ayat ini masuk dalam kelompok awal surat Luqman. Dalam Ayat
ini Allah swt menguraikan sekelumit penjelasan melalui Luqman dalam
memberikan pelajaran kepada kita melalui nasihat kepada anaknya agar beryukur
dan tidak menyekutukan Allah.54Oleh karena itu, Allah swt mewasiatkan mereka
agar berbuat baik kepada bapak-bapak/orang tua mereka dan tidak
mewasiatkannya kepada para bapak untuk berbuat baik kepada anaknya karena
hal itu dilakukan, mereka sudah pasti secara fitrah menyayangi anak mereka dan
sangat peduli kepada kemaslahatan dan kebahagiaan anakya. Tetapi anak-anak
membutuhkan wasiat tersebut, karena anak biasanya hanya melihat apa yang ada
dihadapannya yang akan mendatangkan kemashlahatan untuk dirinya dan
menjamin keamanan masa depannya juga kebahagiaan anak cucunya tanpa
melihat siapa di belakang mereka. Mereka hampir-hampir tidak peduli pada ibu
bapaknya yang telah mengurusnya, padahal keduanya tak lama lagi akan
meninggal dunia. Pandangan itulah yang menyebabkan ayat ini menyeru agar mau
peduli kepada orangtuanya, agar berbuat baik kepada dua orang yang telah
memberikan kehidupannya untuk anaknya dan mencurahkan semua
kemampuannya untuk kesejahteraan anaknya. 55

C. Makna Kosa Kata QS. Luqman Ayat 12-15

1. = artinya, dan sesungguhnya.

54
Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Quran, (Yogyakarta: Teras,
2010), h. 38-40.
55
Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Quran: Pelajaran Dari Orang-Orang Dahulu,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 157.
40

2. = artinya, kami telah beri Luqman hikmah.

3. = artinya, bersyukurlah kamu kepada Allah swt.

4. = artinya, barang siapa bersyukur kepada Allah swt.

5. = artinya, maka sesungguhnya dia bersyukur.

6. = artinya, untuk dirinya sendiri.

7. = artinya, barang siapa ingkar atas nikmat Allah

maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha terpuji.

8. = artinya, ketika Luqman berkata kepada anaknya.

9. = artinya, dan dia menasehatinya.

10. = artinya, wahai anakku.

11. = artinya, jangan mempersekutukan Allah.

12. = artinya, sesungguhnya mempersekutukan Allah

adalah kezhaliman yang besar.

13. = artinya, dan kami perintahkan manusia untuk

berbakti kepada kedua orang tuanya.


41

14. = artinya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan

lemah yang bertambah-tambah.

15. = artinya, dan menyapihnya dalam masa dua tahun.

16. = artinya, bersyukurlah kamu kepada-Ku dan kedua

orang tuamu.

17. = artinya, hanya kepada-Kulah kembalimu.

18. = artinya, jika keduanya memaksamu.

19. = artinya, untuk mempersekutukan dengan aku.

20. = artinya, sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu.

21. = artinya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.

22. = artinya, dan pergauliah keduanya.

23. = artinya, di dunia dengan baik.

24. = artinya, dan ikutilah jalan orang yang kembali

kepada-Ku.

25. = artinya, kemudian kepada-Ku tempat kembali kalian.

26. = artinya, lalu Aku akan memberitahu kalian.


42

27. = artinya, dengan apa yang telah kalian perbuat.

D. Asbabun Nuzul Ayat


Kisah ini diawali dengan pendahuluan yang termaktub pada ayat ke-12.
Pada ayat tersebut dijelaskan profil Luqman yang diberi hikmah dan dengan
hikmah tersebut ia dapat mengajarkan langkah-langkah agar mampu bersykur.
Jika orang bersyukur, maka keuntungannya buat dirinya sendiri, sedangkan siapa
yang kufur, Allah pun tidak akan rugi. Ayat berikutnya merupakan rincian atau
langkah-langkah penanaman hikmah agar menjadi hamba yang bersyukur. Ayat
14-15 merupakan sisipan atau jumlah Itiradiyyah di tengah kisah Luqman.
Menurut Wahab Zuhayli, kedua ayat tersebut turun sehubungan dengan
kasus sahabat Saad bin Abi Waqash. Dalam kasus tersebut Ibu Saad bin Abi
Waqash yang bernama Hamnah Binti Abi Sufyan, mengancam mogok makan,
jika saat terus menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Ancaman tersebut bukan
hanya gertak sambal, dua hari Hamnah mogok makan. Saad pun gelisah,
khawatirnya ibunya meninggal. Pada saat menegangkan seperti itu, saat menemui
Rasulullah saw. Rasul membacakan kedua ayat ini. Berbekal dua ayat itu, Saad
menemui ibunya dan berkata, Bunda, kalaulah bunda memiliki tujuh puluh
nyawa dan bunda keluarkan satu persatu, saya tidak akan keluar dari Islam. Jika
bunda mogok makan sampai meninggal dunia, silahkan, dan jika mau makan ya
silahkan. Dengan ungkapan yang lembut tapi tegas, ibunyapun tidak meneruskan
aksinya. Meskipun ayat tersebut dianggap sisipan, ia sangat erat kaitannya dengan
perintah syukur yang dijelaskan pada ayat sebelumnya. 56

E. Munasabat Ayat
Pada Q.s Luqman ayat 12 mempunyai munasabah dengan ayat sesudahnya
yaitu ayat 13, 14 dan 15:

56
Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat Hingga Kisah
Luqman, (Bandung: Marja, 2007), h. 157.
43

( :/ )
Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji". (QS Luqman/31:12)

Sesudah Allah menjelaskan bahwa Luqman telah diberi hikmah karena itu
lalu Luqman bersyukur kepada Tuhannya atas semua nikmat yang telah
dilimpahkan-Nya kepada dirinya. Dan ia sendiri melihat dampaknya di dalam
alam semesta dan alam diri sendiri, setiap malam dan siang hari. Selanjutnya
Allah swt mengiringi hal itu dengan penjelasan bahwa Luqman telah menasehati
anaknya untuk melakukan hal tersebut. Kemudian ditengah-tengah nasihat ini,
Allah swt menyebutkan wasiat yang bersifat umum ditujukan kepada semua
anak.57 Sebagaimana wasiat itu terdapat dalam surat Luqman ayat 13:


(:/)
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS Luqman/31:13)

Luqman menjelaskan kepada anaknya, bahwa perbuatan syirik itu


merupakan kezhaliman yang besar. Syirik dinamakan perbuatan yang zhalim,
karena perbuatan syirik itu berarti meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dan
ia dikatakan dosa besar, karena perbuatan itu menyamakan kedudukan Allah,
yang hanya dari Dia-lah segala nikmat yaitu Allah swt, dengan sesuatu yang tidak
memiliki nikmat apapun, yaitu berhala-berhala.58

57
Anwar Rosyidi, dkk, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Karya Toha Putra,
1992), h. 152.
58
Anwar Rosyidi, dkk, Terjemahan Tafsir Al-Maraghih. 153.
44

Sesudah Allah swt menuturkan apa yang telah diwasiatkan oleh Luqman
terhadap anaknya, yaitu supaya ia bersyukur kepada Tuhan yang telah
memberikan semua nikmat, yang tiada seorangpun bersekutu dengan-Nya di
dalam menciptapkan sesuatu. Kemudian Luqman menegaskan bahwasanya syirik
itu adalah perbuatan yang buruk. Selanjutnya Allah mengiringi hal tersebut
dengan wasiat-Nya kepada semua anak supaya mereka berbuat baik kepada kedua
orang tuanya., karena sesungguhnya kedua orang tua itu adalah penyebab pertama
bagi keberadaannya di dunia ini. Untuk itu Allah swt berfirman:

(:/)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (QS Luqman/31:14)

Sesudah Allah swt menyebut pesan dan perintah-Nya, yaitu berkaitan


dengan berbakti kepada kedua orang tua, dan setelah mengukuhkan hak keduanya
yang harus ditaati. Lalu Dia mengecualikan dari hal tersebut akan hak-hak-Nya
dengan kesimpulan, bahwa tidak wajib taat kepada kedua orang tua bila disuruh
untuk mengerjakan hal-hal yang membuat Dia murka. Untuk itu Allah swt
berfirman:

)
(:/
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (QS Luqman/31:15)
45

F. Tafsir Surat Luqman Ayat 12-15 dan Konsep Pendidikan Anak Usia
Dini yang Terkandung Di dalamnya
1. Ayat 12

( :/ )
Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji".(QS Luqman/31:12)

M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah mengelompokkan ayat diatas


pada kelompok kedua dalam surat Luqman. Kata dan pada awal ayat di atas,
berhubungan dengan ayat yang lalu, yaitu Dan di antara manusia ada yang
membeli ucapan yang melengahkan. Ia berfungsi menghubungkan kisah an-
Nadhr Ibn al-Harist itu dan kisah Luqman di sini, atas dasar keduanya dalam daya
tarik keajaiban dan keanehannya. Yang pertama keanehan dalam kesesatan, dan
yang kedua dalam perolehan hidayah dan hikmah. 59
Dan dalam Hasyiah Al-Qunawi disebutkan bahwa :
60
) (
Dari perkataan di atas penulis pahami bahwa kata dalam ayat 12 tersebut
tidaklah dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya, seperti yang dikatakan
M.Quraish Shihab, melainkan ditafsirkan dengan kata yaitu dan demi Allah.
Sedangkan kata disinonimkan dengan kata yang memiliki arti sama yaitu
kami berikan.
M. Quraish Shihab dalam menafsirkan kata mengatakan bahwa para
ulama mengajukan aneka keterangan tentang makna tersebut. Antara lain al-

59
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), vol.15. h. 121.
60
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawi, (Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2001), Juz. 15, h. 192.
46

Biqai, mengatakan bahwa hikmah berarti Mengetahui yang paling utama dalam
segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliyah dan
amal ilmiah. Ia adalah ilmu yang didukung amal, dan amal yang tepat dan
didukung ilmu.61
Seorang yang ahli dalam melakukan sesuatu dinamai hakim. Hikmah juga
diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan/diperhatikan akan menghalangi
terjadinya mudharat atau kesulitan yang lebih besar dan atau mendatangkan
kemashlahatan dan kemudahan yang lebih besar. Makna ini ditarik dari kata
hakamah, yang berarti kendali. Karena kendali menghalangi hewan/kendaraan
mengarah ke arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih perbuatan
yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah. Memilih yang terbaik
dan sesuai dari dua hal yang buruk pun, dinamai hikmah dan pelakunya dinamai
hakim (bijaksana). 62
Seseorang yang memiliki hikmah harus yakin sepenuhnya tentang
pengetahuan dan tindakan yang diambilnya, sehingga dia akan tampil dengan
penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu atau kira-kira dan tidak pula
melakukan sesuatu dengan coba-coba.
Kata syukur terambil dari kata ( ) yang maknanya antara
lain berkisar pada pujian atas kebaikan, serta penuhnya sesuatu. Syukur manusia
kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa
besar nikmat dan anugerah-Nya, disertai ketundukan dan kekaguman yang
melahirkan rasa cinta kepada-Nya, dan dorongan untuk memuji-Nya dengan
ucapan sambil melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya dari penganugerahan itu.
Syukur didefinisikan oleh sebagian ulama dengan memfungsikan anugerah yang
diterima sesuai dengan tujuan penganugerahannya. Ia adalah menggunakan
nikmat sebagaimana yang dikehendaki oleh penganugerahnya, sehingga
penggunaannya itu mengarah sekaligus menunjuk penganugerah. Tentu saja untuk
maksud ini, yang beryukur perlu mengenal siapa penganugerah (dalam hal ini
Allah swt), mengetahui nikmat yang dianugerahkan kepadanya, serta fungsi dan

61
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.121.
62
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.121.
47

cara menggunakan nikmat itu sebagaimana dikehendaki-Nya, sehingga yang


dianugerahi nikmat itu benar-benar menggunakannya sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh penganugerah. Hanya dengan demikian anugerah dapat
berfungsi sekaligus menunjuk kepada Allah, sehingga ini pada gilirannya
mengantar kepada pujian kepada-Nya yang lahir dari rasa kekaguman atas diri-
Nya dan kesyukuran atas anugerah-Nya.63
Di dalam al-Quran, Allah swt seringkali menyinggung kata-kata syukur di
dalam firmannya. Salah satunya dalam surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi:


( : /)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".(Qs Ibrahim/14:7)

Pada ayat di atas ditegaskan bahwa barang siapa yang bersyukur atas
nikmat yang telah diberikan niscaya Allah akan melipat gandakanya, dan barang
siapa kufur atau mengingkari nikmat yang telah diberikan padanya maka tunggu
lah azab Allah.
Menurut Thabathabai seperti yang diungkapkan M.Quraish Shihab,

firman Allah adalah hikmah itu sendiri yang dianugerahkan kepadanya

itu. Anda tidak perlu menimbulkan dalam benak anda kalimat : Dan Kami
katakana kepadanya: Bersyukurlah kepada Allah. Dan begitu juga pendapat
banyak ulama antara lain al-Biqai yang menulis bahwa Walaupun dari segi
redaksional ada kalimat kami katakan padanya, tetapi makna akhirnya adalah
kami anugerahkan kepadanya syukur.Sayyid Qutb menulis bahwa: Hikmah,
kandungan dan konsekuensinya adalah syukur kepada Allah.
Hal ini senada dengan apa yang tertulis dalam Hasyiah Al-Qunawi ala
Tafsiri Al-Imam Al-Baidhawi, yang menyebutkan :

63
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran..h.122.
48

64

Yakni bahwa kami memberikan kepada Luqman Hikmah agar ia
bersyukur, yaitu agar ia bersyukur terhadap nikmat-nikmat yang telah Allah
berikan kepadanya yang tidak terhitung jumlahnya.
Bahwa hikmah adalah syukur, karena dengan bersyukur seperti
dikemukakan di atas, seseorang akan dapat mengenal Allah dan mengenal
anugerah-Nya. Dengan mengenal Allah seseorang akann kagum dan patuh
kepada-Nya, dan dengan mengenal dan mengetahui fungsi anugerah-Nya,
seseorang akan memiliki pengetahuan yang benar, lalu atas dorongan kesyukuran
itu, ia akan melakukan amal yang sesuai dengan pengetahuannya, sehingga amal
yang lahir adalah amal yang tepat pula.65
Penggunaan bentuk kata kerja mudhari (masa kini dan masa datang) yaitu

pada kalimat itu untuk menunjukan kesyukuran,

sedangkan ketika berbicara mengenai kekufuran, digunakan bentuk kerja masa


lampau (fiil madhi). Al-Biqai memperoleh kesan dari penggunaan bentuk
mudhari itu bahwa sapa yang datang kepada Allah pada masa apapun, Allah
menyambutnya dan anugerah-Nya senantiasa tercurahkan kepadanya sepanjang
amal yang dilakukannya. Di sisi lain kesyukuran itu hendak ditampilkan secara
bersinambung dari waktu ke waktu. Sebaliknya penggunaan bentuk kata kerja
masa lampau pada kekufuran/ketiadaan syukur ( )adalah untuk mengisyaratkan
bahwa jika itu terjadi, walau sekali maka Allah akan berpaling dan tidak
menghiraukannya. Thabathabai mempunya pendapat lain. Menurutnya
penggunaan kata kerja mudhari pada kata syukur, mengisyaratkan bahwa syukur
baru bermanfaat bila berkesinambung, sedang mudharat kekufuran telah terjadi
walau baru sekali.66

64
Ishomuddin Ismail bin Muhammad al-Hanafi, Hasyiah al-Qunawi ala Tafsiri al-Imam
al-Baidhawih.194.
65
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.122-
123.
66
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.123
49

Di dalam Hasyiah Al-Qunawi Ala Tafsiri al-Baidhawi di tuturkan :

) ( ) (
67

Yakni barang siapa yang bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya ia
mensyukuri-Nya untuk kemanfaat dirinya saja. Karena walaupun makhluk tidak
bersyukur, Allah tidak agan rugi, melainkan mereka yang rugi sendiri. Dengan
demikian dapat penulis pahami bahwa makhluk yang bersyukur kepada Allah
tidak lain dan tidak bukan hanya untuk kebaikan dan kemashlahatan nya sendiri.
Dan barang siapa yang mengkufuri serta tidak mensyukuri nikmat Allah maka
sesungguhnya ia mengkufuri dirinya sendiri. Jadi dapat kita pahami bahwa apabila
hamba bersyukur ataupun kufur kepada Allah, tak lain berdampak pada mereka
sendiri, karena Allah sebagai Tuhan yang tidak butuh kepada selain-Nya.
Dapat juga dikatakan bahwa kekufuran yang berbentuk kata kerja masa
lampau itu, mengesankan bahwa kekufuran atau ketidaksyukuran. Kalau dahulu
pernah ada, maka hendaknya untuk masa kini dan datang ia dihindari dan tidak
perlu ada lagi.
Kata ( )Ghaniyyun/ Maha Kaya terambil dari akar kata yang terdiri dari
huruf-huruf ( )ghain, ( )nun dan ( )ya, yang maknanya berkisar pada dua hal,
yaitu kecukupan, baik menyangkut harta maupun selainnya. Dari sini lahir kata
ghaniyyah, yaitu wanita yang tidak kawin dan merasa berkecukupan hidup di
rumah orang tuanya, atau merasa cukup hidup sendirian tanpa suami, dan kedua
mempunya makna suara. Dari sini, lahir kata mughanniy dalam arti penarik suara
atau penyanyi.
Menurut Imam al-Ghazali seperti yang dilansir oleh M.Quraish Shihab,
Allah yang bersifat Ghanniy, adalah Dia yang tidak memiliki hubungan dengan
selain-Nya, tidak dalam Dzat-Nya tidak pula dalam sifat-Nya, bahkan Dia Maha
Suci dari segala macam ketergantungan.68

67
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-
Imam Al-Baidhawi.h.195.
68
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.123.
50

Penyebutan kata ghaniyyun ( )setelah kalimat syukur dan kufur adalah


sebagai jawaban dan penegasan dari Allah bahwa Dia adalah Dzat yang tidak
butuh dan tidak bergantung kepada selain-Nya. Dan tidak pula butuh atau
mengharapkan rasa syukur dari hamba-Nya. Sebagaimana penjelasaan Imam
Ishomuddin Ismail bin Muhammad al-Hanafi yaitu , tidak
membutuhkan rasa syukur hamba-Nya.
Kata ( )Maha Terpuji, terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-
huruf ()( )( ), yang maknanya adalah antonim tercela. Kata hamd/pujian
digunakan untuk memuji yang anda peroleh maupun yang diperoleh selain anda.
Berbeda dengan kata syukur yang digunakan dalam konteks nikmat yang anda
peroleh saja. Jika demikian, saat anda berkata Allah Hamid/Maha Terpuji, maka
ini adalah pujian kepada-Nya, baik anda menerima nikmat, maupun orang lain
yang menerimanya. Sedang bila anda mensyukuri-Nya, maka itu karena anda
merasakan adanya anugerah yang anda peroleh. 69
Ada tiga unsur dalam perbuatan yang harus dipenuhi oleh pelaku agar apa
yang dilakukannya dapat terpuji. Pertama, perbuatannya indah/baik. Kedua,
dilakukan secara sadar, dan ketiga, tidak atas dasar dipaksa/terpaksa. Allah Hamid
berarti Dia yang menciptakan segala sesuatu, dan segalanya diciptakan dengan
baik, serta atas dasar kehendak-Nya, tanpa paksaan. Kalau demikian, maka segala
perbuatan-Nya terpuji dan segala yang terpuji merupakan perbuatan-Nya jua,
sehingga wajar Dia menyandang sifat Hamid, dan wajar juga kita mengucapkan
Al-hamdulillah / segala puji hanya bagi Allah. 70
Sedangkan menurut al-Qunawi kata ( )dan kata ( )memiliki
keterkaitan yang erat. Dan mengatakan bahwa pujian adalah bagian daripada
syukur. Pendapat ini berlandaskan pada hadist Rasulullah saw yaitu:
71

69
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.124.
70
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.124
71
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawih.195.
51

Pujian adalah pangkal kesyukuran, tidak lah seseorang bersyukur kepada


Allah apabila ia tidak memuji-Nya.
Kata Ghanniy yang merupakan sifat Allah pada umumnya dirangkaikan
dengan kata Hamid. Ini untuk mengisyaratkan bahwa bukan saja pada sifat-Nya
yang terpuji, tetapi juga jenis dan juga kadar bantuan /anugerah kekayaan-Nya. Itu
pun terpuji karena tepatnya anugerah itu dengan kemashlahatan yang diberi. Di
sisi lain, pujian yang disampaikan oleh siapapun, tidak dibutuhkan-Nya, karena
Dia Maha Kaya, tidak membutuhkan sesuatu apapun.
Penulis menyimpulkan pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah memberikan
Hikmah kepada salah satu hambanya di dunia yaitu Luqman. Dan Dia
memerintahkan kepada Luqman khususnya dan kepada kita sebagai hamba-Nya
pada umumnya agar mensyukuri nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan oleh-
Nya. Karena realisasi dari rasa syukur kita kepada-Nya itu akan berpengaruh
kepada diri kita sendiri, bukan untuk-Nya, karena Allah adalah Zat yang tidak
membutuhkan apapun selain-Nya. Jadi syukur serta kufur pada hakikatnya akan
kembali manfaat dan kemudharatannya kepada kita, bukan kepada Allah. Karena
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Dan dapat kita pahami juga bahwa kita
sebagai pendidik hendaklah memiliki Kriteria orang yang bersyukur atas nikmat
yang telah Allah berikan.

2. Ayat 13


(:/)
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Qs Luqman/31:13)

Setelah ayat yang lalu menguraikan hikmah yang dianugerahkan kepada


Luqman yang intinya adalah kesyukuran kepada Allah, dan tercermin pada
pengenalan terhadap-Nya dan anugerah-Nya, kini melalui ayat di atas dilukiskan
pengamalan hikmah itu oleh Luqman, serta pelestariannya kepada anaknya. Ini
52

pun mencerminkan kesyukuran beliau atas anugerah itu. Kepada Nabi


Muhammad saw atau siapa saja, diperintahkan untuk merenungkan anugerah
Allah kepada Luqman itu dan mengingat serta mengingatkan orang lain.
Luqman yang disebut oleh surah ini adalah seorang tokoh yang
diperselisihkan identitasnya. Orang Arab mengeal dua tokoh yang bernama
Luqman. Pertama Luqman ibn ad. Tokoh ini mereka agungkan karena wibawa,
kepemimpinan, ilmu, kefasihan dan kepandiannya. Ia kerap kali dijadikan sebagai
permisalan dan perumpamaan. Tokoh kedua adalah Luqman al-Hakim yang
terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaan-perumpamaanya. Agaknya
dialah yang dimaksud dalam surah ini.
Banyak pendapat mengenai siapa Luqman al-Hakim. Ada yang
mengatakan ia berasal dari Nuba, dari penduduk Ailah. Ada juga yang
menyebutnya dari Etiopia. Pendapat lain mengatakan bahwa ia berasal dari Mesir
Selatan yang berkulit hitam. Ada lagi yang menyatakan bahwa ia seorang Ibrani.
Profesinya pun diperselisihkan. Ada yang berkata dia seorang penjahit, atau
pekerja pengumpul kayu, atau tukang kayu atau juga pengembala.
Hampir semua yang menceritakan riwayatnya sepakat bahwa Luqman
bukan seorang Nabi. Kesimpulan lain yang dapat diambil dari riwayat-riwayat
yang menyebutkanya adalah bahwa ia bukan orang Arab. Ia adalah seseorang
yang sangat bijak. Ini pun dinyatakan oleh al-Quran sebagaimana terbaca
diatas.72
Di dalam Hasyiah Al-Qunawi disebutkan:

72
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.126.
53



73

Luqman adalah sebuah nama yang berasal dari bahasa Ibrani, Anak Baura
dari anak-anaknya Azur, anak saudari Nabi Ayub As, bukan Azur
bapaknya Nabi Ibrahim As, dan Luqman hidup selama seribu tahun, lalu ia
bertemu Nabi Daud As dan Nabi Daud pun belajar kepadanya. Sebelum
diutusnya Daud as sebagai Nabi, Luqman kerap kali memberikan fatwa,
dan tatkala Daud diutus menjadi Nabi, maka Luqman berhenti
memberikan fatwa.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Luqman bukan lah seorang Nabi,
melainkan orang yang bijaksana berdasarkan apa yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas Ra, bahwasanya Luqman bukan lah seorang Nabi bukan pula
seorang raja melainkan seorang rakyat biasa yang berkulit hitam kemudian
Allah memberikannya kebebasan dan diridhai perkatan serta wasiatnya
lalu dikisahkan tentangnya di dalam al-Quran agar kalian berpegang
teguh terhadap wasiat-wasiatnya. Dan dikatakan bahwa Luqman adalah
seorang Hakim Bani Israil. Dan mayoritas pendapat adalah bahwa Luqman
seorang yang bijaksana. Ikrimah dan Syubi berpendapat bahwa Luqman
adaah seorang Nabi. Wallahu alamm bishowab.

Kata ( )terambil dari kata ( )yaitu nasihat menyangkut berbagai


kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikannya
sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini
sesudah kata dia berkata untuk member gambaran tentang bagaimana perkataan
itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih saying
sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anak. Kata ini juga
mengisyaratkan bahwa nasihat itu dilakukannya dari waktu ke waktu,
sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan datang pada kata
().
Kata ( )adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Asalnya
adalah ( )dari kata ( )yakni anak lelaki. Pemungilan tersebut mengisyatkan

73
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawih.192-193.
54

kasih saying. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas mengisyaratkan
bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih saying. 74
Al-Qunawi pun memahami bahwa penggunaan kata ( )dalam ayat diatas
mengisyaratkan kasih sayang. Beliau beranggapan bahwa kata tersebut merupakan
Tashghir Isyfaq ( ) yaitu menggambarkan kemungilan yang
mengisyaratkan kasih sayang ().
Luqman menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Allah karena
kesyirikan merupakan kezhaliman dan dosa yang besar. Penamaan perbuatan
syirik dengan kata zhulmun ( )dikarenakan syirik adalah suatu perbuatan yang
tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya, sebagaimana yang diistilahkan oleh
al-Qunawi sebagai:
75

Luqman memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari
syirik/ mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran
tentang wujud dan keEsaan Tuhan. Bahwa redaki pesannya berbentuk larangan,
jangan mempersekutukan Allah untuk menekan perlunya meninggalkan sesuatu
yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.
Dari penafsiran-penafsiran yang telah disebutkan diatas, penulis
menghubungkan konteks di atas terhadap konsep pendidikan anak usia dini.
Paling tidak penulis dapatkan 2 hal yang terkait dengan pendidikan anak dalam
ayat diatas. Pertama, dalam mendidik anak sedari dini, hendaknya orang tua perlu
mengucurkan kasih sayang yang banyak kepada anaknya, sebagaimana yang
tersirat dalam surat Luqman bahwa Luqman sangat mencintai anaknya, sehingga
Luqman lebih condong menggunakan kata bunayya ( )daripada kata ibniy ().
Mendidik anak dengan cinta, tidaklah mudah maka diperlukan kesabaran dan
ketelatenan yang tinggi. Namun bukan berarti dengan kesulitan itu, lantas sebagai
orang tua seenaknya saja. Namun ada keinginan untuk berusaha mendidik dan

74
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.127.
75
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawi.h.196.
55

mengajarkan anak dengan cita dan kasih sayang yang besar. Kedua, dalam ayat
tersebut tersirat kan bahwa selain perintah larangan menyekutukan Allah yang
tampak jelas pada ( ) yaitu susunan kalimat yang menyatakan larangan
berbuat sesuatu, dalam hal ini adalah mempersekutukan Allah, terdapat pula
makna yang tersirat yaitu bahwa dalam mendidik anak, orang tua hendaknya
menempatkan serta menyesuaikan sesuatu pada tempatnya, atau dengan kata lain
mengajarkan anak terhadap sesuatu yang sesuai dengan kemampuan serta
bakatnya. Menurut hemat penulis ini pun termasuk dari antonim kata ().

3. Ayat 14

(:/ )
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (Qs Luqman/31:14)

Ayat di atas dan ayat berikutnya dinilai oleh banyak Ulama bukan bagian
dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ia disisipkan al-Quran untuk
menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang tua
menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah swt. Memang, al-
Quran seringkali menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah
berbakti kepada orang tua. Tetapi kendati nasihat ini bukan nasihat Luqman,
namun itu tidak berarti bahwa beliau tidak menasehati anaknya dengan nasihat
serupa. Al-Biqai menilainya sebagai lanjutan dari nasihat Luqman. Ayat ini
menurutnya bagaikan menyatakan: Luqman menyatakan hal itu kepada anaknya
sebagai nasihat kepadanya, padahal Kami telah mewasiatkan anaknya dengan
wasiat itu seperti apa yang dinasihatkannya menyangkut hak Kami. Tetapi
redaksinya diubah agar mencangkup semua manusia. 76

76
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.128.
56

Ayat di atas tidak menyebut jasa bapak, tetapi menekankan kepada jasa
ibu. Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena
kelemahan ibu, berbeda dengan bapak. Di sisi lain, peranan bapak dalam
konteks kelahiran anak, lebih ringan dibanding peranan ibu. Setelah pembuahan,
semua proses kelahiran anak dipikul sendirian oleh ibu. Bukan hanya sampai
masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan penyusuan, bahkan lebih dari itu.
Memang ayah pun bertanggung jawab menyiapkan dan membantu ibu agar beban
yang dipikulnya tidak terlalu berat, tetapi ini tidak langsung menyentuh anak,
berbeda dengan peranan ibu. Betapun peranan tidak sebesar peranan ibu dalam
proses kelahiran anak, namun jasanya tidak diabaikan karena itu anak
berkewajiban berdoa untuk ayahnya, sebagaimana berdoa untuk ibunya.
Di dalam Hasyiah Al-Qunawi disebutkan :


77

Makna wasiat dalam ayat ini adalah perintah, jelasnya Kami perintahkan
kepada manusia. Dan alasan kenapa ibu disebutkan pada ayat di atas adalah
karena ibu lebih berhak mendapatkan semua itu daripada bapak. Hal ini senada
dengan apa yang dituturkan oleh M.Quraish Shihab. Al-Maraghi pun
menafsirkannya serupa dengan pandangan al-Qunawi dan M.Quraish Shihab:

) (

78
,
Menurut al-maraghi kata wasiat di atas memiliki makna yang sama dengan
kata perintah, hal ini senada dengan perkataan al-Qunawi. Dan sungguh
diwasiatkan terhadap kedua orang tua akan tetapi disebutkan setelah kata walidain
dengan kata al-um , yaitu untuk menyebutkan tentang kemulian ibu, karena ibu

77
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawih.197.
78
Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, (Kairo: Musthofa Al-Bab Al-Halab,
1946). h. 82.
57

memiliki peranan yang lebih dalam mendidik anak daripada bapak dan karena
beban yang ditanggung ibu lebih berat daripada beban yang dilindungi bapak. Hal
ini agaknya mirip dengan apa yang dikatakan M.Quraish Shihab.
Kata ( )berarti kelemahan atau kerapuhan . yang dimaksud di sini
kurangnya kemampuan memikul beban kehamilan, penyusuan dan pemeliharaan
anak. Patron kata yang digunakan ayat inilah mengisyaratkan betapa lemahnya
sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni
segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu pada dirinya dan
dipikulnya. Jika anda mengatakan Si A cantik, maka kecantikannya itu boleh jadi
baru mencapai 60% atau katakanlah 80% dari seluruh unsur kecantikan. Tetapi
jika anda menyifatinya dengan berkata dia adalah kecantikan maka anda
bagaikan meletakkan semua unsur kecantikan, yakni 100% pada diri yang
bersangkutan.79
80

Maksud kata ( )di ayat ini memiliki arti yang sama dengan dengan kata
( )yang kurang lebih berarti kelemahan diatas segala kelemahan, maksudnya
adalah betul-betul lemah.
Firman-Nya ( ) dan penyapiannya di dalam dua tahun,
mengisyaratkan betapa penyusuan anak sangat penting dilakukan oleh ibu
kandung. Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan
hidup anak, tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuhkembangkan anak
dalam kondisi fisik dan psikis yang prima. Kata ( )di dalam, mengisyaratkan
bahwa masa itu tidak mutlak demikian, karena bila anda berkata: pena di dalam
saku, maka itu tidak berarti bahwa semua bagian dari pena telah masuk dan
berada di dalam saku. Di sisi lain, dalam ayat lain ditegaskan bahwa masa dua
tahun adalah bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyusuan.
81
) (

79
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.130.
80
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawih.197.
58

Dalam menafsirkan ( ) , al-Maraghi mengatakan bahwa :

) (
82

Dan Kami memerintahkan agar kamu bersyukur kepada-Ku terhadap
nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepadamu dan kepada kedua orang tua
kamu, karena mereka berdua adalah penyebab adanya kamu, dan kebagusan
pendidikanmu.
Di antara hal yang menarik hal yang menarik dari pesan-pesan ayat di atas
dan ayat sebelumnya adalah bahwa masing-masing pesan disertai dengan
argumennya. Sedang ketika mewasiati anak menyangkut orang tuanya
ditekankannya bahwa ibunya telah mengandungnya dalam keadaan kelemahan
di atas kelemahan dan penyapiannya di dalam dua tahun. Demikianlah
seharusnya materi petunjuk atau materi pendidikan yang disajikan. Ia dibuktikan
kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau yang dapat dibuktikan
oleh manusia melalui penalaran akalnya. Metode ini bertujuan agar manusia
merasa bahwa I ikut berperan dalam menemukan kebenaran dan dengan demikian
ia merasa memilikinya serta bertanggung jawab mempertahankannya. 83
Dari pemaparan tafsir-tafsir ayat 14 diatas, penulis memahami bahwa ada
paling tidak beberapa hikmah yang dapat dikaitkan dengan pendidikan anak.
Pertama, ibu sebagai orang yang terdekat terhadap anak, karena beban yang
ditanggung melebihi beban yang ditanggung bapak, dalam hal ini yaitu
mengandung selama 9 bulan dan menyusui selama 2 tahun. Oleh karena itu peran
pendidikan seorang ibu pun mestinya melebihi peran sang bapak. Kedua,
pendidikan jasmani/fisik anak mestinya dimulai sejak dini, melalui pemberian Asi
kepada anak, mengisyaratkan bahwa fisik anak dididik pada saat menyusui.

81
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawi.h.199.
82
Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi,h. 83.
83
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.131.
59

Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak,
tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuhkembangkan anak dalam kondisi
fisik dan psikis yang prima. Dan lagi-lagi diperintah kan oleh-Nya kita manusia
harus bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah Dia berikan dan kali
ini redaksinya ditambah dengan kata ( )kepada kedua orang tuamu, yang
mengisyaratkan bahwa barang siapa hendak dihormati anaknya, maka hendaklah
hormati orang tuamu terlebih dulu.
Seorang anak harus senantiasa menjaga perasaan kedua orang tuanya,
supaya kasih sayang orang tua terhadapnya tetap terjaga dan tercurahkan dengan
baik. Pada ayat ini terdapat pula konsep mengenai birrul walidain yaitu konsep
berbakti kepada kedua orang tua, bukan hanya ibu saja, atau bapak saja, tetapi
kepada keduanya. Hukum birrul walidain adalah fardhu ain bagi setiap individu.
Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua seiring perintah
untuk bersyukur kepada-Nya, ini menunjukkan betapa besarnya hak ibu dan
bapak. Wallahu Alam.

4. Ayat 15


(:/)
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.(Qs Luqman/31:15)

Setelah ayat yang lalu menekankan pentingnya berbakti kepada ibu bapak,
maka kini diuraikan kasus yang merupakan pengecualian menaati perintah kedua
orang tua, sekaligus menggaris bawahi wasiat Luqman kepada anaknya tentang
keharusan meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk serta kapan dan dimanapun.
Ayat di atas menyatakan: Dan jika keduanya- apalagi kalau hanya salah satunya,
60

lebih-lebih kalau orang lain- bersungguh-sungguh untuk memaksamu untuk


mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, apalagi setelah Aku dan rasul-rasul menjelaskan kebatilan mempersekutukan
Allah, dan setelah engkau mengetahui bila menggunakan nalarmu, maka
janganlah engkau mematuhi keduanya. Namun demikian jangan memutuskan
hubungan dengannya atau tidak menghormatinya. Tetapi tetaplah berbakti kepada
keduanya selama tidak bertentangan dengan ajaran agamamu, dan pergauliah
keduanya di dunia yakni selama mereka masih hidup dan dalam urusan keduniaan
- bukan akidah dengan cara pergaulan yang baik, tetapi jangan sampai hal ini
mengorbankan prinsip agamamu, karena itu perhatikan tuntuna agama dan
ikutilah jalan orang yang selalu kembali kepada-Ku dalam segala urusanmu,
karena semua urusan dunia kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah
juga di akhirat nanti bukan kepada siapapun selain-Ku kembali kamu semua,
maka Kuberitahukan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan dari kebaikan
dan keburukan, lalu masing-masing Ku-beri balasan dan ganjaran.
Kata ( )terambil dari kata ( )yakni kemampuan. Patron yang
digunakan ayat ini menggambarkan adanya upaya sungguh-sungguh. Kalau upaya
sungguh-sungguh pun dilarangnya, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk
ancaman, maka tentu lebih-lebih lagi sekedar himbauan, atau peringatan.
Yang dimaksud dengan ( ) yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, adalah tidak ada pengetahuan tentang kemungkinan terjadinya.
Tiadanya pengetahuan berarti tidak adanya objek yang diketahui. Ini berarti tidak
wujudnya sesuatu yang dapat dipersekutukan dengan Allah swt. Di sisi lain, kalau
sesuatu yang tidak diketahui duduk soalnya boleh atau tidak telah dilarang
maka tentu lebih terlarang lagi apabila telah terbukti adanya larangan atasnya.
Bukti-bukti tentang keesaan Allah dan tiadanya sekutu bagi-Nya terlalu banyak,
sehingga penggalan ayat ini merupakan penegasan tentang larangan mengikuti
siapapun walau kedua orang tua dan walau dengan memaksa anaknya
mempersekutukan Allah. 84

84
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.132.
61

Di dalam Tafsir al-Maraghi disebutkan :

) (

85

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Dan apabila kedua orang tuamu memaksamu serta
menekanmu untuk menyekutukan Aku dengan yang lain dalam hal ibadah,
yaitu dengan hal-hal yang kamu tidak mempunyai pengetahuan apapun
tentangnya, maka janganlah kamu mentaati apa yang diinginkan oleh
keduanya. Sekalipun keduanya menggunakan kekerasan supaya kamu mau
mengikuti kehendak keduanya, maka lawanlah dengan kekerasan pula bila
keduanya bener-bener memaksamu.

Kata ( )mencakup segala hal yang dinilai oleh masyarakat baik,


selama tidak bertentangan dengan akidah Islamiyah. Dalam konteks ini
diriwayatkan bahwa Asma putri Abu Bakar ra pernah didatangi oleh ibunya yang
ketika itu masih musyrikah. Asma bertanya kepada Nabi bagaimana seharusnya
ia bersikap. Maka Rasul saw memerintahkannya untuk tetap menjalin hubungan
baik, menerima dan memberinya hadiah serta mengunjungi dan menyambut
kunjungannya. Kewajiban menghormati dan menjalin hubungan baik dengan ibu
dan bapak, menjadikan sementara ulama berpendapat bahwa seorang anak boleh
saja membelikan buat ibu bapaknya yang kafir dan fakir minuman keras kalau
mereka telah terbiasa dan senang meminumnya, karena meminum minuman keras
buat orang kafir bukanlah sesuatu yang mungkar. Demikian pendapat Ibn Asyur
seperti tertulis dalam Tafsir al-Misbah.86
Al-Qunawi menafsirkan kata ( )sebagi berikut :
87

85
Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, (Kairo: Musthofa Al-Bab Al-Halab,
1946). h. 83.
86
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.132.
87
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawih. 201.
62

Hal ini senada dengan apa yang disampaikan M.Quraish Shihab di atas,
yakni maruf yang dimaksud di sini adalah hendaknya seorang memberikan
makan kedua orangtuanya dan memberikan mereka pakaiannya, bila mereka
membutuhkannya, menjenguk dan merawat ketika sakit, dan menguburnya setelah
meninggal.
Al-Maraghi pun menafsirkannya demikian dengan narasi yang berbeda:

) (
88

Dan pergauilah keduanya di dalam urusan dunia, dengan pergaulan
yang diridhai oleh agama, dan sesuai dengan etika yang mulia serta harga
diri, yaitu dengan memberi pangan dan sandang kepada keduanya, tidak
boleh memperlakukan keduanya dengan perlakuan yang kasar,
menjenguknya apabila sakit serta menguburnya apabila mati.

Ibnu Asyur memahami firman-Nya : ( ), dalam arti

ikutilah jalan orang-orang yang meninggalkan kemusyrikan serta larangan-


larangan Allah yang lain, termasuk larangan yang mendurhakai kedua orang tua.
Thabathabai berkomentar bahwa penggalan ayat ini merupakan kalimat yang
singkat tetapi mengandung makna yang luas. Ulama ini menulis bahwa Allah
berpesan agar setiap orang menyertai ibu bapaknya dalam urusan keduniaan,
bukan agama dengan cara yang baik, sesuai dengan pergaulan yang dikenal,
bukan yang mungkar sambil memperhatikan kondisi keduanya dengan lemah
lembut tanpa kekerasan. Anak juga harus dapat memikul beban yang dipikulkan
ke atas pundaknya oleh kedua ibu bapaknya itu, karena dunia tidak lain kecuali
hari-hari yang terbatas dan masa yang berlalu. Adapun agama, maka jika
keduanya termasuk orang yang senang kembali kepada Allah (mengikuti ajaran-
Nya) maka hendaklah engkau mengikuti jalan kedua orang tuamu itu. Tetapi
kalau tidak demikian, maka ikutilah jalan selain mereka yaitu jalan orang-orang
yang kembali kepada Allah. Dengan demikian, lanjut Thabathabai, kata dunya
mengandung pesan, yang pertama, bahwa mempergauli yang baik itu, hanya

88
Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, h. 83.
63

dalam urusan keduniaan, bukan keagamaan. Kedua bertujuan meringankan beban


tugas itu, karena ia hanya untuk sementara yakni selama hidup di dunia yang
sehari-seharinya terbatas, sehingga tidak mengapalah memikul beban kebaktian
kepada-Nya. Dan yang ketiga, bertujuan memperhadapkan kata dunya dengan
hari kembali kepada Allah yang dinyatakan di atas dengan kalimat hanya kepada-
Ku kembali kamu.89
Penulis menyimpulkan, pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah melarang
kita mentaati orang tua bilamana mereka menyuruh kita mempersekutukan Allah.
Ini adalah kondisi apabila kita sebagai anak beriman kepada Allah, dan mereka
sebagai orang tua, menyekutukan Allah. Dalam kondisi seperti inilah bisa dibilang
( ) yaitu bagiku perbuatan-perbuatanku dan bagimu perbuatan-
perbuatanmu. Akan tetapi dalam masalah keduniaan kita sebagai anak hendaknya
menggauli mereka dengan baik dan benar, tidak boleh berkata kasar dan
menyakiti hati mereka.
Poin pendidikan anak yang penulis dapati pada ayat ini adalah pertama,
hendak seorang pendidik dalam hal ini orang tua tidak memaksakan kehendaknya
dalam mendidik, Karena apabila seseorang yang merasa terpaksa jika
diperintahkan sesuatu, maka itu mengisyaratkan ketiadaan mendidik anak tentang
kepamrihan. Kedua, hendaknya mendidik agar bergaul di dunia dengan sebaik-
baiknya pergaulan. Ketiga, hendaknya mendidik anak agar mengikuti jalan orang-
orang yang kembali.
Dan juga pada ayat ke 15 ini tersirat makna bahwa anak yg disapih pada
umur 2 tahun itu mengisyaratkan bahwa anak mulai bersosialisasi dengan dunia
luar. Ditandai dengan berkurangnya ketergantungan anak terhadap ibunya.

89
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.133.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tafsir
dan konsep pendidin anak usia dini dalam Qs, Luqman ayat 12-15 yaitu:
1. Tafsir surat Luqman ayat 12-15 yaitu:
a. Bahwasanya hikmah yang dianugerahkan kepada Luqman intinya
adalah rasa syukur kepada Allah SWT yang dicerminkan melalui
pengenalan terhadap-Nya atas segala anugerah-Nya.
b. Luqman menekankan perlunya menghindari syirik/ mempersekutukan
Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud
dan keesaan Allah.
c. Allah menekankan tentang pentingnya berbakti kepada ibu dan bapak.
Dan tentang larangan mentaati orang tua bila dalam hal keburukan.
2. Konsep pendidin anak usia dini dalam Qs, Luqman ayat 12-15 yaitu:
a. Orang tua sebagai pendidik anak pada masa dini hendaknya bersyukur
kepada Allah atas nikmat yang telah Allah berikan, ini berhubungan
dengan surat Luqman ayat 12 yaitu Allah memerintahkan agar
bersyukur kepada-Nya.
b. Sebagai pendidik dalam hal ini orang tua perlu mengucurkan kasih
sayang dan perhatian yang cukup kepada anaknya, sebagaimana yang

64
65

tersirat dalam surat Luqman bahwa Luqman sangat mencintai anaknya,


sehingga Luqman lebih condong menggunakan kata bunayya ()
daripada kata ibniy ().
c. Sejak dini orang tua hendaknya mengajarkan anak tentang pendidikan
tauhid yaitu mengesakan Allah.
d. Dalam mendidik anak, orang tua hendaknya menempatkan serta
menyesuaikan sesuatu pada tempatnya, atau dengan kata lain
mengajarkan anak terhadap sesuatu yang sesuai dengan minat,
kemampuan serta bakatnya.
e. Melalui tafsir ayat-ayat di atas dapat penulis pahami bahwa anak itu
lebih dekat dengan ibunya, karena seperti yang diisyaratkan Allah
dalam surat Luqman ayat 14. Pendidikan jasmani/fisik anak mestinya
dimulai sejak dini, melalui pemberian Asi kepada anak,
mengisyaratkan bahwa fisik anak dididik pada saat menyusui. Tujuan
penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup
anak, tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuhkembangkan
anak dalam kondisi fisik dan psikis yang prima. Jadi selain pendidikan
ruhani anak, orang tua pun semestinya menerapkan pendidikan jasmani
sedari dini.
B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan penulis
pada skripsi ini, maka penulis mencoba memberikan masukan atau saran-saran
kepada pembaca skripsi ini:
1. Khususnya bagi para orang tua agar lebih memperhatikan dalam
pendidikan anaknya, karena anak adalah amanat dari Allah swt yang harus
dijaga dan dididik sesuai ajaran Islam. Dan juga mendidik anak hingga menjadi
anak yg shalih/shalihah akan membuat orang tua senang dan bahagia dan
menjadi amal jariyah bagi orang tua di akhirat kelak.
2. Pendidikan tauhid anak itu sangat penting dan semestinya diajari sedari
dini. Karena tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Apabila
seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia
66

dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid, dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan
akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam azab neraka.
3. Ibu sebagai pendidik sekaligus orang tua hendaknya memberikan ASI
kepada anaknya. Di zaman sekarang ini banyak sekali orang tua yang lebih
memilih memberikan susu bayi daripada ASI, padahal sebenarnya manfaat ASI
sangatbanyak.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nurwadjah, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat Hingga


Kisah Luqman, Bandung: Marja, 2007

Ahmadi, Lif Khoiro, Hendro, Sofan, Pembelajaran Akselerasi, Jakarta: PT


Prestasi Pustaka, 1998

Albari, Subhan Husain, Agar Anak Rajin Solat, Yogyakarta: DIVA Press, 2011

Ali Qutb, Muhammad, Sang Anak dalam Lindungan Pendidikan Islam, Bandung:
CV Diponegoro, 1993

Al-Khalidy, Shalah, Kisah-Kisah Al-Quran: Pelajaran Dari Orang-Orang


Dahulu, Jakarta: Gema Insani Press, 2000

Al-Maroghi, Ahmad Musthofa, Tafsir Al-Maroghi, Kairo: Musthofa Al-Bab Al-


Halab, 1946

Al-Rasyid, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005

Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:


Rineka Cipta,1990

Baidan, Nashruddin, Metodologi Penafsiran Al-Quran, Pustaka Pelajar,1998

Bin as-Said al-Maghribi, Al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak,


Jakarta: Darul Haq

Bin Muhammad al-Ghazali, Imam Abu Hamid Muhammad, ihya ulumuddin Jilid
3, Darul Fikri

Bin Muhammad Al-Hanafi, Ishomuddin Ismail, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri


Al-Imam Al-Baidhawi Juz 15, Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2001

Chulsum, Ummi, windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya:


Kashiko, 2006

67
68

Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996

Departemen Agama, Al-Quraan dan Tafsirnya Jilid VII, Semarang: Departemen


Agama Republik Indonesia, 1990
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama,
2002
Hafizh, Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: al-Bayan, 1997
Hasan, Maimunah, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Yogyakarta, Diva Press,
2009

Ihsan, Hamdani, Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia,
2007
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo,1998
Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Quran, Yogyakarta: Teras,
2010
Muchtar, Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan
Masyarakat, Semarang:Aktif Media,2009
Mushtoffa, Aziz, Aku Anak Hebat Bukan Anak Nakal, Yogyakarta: Diva Press,
2009
Nasih Ulwan, Abdullah, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul
awlad fil islam oleh Drs. Jamaluddin Miri.Lc, Jakarta: Pustaka Amani,
2002
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
Nata, Abudin, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002


Rosyidi, Anwar, dkk, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Semarang: Karya Toha
Putra, 1992
69

Saleh Abdullah, Abdurrahman, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran,


Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quran Vol
15, Jakarta: Lentera Hati, 2002

Siregar, Masarudin, Filsafat Pendidikan Islam, Semarang: Fakultas Tarbiyah,


2003
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: alfabeta, 2008

Syah, Muhibin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1994
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya, Semarang: Aneka Ilmu, 1992
Undang-undang RI, Tentang Perlindungan Anak No.23 Tahun 1997, Surabaya:
Media Center, 2006
Yasin, A.Fattah, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang Press,
2008
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004

Anda mungkin juga menyukai