Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Azhari
NIM 107011001129
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tafsir dan konsep pendidikan anak usia
dini yang terkandung dalam Al-quran surat Luqman ayat 12-15. Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan. Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara
pengumpulan sumber-sumber dari data premier dan sekunder. Dalam
menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan analisis data
(content analysis) yaitu suatu metode tafsir yang digunakan oleh para mufasir
dalam menjelaskan kandungan ayat Al-Quran dari berbagai seginya dengan
memperhatikan ayat-ayat Al-Quran sebaimana yang tercantum di dalam mushaf.
Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan, menjelaskan
makna lafadz yang terdapat di dalamnya. Kemudian ayat-ayat yang ditafsirkan itu
dideskripsikan dan dianalisa secara jelas, sehingga dapat diambil kesimpulan.
Al-Quran sebagai kitab suci umat islam berfungsi sebagi petunjuk bagi orang-
orang yang bertakwa, petunjuk disini bermakna umum, artinya Al-Quran selain
menjadi petunjuk ke jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah dan akan
mengantarkan kebahagiaan di akhirat juga bermakna sebagai petunjuk dalam
menapaki kehidupan di dunia. Karena pada hakikatnya Islam selalu mengajarkan
umatnya untuk selalu menggapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Anak-anak adalah harapan masa depan dan penerus kelangsungan serta
kelanjutan hidup. Oleh karena itu tugas orang tua adalah mendidik dan
mengarahkan anak-anaknya sesuai dengan talenta yang dimiliki. Karena pada
anak usia dini penuh dengan rasa ingin tahu yang besar, mereka berhasrat untuk
menjadi seorang individu yang memiliki kemampuan memadai sesuai dengan
taraf kedewasaannya. Bila sejak usia dini, seorang anak memperoleh kesempatan
baik, maka kemudian hari ia akan menjadi orang yang kreatif dan memperoleh
bekal bagi masa depannya kelak.
Di dalam Al-quran Surat Luqman atay 12-15 paling tidak terdapat beberapa
konsep tentang pendidik anak usia dini yaitu, 1) Sebagai pendidik dalam hal ini
orang tua perlu mengucurkan kasih sayang dan perhatian yang cukup kepada
anaknya, 2) mengajarkan anak tentang pendidikan tauhid yaitu mengesakan Allah,
3) orang tua hendaknya menempatkan serta menyesuaikan sesuatu pada
tempatnya, atau dengan kata lain mengajarkan anak terhadap sesuatu yang sesuai
dengan minat, kemampuan serta bakatnya, 4) Pendidikan jasmani/fisik anak
mestinya dimulai sejak dini, melalui pemberian Asi kepada anak.
i
KATA PENGANTAR
ii
4. Segenap Dosen dan staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal
ilmu dan pengetahuannya selama penulis menjalankan perkuliahan.
5. Seluruh staf perpustakaan umum dan perpustakaan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan bermacam-macam buku
ilmiah sehingga mempermudah penulis dalam mencari referensi.
6. Sahabat-sahabatku Dedi Kurniawan, Zain Fanani, Arif Subhan, M. Zainul
Labib, M. syauqi, Rocky Prabowo, Syaid Fathurrahman, Misbahuddin,
pihak JNE yang selalu mengantar buku ke kosan, dan lainya yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah selalu membantu dan
menjadi penyemangat penulis.
7. Seluruh sahabat-sahabatku di PAI angkatan 2007 teman senasib dan
seperjuangan terutama kelas PAI-D, yang telah banyak memberikan
pengalaman berharga kepada penulis tentang indahnya arti sebuah
kebersamaan dan persahabatan.
8. Seluruh warga dan sahabat-sahabatku di kosan cimandiri cipayung ciputat.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah penulis berharap dan berdoa
semoga amal baik mereka yang telah membantu dalam proses penyelesaian
skripsi ini mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. mn y
Rabbal lamn.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN
iv
3. Tarbiyah Ruhaniyah atau Tarbiyah Adabiyah ........................ 30
H. Hasil Penelitian Yang Relevan .......................................................... 31
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................. 65
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dilahirkan dari orang tua yang jahat berpotensi menumbuhkan sifat-sifat tercela
dalam perilakunya. Seandainya hidup dalam lingkungan yang penuh dengan
kebaikan dan diserahkan kepada pendidik yang baik, ada kemungkinan sifat-sifat
buruk mereka akan tertutupi dan tumbuh menjadi orang yang memiliki keutamaan
dan keimanan.
Seorang anak pada usia dini mempunyai daya tangkap yang kuat dalam
menerima pendidikan. Dia memiliki kecenderungan untuk ingin tahu atau
mengamati segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Pada masa itu, dia memiliki
kebebasan yang cukup besar dan tidak atau belum menerima ajaran atau berbagai
pengalaman pahit lainnya. Oleh karena itu, setiap anak senantiasa akan
mendengar, melihat menikmati atau merasakan berbagai hal yang cukup dan hal-
hal yang baru selama ia mampu mempersiapkan dirinya untuk melaksakan semua
itu. Mayoritas anak-anak apabila mendapat stimulant maka mereka akan
menciptakan maupun menikmati keindahan, mencintai, seseorang dan
mempercayai seluruh pengetahuan tersebut dengan senang hati. Semua itu
merupakan kesempatan yang baik untuk membiasakan mereka berpikir ilmiah dan
cermat.
Anak-anak adalah harapan masa depan dan penerus kelangsungan serta
kelanjutan hidup. Oleh karena itu tugas orang tua adalah mendidik dan
mengarahkan anak-anaknya sesuai dengan talenta yang dimiliki. Karena pada
anak usia dini penuh dengan rasa ingin tahu yang besar, mereka berhasrat untuk
menjadi seorang individu yang memiliki kemampuan memadai sesuai dengan
taraf kedewasaannya. Bila sejak usia dini, seorang anak memperoleh kesempatan
baik, maka kemudian hari ia akan menjadi orang yang kreatif.
Masarudin Siregar menyebutkan bahwa, setiap negara mempunyai sistem
pendidikan, karena sistem pendidikan merupakan perwujudan dan penjabaran dari
cita-cita masyarakat. Harapan masyarakat terhadap pendidikan adalah sangat
besar karena pendidikan diharapkan dapat mewujudkan cita-cita masyarakat.
Pendidikan berfungsi sebagai the agent of social change. Dari sana Nampak
dengan jelas bahwa peran pendidikan merupakan tumpuan harapan masyarakat
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi sehingga siap
3
dan mampu untuk memasuki kurun waktu yang mengandung tantangan baru,
inspirasi baru, dan kekuatan baru yang muncul dalam masyarakat yang bergerak
dinamis.1
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang urgen bagi siapapun, termasuk
bagi anak. Pada saat sekarang ini banyak sekali pendidikan yang diberikan pada
anak pra sekolah atau lebih dikenal dengan istilah pendidikan anak usia dini,
sebagai upaya untuk memberikan bekal dasar bagi kepentingan kehidupan anak di
masa dating dan mempersiapkan anak memasuki jenjang selanjutnya. Pendidikan
anak usia dini menjadi strategi manakala ia menjadi tolak ukur keberhasilan pada
tahap berikutnya. Karena pada usia dini yaitu nol sampe usia delapan tahun
merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan
yang akan mewarnai proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya. 2
Kondisi seperti itu tampaknya menyebabkan manusia memerlukan
pemeliharaan, pengawasan dan bimbingan yang serasi dan seusai agar
pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara baik dan benar.
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama,
dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua adalah pendidik kodrati.
Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan
anugrah oleh Tuhan pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini timbullah
rasa kasih saying para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral
keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi dan
melindungi serta membingbing keturunan mereka.3Allah SWT berfirman:
1
Masarudin Siregar, Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah, 2003), h.
16.
2
Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan
Masyarakat, (Semarang:Aktif Media,2009), h.45-46.
3
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo,1998), h.203-204.
4
( : /)
( : / )
Jika diperhatikan susunan kalimat ayat ini, maka dapat diambil keimpulan
bahwa Luqman sangat melarang anaknya melakukan syirik. Larangan ini adalah
suatu larangan yang memang patut disampaikan disampaikan Luqman kepada
puteranya karena mengerjakan syirik itu adalah suatu perbuatan dosa yang paling
besar. Anak adalah sambungan hidup dari orang tuanya, cita-cita yang tidak
mungkin dapat dicapai orang tua selama hidup didunia diharapkannyalah anaknya
akan mencapainya. Demikian pula kerpercayaan yang dianut orang tuanya
disamping budi pekerti yang luhur sangat diharapkannya agar anak-anaknya
menganut dan memiliki semuanya itu dikemudian hari.5
Pendidikan anak merupakan realisasi tanggung jawab orang tua,
masyarakat, dan pemerintah. Dimulai dari lingkup terkecil, yaitu orang tua, sejak
kelahiran seorang anak, setiap orangtua berharap anaknya sukses dalam
4
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama,
2002), h.582.
5
Departemen Agama, Al-Quraan dan Tafsirnya Jilid VII (Semarang: Departemen
Agama Republik Indonesia, 1990), h. 636-637.
5
6
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 36.
6
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tnggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.7
Alasan kesibukan, keterbatasan waktu, dan kemampuan orang tua
terkadang menjadi faktor mendasar untuk memasukkan anak pada lembaga
pendidikan, yang ditambah dengan kurangnya pengetahuan tentang
perkembangan anak dan sumber belajar yang tidak memadai. Adanya tuntutan
lembaga pendidikan setingkat di atasnya, juga mendorong orangtua untuk
menyekolahkan anak. Begitu tinggi harpan orangtua. Lembaga pendidikan
terkadang tidak lagi mempertimbangkan factor-faktor kejiwaan anak didik.
Akibatnya, anak dituntut untuk menguasai sejumlah kompetensi tertentu yang
terkadang tidak sesuai dengan kemampuan anak. Ironisnya, hal ini biasanya
terjadi tanpa disadari oleh orangtua dan penyelenggara pendidikan. Sikap kurang
proporsional dalam medidik anak seakan melahirkan kesan bahwa pendidikan
telah melakukan penindasan terhadap anak.
Aspek lain menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan
kecanggihan teknologi di era globalisasi dewasa ini hampir menjadikan dunia
tidak ada batas antar wilayah dan Negara. Hal ini berdampak masuknya budaya
dan informasi dari Negara lain ke dalam budaya lokal dengan sangat mudah,
bahkan tidak dapat dihindarkan, baik melalui televise, internet, maupun media
lainnya. Hal ini disadari atau tidak berpengaruh terhadap moralitas anak yang
tentu saja dilanda krisis.
Krisis moralitas itu dengan mudah dapat diketahui melalui layanan
informasi, pemberitaan, dan surat kabar. Indikasi krisis moral terlihat dari dua
aspek. Pertama, krisis moral yang dilakukan oleh anak sehingga memposisikan
anak sebagai subjek kejahatan. Kedua, krisis moral terhadap anak yang dilakukan
orang dewasa, sehingga menjadikan anak sebagai objek tindak kejahatan.
Realitas-realita inilah yang mendorong penulis untuk mencermati lebih
dalam tentang objek penelitian pada aspek epistemology pendidikan anak, dan
menjadikan al-Quran sebagai fokus kajian. Kenapa harus tema pendidikan anak?.
7
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), h. 9.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan
penelitian ini yaitu:
1. Terjemahan dan masih banyak Mufasir yang belum menyinggung
tentang konsep pendidikan anak usia ini yang terkandung secara
tersirat maupun tersurat dalam Qs. Luqman Ayat 12-15
2. Aplikasi surat Luqman ayat 12-15 dalam pendidikan anak usia dini
3. Proses sosialisasi yang pertama yang dilakukan orang tua terhadap
anak sudah mulai bergeser.
4. Krisis moralitas dengan mudah dapat diketahui melalui layanan
informasi, pemberitaan, dan surat kabar sehingga anak mudah
terpengaruhi oleh budaya luar yang tidak baik
5. Banyaknya kegiatan dan pekerjaan menyebabkan orangtua kurang bisa
memberikan perhatian secara maksimal kepada anaknya sehingga
pendidikan dan akhlaknya tidak dikontrol secara baik dan benar
8
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang dibahas dibatasi pada :.
1. Terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam surat Luqman ayat
12-15
2. Konsep pendidikan anak usia dini yang terkandung dalam Al-Quran
surat Luqman ayat 12-15
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukan diatas, maka
dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam Q.S Luqman
ayat 12-15 ?
2. Bagaimana konsep pendidikan anak usia dini dalam Q.S Luqman ayat 12-
15 ?
E. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempunyai tujuan-tujuan yang ingin
dicapai diantaranya adalah :
1. Untuk mengetahui terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam Q.S
Luqman ayat 12-15
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan anak usia dini secara baik dan benar
dengan merujuk pada Al-Quran dan pendapat pakar ulama
9
F. Manfaat Penelitian
Dalam peneltian konsep pendidikan anak usia dini dalam surat Luqman
ayat 12-15 ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, wawasan, serta bahan dalam konsep
pendidikan anak usia dini yang terkandung dalam Qs Luqman ayat 12-
15
2. Manfaat Praktis
Di antara manfaat-manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:
a. Bagi Akademik
Dapat memotivasi bagi pengembangan keilmuan di bidang tafsir,
membuka kemungkinan penelitian lebih lanjut dan peninjauan
kembali hasil pengkajian ini. Dan secara tersurat memberikan
petunjuk bagaimana mengajarkan pendidikan pada seorang anak
yang sesuai konsep Al-Quran surat Luqman ayat 12-15.
b. Bagi Masyarakat
Mengetahui dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat bagaimana pendidikan yang harus dilakuka
orangtua terhadap anaknya khususnya pada anak usia dini
c. Bagi Orang tua dan Anak
1) Bagi Orang Tua
Untuk mengetahui betapa pentingnya pendidikan anak usia
dini sehingga anak mendapatkan pendidikan yang layak dan
benar
2) Bagi Anak
Untuk mengetahui betapa penting dan wajib untuk merasakan
pendidikan sejak dini kala
BAB II
8
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.13.
9
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),
Edisi Kedua, h.232.
10
Lif Khoiro Ahmadi, Hendro, Sofan, Pembelajaran Akselerasi, (Jakarta: PT Prestasi
Pustaka, 1998), Cet. Ke.1 h.204.
10
11
11
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.13.
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007) , Cet.
VII, h.29.
13
A. Fattah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press,
2008), Cet.I, h.8.
14
Al-Rasyid & Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2005),h.30.
12
(:/)
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
(Q.S. al-Israa/17:24)
15
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet, III, h. 150.
16
Al-Rasyid & Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islamh. 26.
13
17
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet.1,
h.9.
18
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Ih.10.
19
Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
Cet.I, h. 205.
20
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), Cet.2, h. 41.
14
Ketika seorang anak pertama kali ke dunia dan melihat apa yang ada di
dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari
sebuah gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam
hidupnya di dunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala
bentuk apa saja yang datang mempengaruhinya. Maka sang anak akan dibentuk
oleh setiap pengaruh yang dating dalam dirinya.
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak menurut para pakar ilmu
jiwa ialah masa perubahan tubuh, intelegensi, emosional dan kemampuan
interaksi yang member pengaruh pada utuhnya individu dan matangnya
kepribadian. Para ahli pendidikan dan pakar menetapkan bahwa setelah melewati
masa kelahiran, seorang anak mengalami beberapa pertumbuhan dan
perkembangan yang harus diketahui oleh orangtua untuk memudahkan dalam
menentukan langkah pendidikan pada fase umur sehingga orangtua mampu
membuat skedul program untuk diterapkan secara tepat dan sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan sehingga anak tumbuh besar bersama pendidikan
secara alami.21
Imam al-Ghazali berkata: Anak adalah amanat bagi orangtuanya, hatinya
bersih, suci dan polos. Kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan selalu
menerima segala yang diukirnya, dan akan cenderung terhadap apa saja yang
mempengaruhinya. Maka apabila dia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan
kebaikan, niscaya akan seperti itulah anak terbentuk. Sehingga kedua orangtuanya
akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sang anak akan menjadi
orang yang terdidik. Namun apabila seorang anak dibiasakan untuk melakukan
kejahatan dan ditelantarkan bagaikan binatang liar, sengsara dan celakalah ia.
Dosanya akan ditanggung langsung oleh kedua orangtunya sebagai penanggung
jawab dari amanat Allah. 22
21
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, (Jakarta:
Darul Haq), h. 131.
22
Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: al-Bayan, 1997), Cet. 1,
h. 35.
15
( )
Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam
kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya
menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi. (H.R. Bukhari)
-
( )
Tidak ada pemberian orangtua kepada anaknya yang lebih baik daripada
budi (pendidikan) yang baik. (HR. Turmudzi)
:
( )
Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah akhlak mereka. (HR. Ibnu
Majah)23
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Anak adalah keturunan dari ayah
dan ibu atau keturununan yang kedua.24 Yang dimaksud anak dalam UU RI
23
Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. I, h. 85-
86.
24
Ummi Chulsum, windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kashiko,
2006), Cet. I, h. 11-12.
16
tentang perlindungan anak pasal I menyatakan anak adalah setiap manusia yang
berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi anak
dutentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih cepat. Dan termasuk anak yang
masih dalam kandungan disebut juga anak. 25
Anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa. Selain sebagai amanah
dari Allah SWT, anak juga merupakan cikal bakal yang akan memelihara,
mempertahankan, dan mengembangkan hasil pembangunan demi kebahagiaan
dunia akhirat. Oleh karena itu anak memerlukan perlindungan untuk menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, serta sosialnya secara utuh dan
seimbang. Memberikan perlindungan terhadap anak, baik jasmani maupun rahani,
merupakan keharusan yang selaras dengan perintah Alah SWT.26
Dalam buku karangan Abdullah Nasih Ulwan, menurutnya anak adalah
amanat Allah yang harus dibina, dipelihara, diurus secara seksama serta sempurna
agar kelak menjadi insan kamil.27 Karena itu anak perlu mendapatkan pendidikan
dari kedua orangtuanya, bahkan pendidikan anak, jika telah dilaksanakan dengan
baik dan terarah, maka tidak lain adalah fondasi yang kuat untuk mempersiapkan
pribadi yang shalih dan bertanggung jawab atas segala persoalan dan tugas
hidupnya.
Ulwan menambahkan lagi, materi yang diberikan berupa pendidikan
moral, fisik, akal, jiwa, sosial, seks, dan yang terpenting itu adalah agama. Bahkan
menurut Ulwan pendidikan anak dapat dimulai ketika laki-laki (suami) memilih
calonnya. Karena calon yang akan dipilih oleh laki-laki (istri) sangatlah
mempengaruhi setiap kepribadian anak. Sebab anak akan lebih dekat
hubungannya dengan ibu (calon yang dipilih), khususnya secara psikologis.
Karena ketika istri mengandung dan menyusui secara tidak langsung telah
25
Undang-undang RI, Tentang Perlindungan Anak No.23 Tahun 1997, (Surabaya: Media
Center, 2006), Cet. 1, h. 119.
26
Subhan Husain Albari, Agar Anak Rajin Solat, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), Cet. I,
h. 11.
27
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul awlad
fil islam oleh Jamaluddin Miri., (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), Cet. 3, Jilid I, h. 7.
17
meletakkan pondasi dasar atas prilaku dan karakter yang dimiliki oleh istri (ibu
dari si anak).28
Pada zaman jahiliyah kedudukan anak dalam sebuah keluarga sangatlah
mempengaruhi posisi keluarga dalam masyarakat. Karena ketika dalam sebuah
keluarga terlahir anak laki-laki maka keluarga tersebut menjadi terpandang, tetapi
sebaliknya ketika sebuah keluarga terlahir anak perempuan maka keluarga itu
menjadi cemohan masyarakat. Ketika nabis saw diutus oleh Allah salah satu
ajarannya adalah mengumandangkan persamaan hak antara pria dan wanita.
Sebagai realisasi dari perintah al-Quran dan Nabi saw ini maka para orangtua
sepanjang masa menerapkan dasar keadilan dan persamaan hak di dalam
kecintaan, perlakuan dan kasih saying kepada anak-anak, tanpa membedakan
antara pria dan wanita. 29
):- -
30
Menurut al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin telah mengatakan:
Ash-Shabiy atau anak merupakan amanat di tangan kedua orangtuanya.
Hatinya yang bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas
dari segala macam ukiran dan gambaran. Ukiran berupa kebiasaan berbuat
baik akan dapat tumbuh subur sehingga ia akan meraih kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Jika sang anak dibiasakan dengan hal-hal yang baik dan
diajarkan kebaikan kepadanya, ia akan tumbuh dengan baik dan akan
memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Kemudian pahala yang
dipetiknya turut dinikmati oleh kedua orangtuanyaa. Dan apabila
dibiasakan pada hal-hal yang buruk, dan ditelantarkan begitu saja bagaikan
memperlakukan hewan ternak, maka niscaya sang anak akan tumbuh
menjadi seorang yang celaka dan binasa. Dan dosa yang ditanggung sang
28
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul
awlad fil islam oleh Jamaluddin Miri..h. 38
29
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul
awlad fil islam oleh Jamaluddin Mirih. 38.
30
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, ihya ulumuddin, (Darul
Fikri), jilid 3, h. 66.
18
anak itu, akan menjadi beban bagi orang yang pernah mengajarinya dan
yang menjadi walinya.
31
Muhammad Ali Qutb, Sang Anak dalam Lindungan Pendidikan Islam, (Bandung: CV
Diponegoro, 1993), Cet, 2, h. 9.
19
32
Subhan Husain Albari, Agar Anak Rajin Solath.45.
20
33
Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : Kencana. 2011), Cet I, h. 690
21
34
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anakh.132.
22
( )
Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam
kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya
menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi. (H.R. Bukhari)
Seorang anak datang kedua dengan mempunya akal, fikiran dan perasaan
yang seperti kertas putih dan bersih. Dia mempunyai kesiapan yang
dipersembahkan kepadanya. Untuk itulah bagi kedua orangtua hendaknya mereka
mengetahui tentang penting pertumbuhan, perkembangan dan masa depan seorang
anak secara keseluruhan.
Hak yang lainnya adalah anak mendapatkan pendidikan yang sempurna,
baik pendidikan jasmani, akhlak dan rohani. Orangtua harus bisa memperhatikan
makanannya, seperti kandungan gizi yang terdapat di dalam makanannya.
Orangtua juga harus memperhatikan kebersihannya, baik badan, pakaian, rambut
dan sebagainya, orangtua juga harus memperhatikan tentang masalah
pergaulannya.
proses pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar keselamatan mental dan
moralnya.
Pentingnya pendidikan Islam oleh para orang tua terhadap anak-anak
mereka didasarkan oleh sabda Rasulullah SAW yang menegaskan bahwa setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang menjadikan
anak-anak itu Nasrani, Yahudi atau Majusi.35
Hal tersebut juga didukung oleh teori psikologi perkembangan yang
menegaskan bahwa masing-masing anak dilahirkan dalam keadaan seperti kertas
putih. Teori ini dikenal dengan Tabularasa, yang menyatakan bahwa setiap anak
dilahirkan dalam keadaan bersih, ia akan menerima pengaruh dari luar lewat
indera yang dimiliki.
Tentang pentingnya peranan orangtua dalam pendidikan anak di
lingkungan keluarga ini, Allah swt berfirman:
( :/ )
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim/22: 6)
Ada beberapa aspek pendidikan yang perlu diterapkan oleh para orangtua
dalam hal membentuk tingkah laku atau kepribadian anak mereka sesuai dengan
tuntunan al-Quran dan hadist. Diantara aspek-aspek tersebut adalah pendidikan
yang berhubungan dengan penanaman atau pembentukan dasar keimanan
(akidah), pelaksanaan ibadah, akhlak, dan lain sebagainya.
Memang usaha orangtua dalam mendidik anak tidaklah semudah
membalikan telapak tangan. Orangtua harus memiliki kesabaran dan kreativitas
yang tinggi. Secara umum ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh
para orangtua muslim dalam mendidik anak. Berikut beberapa langkah tersebut:
35
Subhan Husain Albari, Agar Anak Rajin Solath.41.
24
pemalas, tidak mau berusaha dan tidak menerima beres merupakan salah satu
dampak dari kisah khayalan yang menampilkan pribadi-pribadi pemalas, tetapi
selalu ditolong dan diberi kemudahan.
Cerita tentang kisah-kisah yang mengandung hikmah sangat efektif untuk
menarik perhatian anak dan merangsang otaknya agar bekerja dengan baik,
bahkan metode ini dianggap yang terbaik dari cara-cara lain dalam mempengaruhi
pola piker anak. Karena dengan mendengar cerita, anak merasa senang sekaligus
menyerap nilai-nilai pendidikan tanpa merasa dijejali. Cara seperti ini telah
dicontohkan oleh Rasulullah saw sejak dulu, beliau seringkal bercerita tentang
kisah kaum-kaum terdahulu agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya.
Ada satu hal penting yang haru digarisbawahi, yaitu bahwa kisah kisah
yang diceritakan Rasulullah saw bukanlah cerita bohong belaka, melainkan
riwayat-riwayat yang jelas latarbelakangnya dan sejarahnya serta yang paling
mengandung nilai-nilai pendidikan dan ruh keislaman yang dapat mendorong
anak yang mendengarkan untuk bersikap sesuai dengan akhlak luhur dan mulia
yang diajarkan oleh Islam kepada seluruh umatnya.37
3. Perumpamaan
Al-Quran dan hadits banyak sekali mengemukaan perumpamaan. Jika
Allah swt dan Rasul-Nya mengungkapkan perumpamaan, secara tersirat berarti
orang tua jug harus mendidik anak-anaknya dengan perumpamaan. Sebagai
contoh, orangtua berkata kepada anaknya, Bagaimana pendapatmu bila ada
seorang anak yang rajin shalat, giat belajar, dan hormat kepada kedua
orangtuanya, apakah anak ini akan disukai oleh ayah dan ibunya? Maka si anak
pasti berkata, Tentu, anak itu akan disukai oleh ibu bapaknya.
Dari ungkapan itu, orang harus terus menerus memberikan arahan
terhadap anaknya sampai sang anak betul-betul menyadari bahwa kalau mau
disayang oleh orangtua, yang dilakukan sang anak adalah rajin shalat, giat belajar
dan hormat kepada kedua orangtuanya. Begitu juga dengan persoalan-persoalan
lainnya.
37
Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullahh. 301.
26
4. Keteladanan
Orangtua merupakan pribadi yang sering ditiru oleh anak-anaknya. Kalau
perilaku orangtua baik, maka anak akan meniru hal-hal yang baik. Sebaliknya,
bila perilaku orangtua buruk, maka anaknya akan meniru hal-hal yang buruk pula.
Dengan demikian, keteladan yang baik merupakan salah satu kiat orangtua
menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang shalih, maka yang harus menjadi
shalih terlebih dahulu adalah orangtua.
Metode ini merupakan metode yang paling unggul dan paling jitu
dibandingkan metode-metode lainnya. Melalui metode ini para orangtua, pendidik
atau dai member contoh atau teladan terhadap anak/peserta didiknya bagaimana
cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah dan
sebagainya.
Melalui metode ini maka anak/peserta didik dapat melihat, menyaksikan
dan meyakini cara yang sebenarnya sehingga mereka dapat melaksanakannya
dengan lebih baik dan lebih mudah.
Maksudnya adalah dalam hal kebaikan dan kebenaran, apabila kita menghendaki
orang lain juga mengerjakannya, maka mulailah dari diri kita sendiri untuk
mengerjakannya. 38
5. Latihan dan Pengamalan
Anak yang shalih bukan hanya rajin berdoa untuk kedua orangtuanya,
tetapi, ia juga berusaha secara maksimal untuk melaksanakan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Agar dapat mengajarkan amalan Islam, seorang anak harus
dilatih sejak dini. Ia harus dilatih sejak awal tentang shalat, puasa, berjibab, dan
lain sebagainya. Tanpa latihan yang dibiasakan, seorang anak akan sulit
mengamalkan ajaran Islam, meskipun ia telah memahaminya. Oleh karena itu,
seorang ibu harus menanamkan kebiasaan yang baik kepada anak-anaknya dan
melakukan control agar seorang anak disiplin dalam melaksanakan ajaran Islam.
38
Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikanh.19.
27
:
( ) :
Apabila anak Adam (manusia) sudah mati, maka putuslah semua
amalnya, kecuali tiga hal : shadaqah jariyahnya, ilmunya yang bermanfaat,
dan anaknya yang shalih yang mendoakannya (HR. Muslim)
39
Subhan Husain Albari, Agar Anak Rajin Solath.46-53.
28
40
Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikanh. 87.
41
Hamdani Ihsan, Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2007), Cet. III, h. 180.
42
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 159.
29
43
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, h.
160
30
44
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-
Quran,h.161
45
Aziz Mushtoffa, Aku Anak Hebat Bukan Anak Nakal, (Yogyakarta: Diva Press, 2009),
h.34-36.
46
Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Quran, (Yogyakarta: Teras,
2010), h. 103.
31
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penulisan
Dalam penelitian, metode merupakan suatu hal yang sangat penting,
karena dengan metode yang baik dan benar akan memungkinkan tercapainya
sesuatu tujuan penelitian. Adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini
yaitu :
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data penelitian kualitatif
dengan menggunakan pendekatan hermeneutic, merupakan suatu metode
penafsiran yang berangkat dari analisis bahasa dan kemudian melangkah ke
analisis konteks, untuk kemudian menarik makna yang didapat ke dalam
ruang dan waktu saat proses pemahaman dan penafsiran tersebut dilakukan.
34
35
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
48
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Pustaka Pelajar,1998), cet. 1. h.
31
49
Moh.Nazir, , Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999), cet. IV, h. 63-64
36
50
Moh.Nazir, , Metode Penelitian, h. 64
37
C. Fokus Penelitian
Menurut Sugiyono, batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut
fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.51 Dengan melihat
pendapat Sugiyono, maka penulis mencantumkan apa yang terdapat dalam
batasan masalah menjadi fokus penelitian dalam penulisan ini. Adapun fokus
penelitian tersebut adalah mengenai konsep pendidikan anak usia dini yang
terdapat dalam Al-Quran surat Luqman ayat 12-15. Jadi dalam penelitian ini
penulis bermaksud mencari konsep-konsep pendidikan anak usia dini yang
terkandung dalam ayat tersebut, dengan mencari data-data dan sumber-sumber
yang membahas mengenai ayat 12-15 dalam surat Luqman.
51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
alfabeta, 2008),cet. IV, h. 285-286.
52
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta,1990), h.24.
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktekh. 25
BAB IV
( -:/ )
12. Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang
tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
38
39
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS Luqman/31:12-
15)
54
Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Quran, (Yogyakarta: Teras,
2010), h. 38-40.
55
Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Quran: Pelajaran Dari Orang-Orang Dahulu,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 157.
40
orang tuamu.
kepada-Ku.
E. Munasabat Ayat
Pada Q.s Luqman ayat 12 mempunyai munasabah dengan ayat sesudahnya
yaitu ayat 13, 14 dan 15:
56
Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat Hingga Kisah
Luqman, (Bandung: Marja, 2007), h. 157.
43
( :/ )
Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji". (QS Luqman/31:12)
Sesudah Allah menjelaskan bahwa Luqman telah diberi hikmah karena itu
lalu Luqman bersyukur kepada Tuhannya atas semua nikmat yang telah
dilimpahkan-Nya kepada dirinya. Dan ia sendiri melihat dampaknya di dalam
alam semesta dan alam diri sendiri, setiap malam dan siang hari. Selanjutnya
Allah swt mengiringi hal itu dengan penjelasan bahwa Luqman telah menasehati
anaknya untuk melakukan hal tersebut. Kemudian ditengah-tengah nasihat ini,
Allah swt menyebutkan wasiat yang bersifat umum ditujukan kepada semua
anak.57 Sebagaimana wasiat itu terdapat dalam surat Luqman ayat 13:
(:/)
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS Luqman/31:13)
57
Anwar Rosyidi, dkk, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Karya Toha Putra,
1992), h. 152.
58
Anwar Rosyidi, dkk, Terjemahan Tafsir Al-Maraghih. 153.
44
Sesudah Allah swt menuturkan apa yang telah diwasiatkan oleh Luqman
terhadap anaknya, yaitu supaya ia bersyukur kepada Tuhan yang telah
memberikan semua nikmat, yang tiada seorangpun bersekutu dengan-Nya di
dalam menciptapkan sesuatu. Kemudian Luqman menegaskan bahwasanya syirik
itu adalah perbuatan yang buruk. Selanjutnya Allah mengiringi hal tersebut
dengan wasiat-Nya kepada semua anak supaya mereka berbuat baik kepada kedua
orang tuanya., karena sesungguhnya kedua orang tua itu adalah penyebab pertama
bagi keberadaannya di dunia ini. Untuk itu Allah swt berfirman:
(:/)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (QS Luqman/31:14)
)
(:/
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (QS Luqman/31:15)
45
F. Tafsir Surat Luqman Ayat 12-15 dan Konsep Pendidikan Anak Usia
Dini yang Terkandung Di dalamnya
1. Ayat 12
( :/ )
Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji".(QS Luqman/31:12)
59
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), vol.15. h. 121.
60
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawi, (Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2001), Juz. 15, h. 192.
46
Biqai, mengatakan bahwa hikmah berarti Mengetahui yang paling utama dalam
segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliyah dan
amal ilmiah. Ia adalah ilmu yang didukung amal, dan amal yang tepat dan
didukung ilmu.61
Seorang yang ahli dalam melakukan sesuatu dinamai hakim. Hikmah juga
diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan/diperhatikan akan menghalangi
terjadinya mudharat atau kesulitan yang lebih besar dan atau mendatangkan
kemashlahatan dan kemudahan yang lebih besar. Makna ini ditarik dari kata
hakamah, yang berarti kendali. Karena kendali menghalangi hewan/kendaraan
mengarah ke arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih perbuatan
yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah. Memilih yang terbaik
dan sesuai dari dua hal yang buruk pun, dinamai hikmah dan pelakunya dinamai
hakim (bijaksana). 62
Seseorang yang memiliki hikmah harus yakin sepenuhnya tentang
pengetahuan dan tindakan yang diambilnya, sehingga dia akan tampil dengan
penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu atau kira-kira dan tidak pula
melakukan sesuatu dengan coba-coba.
Kata syukur terambil dari kata ( ) yang maknanya antara
lain berkisar pada pujian atas kebaikan, serta penuhnya sesuatu. Syukur manusia
kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa
besar nikmat dan anugerah-Nya, disertai ketundukan dan kekaguman yang
melahirkan rasa cinta kepada-Nya, dan dorongan untuk memuji-Nya dengan
ucapan sambil melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya dari penganugerahan itu.
Syukur didefinisikan oleh sebagian ulama dengan memfungsikan anugerah yang
diterima sesuai dengan tujuan penganugerahannya. Ia adalah menggunakan
nikmat sebagaimana yang dikehendaki oleh penganugerahnya, sehingga
penggunaannya itu mengarah sekaligus menunjuk penganugerah. Tentu saja untuk
maksud ini, yang beryukur perlu mengenal siapa penganugerah (dalam hal ini
Allah swt), mengetahui nikmat yang dianugerahkan kepadanya, serta fungsi dan
61
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.121.
62
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.121.
47
( : /)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".(Qs Ibrahim/14:7)
Pada ayat di atas ditegaskan bahwa barang siapa yang bersyukur atas
nikmat yang telah diberikan niscaya Allah akan melipat gandakanya, dan barang
siapa kufur atau mengingkari nikmat yang telah diberikan padanya maka tunggu
lah azab Allah.
Menurut Thabathabai seperti yang diungkapkan M.Quraish Shihab,
itu. Anda tidak perlu menimbulkan dalam benak anda kalimat : Dan Kami
katakana kepadanya: Bersyukurlah kepada Allah. Dan begitu juga pendapat
banyak ulama antara lain al-Biqai yang menulis bahwa Walaupun dari segi
redaksional ada kalimat kami katakan padanya, tetapi makna akhirnya adalah
kami anugerahkan kepadanya syukur.Sayyid Qutb menulis bahwa: Hikmah,
kandungan dan konsekuensinya adalah syukur kepada Allah.
Hal ini senada dengan apa yang tertulis dalam Hasyiah Al-Qunawi ala
Tafsiri Al-Imam Al-Baidhawi, yang menyebutkan :
63
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran..h.122.
48
64
Yakni bahwa kami memberikan kepada Luqman Hikmah agar ia
bersyukur, yaitu agar ia bersyukur terhadap nikmat-nikmat yang telah Allah
berikan kepadanya yang tidak terhitung jumlahnya.
Bahwa hikmah adalah syukur, karena dengan bersyukur seperti
dikemukakan di atas, seseorang akan dapat mengenal Allah dan mengenal
anugerah-Nya. Dengan mengenal Allah seseorang akann kagum dan patuh
kepada-Nya, dan dengan mengenal dan mengetahui fungsi anugerah-Nya,
seseorang akan memiliki pengetahuan yang benar, lalu atas dorongan kesyukuran
itu, ia akan melakukan amal yang sesuai dengan pengetahuannya, sehingga amal
yang lahir adalah amal yang tepat pula.65
Penggunaan bentuk kata kerja mudhari (masa kini dan masa datang) yaitu
64
Ishomuddin Ismail bin Muhammad al-Hanafi, Hasyiah al-Qunawi ala Tafsiri al-Imam
al-Baidhawih.194.
65
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.122-
123.
66
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.123
49
) ( ) (
67
Yakni barang siapa yang bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya ia
mensyukuri-Nya untuk kemanfaat dirinya saja. Karena walaupun makhluk tidak
bersyukur, Allah tidak agan rugi, melainkan mereka yang rugi sendiri. Dengan
demikian dapat penulis pahami bahwa makhluk yang bersyukur kepada Allah
tidak lain dan tidak bukan hanya untuk kebaikan dan kemashlahatan nya sendiri.
Dan barang siapa yang mengkufuri serta tidak mensyukuri nikmat Allah maka
sesungguhnya ia mengkufuri dirinya sendiri. Jadi dapat kita pahami bahwa apabila
hamba bersyukur ataupun kufur kepada Allah, tak lain berdampak pada mereka
sendiri, karena Allah sebagai Tuhan yang tidak butuh kepada selain-Nya.
Dapat juga dikatakan bahwa kekufuran yang berbentuk kata kerja masa
lampau itu, mengesankan bahwa kekufuran atau ketidaksyukuran. Kalau dahulu
pernah ada, maka hendaknya untuk masa kini dan datang ia dihindari dan tidak
perlu ada lagi.
Kata ( )Ghaniyyun/ Maha Kaya terambil dari akar kata yang terdiri dari
huruf-huruf ( )ghain, ( )nun dan ( )ya, yang maknanya berkisar pada dua hal,
yaitu kecukupan, baik menyangkut harta maupun selainnya. Dari sini lahir kata
ghaniyyah, yaitu wanita yang tidak kawin dan merasa berkecukupan hidup di
rumah orang tuanya, atau merasa cukup hidup sendirian tanpa suami, dan kedua
mempunya makna suara. Dari sini, lahir kata mughanniy dalam arti penarik suara
atau penyanyi.
Menurut Imam al-Ghazali seperti yang dilansir oleh M.Quraish Shihab,
Allah yang bersifat Ghanniy, adalah Dia yang tidak memiliki hubungan dengan
selain-Nya, tidak dalam Dzat-Nya tidak pula dalam sifat-Nya, bahkan Dia Maha
Suci dari segala macam ketergantungan.68
67
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-
Imam Al-Baidhawi.h.195.
68
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.123.
50
69
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.124.
70
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.124
71
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawih.195.
51
2. Ayat 13
(:/)
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Qs Luqman/31:13)
72
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.126.
53
73
Luqman adalah sebuah nama yang berasal dari bahasa Ibrani, Anak Baura
dari anak-anaknya Azur, anak saudari Nabi Ayub As, bukan Azur
bapaknya Nabi Ibrahim As, dan Luqman hidup selama seribu tahun, lalu ia
bertemu Nabi Daud As dan Nabi Daud pun belajar kepadanya. Sebelum
diutusnya Daud as sebagai Nabi, Luqman kerap kali memberikan fatwa,
dan tatkala Daud diutus menjadi Nabi, maka Luqman berhenti
memberikan fatwa.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Luqman bukan lah seorang Nabi,
melainkan orang yang bijaksana berdasarkan apa yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas Ra, bahwasanya Luqman bukan lah seorang Nabi bukan pula
seorang raja melainkan seorang rakyat biasa yang berkulit hitam kemudian
Allah memberikannya kebebasan dan diridhai perkatan serta wasiatnya
lalu dikisahkan tentangnya di dalam al-Quran agar kalian berpegang
teguh terhadap wasiat-wasiatnya. Dan dikatakan bahwa Luqman adalah
seorang Hakim Bani Israil. Dan mayoritas pendapat adalah bahwa Luqman
seorang yang bijaksana. Ikrimah dan Syubi berpendapat bahwa Luqman
adaah seorang Nabi. Wallahu alamm bishowab.
73
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawih.192-193.
54
kasih saying. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas mengisyaratkan
bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih saying. 74
Al-Qunawi pun memahami bahwa penggunaan kata ( )dalam ayat diatas
mengisyaratkan kasih sayang. Beliau beranggapan bahwa kata tersebut merupakan
Tashghir Isyfaq ( ) yaitu menggambarkan kemungilan yang
mengisyaratkan kasih sayang ().
Luqman menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Allah karena
kesyirikan merupakan kezhaliman dan dosa yang besar. Penamaan perbuatan
syirik dengan kata zhulmun ( )dikarenakan syirik adalah suatu perbuatan yang
tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya, sebagaimana yang diistilahkan oleh
al-Qunawi sebagai:
75
Luqman memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari
syirik/ mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran
tentang wujud dan keEsaan Tuhan. Bahwa redaki pesannya berbentuk larangan,
jangan mempersekutukan Allah untuk menekan perlunya meninggalkan sesuatu
yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.
Dari penafsiran-penafsiran yang telah disebutkan diatas, penulis
menghubungkan konteks di atas terhadap konsep pendidikan anak usia dini.
Paling tidak penulis dapatkan 2 hal yang terkait dengan pendidikan anak dalam
ayat diatas. Pertama, dalam mendidik anak sedari dini, hendaknya orang tua perlu
mengucurkan kasih sayang yang banyak kepada anaknya, sebagaimana yang
tersirat dalam surat Luqman bahwa Luqman sangat mencintai anaknya, sehingga
Luqman lebih condong menggunakan kata bunayya ( )daripada kata ibniy ().
Mendidik anak dengan cinta, tidaklah mudah maka diperlukan kesabaran dan
ketelatenan yang tinggi. Namun bukan berarti dengan kesulitan itu, lantas sebagai
orang tua seenaknya saja. Namun ada keinginan untuk berusaha mendidik dan
74
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.127.
75
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawi.h.196.
55
mengajarkan anak dengan cita dan kasih sayang yang besar. Kedua, dalam ayat
tersebut tersirat kan bahwa selain perintah larangan menyekutukan Allah yang
tampak jelas pada ( ) yaitu susunan kalimat yang menyatakan larangan
berbuat sesuatu, dalam hal ini adalah mempersekutukan Allah, terdapat pula
makna yang tersirat yaitu bahwa dalam mendidik anak, orang tua hendaknya
menempatkan serta menyesuaikan sesuatu pada tempatnya, atau dengan kata lain
mengajarkan anak terhadap sesuatu yang sesuai dengan kemampuan serta
bakatnya. Menurut hemat penulis ini pun termasuk dari antonim kata ().
3. Ayat 14
(:/ )
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (Qs Luqman/31:14)
Ayat di atas dan ayat berikutnya dinilai oleh banyak Ulama bukan bagian
dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ia disisipkan al-Quran untuk
menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang tua
menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah swt. Memang, al-
Quran seringkali menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah
berbakti kepada orang tua. Tetapi kendati nasihat ini bukan nasihat Luqman,
namun itu tidak berarti bahwa beliau tidak menasehati anaknya dengan nasihat
serupa. Al-Biqai menilainya sebagai lanjutan dari nasihat Luqman. Ayat ini
menurutnya bagaikan menyatakan: Luqman menyatakan hal itu kepada anaknya
sebagai nasihat kepadanya, padahal Kami telah mewasiatkan anaknya dengan
wasiat itu seperti apa yang dinasihatkannya menyangkut hak Kami. Tetapi
redaksinya diubah agar mencangkup semua manusia. 76
76
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.128.
56
Ayat di atas tidak menyebut jasa bapak, tetapi menekankan kepada jasa
ibu. Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena
kelemahan ibu, berbeda dengan bapak. Di sisi lain, peranan bapak dalam
konteks kelahiran anak, lebih ringan dibanding peranan ibu. Setelah pembuahan,
semua proses kelahiran anak dipikul sendirian oleh ibu. Bukan hanya sampai
masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan penyusuan, bahkan lebih dari itu.
Memang ayah pun bertanggung jawab menyiapkan dan membantu ibu agar beban
yang dipikulnya tidak terlalu berat, tetapi ini tidak langsung menyentuh anak,
berbeda dengan peranan ibu. Betapun peranan tidak sebesar peranan ibu dalam
proses kelahiran anak, namun jasanya tidak diabaikan karena itu anak
berkewajiban berdoa untuk ayahnya, sebagaimana berdoa untuk ibunya.
Di dalam Hasyiah Al-Qunawi disebutkan :
77
Makna wasiat dalam ayat ini adalah perintah, jelasnya Kami perintahkan
kepada manusia. Dan alasan kenapa ibu disebutkan pada ayat di atas adalah
karena ibu lebih berhak mendapatkan semua itu daripada bapak. Hal ini senada
dengan apa yang dituturkan oleh M.Quraish Shihab. Al-Maraghi pun
menafsirkannya serupa dengan pandangan al-Qunawi dan M.Quraish Shihab:
) (
78
,
Menurut al-maraghi kata wasiat di atas memiliki makna yang sama dengan
kata perintah, hal ini senada dengan perkataan al-Qunawi. Dan sungguh
diwasiatkan terhadap kedua orang tua akan tetapi disebutkan setelah kata walidain
dengan kata al-um , yaitu untuk menyebutkan tentang kemulian ibu, karena ibu
77
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawih.197.
78
Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, (Kairo: Musthofa Al-Bab Al-Halab,
1946). h. 82.
57
memiliki peranan yang lebih dalam mendidik anak daripada bapak dan karena
beban yang ditanggung ibu lebih berat daripada beban yang dilindungi bapak. Hal
ini agaknya mirip dengan apa yang dikatakan M.Quraish Shihab.
Kata ( )berarti kelemahan atau kerapuhan . yang dimaksud di sini
kurangnya kemampuan memikul beban kehamilan, penyusuan dan pemeliharaan
anak. Patron kata yang digunakan ayat inilah mengisyaratkan betapa lemahnya
sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni
segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu pada dirinya dan
dipikulnya. Jika anda mengatakan Si A cantik, maka kecantikannya itu boleh jadi
baru mencapai 60% atau katakanlah 80% dari seluruh unsur kecantikan. Tetapi
jika anda menyifatinya dengan berkata dia adalah kecantikan maka anda
bagaikan meletakkan semua unsur kecantikan, yakni 100% pada diri yang
bersangkutan.79
80
Maksud kata ( )di ayat ini memiliki arti yang sama dengan dengan kata
( )yang kurang lebih berarti kelemahan diatas segala kelemahan, maksudnya
adalah betul-betul lemah.
Firman-Nya ( ) dan penyapiannya di dalam dua tahun,
mengisyaratkan betapa penyusuan anak sangat penting dilakukan oleh ibu
kandung. Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan
hidup anak, tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuhkembangkan anak
dalam kondisi fisik dan psikis yang prima. Kata ( )di dalam, mengisyaratkan
bahwa masa itu tidak mutlak demikian, karena bila anda berkata: pena di dalam
saku, maka itu tidak berarti bahwa semua bagian dari pena telah masuk dan
berada di dalam saku. Di sisi lain, dalam ayat lain ditegaskan bahwa masa dua
tahun adalah bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyusuan.
81
) (
79
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.130.
80
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawih.197.
58
) (
82
Dan Kami memerintahkan agar kamu bersyukur kepada-Ku terhadap
nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepadamu dan kepada kedua orang tua
kamu, karena mereka berdua adalah penyebab adanya kamu, dan kebagusan
pendidikanmu.
Di antara hal yang menarik hal yang menarik dari pesan-pesan ayat di atas
dan ayat sebelumnya adalah bahwa masing-masing pesan disertai dengan
argumennya. Sedang ketika mewasiati anak menyangkut orang tuanya
ditekankannya bahwa ibunya telah mengandungnya dalam keadaan kelemahan
di atas kelemahan dan penyapiannya di dalam dua tahun. Demikianlah
seharusnya materi petunjuk atau materi pendidikan yang disajikan. Ia dibuktikan
kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau yang dapat dibuktikan
oleh manusia melalui penalaran akalnya. Metode ini bertujuan agar manusia
merasa bahwa I ikut berperan dalam menemukan kebenaran dan dengan demikian
ia merasa memilikinya serta bertanggung jawab mempertahankannya. 83
Dari pemaparan tafsir-tafsir ayat 14 diatas, penulis memahami bahwa ada
paling tidak beberapa hikmah yang dapat dikaitkan dengan pendidikan anak.
Pertama, ibu sebagai orang yang terdekat terhadap anak, karena beban yang
ditanggung melebihi beban yang ditanggung bapak, dalam hal ini yaitu
mengandung selama 9 bulan dan menyusui selama 2 tahun. Oleh karena itu peran
pendidikan seorang ibu pun mestinya melebihi peran sang bapak. Kedua,
pendidikan jasmani/fisik anak mestinya dimulai sejak dini, melalui pemberian Asi
kepada anak, mengisyaratkan bahwa fisik anak dididik pada saat menyusui.
81
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawi.h.199.
82
Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi,h. 83.
83
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.131.
59
Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak,
tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuhkembangkan anak dalam kondisi
fisik dan psikis yang prima. Dan lagi-lagi diperintah kan oleh-Nya kita manusia
harus bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah Dia berikan dan kali
ini redaksinya ditambah dengan kata ( )kepada kedua orang tuamu, yang
mengisyaratkan bahwa barang siapa hendak dihormati anaknya, maka hendaklah
hormati orang tuamu terlebih dulu.
Seorang anak harus senantiasa menjaga perasaan kedua orang tuanya,
supaya kasih sayang orang tua terhadapnya tetap terjaga dan tercurahkan dengan
baik. Pada ayat ini terdapat pula konsep mengenai birrul walidain yaitu konsep
berbakti kepada kedua orang tua, bukan hanya ibu saja, atau bapak saja, tetapi
kepada keduanya. Hukum birrul walidain adalah fardhu ain bagi setiap individu.
Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua seiring perintah
untuk bersyukur kepada-Nya, ini menunjukkan betapa besarnya hak ibu dan
bapak. Wallahu Alam.
4. Ayat 15
(:/)
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.(Qs Luqman/31:15)
Setelah ayat yang lalu menekankan pentingnya berbakti kepada ibu bapak,
maka kini diuraikan kasus yang merupakan pengecualian menaati perintah kedua
orang tua, sekaligus menggaris bawahi wasiat Luqman kepada anaknya tentang
keharusan meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk serta kapan dan dimanapun.
Ayat di atas menyatakan: Dan jika keduanya- apalagi kalau hanya salah satunya,
60
84
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.132.
61
) (
85
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Dan apabila kedua orang tuamu memaksamu serta
menekanmu untuk menyekutukan Aku dengan yang lain dalam hal ibadah,
yaitu dengan hal-hal yang kamu tidak mempunyai pengetahuan apapun
tentangnya, maka janganlah kamu mentaati apa yang diinginkan oleh
keduanya. Sekalipun keduanya menggunakan kekerasan supaya kamu mau
mengikuti kehendak keduanya, maka lawanlah dengan kekerasan pula bila
keduanya bener-bener memaksamu.
85
Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, (Kairo: Musthofa Al-Bab Al-Halab,
1946). h. 83.
86
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.132.
87
Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam
Al-Baidhawih. 201.
62
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan M.Quraish Shihab di atas,
yakni maruf yang dimaksud di sini adalah hendaknya seorang memberikan
makan kedua orangtuanya dan memberikan mereka pakaiannya, bila mereka
membutuhkannya, menjenguk dan merawat ketika sakit, dan menguburnya setelah
meninggal.
Al-Maraghi pun menafsirkannya demikian dengan narasi yang berbeda:
) (
88
Dan pergauilah keduanya di dalam urusan dunia, dengan pergaulan
yang diridhai oleh agama, dan sesuai dengan etika yang mulia serta harga
diri, yaitu dengan memberi pangan dan sandang kepada keduanya, tidak
boleh memperlakukan keduanya dengan perlakuan yang kasar,
menjenguknya apabila sakit serta menguburnya apabila mati.
88
Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, h. 83.
63
89
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quranh.133.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tafsir
dan konsep pendidin anak usia dini dalam Qs, Luqman ayat 12-15 yaitu:
1. Tafsir surat Luqman ayat 12-15 yaitu:
a. Bahwasanya hikmah yang dianugerahkan kepada Luqman intinya
adalah rasa syukur kepada Allah SWT yang dicerminkan melalui
pengenalan terhadap-Nya atas segala anugerah-Nya.
b. Luqman menekankan perlunya menghindari syirik/ mempersekutukan
Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud
dan keesaan Allah.
c. Allah menekankan tentang pentingnya berbakti kepada ibu dan bapak.
Dan tentang larangan mentaati orang tua bila dalam hal keburukan.
2. Konsep pendidin anak usia dini dalam Qs, Luqman ayat 12-15 yaitu:
a. Orang tua sebagai pendidik anak pada masa dini hendaknya bersyukur
kepada Allah atas nikmat yang telah Allah berikan, ini berhubungan
dengan surat Luqman ayat 12 yaitu Allah memerintahkan agar
bersyukur kepada-Nya.
b. Sebagai pendidik dalam hal ini orang tua perlu mengucurkan kasih
sayang dan perhatian yang cukup kepada anaknya, sebagaimana yang
64
65
dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid, dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan
akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam azab neraka.
3. Ibu sebagai pendidik sekaligus orang tua hendaknya memberikan ASI
kepada anaknya. Di zaman sekarang ini banyak sekali orang tua yang lebih
memilih memberikan susu bayi daripada ASI, padahal sebenarnya manfaat ASI
sangatbanyak.
DAFTAR PUSTAKA
Albari, Subhan Husain, Agar Anak Rajin Solat, Yogyakarta: DIVA Press, 2011
Ali Qutb, Muhammad, Sang Anak dalam Lindungan Pendidikan Islam, Bandung:
CV Diponegoro, 1993
Al-Rasyid, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005
Bin Muhammad al-Ghazali, Imam Abu Hamid Muhammad, ihya ulumuddin Jilid
3, Darul Fikri
67
68
Ihsan, Hamdani, Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia,
2007
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo,1998
Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Quran, Yogyakarta: Teras,
2010
Muchtar, Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan
Masyarakat, Semarang:Aktif Media,2009
Mushtoffa, Aziz, Aku Anak Hebat Bukan Anak Nakal, Yogyakarta: Diva Press,
2009
Nasih Ulwan, Abdullah, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul
awlad fil islam oleh Drs. Jamaluddin Miri.Lc, Jakarta: Pustaka Amani,
2002
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
Nata, Abudin, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999
Syah, Muhibin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1994
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya, Semarang: Aneka Ilmu, 1992
Undang-undang RI, Tentang Perlindungan Anak No.23 Tahun 1997, Surabaya:
Media Center, 2006
Yasin, A.Fattah, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang Press,
2008
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004