Anda di halaman 1dari 12

PERAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM

BERLALU LINTAS BAGI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS


NEGERI (SMAN) 1 JOMBANG

Ahmad Nuril Mubtadiin1


Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Universitas Negeri Malang

ABSTRAK
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran yang strategis
dalam meningkatkan kesadaran hukum. sehingga, tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk mendeskripsikan berbagai peran yang dilakukan sekolah,
dampak dari peran melalui program yang dilakukan sekolah, kendala
dan solusi yang telah dilakukan sekolah dalam meningkatkan kesadaran
hukum, serta mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam program yang
dilaksanakan sekolah. SMAN 1 Jombang sebagai salah satu sekolah
favorit di Kabupaten Jombang telah menjalankan perannya dalam
meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas bagi siswa. peran tersebut
diantaranya diadakannya berbagai program pemahaman lalu lintas
dalam bentuk Patroli Keamanan Sekolah (PKS), pelatihan simulasi
SIM, dan rutin melakukan penyuluhan lalu lintas. dampak yang
dirasakan sangat banyak khususnya secara kognisi, afeksi, dan
psikomotorik siswa. kendala yang dihadapi mayoritas berasal dari
sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya mendukung, dan untuk
kelancaran pelaksanaan program terdapat pihak yang terlibat terdiri atas
pihak internal yaitu dari dalam sekolah yang meliputi kepala dan wakil
kepala, guru, pembina ektrakurikuler, dan petugas kemanan sekolah.
Sedangkan, pihak dari luar sekolah yaitu Satlantas Polres Jombang.
Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil observasi, dokumentasi, dan
wawancara secara langsung ke SMAN 1 Jombang.
Kata Kunci: Peran Sekolah, Kesadaran Hukum, Lalu Lintas, Siswa

Indonesia adalah negara hukum.2 Dalam konsep negara hukum, eksistensi


perundang-undangan dijadikan salah satu unsur yang fundamental atau
ditempatkan sebagai dasar kekuasaan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
atas dasar hukum (Wiyono, 2012:40).3 Dengan kata lain, hukum juga mengikat dan
mengatur perilaku masyarakat dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
Karena, menurut Machmudin (2010:6) hukum diartikan sebagai kaidah, aturan,

1
Penulis adalah mahasiswa UM angkatan 2013, dapat dihubungi di nuril.ach@gmail.com (Email)
2
Termaktub dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 3
3
Eksistensi merupakan keberadaan atau adanya pengakuan yang setinggi-tingginya.
norma baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur dan mengikat seluruh
kehidupan masyarakat yang harus ditaati, apabila dilanggar akan dikenakan sanksi
yang tegas dan nyata. Oleh karena itu, kesadaran terhadap hukum menjadi hal
terpenting yang harus dimiliki oleh setiap warga negara. 4 Akan tetapi, realitasnya
banyak fenomena pelanggaran hukum khususnya dalam berlalu lintas. Indonesia
sebagai negara yang memiliki populasi penduduk terpadat kelima setelah Amerika
Serikat setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah kasus kecelakaan, dengan
rata-rata sebanyak 98000 kasus.5 Selain itu, di Kabupaten Jombang pada akhir
tahun 2016 tercatat sebanyak 2315 kasus. Berdasarkan data 30% dari jumlah
tersebut, pelajar ikut mendominasi dan menyumbang angka kecelakaan
(kabarjombang.com, 2016).
Oleh karena itu, sekolah memiliki peran yang strategis dalam memberikan
pemahaman secara teoritis praktis bagi siswa.6 hal tersebut juga termasuk peran
sekolah dalam membantu keluarga dan masyarakat dalam menjalankan fungsinya
(Sagala, 2010:71). Perlu adanya upaya sekolah secara profesional dan aktif dalam
menjalankan perannya untuk meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa.
oleh karena itu, untuk mengetahui peran yang dapat dilakukan sekolah dalam
meningkatkan kesadraan hukum berlalu lintas siswa. maka, akan dipaparkan
berbagai peran Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Jombang. Sehingga,
dapat dijadikan rujukan oleh sekolah lain di Indonesia dalam menjalankan fungsi
dan perannya dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswanya.

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Sehingga, lebih menekankan pada pengungkapan fenomena secara menyeluruh
sesuai dengan konteks yang sedang dihadapi dengan pengumpulan data secara
alami dan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen kunci. Dengan kata lain,
kehadiran peneliti yang langsung mendatangi sumber data dengan berperan serta

4
Kesadaran dapat diartikan mengerti atau tahu terhadap apa yang sedang terjadi dan apa yang
sedang diperbuatnya.
5
Data Badan Pusat Statistik Nasional (BPS) Indonesia tahun 2016
6
Peran merupakan aspek dinamis dari status, dengan kata lain kewajiban atau keharusan yang
dilakukan sesuai dengan apa yang disandangnya
dan aktif mengikuti kegiatan yang dilakukan (Moleong, 2013:9). Kehadiran peneliti
dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Jombang yang berada di
Jalan Bupati RAA. Soeroadiningrat Nomor 8 Kabupaten Jombang. Akan tetapi,
kehadiran tersebut dilakukan dengan tanpa menimbulkan hal yang dapat merugikan
dan mengganggu kenyamanan dari informan.
Dalam proses pengumpulan data peneliti memperhatikan sumber data yang
digunkan. Sumber data utama yang digunakan menurut Loland dan Lofland
(Moleong, 2013:157) berupa kata-kata, tindakan, dan data tambahan lain berupa
dokumen yang bersumber dari data primer dan data sekunder.7 Data primer dapat
berbentuk verbal dan perilaku seorang subyek, yang didapat dari hasil wawancara
dan observasi (Arikunto, 2010:172). Subyek yang digunakan meliputi kepala dan
wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, pembina ekstrakurikuler, pegawai TU,
Keamanan/ Staff, dan Siswa SMAN 1 Jombang. Sedangkan, data sekunder berasal
dari dokumen, foto, film, rekaman, dan benda lainnya yang digunakan untuk
mendukung dan memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22).
Setelah data diperoleh, dilakukan analisis data secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga data menjadi jenuh (Sugiyono, 2014:246). hal tersebut dilakukan
untuk menguji kredibilitas data selama proses pengumpulan data agar tidak ada data
yang terlewatkan. Analisis data digunakan dengan menggunakan model interaktif
dari Miles dan Huberman. Model tersebut terdiri atas data reduction (data reduksi)
yaitu dengan melakukan pengklasifikasian atau pemusatan terhadap hal yang
penting, data display (penyajian data) dilakukan dengan melakukan tabulasi data
dan penguraian data dalam narasi-narasi singkat. Serta conclusion drawing
(penarikan kesimpulan) hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil sementara dari
data yang diperoleh dan dapat dirubah dengan alur yang sama sehingga ditemukan
kesimpulan yang tetap dalam periode tersebut. Selain itu, untuk mengetahui
keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi sumber dengan menanyakan hal
yang sama pada responden yang berbeda, serta menggunakan triangulasi teknik
mengecek keabsahan data berdasarkan pada hasil observasi dan dokumentasi.

7
data primer dan data sekunder dapat diartikan sebagai data utama dan data pendukung.
PROGRAM YANG DILAKSANAKAN SMAN 1 JOMBANG
Peran sekolah dalam upaya peningkatan kesadaran hukum berlalu lintas
Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jombang (SMAN 1 Jombang), dapat
dilihat dari program yang direncanakan dan dilaksanakan. Sebagaimana yang
diketahui bahwa hukum yang dipakai dalam penelitian ini adalah hukum lalu lintas
yang ada di Negara Indonesia yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Oleh karena itu, untuk
membuat siswa sadar hukum maka program yang disusun harus memiliki tujuan
yang mengarah pada pemahaman teoritis dan pemahaman praktis sesuai dengan
peraturan perundang-undangan tersebut.
Kesadaran dapat diartikan mengerti atau tahu terhadap apa yang sedang
terjadi dan yang sedang diperbuatnya (Widjaja, 1984:14). Selain itu Ewick dan
Silbey (dalam Ali, 2009:510) menjelaskan kesadaran hukum merupakan cara
seseorang dalam memahami hukum dan institusinya yang kemudian dicerminkan
dalam perilaku atau tindakan. Dengan demikian, dikatakan sadar terhadap hukum
lalu lintas jika tahu dan paham mengenai Undang-undang Nomor 22 tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Siswa tidak akan dapat memahami dan
mengetahui dengan sendirinya jika tidak dibimbing dan diarahkan untuk menjadi
sadar khususnya mengenai hukum lalu lintas.
Sebagai upaya dalam pengarahan siswa untuk sadar hukum berlalu lintas,
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jombang (SMAN 1 Jombang) menyusun
program, antara lain: 1) Membentuk wadah yang menampung bakat dan minat
siswa dalam tertib lalu lintas dengan dibentuk ektrakurikuler Patroli Keamanan
Sekolah (PKS), yang sebagai kegiatan rutinnya yaitu: (a) Melakukan pengaturan
lalu lintas kendaraan dilingkungan SMAN 1 Jombang, (b) melakukan inspeksi
kendaraan yang tidak sesuai dengan standar, (c) mengadakan kegiatan wajib Bina
Tradisi (BINTRA) untuk anggota PKS di SMAN 1 Jombang, dan (d) mengadakan
kegiatan Bhayangkara Jawara (BHARJA) sebagai upaya peningkatan kompetensi
dan tolak ukur antar PKS; (2) Mengadakan Pelatihan simulasi SIM bagi siswa
SMAN 1 Jombang; (3) penyuluhan tentang tertib berlalu lintas, baik sebagai materi
wajib dalam Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) SMAN 1 Jombang dan
pada kegiatan insidentil lainnya.8
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jombang (SMAN 1 Jombang) sebagai
lembaga pendidikan tentu memiliki peran utama dalam menjalankan proses belajar
dan mengajar, evaluasi kemajuan hasil belajar siswa, meluluskan siswa yang
berkualitas dan memenuhi standar yang disyaratkan, dan membantu keluarga dan
masyarakat dalam melaksanakan fungsinya (Sagala, 2010:71). Berdasarkan
pernyataaan tersebut dalam upaya membantu fungsi keluarga dan masyarakat dapat
diwujudkan dengan upaya peningkatan ketertiban dan keselamatan dalam
berkendara dijalan raya. Sebab, jika ketertiban dilaksanakan oleh siswa khususnya
tingkat SMA. Maka, masyarakat dan keluarga ikut serta merasakan manfaatnya.
Program penyuluhan yang dilakukan oleh SMAN 1 Jombang yang
bekerjasama dengan Satlantas Polres Jombang sebagai bekal kognitif siswa untuk
tahu dan paham mengenai isi dari Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sebab, dalam program tersebut segala perintah
dan larangan dalam berkendara disampaikan secara langsung kepada siswa.
Kemudian sebagai upaya dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 tahun
2009 pasal 77 bahwa Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor
dijalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sesuai dengan jenis kendaraan
bermotor yang dikemudikan. Maka, SMAN 1 Jombang juga mencanangkan
program pelatihan simulasi SIM bagi siswa. Selain itu, Sebagai pemahaman dan
pembekalan secara praktis dilapangan SMAN 1 Jombang juga telah mebentuk
ektrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah (PKS) yang notabene menampung
seluruh bakat dan minat siswa dalam hal ketertiban dan keamanan serta dalam hal
peningkatan kesadaran hukum khususnya lalu lintas.
Tujuan dari program yang dibuat tidak lepas dari edukasi yang bersifat
praktis yang direncanakan sekolah agar siswa paham atau mengerti tentang
pentingnya keselamatan dan keamanan dalam berkendara. Selain itu, ikut serta
membantu tugas kepolisian dalam pengamanan dan penertiban masyarakat dalam
berlalu lintas, meminimalisir dampak polusi udara (gas emisi karbon) akibat adanya

8
Hasil Wawancara dan observasi peneliti di SMAN 1 Jombang tanggal 20 Februari 2016 sampai
dengan 30 maret 2017
modifikasi yang tidak sesuai standar. 9 Dengan demikian, angka kecelakaan yang
dilakukan masyarakat khususnya siswa sekolah dapat diminimalisir karena telah
menjadi habituasi dalam kehidupan sehari-hari.

PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT


Strategi yang digunakan oleh perorangan atau kelompok dalam sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dengan menjalin kerjasama.
Kerjasama tersebut dapat dilakukan dengan tujuan yang saling menguntungkan
kedua belah pihak. Begitu juga kaitannya dengan upaya Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Jombang (SMAN 1 Jombang) melaksanakan perannya dalam
meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa. Maka perlu menjalin
kerjasama dengan pihak-pihak yang secara kapasitas dan kompetensinya memiliki
tugas dan peran besar dalam penegakan hukum khususnya hukum lalu lintas.
Pihak yang terlibat dalam peningkatan kesadaran hukum berlalu lintas siswa
SMAN 1 Jombang secara internal terdiri atas kepala dan wakil kepala SMAN 1
Jombang, pembina sekbid II SMAN 1 Jombang, dewan guru, petugas keamanan
dan tukang kebun SMAN 1 Jombang.10 sedangkan pihak eksternal yaitu Satuan
Lalu Lintas Polisi Resor Kabupaten Jombang (Satlantas Polres Jombang). Sesuai
dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, pasal 226 ayat 12 menjelaskan upaya yang dilakukan untuk mendukung
keselamatan dan keamanan lalu lintas dengan upaya pencegahan (Preventif) dan
upaya penanganan (Represif). Dalam upaya pencegahan (preventif) dilaksanakan
dengan melalui partisipasi para pemangku kepentingan, pemberdayaan masyarakat,
penegakan hukum dan kemitraan global dengan berbagai program baik jangka
panjang, menengah, dan pendek.
Upaya tersebut direalisasikan Satlantas Polres Jombang bersama SMAN 1
Jombang. Adapun sumbangsih pihak Satlantas Polres Jombang kepada Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Jombang (SMAN 1 Jombang), sebagai berikut: (1)
menjadi Pembina ektrakurikuler patroli keamanan sekolah (PKS) di SMAN 1
Jombang; (2) membantu pelaksanaan pengamanan dan pengaturan lalu lintas siswa

9
Modifikasi dapat diartikan sebagai kegiatan atau perilaku mengubah suatu barang
10
Hasil observasi peneliti pada tanggal 20 februari 2016 sampai dengan 30 maret 2017 di SMAN 1
Jombang
saat berangkat ke sekolah; dan (3) menjadi fasilitator dalam pelaksanaan pelatihan
simulasi SIM dan/atau saat penyuluhan tentang lalu lintas.11
Menurut Gorton (dalam sagala, 2010:71) SMAN 1 Jombang dapat
dikatakan merupakan bagian dari suatu sistem organisasi yang memiliki tujuan,
dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuan tersebut.
Sehingga, kerjasama dilakukan sebagai upaya dalam menjalankan fungsi dasar
sekolah dalam melayani masyarakat dengan bimbingan dan pendidikan. Selain itu
juga Satlantas Polres Jombang juga memiliki tugas khusus yang berada dalam unit
pendidikan dan rekayasa (Dikyasa) Satlantas Polres Jombang. Tugas tersebut
merupakan penjabaran dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 226
tentang upaya pencegahan dan tahapan program dalam upaya pencegahan baik
jangka pendek, menengah dan panjang.
Adapun tujuan Satlantas Polres Jombang dilibatkan dalam peningkatan
kesadaran hukum berlalu lintas siswa SMAN 1 Jombang tidak lain karena: (1) yang
memiliki wewenang dan tugas dalam menjaga keamanan dan ketertiban dalam
pelaksanaan hukum tersebut; (2) memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam hal
pendidikan melalui unit dikyasa; (3) memiliki program yang tersistem secara
nasional. adapun program dari unit Dikyasa berdasarkan fungsinya diantaranya
memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum, pelajar/mahasiswa, dll.,
melaksanakan pendidikan dan pelatihan PKS, mengkampanyekan safery riding,
melakukan kegiatan police goes to campus/ school (Tribata, 2014). Dengan
demikian dapat disimpulkan secara hubungan dapat saling memberikan keuntungan
antara pihak SMAN 1 Jombang dengan Satlantas Polres Jombang.

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM TERHADAP SISWA


Pelaksanaan program peningkatan kesadaran hukum berlalu lintas bagi
siswa SMAN 1 Jombang tentu memiliki dampak kesemua pihak baik sekolah dan
kepolisian dalam hal ini Satlantas Polres Jombang. akan tetapi, pada penilitian ini
fokus pada dampak yang dirasakan oleh siswa. Menurut Soekanto (1990:3438)
mengemukakan ada empat indikator dalam mengenali hukum pada diri seseorang

11
Hasil wawancara bersama Kanit Dikyasa Satlantas Polres Kabupaten Jombang pada tanggal 9
maret 2017
yaitu: (1) Pengetahuan tentang hukum (law awarence) diartikan sebagai
pengetahuan seseorang tentang perilaku-perilaku tertentu diatur oleh hukum, baik
secara tertulis maupun tidak tertulis. perilaku tersebut terkait dengan larangan dan
perintah untuk dilakukan; (2) Pemahaman tentang hukum (law acquentence)
merupakan informasi yang dimiliki seseorang dalam mengartikan atau
mengintrepretasikan12 suatu isi dan tujuan dari peraturan dalam hukum tertentu
serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh peraturan
tersebut; (3) Sikap terhadap hukum (legal attitude) diartikan sebagai
kecenderungan seseorang untuk bertindak sesuai dengan peraturan yang ada,
karena dianggap memiliki manfaat dan menguntungkan jika peraturan tersebut
ditaati; (4) Pola perilaku hukum (legal behavior) merupakan reaksi yang dilakukan
masyarakat terhadap suatu baik menerima atau tidak. Sehingga dalam indikator ini
dampak dari pelaksanaan program peningkatan kesadaran hukum berdasarkan
keempat indikator tersebut dengan dikaitkan pada siswa SMAN 1 Jombang.
Dampak yang terjadi ke siswa SMAN 1 Jombang dengan dilaksanakan
program peningkatan kesadaran hukum lalu lintas tersebut secara kognitif menjadi
tahu dan paham mengenai isi dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Siswa SMAN 1 Jombang tahu dan paham mengenai
printah dan larangan yang ada didalamnya serta mengerti berbagai makna rambu,
lampu isyarat, dan marka jalan saat berkendara. Selain itu, siswa juga telah
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari saat berangkat kesekolah baik pada
saat berkendara dengan savety riding atau saat melakukan pengaturan kendaraan
dan lalu lintas.
Dengan demikian dengan adanya program-program yang dilaksanakan oleh
SMAN 1 Jombang terkait upaya sekolah dalam meningkatkan kesadaran hukum
berlalu lintas siswa SMAN 1 Jombang, memiliki dampak yang baik bagi siswa.
Karena secara kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya terkait kesadaran
berlalu lintas bertambah. Selain itu, berdasarkan pada indikator dampak yang dapat
terkait kesadaran hukum secara pengetahuan tentang hukum (law awarence) bahwa
siswa tahu peraturan yang mengatur tentang ketertiban lalu lintas, pemahaman
tentang hukum (law acquentence) bahwa siswa telah paham dan dapat

12
Interpretasi merupakan tafsiran atau pemberian pendapat terhadap sesuatu
mengintrepretasikan peraturan tentag tertib lalu lintas, sikap terhadap hukum (legal
attitude) bahwa siswa secara langsung meyakini peraturan tersebut, dan pola
perilaku (legal behavior) bahwa siswa telah menerapkan dalam perilaku sehari-hari
dibuktikan saat ia berangkat kesekolah. Akan tetapi, semua indikator tersebut dapat
diperoleh siswa melalui program-program yang telah dilaksanakan oleh SMAN 1
Jombang. Jadi, program yang dilaksanakan memberikan dampak yang baik bagi
siswa di SMAN 1 Jombang

KENDALA YANG DIHADAPI DAN SOLUSI YANG DILAKUKAN UNTUK


MENGATASI KENDALA
Kendala menjadi hal yang selalu ada dalam setiap kegiatan atau program.
Tanpa terkecuali dalam proses pelaksanaan program peningkatan kesadaran hukum
berlalu lintas siswa SMAN 1 Jombang juga mengalami beberapa kendala. Akan
tetapi, dengan adanya kendala tersebut SMAN 1 Jombang telah berkomitmen untuk
melaksanakan program secara tersistem dan rutin agar tujuan yang direncanakan
dapat benar-benar tercapai.
Kendala yang dialami saat pelaksanaan program yang direncanakan oleh
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jombang (SMAN 1 Jombang) dalam upaya
peningkatan kesadaran hukum berlalu lintas siswa adalah: (1) masih ada siswa yang
belum cukup umur mengendarai sepeda motor ke sekolah; (2) menyempitnya lahan
parkir kendaraan di SMAN 1 Jombang karena terbatasnya lahan dan banyak yang
memakai kendaraan saat kesekolah; (3) belum terpenuhinya sarana prasarana
dalam kelengkapan tugas yang savety bagi anggota patroli keamanan lalu lintas
(PKS) SMAN 1 Jombang dan sarana prasarana mengenai rambu-rambu lalu lintas
yang di pajang di sekolah; (4) minimnya petugas keamanan SMAN 1 Jombang
yang secara legal hanya ada satu petugas; dan (5) kondisi lingkungan yang kurang
mendukung terutama terkait akses jalan dan berbagai moda transportasi yang
menghubungkan siswa ke sekolah khususnya ke SMAN 1 Jombang.13

13
Hasil Observasi, Dokumentasi, dan Wawancara pada tanggal 20 februari 2017 sampai dengan
30 maret 2017 di SMAN 1 Jombang
Kendala masih adanya siswa yang mengendarai sepada motor saat
kesekolah, merupakan salah satu bentuk pelanggaran hukum. Hukum dalam
sekolah dapat berupa aturan atau tata tertib baik lisan maupun tulisan. Hal tersebut
didukung juga dari pernyataan Machmudin (2010:6) yang menyatakan bahwa
hukum merupakan aturan, kaidah, atau norma baik tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur dan mengikat seluruh kehidupan masyarakat yang harus ditaati,
apabila dilanggar akan dikenakan sanksi yang tegas dan nyata. Oleh karena itu,
kasus tersebut harus ditangani dengan sanksi yang tegas dan nyata, agar tidak
menjadi kebiasaan yang buruk untuk selalu melanggar aturan yang telah ditetapkan
sekolah dan kendala tersebut dapat diatasi.
SMAN 1 Jombang juga telah menerapkan berbagai solusi yang dapat
meminimalisir kendala-kendala tersebut sehingga tujuan dapari pelaksanaan
program dapat tetap tercapai. Upaya lain yang dapat dilakukan agar tujuan yang
ingin dicapai dapat tetap terwujud yaitu melalui upaya persuasif. Upaya persuasif
sangat tepat digunakan dalam upaya penyadaran hukum khususnya lalu lintas.
karena, tanpa ada persuasif siswa tidak akan mengerti dan paham tentang hal yang
seharusnya dilakukan dan dihindari. Berdasarkan data yang diperoleh penyebab
utama dari kendala yang dihadapi oleh sekolah berasal dari siswa dan jumlah
kendaraan. Oleh karena itu, bentuk upaya persuasif yang dilakukan SMAN 1
Jombang dalam mengatasi kendala tersebut seperti melalui program komunikasi
atau sosialisasi dan penyuluhan kesiswa. Sigmund Freud (dalam Koeswara,
1991:3235) mengembangkan teori kesadaran yang dikenal dengan struktur
kepribadian yang terdiri atas id, ego, dan superego. Berdasarkan teori tersebut maka
upaya persuasive dapat menjadi stimulus dan respon terhadap ego dan superego
siswa agar bertindak sesuai dengan peraturan atau hukum yang berlaku.

PENUTUP
Kesimpulan
Peran sekolah dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas bagi
siswa SMAN 1 Jombang dapat dilihat berdasarkan program yang dilaksanakan.
Program tersebut tidak lepas dari fungsi dan tujuan dalam peningkatan pemahaman
siswa baik secara kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Program yang dilaksanakan
antara lain: membentuk ekstrakurikuler patroli keamanan sekolah (PKS) dengan
berbagai kegiatan yang rutin dilaksanakan baik harian, mingguan, dan tahunan,
mengadakan pelatihan simulasi SIM bagi siswa, dan rutin mengadakan sosialisasi
atau penyuluhan tentang tertib berlalu lintas. Pihak yang terlibat dalam upaya
peningkatan kesadaran hukum berlalu lintas siswa terdiri atas pihak internal yaitu
kepala atau wakil kepala sekolah, guru, pembina ektrakurikuler, pegawai keamanan
dan kebersihan, serta Staff pembantu lainnya. Sedangkan, pihak eksternal yaitu
Satlantas Polres Jombang. Pihak tersebut memiliki tugas dan peran yang saling
mendukung dan menguntungkan dalam pelaksanaan program yang dilaksanakan di
SMAN 1 Jombang. kendala yang terjadi selama proses pelaksanaan program
diantaranya terkait sarana dan prasarana yang belum terpenuhi yang digunakan
untuk mendukung dalam pelaksanaan peran atau program sekolah.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan
sumbangsih dalam bentuk saran atau rekomendasi kepada berbagai pihak
diantaranya: SMAN 1 Jombang dan Satlantas Polres Jombang yang harus saling
bekerjasama dalam pemenuhan fasilitas atau sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan berbagai program peningkatan kesadaran hukum berlalu lintas,
serta membentuk wadah bagi siswa yang telah berusia 17 tahun untuk mengikuti
pembuatan SIM tidak massal agar tujuan dan esensi dari UU Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat lebih tepat sasaran atau efektif dan
efisien. Pemerintah Kabupaten Jombang perlu menfasilitasi dan memperhatikan
sarana transportasi kependidikan secara umum, agar siswa lebih tertib hukum
dengan memanfaatkan fasilitas tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Achmad. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicial Prudence) Termasuk Intreprestasi Undang-Undang
(Legisprudence). Jakarta: Kencana Media Groub.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
BPS Nasional Indonesia. 2014. Jumlah Kecelakaan, Koban Mati, Luka Berat,
Luka Ringan, dan Kerugian Materi yang Diderita Tahun 1992-2013.
(Online). (http://www.bps.go.id). Diakses pada 20 September 2016.
Kabar Jombang.com. 2016. Dua Tahun Terakhir, Jalanan di Jombang renggut
340 Nyawa. (Online). (Http://kabarjombang.com). Diakses pada 20
September 2016.
Koswara, E.1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco.
Machmudin, Dudu D. 2010. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: PT Refika
Aditama
Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sagala, Syaiful, 2010. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Soekanto, Soerjono. 1990. Polisi dan Lalu Lintas (Analisi Menurut Sosiologi
Hukum). Bandung: Mandar Maju.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tribrata, 2014. Satlantas Dikyasa. (online).
(http://lantas.tribratanewspolreslonteng.com), diakses pada 12 Maret 2017.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Widjaja, A W. 1984. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila.
Jakarta: CV Era Swasta.
Wiyono, Suko. 2012. Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Malang: Universitas Wisnuwardhana Malang Press.

Anda mungkin juga menyukai